TAKHRIJ HADIS I
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada
KELOMPOK 2 :
FAKULTAS USHULUDDIN
T.H 2022
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB I PEMBAHASAN.......................................................................................3
BAB II KESIMPULAN....................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menilik pada banyaknya orang menisbahkan banyak hal kepada Islam
dan menyandarkannya juga kepada Rasulullah Saw, dalam bentuk kebohongan
dan penyimpangan, maka ini mengakibatkan munculnya fitnah. Kondisi
sebagaimana hal tersebut, mendorong Ulama Hadits untuk mulai memikirkan
sekaligus melakukan aneka tindakan ilmiah yang dipandang perlu agar dapat
segera lepas dari jerat situasi tersebut. Sehingga para Ulama Hadits pada
akhirnya memutuskan menghasilkan rumusan tentang prinsip-prinsip dan tata
aturan Takhrij semata-mata demi memperkuat / memperjelas kesahihan suatu
Hadits, yang secara generatif melahirkan berbagai macam karya tulis yang
kelak dinamai “Kutub al-Takhrij”, Kitab yang tidak hanya berhasil
mengembalikan matan pada transmisinya, tetapi juga menjelaskan aspek
orisinalitas dan kualitas redaksional suatu Hadits, bahkan dianggap diperlukan
menerangkan kualitas transmisinya.
Ilmu ini memiliki peran urgen bagi dunia yang terkait dengan hadits
sebagai sumber hukumIslam ke dua, perkembangan Ilmu Takhrij sangat di
butuhkan pada dunia al-Qur’an dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberi rumusan
masalah agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam
menjawab permasalahannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
makalah ini yaitu :
1
C. Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah
disampaikan. Perihal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari penulisan makalah
ini :
2
BAB I
PEMBAHASAN
Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh Ulama Hadits, kata Al-Takhrij
mempunyai beberapa arti:
3
Menunjukkan atau mengemukakan letak asal Hadits dari sumbernya yang
asli, yakni berbagai kitab, yang didalamnya dikemukakan Hadits itu secara
lengkap dan jelas dengan sanad-nya masing-masing. Lalu untuk
kepentingan penelitian, dijelaskan pula kualitas Hadits yang bersangkutan.
4
sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad Hadits yang
bersangkutan1.
1
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis, (Bandung: Tafakur, 2012), hlm 2-3.
2
Majid Khon, Ulumul Hadits.....119.
5
Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal
suatu matan dimulai dengan huruf ba maka dicari pada bab ba dan
seterusnya. Takhrij seperti ini diantaranya dengan menggunakan kitab Al-
Jami’ asl-Saghir atau Al-Jami’ al-Kabir karangan al-Suyuthi dan Mu’jam
al-Jami’ al-Ushul fi ahadith al-Rasul¸ karya Ibn al-Athir.3
d Takhrij melalui sanad pertama (bi al-rawi al-a’la)
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling
atas, yakni para sahabat (hadits muttasil) atau tabi’in (dalam hadits
mursal). Berarti peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya
dikalangan sahabat atau tabi’in, kemudian dicari dalam kitab Musnad atau
Al-Atraf.4
e Takhrij denga sifat (bi al-sifah)
Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan diatas tentang metode
takhrij. Seseorang dapat memilih metode mana yang teoat untuk
ditentukannya sesuai dengan kondisi tersebut. Jika suatu hadits sudah
dapat diketahui sifatnya, misalnya Mawdu’, atau shahih, qudsi, mursal,dan
lain-lain. Sebaliknya, di-takhrij melalui kitab-kitab yang telah
menghimpun sifat-sifat tersebut.5 Misalnya hadits shahih akan lebih
mudah di-takhrij melalui kitab-kitab himpunan hadits shahih seperti
Shahih Bukhari atau Shahih Muslim.
3
Ibid, hlm. 123
4
Ibid, hlm. 126.
5
Ibid, hlm. 127.
6
C. Tujuan Ilmu Takhrij Hadits
Dalam melakukan Takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai
pula.Tujuan pokok dari Takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah sebagai
berikut:
Mengetahui eksistensi suatu Hadits apakah benar suatu Hadits yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku Hadits atau tidak.
Mengetahui sumber otentik suatu Hadits dari buku Hadits apa saja yang
didapatkan
Mengetahui ada beberapa tempat Hadits tersebut dengan sanad yang
berbeda didalam sebuah buku Hadits atau dalam beberapa buku induk
Hadits.
Mengetahui kualitas Hadits (maqbul/diterima) atau (mardud/tertolak)6
Untuk mengetahui asal-usul riwayat Hadits yang akan diteliti. Status dan
kualitas suatu Hadits akan sangat sulit diteliti jika tidak diketahui asal-
usulnya lebih dulu. Juga, sanad dan matan hadis, termasuk susunannya
menurut sumber pengambilannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
asal-usul Hadits yang akan diteliti itu melalui Takhrijul Hadits menjadi
mutlak dimiliki lebih dulu.
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2020), hlm 130.
7
Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Riwayah, No. 1, Tahun (2016), hlm 151.
7
Untuk mengetahui seluruh riwayat Hadits yang akan di teliti. Hadits yang
akan di teliti bisa jadi memiliki lebih dari satu sanad. Boleh jadi 4 studi
Takhrij Hadits juga, salah satu sanad dari Hadits itu berkualitas shahih.
Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas dhaif dan shahih, seluruh
riwayat Hadits itu harus di ketahui lebih dahulu. Dalam kaitannya dengan
masalah inilah kegiatan takhrij Hadits menjadi sangat penting.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi` di dalam sanad
yang diteliti. Ketika hadis diteliti salah satu sanadnya, boleh jadi, ada
periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti.
Dukungan (corrburation) itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat
pertama tingkat sahabat Nabi disebut sebagai syahid. Bila terdapat di
bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutabi`. Dalam
penelitian sebuah sanad, syahid, yang didukung oleh sanad yang kuat
dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi` yang
memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat
ditingkatkan kekuatannya oleh mutabi` tersebut. Untuk mengetahui,
apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutabi`, maka seluruh sanad
Hadits itu harus dikemukakan. Itu berarti, Takhrij Al-Hadits harus
dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan Takhrij Al-Hadits, kita tidak
dapat mengetahui secara pasti seluruh sanad tentang Hadits yang sedang
diteliti8.
8
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis, ( Bandung: Tafakur, 2012), hlm 3-4.
8
BAB II
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Takhrij Hadits ialah penelusuran Hadits yang dilakukan oleh para
peneliti Hadits dari sumber aslinya, atau dari buku induk Hadits untuk diteliti
sanad dan matan-nya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Hadits riwayah dan
dirayah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang sama dengan
peneliti lain tentang kualitas suatu Hadits.
B. Saran
Makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Juga penulis
sarankan kepada pembaca untuk dapat mengkaji lebih lanjut Kitab-Kitab
berkaitan dengan Takhrij Hadits lainnya untuk menambah pemahaman karena
referensi yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini sangat terbatas
9
DAFTAR PUSTAKA
Reza Pahlevi Dalimunthe. 2015. Takhrij Hadits 1. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Ahmad Izzan. 2012. Studi Takhrij Hadits. Bandung: Tafakur (Anggota Ikapi
berkhidmat untuk Ummat).
Abdul Majid Khon. 2007. Ulumul Hadis. Jakarta: AMZAH (Imprint Bumi
Aksara)
10