Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK PEMBIMBING :

H. Nixon Husin, Lc, M.Ag

TAKHRIJ HADIS I
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada

Mata Kuliah “Takhrij Hadis I”

KELOMPOK 2 :

ABEL RAZALI : 12030213725

AULYA RAHMA SUCI : 12030226140

PATMA DEWI : 12030225534

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.H 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas rahmat-Nya


sehingga penulisan makalah yang berjudul “Takhrij Hadits I” ini dapat
terselesaikan dengan efektif dan efesien. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang senantiasa kita harapkan syafa’atnya di
akhirat kelak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Pengampu
mata kuliah Takhrij Hadits I yakni Ustadz Nixson Husin, H., Lc., M.Ag., yang
telah memberikan masukan dan arahan hingga terselesaikannya makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan Mahasiswa yang
telah memberikan dukungan dan partisipasinya dalam penulisan makalah ini.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 1 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TAKHRIJ HADIS I................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Takhrij Hadits..........................................................................3

B. Metode Takhrij Hadits...............................................................................5

C. Tujuan Ilmu Takhrij Hadits.......................................................................7

D. Urgensi Mempelajari Takhrij Hadits.........................................................7

BAB II KESIMPULAN....................................................................................9

A. Kesimpulan................................................................................................9

B. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menilik pada banyaknya orang menisbahkan banyak hal kepada Islam
dan menyandarkannya juga kepada Rasulullah Saw, dalam bentuk kebohongan
dan penyimpangan, maka ini mengakibatkan munculnya fitnah. Kondisi
sebagaimana hal tersebut, mendorong Ulama Hadits untuk mulai memikirkan
sekaligus melakukan aneka tindakan ilmiah yang dipandang perlu agar dapat
segera lepas dari jerat situasi tersebut. Sehingga para Ulama Hadits pada
akhirnya memutuskan menghasilkan rumusan tentang prinsip-prinsip dan tata
aturan Takhrij semata-mata demi memperkuat / memperjelas kesahihan suatu
Hadits, yang secara generatif melahirkan berbagai macam karya tulis yang
kelak dinamai “Kutub al-Takhrij”, Kitab yang tidak hanya berhasil
mengembalikan matan pada transmisinya, tetapi juga menjelaskan aspek
orisinalitas dan kualitas redaksional suatu Hadits, bahkan dianggap diperlukan
menerangkan kualitas transmisinya.

Ilmu ini memiliki peran urgen bagi dunia yang terkait dengan hadits
sebagai sumber hukumIslam ke dua, perkembangan Ilmu Takhrij sangat di
butuhkan pada dunia al-Qur’an dan Hadits.

B. Rumusan Masalah
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberi rumusan
masalah agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam
menjawab permasalahannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
makalah ini yaitu :

1. Apakah definisi dari Takhrij Hadits?


2. Bagaimana metode takhrij hadits?
3. Apa tujuan IlmuTakhrij Hadits?
4. Bagaimana urgensi mepelajari Takhrij Hadits?

1
C. Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah
disampaikan. Perihal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari penulisan makalah
ini :

1. Mendeskripsikan defenisi dari Takhrij Hadits


2. Menjelaskan metode Takhrij Hadits
3. Menerangkan tujuan IlmuTakhrij Hadits
4. Menjelaskan urgensi mempelajari Takhrij Hadits

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Hadits


Dr. Mahmud al-Thahan menjelaskan bahwa kata al-takhrij menurut
pengertian asal bahasanya ialah “berkumpul dua perkara yang berlawanan pada
sesuatu yang satu”. Kata al-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam
pengertian dan pengertian yang popular untuk kata al-takhrij itu ialah: (1) al-
istimbat (hal mengeluarkan); (2) al-tadrib (hal melatih atau hal pembiasan); dan
(3) al-taujih (hal memperhadapkan).

Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh Ulama Hadits, kata Al-Takhrij
mempunyai beberapa arti:

 Mengemukakan Hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para


periwayatnya di dalam sanad yang menyampaikan Hadits itu, berikut
metode periwayatan yang ditempuhnya.
 Ulama Hadits mengemukakan berbagai Hadits yang telah di kemukakan
oleh para guru Hadits, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunanya
dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau
temannya,atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari
pada penyusun kitab atau karya tulis yang di jadikan sumber pengambilan.
 Menunjukkan asal-usul Hadits dan mengemukakan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab Hadits yang disusun oleh para
Mukharijnya lagsung yakni periwayat yang menjadi penghimpun bagi
Hadits yang mereka riwayatkan.
 Mengemukakan Hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber,
yakni: kitab-kitab Hadits, yang di dalamnya disertakan metode
periwayatan dan sanadnya, serta diterangkan pula keadaan para periwayat
dan kualitas Haditsnya.

3
 Menunjukkan atau mengemukakan letak asal Hadits dari sumbernya yang
asli, yakni berbagai kitab, yang didalamnya dikemukakan Hadits itu secara
lengkap dan jelas dengan sanad-nya masing-masing. Lalu untuk
kepentingan penelitian, dijelaskan pula kualitas Hadits yang bersangkutan.

Di antara lima pengertian Al-Takhrij di atas, pertama merupakan salah satu


kegiatan yang telah dilakukan oleh para periwayat Hadits. Mereka menghimpun
Hadits ke dalam kitab Hadits yang disusunnya. Misalnya, Imam al-Bukhari
dengan kitab Shahihnya; Imam Muslim dengan kitab Shahih-nya; dan Abu
Dawud dengan kitab Sunan-nya.

Pengertian Al-Takhrij yang kedua, dilakukan oleh banyak Ulama Hadits.


Misalnya, Imam al-Baihaqi yang banyak“mengambil” Hadits dari Takhrij Hadis
dan Sejarah Perkembangannya 3 Kitab as-Sunan yang disusun oleh Abu Hasan al-
Bisri al-Saffar. Lalu, Imam al-Baimengemukakan sanadnya sendiri.

Pengertian Al-Takhrij yang ketiga, banyak dijumpai di dalam kitab himpunan


Hadits. Misalnya, Bulughul Maram susunan Ibn Hajar al- `Asqalani. Hadits yang
dikutip tidak hanya matan, juga nama mukharij dan nama periwayat pertama
(Sahabat Nabi Saw) yang meriwayatkan hadis itu.

Pengertian istilah Al-Takhrij keempat, biasanya, digunakan oleh Ulama ahli


Hadits untuk menjelaskan berbagai Hadits yang termuat di dalam kitab tertentu.
Misalnya, kitab Ihya` `Ulumuddin susunan Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M).
Di dalam penjelasannya, Imam al-Ghazali mengemukakan sumber atau rujukan
pengambilan tiap-tiap Hadits, beserta kualitasnya. Zainuddin `AbdirRahman bin
al-Husain al-`Iraqi (w. 806 H/1404 M) berhasil menyusun Kitab Takhrij Hadits
untuk kitab Ihya` `Ulumiddin dengan dengan judul Ikhtibar al-Ihya` bi Akhbar al-
Ihya`. Kitab ini terdiri dari empat jilid.

Pengertian Al-takhrij kelima, biasanya digunakan untuk kegiatan penelitian.


Takhrij dalam pengertian ini ialah upaya penelusuran atau pencarian Hadits dari
berbagai kitab sebagai sumber asli dari Hadits yang bersangkutan yang di dalam

4
sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad Hadits yang
bersangkutan1.

Sehingga dapat disimpulkan daripada Pengertian Takhrij Hadits pada


definisi-definsi yang telah dikemukakan tersebut ialah Penelusuran Hadits yang
dilakukan oleh para peneliti Hadits dari sumber aslinya, atau dari buku induk
Hadits untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
Hadits riwayah dan dirayah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan
yang sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu Hadits.

B. Metode Takhrij Hadits


Ada beberapa metode dalam men-Takhrij Hadits, yaitu;

a Takhrij dengan kata (Bi al-Lafdz)


Metode takhrij ini penelusuran hadits melalui kata/lafal matan hadits baik
dari permulaan, pertengahan, atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode
takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah kamus al-Mu’jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadith Al-Nabawi ynag disusun oleh AJ. Wensinck
dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid.
Maksud takhrij dengan kata adalah takhrij dengan kata benda (isim) atau
kata kerja (fi’il) bukan kata sambung (huruf) dalam bahasa arab yang
mempunyai asal akar 3 huruf. Kata itu diambil dari salah satu bagian dari
teks hadis yang mana saja selain kata sambung, kemudian dicari akar kata
asal dalam bahasa arab yang hanya 3 huruf yang disebut fi’il thulathi.2
b Takhrij dengan tema (bi al-mawdu’i)
Artinya penelusuran hadits berdasarkan pada topic, misalnya bab al-Nikah,
as-Shalat dan lain-lain. Salah satu kamus hadits tematik adalah Miftah
Kunuz al-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi. Bila menggunakan metode
ini seorang peneliti harus sudah mengetahui topik/tema hadits yang akan
dikaji.
c Takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al-matan)

1
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis, (Bandung: Tafakur, 2012), hlm 2-3.
2
Majid Khon, Ulumul Hadits.....119.

5
Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal
suatu matan dimulai dengan huruf ba maka dicari pada bab ba dan
seterusnya. Takhrij seperti ini diantaranya dengan menggunakan kitab Al-
Jami’ asl-Saghir atau Al-Jami’ al-Kabir karangan al-Suyuthi dan Mu’jam
al-Jami’ al-Ushul fi ahadith al-Rasul¸ karya Ibn al-Athir.3
d Takhrij melalui sanad pertama (bi al-rawi al-a’la)
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling
atas, yakni para sahabat (hadits muttasil) atau tabi’in (dalam hadits
mursal). Berarti peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya
dikalangan sahabat atau tabi’in, kemudian dicari dalam kitab Musnad atau
Al-Atraf.4
e Takhrij denga sifat (bi al-sifah)
Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan diatas tentang metode
takhrij. Seseorang dapat memilih metode mana yang teoat untuk
ditentukannya sesuai dengan kondisi tersebut. Jika suatu hadits sudah
dapat diketahui sifatnya, misalnya Mawdu’, atau shahih, qudsi, mursal,dan
lain-lain. Sebaliknya, di-takhrij melalui kitab-kitab yang telah
menghimpun sifat-sifat tersebut.5 Misalnya hadits shahih akan lebih
mudah di-takhrij melalui kitab-kitab himpunan hadits shahih seperti
Shahih Bukhari atau Shahih Muslim.

3
Ibid, hlm. 123
4
Ibid, hlm. 126.
5
Ibid, hlm. 127.

6
C. Tujuan Ilmu Takhrij Hadits
Dalam melakukan Takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai
pula.Tujuan pokok dari Takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah sebagai
berikut:

 Mengetahui eksistensi suatu Hadits apakah benar suatu Hadits yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku Hadits atau tidak.
 Mengetahui sumber otentik suatu Hadits dari buku Hadits apa saja yang
didapatkan
 Mengetahui ada beberapa tempat Hadits tersebut dengan sanad yang
berbeda didalam sebuah buku Hadits atau dalam beberapa buku induk
Hadits.
 Mengetahui kualitas Hadits (maqbul/diterima) atau (mardud/tertolak)6

D. Urgensi Mempelajari Takhrij Hadits


Sebagai sumber ajaran Agama setelah al-Qur’an, hadits memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam Islam 7. Bagi seorang peneliti Hadits,
kegiatan Takhrij Al-Hadits sangatlah penting. Tanpa kegiatan Takhrij Al-Hadits
lebih dulu, ia akan mengalami kesulitan untuk dapat mengetahui asal usul riwayat
Hadits yang akan ditelitinya; termasuk berbagai riwayat Hadits itu, dan ada
tidaknya korburasi (syahid atau mutabi`) di dalam sanad dari Hadits yang
ditelitinya. Setidaknya, ada tiga hal yang menjadikan kegiatan Takhrij Al-Hadits
itu menjadi sangat penting dalam kegiatan penelitian hadis.

 Untuk mengetahui asal-usul riwayat Hadits yang akan diteliti. Status dan
kualitas suatu Hadits akan sangat sulit diteliti jika tidak diketahui asal-
usulnya lebih dulu. Juga, sanad dan matan hadis, termasuk susunannya
menurut sumber pengambilannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
asal-usul Hadits yang akan diteliti itu melalui Takhrijul Hadits menjadi
mutlak dimiliki lebih dulu.

6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2020), hlm 130.
7
Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Riwayah, No. 1, Tahun (2016), hlm 151.

7
 Untuk mengetahui seluruh riwayat Hadits yang akan di teliti. Hadits yang
akan di teliti bisa jadi memiliki lebih dari satu sanad. Boleh jadi 4 studi
Takhrij Hadits juga, salah satu sanad dari Hadits itu berkualitas shahih.
Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas dhaif dan shahih, seluruh
riwayat Hadits itu harus di ketahui lebih dahulu. Dalam kaitannya dengan
masalah inilah kegiatan takhrij Hadits menjadi sangat penting.
 Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi` di dalam sanad
yang diteliti. Ketika hadis diteliti salah satu sanadnya, boleh jadi, ada
periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti.
Dukungan (corrburation) itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat
pertama tingkat sahabat Nabi disebut sebagai syahid. Bila terdapat di
bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutabi`. Dalam
penelitian sebuah sanad, syahid, yang didukung oleh sanad yang kuat
dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi` yang
memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat
ditingkatkan kekuatannya oleh mutabi` tersebut. Untuk mengetahui,
apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutabi`, maka seluruh sanad
Hadits itu harus dikemukakan. Itu berarti, Takhrij Al-Hadits harus
dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan Takhrij Al-Hadits, kita tidak
dapat mengetahui secara pasti seluruh sanad tentang Hadits yang sedang
diteliti8.

8
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis, ( Bandung: Tafakur, 2012), hlm 3-4.

8
BAB II
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Takhrij Hadits ialah penelusuran Hadits yang dilakukan oleh para
peneliti Hadits dari sumber aslinya, atau dari buku induk Hadits untuk diteliti
sanad dan matan-nya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Hadits riwayah dan
dirayah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang sama dengan
peneliti lain tentang kualitas suatu Hadits.

Adapun urgensi dari Takhrij Hadits, salah satunya yakni untuk


mengetahui asal-usul riwayat Hadits yang akan diteliti. Status dan kualitas suatu
Hadits akan sangat sulit diteliti jika tidak diketahui asal-usulnya lebih dulu. Juga,
sanad dan matan Hadits, termasuk susunannya menurut sumber pengambilannya.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang asalusul Hadits yang akan diteliti itu melalui
Takhrijul Hadits menjadi mutlak dimiliki lebih dulu.

Adapun manfaat dari Takhrij Hadits, salah satunya ialah untuk


memperjelas keadaan sanad. Dengan perbandingan riwayat Hadits akan dapat
diketahui sebuah riwayat termasuk munqathi`, mu`dhal, atau lainnya. Pun, akan
dapat diketahui status riwayat itu shahih, dhaif, atau lainnya.

B. Saran
Makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Juga penulis
sarankan kepada pembaca untuk dapat mengkaji lebih lanjut Kitab-Kitab
berkaitan dengan Takhrij Hadits lainnya untuk menambah pemahaman karena
referensi yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini sangat terbatas

9
DAFTAR PUSTAKA
Reza Pahlevi Dalimunthe. 2015. Takhrij Hadits 1. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.

Ahmad Izzan. 2012. Studi Takhrij Hadits. Bandung: Tafakur (Anggota Ikapi
berkhidmat untuk Ummat).

Abdul Majid Khon. 2007. Ulumul Hadis. Jakarta: AMZAH (Imprint Bumi
Aksara)

Andi Rahman. 2016. Riwayah: Jurnal Studi Hadis. Jakarta: PTIQ


Jakarta(Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai