Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TUJUAN DAN KEGUNAAN TAKHRIJ HADITS,SEJARAH TAKHRIJ HADITS


DAN MENTAKHRIJ HADIST
DOSEN PENGAMPU : M. SYAM’UN ROSYADI, S.HI.,M.H

DI BUAT OLEH :
1. Anjarsari ( 1997174052)
2. Definaila Putri Aidah ( 1997174017 )

UNIVERSITAS HASIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini tepat pada waktunya yang berjudul “TUJUAN DAN KEGUNAAN TAKHRIJ
HADITS,SEJARAH TAKHRIJ HADITS DAN MENTAKHRIJ HADIST”,Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah study al hadits yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. 

Jombang , 27 April 2020

penulis

2
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4
C. TUJUAN .................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN ……..........................................................................................5
A. DEFINISI TAKHRIJ HADITS .............................................................................5
B. SEJARAH TAKHRIJ HADITS...............................................................................5
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN TAKHRIJ HADITS...............................................6
D. SYARAT –SYARAT ORANG YANG MENTAKHRIJ HADITS........................7
E. MENTAKHRIJKAN HADITS ...............................................................................8
BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam setelah Al-Qur’an, hadits di
sampaikan oleh Rasulullah SAW atas petunjuk Allah SWT, Allah SWT
memerintahkan Rasul-Nya untuk memberikan penjelasan akan Al-Qur’an yang
diturunkan padanya. Rasulullah SAW pun telah menjelaskan Al-Qur’an pada
umatnya secara terperinci maupun secara global, hal itu di interpretasikan dengan
perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang di tetapkan olehnya, yang mana
itu disebut hadits sehingga sempurnalah Al-Qur’an
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima
merupakan hadits yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita untuk
mengamati hadits tersebut. Apakah hadits maqbul atau mardud, kegiatan takhrij
hadits sangatlah penting. Serta akan menguatkan keyakinan kita untuk mengamalkan
hadits tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama akan membahas Tujuan Dan
Kegunaan Takhrij Hadits,Sejarah Takhrij Hadits Dan Mentakhrij Hadist.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Takhrij Hadits ?
2. Bagaimana sejarah Takhrij Hadits ?
3. Bagaimana cara men takhrij hadits ?
4. Apa saja tujuan dan kegunaan dari Takhrij Hadits?
C. TUJUAN
1. Agar dapat  mengetahui definisi Takhrij Hadits.
2. Agar dapat mengetahui sejarah takhrij hadits.
3. Agar dapat mengetahui cara men takhrij hadits.
4. Agar dapat mengetahui apa saja tujuan dan kegunaan dari Takhrij Hadits

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TAKHRIJ HADITS
Takhrij menurut lughat berasal dari kata, yang berarti ‘tampak’ atau ‘jelas’.
Takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling berlawanan
dalam satu persoalan, namun secara mutlak, ia diartikan pleh para ahli bahasa dengan
arti ‘mengeluarkan’ (al-istinbath), ‘melatih’ atau ‘membiasakan’ (at-tadrib). dan
‘menghadapkan’ (at-taujih).
Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist didalam
sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
Maka takhrij hadits adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada
kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan menyebutkan kualitas
hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau dhoif.
B. SEJARAH TAKHRIJ HADITS
Ulama-ulama terdahulu belum begitu membutuhkan ilmu takhrij hadits ini,
khususnya ulama yang berada pada awal abad kelima, karena Allah memberi karunia
kepada mereka suka menghafal dan banyak mengkaji kitab-kitab yang bersanad yang
menghimpun hadits-hadits Nabi SAW. Keadaan ini terus berlanjut sampai beberapa
abad, hingga tradisi kecintaan terhadap hafalan dan kajian kitab-kitab hadits serta
sumber rujukan pokoknya menjadi lemah. Ketika tradisi ini lemah, para ulama
selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber suatu hadits yang
terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh, maka muncullah segolongan ulama
yang mulai melakukan Takhrij hadits terhadap karya-karya ilmu tersebut dan
menjelaskan kedudukan hadits itu apakah statusnya shohih. Hasan atau dhoif. Waktu
itulah muncul kutub at-takhrij (kitab-kitab takhrij.
Ulama yang pertama kali melakukan takhrij menurut mahmud Ath-Thahhan
adalah Al-Khathtib Al-Baghdadi (w. 436 H). Kemudian, dilakukan pula oleh
Muhammad bin Musa Al-Hazimi (w.584 H) dengan karyanya yang berjudul Takhrij
Ahadits Al-Muhadzdzab. Ia men-takhrij kitab fiqh syafi’ah karya Abu Iahaq Asy-
Syirazi. Ada juga ulama lainnya, seperti Abu Al-Qasimi Al-Husaini dan Abu Al-
Qasim Al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya beberapa mahthuthah
(manuskrip) saja. Pada perkembangan selanjutnya, cukup banyak kemunculan kitab
yang berupaya men-takhrij kitab-kitab dalam berbagai ilmu agama.7
Di antara kitab-kitab takhrij tersebut, adalah sebagai berikut 8 :
5
1. Takhrij Ahadits Al-Muhadzdzabi, karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy-
Syafi’I (w.548 H).
2. Takhrij Ahadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib, karya muhammad bin
Ahmad Abdul Hadi Al-maqdisi (w.744 H).
3. Nasbhu Ar-Rayah li Ahadits Al-Hidayah li Al-Marghinani, karya Abdullah bin
yusuf Az-Zaila’I (w.762 H).
4. Takhrij Ahadits Al-Kasysyaf li Az-Zamaksyari, karya Al-Hafidz Az-Zaila’i.
5. Al-Badru al-Munir fi Takhrij Al-atsar Al-Waqi’ah fi Asy-Syarhi Al-Kabir li Ar-
Rafi’I, karya Umar bin Ali bin Ali bin al-Mulaqqin (w. 804 H).
6. Al-Mughni’an Hamli Al-Asfar fi Al-Asfar fi Takhriji ma fi Al-Ihya’min Al-
akhbar, karya Abdurrahman bin Al-Husaini Al ‘Iraqi (w.806 H).
7. Takrij Al-Ahadits allati Yusyiiru iliahi At-Tirmidzi fi Kulli Bab, karya Al-Hafizh
Al-Iraqi.
8. At-Talkhish Al-Habir fi Takhrij Ahaditsi syarh Al-Wajiz Al-Kabir li Ar-Rafi’I,
karya Ahmad bin Ali Hajar Al-Asqalani (w.852 H).
9. Ad-Dirayah fi Takhrij Ahadits Al-Hidayah, karya Al-Hafizh ibnu Hajar.
10. Tuhfatu Ar-Rawi fi Takhrij Ahaditsi Al-Baidhawi, karya Abdurauf Ali Al-
Manawi (w.1031 H).
C. TUJUAN DAN DAN KEGUNAAN TAKHRIJ HADITS
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pokok
dari Takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:
a. Mengetahui eksitensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin diteliti
terdapat dalam buku-buku hadits atau tidak.
b. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja.
c. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam
sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk hadits.
d. Mengetahui kualitas hadits (maqbul/ diterima atau mardud/ tertolak).
e. Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij
AFaedah dan manfaat takhrij cukup banyak di antaranya yang dapat dipetik oleh
yang melakukannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui referensi beberapa buku hadits, dengan takhrij seseorang dapat
mengetahui siapa perawi suatu hadits yag di teliti dan di dalam kitab hadits apa
saja hadits tersebut di dapatkan.

6
2. Menghimpun sejumlah sanad hadits,dengan takhrij seseorang dapat menemukan
sebuah hadits yang akan diteliti di sebuah atau beberapa buku induk hadits,
misalnya terkadang di beberapa tempat di dalam kitab Al-bukhari saja,atau di
dalam kitab- kitab lain.Dengan demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan mengetahui
kadar kemampuan perawi dalam mengingat hadits serta kejujuran dalam
periwayatan.
4. Mengetahui status suatu hadits.Terkadang ditemukan sanad suatu hadits dha’if,
tetapi melalui sanad lain hukumnya shahih.
5. Meningkatkan suatu hadits yang dhoif menjadi hasan li ghayrihi karena adanya
dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.
6. Dapat diketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang sedang
menjadi topik kajian.
7. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat.
Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak
bertambah.
8. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li
dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, akan dapat diketahui istilah hadis
mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya.
9. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah
mengetahui bahwa hadis tersebut adalah makbul ( dapat diterima). Sebaliknya,
orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadis tersebut
mardud (ditolak).
10. menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari
Rasullullah SAW. Yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang
kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
D. SYARAT-SYARAT BAGI ORANG MENTAHKRIJKAN
Kita tidak boleh menerima begitu saja penelitian seorang Ulama terhadap
ulama lainnya, melainkan harus jelas dulu sebab-sebab penilaian tersebut. Terkadang,
orang yang menganggap orang lain cacat, malah ia sendiri juga cacat. Dibawah
merupakan syarat bagi orang yang mentahkrijkan hadis , diantaranya :
1. Berilmu pengetahuan
2. Takwa’

7
3. wara’ (orang yang selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa-dosa kecil,
dan makruhat-makruhat).
4. jujut,menjahui fanatik golongan,
5. mengetahui sebab-sebab untuk mentahkrijkan

E. MENTAKHRIJ HADIST
Secara garis besar, ada dua cara men-takhrij hadis (takhrijul hadis) dengan
menggunakan kitab-kitab sebagaimana telah disebutkan di atas. Adapun dua macam
cara takhrijul hadis yaitu :
1. Metode Takhrij Hadis menurut lafazh pertama
Metode takhrij hadis menurut lafazh pertama, yaitu suatu metode yang
berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan urutan huruf-
huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarian
hadis yang dimaksud.
kitab yang menggunakan metode ini, di antaranya kitab Al-fami As-
Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nazir, yang disusun oleh jalaludin Abu Fadhil
Abd Ar-Rohman Ibn Abi Bakar Muhammad Al-Khudri As-Suyuthi. Dalam
ini, hadis-hadis disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah sehingga pencarian
hadis yang dimaksud sangat mudah. Juga di dalamnya dimuat petunjuk para
Mukharij hadis yang bersangkutan (dalam Mashdar Al-Ashli) dan pernyataan
kualitas hadis yang bersangkutan.
contohnya hadis nabi berikut ni,
Untuk mengetahui lafazh lengkap dari penggalan matan tersebut,
langah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada
urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam
kamus yang disusun oleh Muhammad Faud Abdul Baqi, penggalan hadis
tersebut terdapat dihalaman 2014. Berarti, lafazh yang dicari berada berada
pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang
dicari adalah .
Dari Abu Hurairah bahwa Rasullullah SAW. bersabda, “(Ukuran)
orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam
berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang
mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.
2. Metode Takhrij menurut Lafazh-Lafazh yang Terdapat dalam Hadis
8
Metode takhrij hadis menurut lafazh yang terdapat dalam hadis, yaitu
suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang terdapat dalam matan
hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak
digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya
sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-
Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Hadis An-Nabawi, yang disusun oleh
A.J.Wensink dan kawan-kawan, yang kemudian diterjemahkan oleh
Muhammad Fuad Abd Al-Baqi. Kitab yang menjadi rujukan kitab kamus
tersebut adalah shahih Abu Daud , Sunan An-Nasa’I, Sunan At-Tirmidzi,
Sunan Ad-Darimi, Muawatha Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hanbal.
Contohnya Hadis berikut ini :
Dalam mencari hadis tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-
Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fazh An-Nabawi, berdasarkan kata kunci dan
Kata kunci dicari pada juz yang memuat huruf awal (dalam hal ini
juz II), kata dicari pada juz yang memuat huruf qaf (dalam hal ini juz V), dan
kata dicari pada juz yang memuat huruf tsa (dalam hal ini juz I).
Setelah masing-masing juz diperiksa, yakni untuk tiap-tiap penggalan
matan yang dimaksud, data yang disajikan oleh kitab-kitab Al-Mu’jam Al-
Mufahros li Al-fadz Al-Hadis An-Nabawi, adalah sebagai berikut :
Juz Halaman Lambang yang Dikemukakan
I 298 17 ‫ﻭﺩ ﺣﺩ‬
II 280 , 22 ‫ﻭﺩ ﺣﺩ ﺝ‬
V 465

3. Mencari Hadis Berdasarkan Tema


Upaya mencari hadis terkadang tidak didasarkan pada lafazh matan
(materi) hadis, tetapi berdasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadis
berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis yang ingin
memahami petunjuk-petunjuk hadis dalam segala konteksnya.

9
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah tertentu dapat
ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab itu biasanya tidak menunjukan
teks hadis menurut para periwayatnya masing-masing. Padahal, untuk
memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan pengkajian
terhadap teks-teks hadis menurut periwayatnya masing-masing. Dengan
bantuan kamus hadis tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut
riwayat dari berbagai periwayat akan mudah dilakukan. Salah satu kamus
hadis itu adalah kitab Miftahu Al-Qunuz As-Sunnah (Untuk empat belas kitab
hadis dan kitab tarikh nabi).
Kitab tersebut merupakan kamus hadis yang disusun berdasarkan topik
masalah. Pengarang asli kamus hadis tersebut adalah Dr.A.J.Wensinck
(w.1939 M), seorang orientalis yang besar jasadnya dalam dunia perkamusan
hadis. Sebagaimana telah dibahas dalam uraian terdahulu.
Naskah yang berbahasa Inggris diterbitkan untuk pertama kalinya pada
tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.
Dalam kamus hadis tersebut dikemukakan berbagai topik, baik yang
berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan petunjuk nabi
maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan
nama. Setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik dan untuk setiap
subtopik dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Takhrij hadits adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada kitab-
kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan menyebutkan kualitas hadis
tersebut apakah sohih, Hasan atau dhoif.
Bahwasanya ilmu takhrij hadits sangat perlu dipelajari, karena untuk
mengetahui riwayat suatu hadits, baik sanad, matan, perowi dan yang berkaitan
dengan hadits
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan
cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memerhatikan kaidah-
kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-
usul maupun kualitasnya.
Manfaat takhrij hadits itu sendiri adalah memberikan informasi apakah hadits
itu termasuk hadits shahih, hasan ataupun dhaif, memberikan kemudahan bagi orang
yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa hadits itu makbul (dapat diterima), dan
menguatkan keyakinan bahwa hadits itu benar-benar berasal dari Rasulullah SAW.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/sejarah-takhrij-hadis.html, Di akses pada tanggal 27
april 2020 pukul 10.00
https://www.academia.edu/37908744/MAKALAH_TAKHRIJ_HADIS , Di akses pada tanggal 27
April 2020 pukul 12.00
https://www.academia.edu/24552330/TAKHRIJ_HADITS , Di akses pada tanggal 27 April 2020
pukul 02.00

12

Anda mungkin juga menyukai