Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERIWAYATAN HADITS”

Dibuat Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Nadana Mardhotillah M.Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK : 2

SYAHADAN

TATA PRAYOGA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA ISLAM

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)BENGKALIS

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan kewajiban penulis, yakni dalam rangka untuk memenuhi salah
satu syarat tugas individu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau Baginda
Nabi Agung Muhammmad SAW yang telah mengantarkan kita kepada jalan yang terang dan menjadikan
jalan yang indah berupa ajaran Agama Islam.

Ucapan terima kasih kepada beliau selaku dosen pengampu pada mata kuliah ‘ulumul hadits yang telah
memberikan bimbingan serta arahan sehingga makalah yang berjudul “hadits maudhu’’’ ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Seiring dengan usaha kerja keras penulis, tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, karena tanpa bimbingan dan dorongannya,
penulis tidak akan menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Penulis pun menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mempunyai tanggapan yang positif serta dapat bermanfaat
bagi pembaca semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Bengkalis, 10 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I..............................................................................................................................
LATAR BELAKANG ..........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................
A.PERIWAYATAN HADIST..............................................................................................

B.SYARAT-SYARAT PENERIMA HADIST DAN


PENYAMPAINYA..........................................................................................................
C.TAHAMUL WAL ADA'..................................................................................................
D.PERIWAYATAN HADIST SECARA LAFAZH DAN
MAKNA.........................................................................................................................
ISTILAH DASAR DALAM ILMU HADIST........................................................................
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................................
SARAN................................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang semakin pesat, menyebabkan munculnya budaya-budaya baru. Dimana
budaya-budaya itu tidak hanya masuk pada bidang sosial budaya, namun juga memasuki bidang agama.
Sehingga memunculkan ibadah-ibadah yang dipadukan dengan budaya, yang mana ibadah-ibadah
tersebut belum diketahui secara pasti dalil yang dijadikan dasar pelaksanaan ibadah tersebut.

Adapun dalil-dalil yang digunakan secara umum adalah al-Qur’an dan Hadits. Meskipun begitu
kebanyakan orang yang belum mengetahui cabang-cabang dari kedua dalil umum tersebut, mereka
hanya akan menerima begitu saja jika mereka sudah disuguhi dalil yang berasal dari al-Qur’an ataupun
Hadits. Sedangkan mungkin, yang sebenarnya dalil tersebut tidak dapat dijadikan hujjah untuk
melaksanakan suatu ibadah.

Salah satu dari cabang dalil dari segi hadits adalah hadits maudhu’, dimana hadits tersebut sebenarnya
bukan hadits melainkan hanya ucapan dari seseorang yang tidak bertanggungjawab, hanya saja karena
disandarkan kepada Nabi SAW, ucapan tersebut terlihat seperti hadits. Sehingga jika seperti itu,
diperlukan pengatahuan untuk dapat memilah-milah mana yang benar mana yang salah

A. Rumus Masalah
1. Pengertian Periwayatan Hadits?
2. Syarat-Syarat Seorang Perawi?
3. Apakah Itu Tahamul Wal Ada’?
4. Bagaimana Periwayatan Hadits Secara Lafaz dan Makna?
5. Dan Bagaimana Istilah Dalam Periwayatan Hadits?
6. Dan Apakah Itu Gelar Ulama Hadits?

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengerian Periwayatan Hadits
2. Untuk Mengetahui Syarat-syarat Perawi
3. Untuk Mengetahui Itu Tahamul Wal Ada’
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Periwayatan Hadits Secara Lafaz Dan Makna
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Istilah Dalam Periwayatan Hadits
6. Untuk Mengetahui Apakah Itu Gelar Ulama Hadit
BAB II

PEMBAHASAN

A.periwayatan hadist

Periwayatan hadis merupakan dua kata yang diserap dari bahasa Arab, yaitu periwayatan atau dalam
bahasa Arab dikenal dengan kata alriwayat, dan kata hadis yang diserap dari kata al-hadits. Dalam
pengertian bahasa Arab, kata al-riwayat secara etimologis berasal dari kata rawiyat yang memiliki
sinonim arti dengan kata shariba (minum dengan puas), al-istaqa (memberi minum hingga puas), saqa
(mengairi), tana‘ama (segar menghijau), hamala (membawa), naqala (memindahkan), shadda
(mengikatkan), dan al-fatlu (memintal)1.Adapun kata al-hadits secara etimologis bermakna al-jadid
(baru), dan al-khabar (kabar atau berita). 2

Adapun secara istilah, para ahli hadis mendefinisikan al-riwayat sebagai sebuah kegiatan menerima dan
menyampaikan hadis. Lebih detilnya kegiatan memindahkan hadis berikut rangkaian sanad hadis dari
seorang guru kepada orang lain, dengan menggunakan kalimat penghubung (harf) tertentu, seperti
haddathana(meriwayatkan hadis kepada kami), sami‘tu (saya mendengar hadis dari), ‘an (hadis dari),
dan kalimat semacamnya.3 Dengan pengertian demikian, maka periwayatan hadis meniscayakan adanya
proses penerimaan dan penyampaian hadis (al-tahammul wa al-ada’)

Sedangkan pengertian al-hadist secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw., berupa perkataan, perbuatan, taqrir(ketetapan) dan hal ihwal Nabi Muhammad saw.
berupa sifat fisik dan kepribadian.4 Namun pengertian demikian tidak mengakomodir adanya hadis
mawquf (sesuatu yang disandarkan kepada sahabat) dan maqtu(sesuatu yang disandarkan kepada
tabi‘in). Maka dari itu mayoritas ulama hadis menambahkan pengertian hadis dengan segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan) dan
hal ihwal NabiMuhammad saw. berupa sifat fisik dan kepribadian dan sesuatu yang disandarkan kepada
sahabat Nabi dan para tabi‘in. 5 Dengan demikian, al-riwayat al-hadist berarti kegiatan memindahkan
(menerima kemudian menyampaikan) sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. berupa
perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan) dan hal ihwal Nabi Muhammad saw. dari seorang guru kepada
orang lain atau membukukannya dalam sebuah kitab hadist.

A.SYARAT-SYARAT PENERIMA HADIST DAN PENYAMPAINYA

1.Kelayakan Tahammul
1
Muhammad bin Ya‘qub bin Muhammad al-Fairuz Abadi, al-Qamus al-Muhit, alMaktabat al-Shamilah), 1665. Lihat juga
Muhammad bin Muhammad Abu Shahbah, Al-Wasit fi‘Ulumi wa Mustalahi al-Hadith,Jeddah: ‘Alam al-Ma‘rifah, Tth., 39.
2
Al-Fairuz Abadi, al-Qamus al-Muhit, 214.
3
Abu Shahbah, Al-Wasitfi‘Ulumi wa Mustalah, 39. Lihat juga Nuruddin’Itr, Manhajal-Naqd fi’Ulum al-Hadith, (Damaskus: Dar al-
Fikr, 1979), 188. Lihat juga Syuhudi Isma’il, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu
Sejarah,(Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 2
4
Itr, Manhaj al-Naqd fi ‘Ulumi, 26. Subhi al-Salih, ‘Ulum al-Hadits wa Mustalahuhu , (Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977), 107.
5
Ibid, 27.
Mayoritas ulama cenderung memperbolehkan kegiatan mendengar yang di lakukan anak kecil yakni
anak yang mencapai taklif. Sedangkan sebagian mereka tidak memperbolehkannya. Sahabat,tabi'in dan
ahli ilmu setelah mereka menerima riwayat sahabat yang masih anak-anak, seperti Hasan,Husain,
Abdullah ibn Az Zubair, Anas Ibn Malik, Abdullah Ibnu Abbas, Abu Sa'id Al khudri, Mahmud Ibnu ar rubi'
dan lain-lain tanpa mempersalahkan Apakah mereka telah baligh atau belum.

Al Qadhi iyad menetapkan, bahwa minimal usia anak diperbolehkan bertahamul paling tidak sudah 5
tahun, karena pada usia itu anak sudah mampu menghafal apa yang dia dengar dan mengingat-ingat
yang dihafal.

Abu Abdullah Az Zuba'i mengatakan, bahwa sebaiknya anak diperbolehkan menulis hadis di usia 10
tahun sebab pada usia ini akal mereka dianggap sempurna, dalam arti bahwa mereka telah mempunyai
kemampuan untuk mengingat dan menghafal jalannya dan menginjak dewasa. Yahya Bin ma'in
menetapkan usia 15 tahun berdasarkan hadis Ibnu Umar" saya dihadapkan Kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam pada waktu perang Uhud, pada saat itu saya berusia 14 tahun beliau tidak
memperkenankan aku kemudian aku dihadapkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada
waktu Perang Khandaq di saat umurku 15 tahun beliau memperkenankan aku"

Sementara ulama Syam memandang usia yang ideal bagi seseorang untuk meriwayatkan Hadist
setelah berusia 30 tahun, Ulam kufah berusia 20 tahun. 6

2. Kelayakan ada'

Mayoritas ulama Hadits, ulama Ushul, ulama Fiqh. Sependapat bahwa orang yang riwayatnya bisa
dijadikan hujjah, baik laki-laki maupun wanita harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

•islam

Pada waktu meriwayatkan suatu hadis, maka seorang perawi harus muslim dan menurut ijma titik-
titik, periwayatan orang kafir tidak sah. Seandainya perawinya orang fasik saja ditulis bertawaquf, maka
lebih-lebih perawi yang kafir. Di samping itu, Allah SWT memerintahkan kita juga untuk mengecek berita
yang dibawa oleh orang fasik melalui firmanya yang artinya "Hai orang-orang beriman, apabila datang
kepadamu orang-orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menyesal atas perbuatanmu"(Qs.Al hujurat:6). Bila bila terhadap berita orang-orang fasik saja seperti
itu, maka kita yang dibawa oleh orang kafir tentu harus menolaknya.

•baligh

Ini merupakan pusat taklif, karena itu riwayat anak yang berada di bawah usia taklif tidak bisa diterima,
sebagai penerapan Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud. 7

B.TAHAMUL WAL ADA'

6
Al-suyuti,tadrib al-rawi,jilid 2(Beirut:dar Al-fikr 1998)hlm.5

7
Abu daud,sunan abi daud,juz 4 (suriyah:dar al-hadis1974)hlm.442
Menurut bahasa tahamul merupakan masdar dari fi'il madhi(‫تَ َح ّمل‬-ٌ‫يَت ََح ّمل‬-‫ )تُ َح ّمال‬yang berarti
menanggung, membawa atau bisa diterjemahkan dengan menerima. berarti tahamul Al hadits menurut
bahasa adalah menerima hadis atau menanggung Hadist.

Sedangkan hadits menurut istilah ulama ahli hadis sebagaimana tertulis di dalam kitab tafsir adalah
musholah adalah "artinya menerima hadis dan mengambilnya daripada Syekh atau guru" pengertian
adab menurut bahasa atau menyampaikan hadis kepada orang lain.Sedangkan menurut para ahli
Hadits"meriwayatkan hadis dan memberikannya pada murid". 8

Ada'menurut bahasa( ‫اداء‬-‫يًاَدي‬-‫ ) اَدي‬Yang artinya menyampaikan.Ada'menurut istilah adalah


meriwayatkan atau menyampaikan hadist kepada orang lain.

C.PERIWAYATAN HADIST SECARA LAFAZH DAN MAKNA

1. Periwayatan Hadis dengan lafaz

Periwayatan Hadis dengan lafaz,artinya bahwa Hadis diriwayatkan oleh perawinya sesuai dengan lafaz
(redaksi) yang diterima dari orang yang menyampaikan Hadist tersebut kepadanya, tanpa ada
perubahan sedikitpun. Para ulama sepakat bahwa periwayatan dengan cara ini adalah paling baik dan
paling tinggi lainya, sebab lebih menjamin kemurnian dan keutuhan makna hadis. Hadis Nabi yang
periwayatannya dimungkinkan dengan lafaz, pada periode sahabat sebagai saksi pertama, hanyalah
Hadis dalam bentuk qauliyah, sedangkan Hadis-Hadis fi'liyah dan taqririyah hanya dimungkinkan dapat
diriwayatkan dengan makna, artinya redaksinya dibuat oleh sahabat yang meriwayatkannya. Hadis yang
dalam bentuk qauliyah pun tidak seluruhnya dapat diriwayatkan dengan lafaz. Kesulitan periwayatan
secara lafaz bukan hanya disebabkan karena tidak mungkin seluruh sabda itu dihafal secara harfiah,
melainkan juga karena kemampuan hafalan dan kecerdasan sahabat Nabi tidak sama. 9

2. Periwayaran Hadis dengan Makna

periwayatan Hadis dengan makna adalah suatu cara di mana Hadis diriwayatkan dengan menggunakan
redaksi periwayat sendiri atau berbeda dari redaksi yang diterima dari perawi, namun kandungan dan
maksud atau makna dari Hadis tersebut tetap sama. Periwayatan Hadis dengan makna menimbulkan
perbedaan pendapat di kalangan ulama.Ada ulama yang tidak membolehkan sama sekali berdasarkan
kepacla Hadis Nabi sendiri, dan ada pula yang membolehkannya dengan syarat-syarat tertentu, dan ada
lagi yang membolehkannya hanya untuk periode tertentu saja. Lebih jelasnya masalah ini akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya. Tetapi yang jelas bahwa periwayatan Hadis dengan makna telah
berlangsung sejak masa sahabat. Hal ini disebabkan oleb keterbatasan kemampuan manusia dalam

8
Mahmud thohan,1989,terjemahan mustholah hadis,sunggopuro,haramain,hlm.156

9
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan tinjauan dengan Pendekatan llmu Sejarah, Bulan Bintang,
Jakarta, 1988, hlm.68
menghafal atau bila terjadi rentang waktu yang cukup panjang antara waktu penerimaan Hadis dan ·
waktu penyampaiannya.10

D.Istilah yang mirip secara arti Dengan hadis

Hadis sering disinonimkan dengan beberapa istilah lainnya diantaranya seperti sunnah khabar dan
Atsar.untuk lebih jelasnya,berikut ini diuraikan tentang istilah-istilah tersebut.

1. Sunnah

Sunnah secara etimologis berarti jalan yang lurus dan berkeseimbangan, membaik atau buruk.
Sedangkan secara terminologis terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian sunnah sebagai
berikut:

A. Definisi ulama hadis

Menurut ulama hadis sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan diterima dari Rasulullah SAW berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik, atau akhlak, atau berkehidupan, baik sebelum beliau diangkat
menjadi rasul maupun sesudah kerasulan beliau.

B. Ulama Ushul fiqih

Menurut ulama Ushul Fiqih Sunnah adalah seluruh yang datang dari Rasulullah SAW titik Selain Alquran
baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrir, yang dijadikan sebagai dalil untuk menetapkan hukum
syara'

2.khabar

Kapan menurut bahasa berarti Anl Naba', yaitu berita sedangkan pengertiannya menurut istilah terdapat
tiga pendapat yaitu

A. Khabar adalah sinonim dari Hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dengan
perkataan, perbuatan, taqrir dan sifat.

B. khabar berbeda dengan hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW sedangkan kabar adalah
berita dari selain Nabi SAW atas dasar pendapat ini maka seorang ahli hadits atau ahli Sunnah disebut
hadits sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan sejenisnya disebut dengan
Akhbari

C. Khabar lebih umum daripada hadis. Hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW titik sedangkan
kabar adalah suatu yang datang dari Nabi SAW atau selain dari Nabi SAW (orang lain)

3.atsar

Atsar secara etimologis berarti baqyyat al syay, yaitu sisa atau peninggalan suatu titik sedangkan
pengertiannya secara terminologis terdapat dua pendapat yaitu:
10
Ibid, h. 68
A. Atsar adalah sinonim dari hadits yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW

B. Pendapat kedua menyatakan adalah berbeda dengan hadis titik yang mana pengertian aksara adalah
suatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin, yang terdiri atas perkataan dan perbuatan.

ISTILAH DASAR DALAM ILMU HADIST

1.Sanad

Sanad menurut bahasa berarti sandaran tempat atau bersandar sedangkan menurut istilah saat berarti
jalan yang menyampaikan kepada Jalan Hadits.9 Selain itu, ada yang memaknai sanad sebagai jalan
Matan atau rangkaian para Rawi yang diriwayatkan Matan dari sumber pertama. 11

Adapun menurut Ahmad Umar Hasyim, sanad ialah jalur yang menghubungkan kepada Matan, yaitu
para periwayat. Jalur ini disebut sanad karena mereka menyandarkan hadis kepada sumbernya.

Sedangkan menurut Muhammad Al Jazz Alkitab mendefinisikan saatnya sebagai jalur Matan, beliau
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jalur Mataram adalah silsilah para periwayat yang
mentranformasikan Matan dari sumber ulama karena perbuatannya menyandar pada dalam
menisbatkan Matan ke sumber utamanya atau dikarenakan pada penghafal hadits, menjadikan sanad
sebagai acuan sandaran dan menilai kesahihan dan kedhaifan sebuah hadist. 12

2.matan

Matan menurut bahasa berarti punggung jalan(muka jalan), tanah yang keras dan tinggi. Sedangkan
mantan menurut istilah ialah Bunyi atau kalimat yang terdapat dalam hadist yang menjadi isi riwayat.
hadis tersebut berbentuk qaul(ucapan),fi'il(perbuatan) dan taqrir ketetapan dan sebagainya dari
Rasulullah. 13Singkatnya matan adalah isi atau perkataan hadis yang disampaikan 14. contoh matan dalam
hadis yang artinya telah menceritakan kepada kami Sulaiman abu ar rabi' berkata, setelah menceritakan
kepada kami Ismail bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin abu Amir dari
bapaknya dari abu Hurairah dan nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:"tanda-tanda munafik
ada 3 jika berbicara dusta jika perjanjian mengingkari dan jika diberi amanat dikhianati"(HR Bukhari).

3.rawi

11
Asep Herdi,memamahami ilmu hadis(bandung:Humaniora 2014).hal 50

12
Sasa Sunarsa, penelusuran kualitas dan kuantitas qira'at sab( kajian takhrij sanad qira'at sab),( Wonosobo: bangku bumi
media, 2020)hal.12

13
Muhammad s Siti Rahman "kajian mata dan sanad hadits dalam metode historis tanda kutip, jurnalb Al syir'ah,vol.8,no 2,
Desember 2010 hlm. 427

14
Muksin matheer, 1001 tanya jawab dalam Islam (Jakarta: lembar langit Indonesia 2016),hlm 126
Rawi(perawi) yaitu orang yang membawa (meriwayatkan) hadis atau membukukannya singkatnya rawi
adalah orang yang meriwayatkan atau memerintahkan¹⁵. Perawi pertama adalah para sahabat kemudian
para tabiin sampai kepada para penyusun hadis, seperti Bukhari Muslim dan sebagainya. 15

Maka dapat disimpulkan bahwa sanad, matan dan rawi merupakan unsur-unsur penting dalam sebuah
hadis. Ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Sanad adalah pengantar matan, kemudian matan
adalah isi atau substansi hadits yang diriwayatkan rawi sedangkan rawi adalah periwayat hadits. Jika
dilihat dari posisinya, maka sanad berada di bawah di awal hadis, matan ada di tengah hadits, sedangkan
rawi ada di akhir hadits.16

•Istilah yang berhubungan dengan generasi periwayatan

Di dalam Ulumul hadis terdapat istilah istilah tertentu yang berhubungan dengan generasi periwayatan.
Istilah tersebut diantaranya ialah:

1. Sahabat

Kata sahabat, dari segi kebahasaan adalah musitaq(turunan) dari kata shuhbah yang berarti orang yang
menemani yang lain, tanpa ada batasan waktu dan jumlah. Jadi tadi pengertian inilah ahli hadits
mengemukakan rumusan definisi sahabat orang yang bertemu dengan Nabi SAW. Dalam keadaan Islam
dan meninggal dalam keadaan Islam, meskipun di antarai oleh keadaan murtad menurut pendapat yang
Shahih.

Dari kalangan sahabat ada yang diberi gelar( dikenal dengan sebutan ) al Abdillah, yaitu mereka yang
bernama 'Abd Allah. yang dimaksud dengan Al Abdillah ini tidaklah mencangkup semua sahabat yang
bernama 'Abd Allah, yang jumlahnya, menurut Ibnu shalah adalah sekitar 220 orang, Tetapi hanya
tertuju kepada empat orang sahabat saja, yaitu 'abd allah ibn 'abbas,abd Allah ibn 'umar, ibn Allah ibn
al-zubair dan 'abd Allah ibn 'amr.

Pengkhususan 4 orang sahabat di atas, menurut Al Baihaqi adalah karena keempat orang tersebut
mempunyai peranan yang sangat besar dalam pemeliharaan dan penyebarluasan hadis-hadis Nabi SAW.
Baik di kalangan para sahabat sendiri dan terutama di kalangan tabiin, sehingga sering muncul dari
peristilahan.17

2.mukhadhramun

mukhadhramun adalah bentuk jamak dari mukhadhram, ya itu orang yang hidup di zaman Jahiliyah dan
pada masa Nabi SAW. Serta memeluk agama Islam, namun tidak sempat bertemu dengan Nabi SAW
jumlahnya menurut imam muslim sebanyak 20 orang. 18

15
ibid.

16
Asep Herdi,loc.cit

17
Nawer yaslim, Ulumul Hadits,( Jakarta: mutiara sumber Widya,1998),hlm.18

18
ibid hlm.182
3.Tabi'in

Tabi'in adalah dari kata Tabi'i atau tabi' secara bahasa berarti pengikut. Dalam istilah ilmu hadits, tabi'in
berarti orang yang bertemu sahabat satu atau lebih. Kebanyakan para ulama hadis berpendapat bahwa
tabiin adalah setiap orang yang bertemu sahabat Meskipun tidak bergaul dengannya.

4. Al mutaqaddimun

Al mutaqaddimun adalah salah satu gelar yang diberikan kepada ulama hadis berdasarkan usaha dan
perannya dalam pengembangan dan pengkajian hadis serta teknik yang digunakannya dalam membina
hadis. Yang dimaksud dengan al-mutaqaddimun adalah ulama yang hidup pada abad ke-2 dan ke-3
Hijriyah, yang telah menghimpun hadis-hadis nabi SAW.

5.Al mutha 'akhirun

Ulama Al mutha ' akhirun adalah ulama hadis yang hidup pada abad ke-4 Hijriyah dan seterusnya. Al
Dzahabi mengatakan bahwa tahun 300 Hijriah adalah tahun pemisah antara ulama mutaqaddimun
dengan mutha 'akhirun menyusun kitab-kitab mereka dengan mengutip hadis-hadis yang telah
dihimpun oleh ulama mutaqaddimun, dan selanjutnya mereka meneliti sanad-sanadnya dan
menghafalnya. Ulama mutha'akhirun yang secara langsung melakukan pariwayatan sendiri diantaranya:

Imam Al Hakim(359-405),imam al Dar al-quthni(w. 385 H) imam ibn Hibban(w.354 H) dan imam

al-thabrani(w.360 H).19

A. Amir al-Mu'minin

Gelar ini merupakan gelar tertinggi untuk ahli hadits. Pengertian ini semula digunakan untuk para
khalifah setelah Abu Bakar as-Shiddiq ra. 20 Para khalifah digelari Amir al-Mu'minin karena suatu ketika
Nabi pernah menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang: "Siapakah yang dikatakan Khalifah ? lalu
Nabi menjawab bahwa khalifah adalah orang-orang sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan hadits-
hadits beliau.21 Kemudian istilah ini diterapkan untuk para ulama hadis yang memenuhi syarat, seolah-
olah mereka berfungsi sebagai khalifah, karena sepeninggal Nabi Saw. Mereka meriwayatkan hadits-
hadits beliau dan menyampaikan hadits/sunnah beliau. 22 Adapula yang mengatakan bahwa Amir al-
Mu'minin adalah orang yang paling tinggi tingkatan hafalan, ketelitian dan pendalamannya tentang
hadits melebihi orang-orang yang berada di tingkatan sebelumnya dengan ketelitiannya menjadi sumber
rujukan bagi Al-Haakim, Al-Haafizh dan yang lainnya yang berada beberapa tingkat dibawahnya.

Ulama hadits yang berhak menerima gelar Amir al-Mu'minin ini jumlahnya tidak banyak, Mereka
adalah :23
19
ibid,hlm.187
20
Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (Banjarmasin: Comdes Kalimantan, 2005). hal. 37
21
M. Syuladi Ismail, Pengantar na Hadits (Handung: Angkasa, 1991), h, 37
22
Abdallah Karim, Membahas lima-lla Hades, op.cit.
23
M. Mizan Astori dan Ilizam Syamsuddin, Muttholeh Hadies, (Surabaya: Al-lbson, m), h
1. Abdur Rahman bin Abdullah bin Dzakwan Al-Madany (Abu Zanad)
2. Syu'bah Ibn Al-Hajjaj.
3. Sufyan Atsauri
4. Ishaq Ibn Rahawaih.
5. Ahmad Ibn Hambal
6. Al-Bukhari
7. Ad-Daruquthny
8. Imam Muslim

Dari kalangan ulama hadits mutaakhkhirin yang memperoleh gelar ini adalah 24

1.An-Nawawiy

2.Al-Mizziy

3. Az-Zahaby.

4.Ibnu Hajar al-Asqallaniy.

B.Al-Hakim

Al-Hakim yaitu gelar yang dipakai untuk ulama hadits yang menguasai hadits-hadits yang
diriwayatkannya, baik dari segi matannya, sifat-sifat periwayatnya (terpuji atau tercela), bahkan untuk
setiap periwayat diketahui biografinya, guru- gurunya, sifat-sifatnya, dan yang lam sebagainya.
Disamping itu, ia harus menghafal dengan baik lebih dari 300.000 hadits nabi lengkap dengan urutan-
urutan sanadnya, seluk beluk periwayatannya dan sebagamya. Bahkan Ada juga yang sampai
mengatakan bahwa ia adalah orang yang hafal 700 ribu hadits disertai pengetahuan mengenai para
perawinya dalam jarh wa ta'dil.

Di antara ahli hadits yang mendapat gelar ini ialah sebagai berikut:

1. Ibnu Dinar (w. 162 H.)

2. Al-Lays bin Sa'd (w. 175 H.).

3. Imam Malik bin Anas (w. 179 H.).

4. Imam asy-Syafi'iy

C. Al-Hujjah

Gelar ini diberikan kepada ahli hadits yang sanggup menghafal 300.000 hadits. baik sanad, matan,
maupun periwayatnya.25Asy-Syahwawiy juga mengemukakan definisi yang lebih umum, yaitu bahwa al-

24
Abdullah Karim, Monbahar - Hadi, open, h, 70

25
Abdullah Karim, Membahas lima-lim Hadis, op. cit, h. 71
Hujjah itu adalah orang yang hafalan hadisnya mumpuni dan mantap serta dapat mengemukakan hadits
sebagai argumen kepada orang-orang tertentu dan orang umum.

Ulama hadits yang mendapat gelar ini antara lain yaitu:

1. Hisyam bin Urwah (w. 146 H.)

2. Abu al-Huzayl Muhammad bin al-Wahid (w. 149 H.).

3. Muhammad Abdullah bin 'Amr (w. 242 H.).

D. Al-Hafiz

Gelar ini diberikan kepada ahli hadits yang sanggup menghafal 100,000 hadits, berikut matan, sanad,
maupun seluk beluk rawinya serta mampu mengadakan to dil dan tajrih terhadap para rawi tersebut. 26
Asy-Syahawiy mengemukakan bahwa definisi lain dari al-Hafiz yaitu adalah orang yang sibuk dengan
hadits riwayah dan dirayah serta memahami secara komprehensif para periwayat dan periwayatan
hadits pada masanya, mengenali guru-guru para periwayat dan guru-guru dari guru-gurunya itu, yang
mana pengetahuannya tentang generasi periwayat itu lebih besar dari yang tidak diketahuinya. 27

26
Mahmud Ali Fabbad, Menalologi Penetapan Kesal Hafer, (Bandung: Pustka Setia, 1998), h. 97
27
Abdullah Karim, Memfaham-mu Hadis,loc.cit.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Husain, A. Q. binti. (2003). No TitlePeran Wanita Dalam Periwayatan Hadis. Jakarta: Pustaka Azzam.
Abdulmun’in al-Sayyid, N. (1979). ‘Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Madinah: Universitas Islam Madinah
Al-Suyuti, A. bin A. B. Jalaludin. (2009). Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Beirut: Dar Al-Kutub
Al-’Ilmiyah.
Salih, S. (2009). Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Anda mungkin juga menyukai