Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL HADIS

DI SUSUN OLEH

1. SITI MAHPUDOH
2. SITI FADILAH
3. SOLAHUDIN
4. TINA LESTARI
5. ABDUL WAHIDIN
6. NENG YULIA

SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM ASSALAMIYAH


SERANG-BANTEN

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
KATA PENGANTAR................................................................................ 3
PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG...................................................................... 4
B. PERUMUSAN MASALAH............................................................. 4
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN......................................................... 4
BAB I : PENGERTIAN TAKHRIJ HADIS............................................ 5

A. DEFINISI TAKHRIJ HADIS......................................................... 5


B. SEJARAH DAN PENGENALAN KITAB-KITAB TAKHRIJ 6
C. METODE TAKHRIJ...................................................................... 7
D. TUJUAN DAN MANFAAT TAKHRIJ.......................................... 9

BAB II : PENUTUP...................................................................................... 10
A. KESIMPULAN................................................................................. 10
B. PENUTUP.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita
memohon pelindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu
menghembuskan kebatilan. Barang siapa yang diberi petujuk oleh Allah
SWT, maka tak seorangpun dapat menyesatkannya dan barang siapa di
sesatkan oleh-Nya maka tak seorangpun dapat memberi petunjuk
kepadanya. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat, juga pada orang-orang yang
senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya alhamdulillah makalah yang berjudul
“TAKHRIJ HADIS” ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak sekali
kekurangan penulis dalam penyusun makalah ini baik menyangkut isi atau
lainnya, mudah-mudahan semua itu dapat menjadikan cambuk bagi penulis
agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini dimasa yang akan datang

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan sumber hukum dalam islam setalah Al-Qur’an, hadis
disampaikan disampaikan oleh Rosulullah SAW atas petujuk Allah SWT,
Allah SWT memerintahkan Rosul-Nya untuk memberikan pejelasan akan
Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, dengan adanya perintah tersebut,
Rasulullah SAW telah menjelaskan Al-Qur’an pada umumnya secara
terperinci maupun secara global, hal itu interprestasikan dengan perkataan,
perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang ditetapkan olehnya, yang mana
itu disebut hadis sehingga disempurnakanlah Al-Qur’an.
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima
merupakan hadis yang sahih , hasan ataupun daif, sehingga memudahkan
kita untuk mengamati hadis tersebut. Apakah hadis maqbul atau mardud,
kegiatan takhrij hadis sangatlah penting. Serta akan menguatkan keyakinan
kita untuk mengamalkan hadis tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama
kita akan membahas tentang cara menyampaikan hadits (takhrij hadis).

B. Perumusahan Masalah
1. Apa pengertian dari Takhrij Hadis?
2. Bagaimana sejarah perkembangan dan apa saja kitab-kitab yang memuat
tentang Takhrij Hadis?
3. Bagaimana metode dalam mentakhrij hadis?
4. Apa aja tujuan dan kegunaan dalam takhrij hadis?

C. Tujuan dan Kegunaan


1. Dapat mengetahui definisi takhrij hadis.
2. Dapat mengetahui sejarah perkembangan dan kitab-kitab dalam takhrij
hadis.
3. Dapat mengetahui metode-metode dalam takhrij hadis.

4
BAB I
PENGERTIAN TAKHRIJ HADIS

A. Definisi Takhrij Hadis


Takhrij menurut bahasa memiliki beberapa makna. Yang paling mendekati
disini adalah berasal dari kata “kharaja” yang artinya nampak dari
tempatnya atau keadaannya, dan terpsah, dan kelihatan. Demikian juga
kata “Al-ikhraj” yang artinya menampakkan dan memperlihatkannaya. Dan
kata “Al-makhraj” yang artinya tempat keluar. Secara bahasa takhrij hadis
adalah “Mengelurkan sesuatu dari suatu tempat”
Sedangkan menurut istilah Muhaditsin, takhrij di artikan dalam
beberapa pengertian:
1. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan suatu hadis
dengan menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadis tersebut .
2. Mengeluarkan hadis-hadis dari kitab-kitab, kemudian sanad-sanadnya
disebutkan.
3. Menukil hadis dari kitab-kitab sumber dengan menyebut mudawinnya
serta dijelaskan martabat hadisnya.
Dari ketiga definisi di atas, maka Mahmud Al-Thahhan mendefinisikan
tentang ta’rif takhrij adalah “Takhrij itu menujukan terhadap tempat hadis
dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai
dengan keperluan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa takhrij meliputi kegiatan:
Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan penyampaian
hadis.
Penukil hadisdari kitab-kitab asal untuk dihimpun dalam suatu kitab
tertentu.
Mengutip hadis-hadis dari kitab-kitab (tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, dan
akhak) dengan menerangkan sanad-sanadnya.

5
Membahas hadis-hadis sampai diketahui martabat kualitas (maqbul-
mardudnya). Berusaha menemukan para penulis hadis tersebut dengan
rangkaian sanad-sanadnya dan menunjukan pada karya-karya mereka,
seperti kata-kata “akhrojahu al-baihaqi, akhrojahu at-tabrani fi mu’jamihi
atu akhrojuhu ahmad fi musnadihi”. Memberikan kwalitas hadis apakah
hadis itu sohih atau tidak. Penilaian ini dilakukan andaikata diperlukan.
Artinya, bahwa penilaian kwalitas suatu hadis dalam mentakhrij hadis tidak
selalu harus dilakukan. Kegiatan ini hanya melengkapi kegiatan takhrij
tersebut. Sebab, dengan diketahui dari mana hadis itu diperoleh sepintas
dapat dilihat sejauh mana dilihatnya.

B. Sejarah dan Pengenalan Kitab-Kitab Takhrij


1. Sejarah Ilmu Takhrij
Ulama-ulama terdahulu belum begitu membutuhkan ilmu takhrij hadis
ini, khususnya ulama yang berada pada awal abad ke lima, karena Allah
memberi karunia kepada mereka suka menghafal dan banyak mengkaji
kitab-kitab yang bersanad yang menghimpun hadis-hadis Nabi
Muhammad SAW. Keadaan ini terus berlanjut sampai beberapa abad,
sehingga tradisi kecintaan terhadap hafalan dan kajian kitab-kitab hadis
seta sumber runjukan pokoknya menjadi lemah. Ketika tradisi ini lemah,
para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui
sumber suatu hadis yang terdapat dalam kitab Fiqih, Tafsir dan Tarikh,
maka muncullah segolongan ulama yang melakukan Takhrij Hadis
terhadap karya-karya ilmu tersebut dan menjelaskan kedudukan hadis
itu apakah statusnya shohih, hasan atau doif. Waktu itu muncul kutub at-
takhrij (kitab-kitab takhrij). Kitab-kitab takhrij generasi pertama, seperti
yang dikemukan oleh Mahmud al-Thahhan adalah kitab-kitab buah pena
al-khatib al-baghdadiy. Diantara kitab yang terkenal adalah:
a. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al- Ghoroib karya Abi
Al-Ghoroib,
b. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi
Qosim al-Mahrowani.
c. Kitab takhrij hadis al-Muhazzab oleh karya muhammad bin musa al-
Hazimi.

6
Kemudian pada masa selanjutnya, karya-karya dalam bidang ilmu takhrij
hadis semakin meluas hingga mencapai puluhan. Sumbangan karya-karya
tersebut tidak dapat dipungkiri sangat signifikan terhadap perkembangan
ilmu-ilmu keislaman lainnya. Mahmud At-Tahhan menyebutkan bahwa
tidak diragukan lagi cabang ilmu takhrij ini sangat penting sekali bagi setiap
ilmuan yang bergelut dibidang ilmu syariah khususnya bagi yang bergelut
dibidang ilmu hadis dengan ilmu ini seorang bisa memeriksa hadis
kesumber asalnya.
C. Metode Takhrij
Didalam melakukan takhrij, ada lima metode yang dapat dijadikan
sebagai pedoman, yaitu:
1. Takhrij berdasarkan perawi sahabat.
Metode ini adalah metode dengan cara mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis, adapun kitab-kitab pembantu dari metode ini
adalah
a. Al-Masanid (musnad-musnad). Dalam kitab ini disebutkan hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. Selama kita
sudah mengetahui nama sahabat yang diriwayatkan hadis, maka kita
mencari hadis dalam kitab ini hingga mendapatkan petunjuk dalam satu
musnad dari kumpulan musnad tersebut. Musnad yang dapat digunakan
adalah; Musnad Ahmad ibn Hambal, Musnad Dawud Al-Tayalisi, Musnad
Al Humaidi, Musnad Abu Hanifah, Musnad As Syafi’i. Cara penggunaannya
adalah; misalnya sahabat yang diriwayatkan hadis itu bernama Ali, maka
pencarian atau penelusuran dilakukan melalui huruf Ain.
b. Kitab-kitab Al-Atraf.
Kebanayakan kitab al-atraf disusun berdasarkan musnad-musnad para
sahabat dengan urutan nama mereka dengan sesuai huruf kamus. Jika
seseorang peneliti mengetahui bagian dari hadis itu, maka dapat merujuk
pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi,
untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap. Diantara kitab-kitab al-
atraf yang dapat dipergunakan adalah; Atraf As Shohihayn, karya kitab Al
Wasiti dan Al Dimashqi, Tuhfatul Al Ashrof bi Ma’rifat Al Atraf karya ibn
Asakir, Ithaf Al Mahram bi Atraf Al Ashrah karya ibn Hajar Al Asqalani.
Cara penggunaan kitab ini seperti cara menggunakan kitab musnad
artinya disusun secara alfabetis Hija’iyah.

7
c. Al-maajim (mujam-mujam). susunan hadis di dalamnya berdasarkan
urutan musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) sesuai huruf
hijaiya. Dengan mengetahui nama sahabat dapat dimudahkan untuk
merunjuk hadisnya. Dan kitab mu’jam yang dapat digunakan adalah
mu’jam Al Khabir, Mu’jam Al Awsat dan Mu’jam Al Saghir yang
dikesemuannya adalah karya Al Tabrani. Juga kitab Mu’jam As
Shahabh karya Al Hamdani, dan cara penggunaannya tidak jauh
berbeda dengan kitab munad dan kitab Atraf.
Kelebihan metode ini adalah bahwa proses takhrij dapat dipendek. Akan
tetapi, kelemahan dari metode ini adalah ia tidak dapat digunakan dengan
baik, apa bila perawi yang hendak diteliti itu tidak diketahui.

1. Takhrij Melalui Lafadz Pertama Matan Hadis


Metode Takhrij Hadis menurut lafadz pertama, yaitu suatu metode
yang berdasarkan pada lafadz pertama matan hadis, sesuai dengan
urutan huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini
mempermudah pencarian hadis yang dimaksud. Untuk mengetahui
lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus
dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal
matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus
besar yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan
hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Metode ini mempunyai
kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang
mukharij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan
tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu apabila terdapat
kelainan atau perbedaan lafadz pertamanya sedikit saja, maka akan
sulit untuk ditemukan hadis yang dimaksud.

2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis


Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang
terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata
kerja.
Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi dicantumkan
adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud

8
dapat diperoleh dengan cepat. Pengunaan metode ini akan lebih
mudah manakala menitik beratkan pencarian hadis berdasarkan
lafadznya yang asing dan jarang pengunaannya.
3. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Metode ini berdasarkan dari tema dari suatu hadis. Oleh karena itu
yang melakukan takhrij dari metode ini, perlu terlebih dahulu
disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan di takhrij dan kemudian
baru mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun
menggunakan metode ini. Sering kali suatu hadis memiliki lebih dari
satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mentakhrij harus
mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh hadis
tersebut. Contohnya: “Dibangun islam atas lima pondasi yaitu:
kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu
adalah Rasulullah, mendirikan sholat, membayar zakat,berpuasa bulan
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji yang mampu.”

Hadis di atas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat,


zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadis
diatas harus dicari didalam kitab-kitab hadis dibawah tema-tema
tersebut. Cara banyak dibantu dengan kitab “Miftah Kunuz As-Sunnah”
yang berisi daftar isi hadis yang disusun berdasarkan judul-judul
pembahasan. Dari keterangan diatas jelaslah bahwa takhrij dengan
metode ini sangat tergantung pada perkenalan terhadap tema hadis.
Untuk itu seorang mukharij harus memiliki beberapa pengetahuan
tentang kajian islam secara umum dan kajian fiqih secara khusus.

1. Tujuan dan Manfaat Takhrij


Tujuan takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di
takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-
hadis tersebut. Dengan cara ini kita akan mengetahui hadis-hadis yang
mengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku
sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan pokok dari takhrij yang ingin
9
di capai olehseorang peneliti:
A. Mengetahui eksisten suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
B. Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja.
C. Mengetahui ada beberapa tempat hadis tersebut dengan sanadyang
berbeda didalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk
hadis.
D. Menegtahui kualitas hadis (maqbul/diterima atau mardud/tertolak)

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwasannya ilmu takhrij hadis sangat perlu dipelajari, karena itu
mengetahuia riwayat suatu hadis, baik sanad, matan, perowi dan
berkaitan dengan hadis. Ada perbedaan di kalangan ulamahadis dalam
mendefinisikan Takhrij Hadis, namun dapat disimpulakan bahawa
takhrij hadis adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada
kitab-kitab jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan
menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih, hasan atau doif.
Ada beberapa cara dalam mentakhrij hadis:
1. Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis.
2. Takhrij menurut lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan.
3. Takhrij menurut rawi pertama
4. Takhrij menurut tema hadis
Beberapa kitab yang diperlukan dalam mentakhrij hadis adalah:
1. Usul Takhrij oleh Mahmud Attahhan.
2. Hushul at-takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad Al Gharami.
3. Turuq Takhrij oleh Abul Muhdi.
4. Al-Mu’jam al-mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J. Wensinck

A. PENUTUP
Akhirnya dengan segala keterbatasan dalam penyusun makalah ini,
penulis mencoba menjabar apa yang sudah dipelajari ULUMUL HADIS
terkait tentang TAKHRIJ HADIS. Tentunya dari semuanya itu penulis
sadar
masih banyak sekali kekurangan. Terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ash Shidqi, Teungku Muhammad Hashbi. 2009. Sejarah dan pengantar


ILMU HADIS, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Al-Qaththan, Manna. Pengantar studi Ilmu Hadis. 2008. Jakarta: pustaka Al-
kausar.

12

Anda mungkin juga menyukai