Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI HADIST

TAKHRIJ HADIST

DOSEN PEMBIMBING

SYARIFUDDIN, M.Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK 14 TIF E 18

PUSPA MELANI AB 11850124960

RAHMI FARIZA 11850124974

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karuniaNya
kami bisa menyusun makalah berjudul “TAKHRIJ HADIST” ini dengan tepat
waktu, guna memenuhi tugas kelompok jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains
dan Teknologi.

Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan


tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat
kami atasi.

Oleh karena itu, kami selaku kelompok 14 mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing kami yaitu: Pak Syarifuddin M.Ag. dan rekan-rekan penyusun
kelompok makalah ini.

Semoga semua dukungan dari beberapa pihak mendapat balasan dari Allah
SWT. Kami selaku penyusun makalah ini sadar bahwasanya makalah kami ini jauh
dari kata sempurna baik segi penyusun maupun isi serta kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata, harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
untuk pembaca dan kita sekalian.

Pekanbaru, 14
Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG ...............................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH ..........................................................................4

1.3 TUJUAN ...................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................5

2.1 PENGERTIAN TAKHRIJ HADIST .........................................................5

2.2 METODE TAKHRIJ DAN KITAB-KITAB YANG DIGUNAKAN ......6

2.3 KITAB KITAB YANG DIGUNAKAN DALAM MENTAKHRIJ


HADIST ...............................................................................................................9

2.4 CARA MENTAKHRIJ HADIST ............................................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................16

3.1 KESIMPULAN .......................................................................................16

3.2 SARAN ...................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah
untuk mengetahui sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di
temukan banyak kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam menentukan
kualitas sanad hadist.
Takhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan
cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan
kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas,
baik asal-usul maupun kualitasnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian takhrij hadist


2. Metode takhrij dan kitab-kitab yang digunakan
3. Kitab kitab yang digunakan dalam mentakhrij hadist
4. Contoh takhrij hadist
5. Cara mentakhrij hadist

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami pengertian takhrij hadist


2. Mengetahui dan memahami Metode takhrij dan kitab-kitab yang
digunakan
3. Mengetahui dan memahami Kitab kitab yang digunakan dalam
mentakhrij hadist
4. Mengetahui dan memahami Contoh takhrij hadist
5. Mengetahui dan memahami Cara mentakhrij hadist

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN TAKHRIJ HADIST

Takhrij menurut bahasa mengandung pengertian bermacam-macam, dan yang


populer diantaranya adalah al-istinbath (mengeluarkan), al-tadrib (melatih atau
membiasakan), al-tawjih (memperhadapkan). Sedangkan secara terminologi, ada
beberapa pendapat;

Para muhadisin mengartikan takhrij hadis sebagai berikut:

1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para


periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan
metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para
guru hadis, atau berbagai kitab lain yang susunannya dikemukakan
berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa periwayatnya dari
para penyususn kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.
3. ‘Mengeluarkan’, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan
meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam kitab Fathul
Mughits sebagai berikut, “Takhrij adalah seorang muhadis mengeluarkan
hadis-hadisdari dalam ajza’, al-masikhat, atau kitab-kitab lainnya.
Kemudian hadis tersebut disusun gurunya atau teman-temannya dan
sebagainya, dan dibicarakan kemudian disandarkan kepada pengarang
atau penyusun kitab itu”.
4. Dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan menyandarkan
hadis tersebut pada kitab sumber asli dengan menyebutkan perawi
penyusunnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber yang asli,
yakni kitab yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing, lalu untuk kepentingan penelitian. Dari uraian
defenisi di atas, takhrij Hadis dapat dijelaskan sebagai berikut:

5
a. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
rawinya yang ada dalam sanad hadis itu.
b. Mengemukakan asal usul hadis sambil dijelaskan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang diperoleh oleh
penulis kitab tersebut dari para gurunya, lengkap dengan sanadnya
sampai kepada Nabi Saw.
c. Mengemukakan hadis-hadis berdasarkan sumber pengambilannya
dari kitab-kitab yang didalamnya dijelaskan metode periwayatannya
dan sanad hadis-hadis tersebut, dengan metode dan kualitas para
rawi sekaligus hadisnya.
Dari berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat
dari takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai
kitab hadis sebagai sumbernya yang asli yang di dalamnya dikemukakan
secara lengkap matan dan sanadnya.

2.2 METODE TAKHRIJ DAN KITAB-KITAB YANG DIGUNAKAN

metode takhrij dapat dilakukan dengan cara cara sebagai berikut :

Dengan mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadist(perawi paling atas)


Menelusuri hadist dengan cara ini terlebih dahulu harus mengetahui perawi paling
atas dari hadist tersebut, terkadang dari kalangan sahabat jika hadist tersebut
muttashil atau dari tabi’in jika hadist murshall. Dengan demikian jika hadist yang
ditemui tersebut disebutkan perawi pling atas, maka hadist tersebut dapat ditelusuri
dengan cara ini.
Adapun kitab kitab yang membuat hadist dengan metode ini terbagi tiga yakni:
a. Al-masanid, seperti musnad ahmad ibn hanbal
b. Al-ma’ajim, seperti al-mu’jam al-shahabah, karya ahmad ali hamdani
c. Kutub al-athraf, seperti athraf kutub al sittah

1. Dengan cara mengetahui lafadz pertama dari matan hadist

6
Untuk melakukannya, terlebih dahulu diketahui seluruh atau sekurang
kurangnya awal dari suatu hadist. Kemudin dilihat huruf awal dari kata yang
paling awal matan hadist tersebut.
Berikut ini merupakan kitab kitab hadist yang disusun dengan menggunakan
metode secara kronologis hijaiyah(alfabetis) dari huruf ‘alif’ hingga ‘ya’,
seperti :kitab jam’u al-jawami’ dan aljami’ al-azhar min hadist al-nabi al-
anwar
2. Dengan cara mengetahui lafadz matan hadist yang sering digunakan atau
tidak( yang sedikit berlakunya)
Cara ini dilakukan dengan menelusuri hadist berdasarkan huruf awal kata
dasar pada lafadz lafadz yang ada pada matan hadist, baik isim (kata benda),
maunpun fi’il(kata kerja). Dalam hal ini huruf tidakdijadikan pegangan.
Adapun kitab takhrij yang menggunakan cara ini antara lain ; almu’jam
almufahras li al-fadz al-hadist al-nabawi (indeks hadist nabi), karya
a.j.wensinck(ahli kislaman universitas leiden) yang diterjemahkan kedalam
bahasa arab oleh dr.muhammd fu’ad abdul baqi(ahli hadist). Kitab ini
memuat susunan lafadz lafadz (isim dan fi’il) scara hijaiyah yang terdapat
pada matan hadist al-kutub al-tis’ah (kitab yang sembilan) yaitu shahih al-
bukhari, shahih muslim, sunan abi daud, sunan al-tirmidzi, sunan al-nasa’i,
sunan ibn majah, sunan al-darimi, al-muwaththa’, dan musnad imam ahmad
bin hanbal.
3. Dengan cara mengetahui pokok bahasan hadist atau sebagiannya, jika
mengandung beberapa pembahasan
Metod ini dilakukan dengan cara menelusuri hadist berdsarkan temannya,
apakah bersifat umum atau tertentu(khusus) sseperti fiqih, tafsir atau hokum
Diantara kitab yang dapat membantu kegiatan takhrij dngan metode ini
adalah:
a. Kitab yang umum(mencakup smua topik) diantaranya:
Kanz al-‘ummal fi al-aqwal wa al-af’al, karya al-burhanpuri al’hindi al-
mughni’an
haml al-ashfar fi takhrij ma fi al-ihya min al-akhbar, karya al- ‘iraqi.

7
b. Kitab yang khusus,seperti kitab masalah hukum, antaralain:muntaqa al-
akhbar min ahadits sayyid al-akhyar,karya ibn taimiyyah,blug al-
maram,karya ibnu hajar al-aqalani.
Sedangkan kitab yang berisi pringatan, antara lain: kitab al-targhib wa al-
tarhib min ahadits al-syarif, karya al-mundziri.
4. Dengan cara meneliti sifat lahir hadist(keadaan keadaaan hadist baik dalam
sanad ataupun matannya)
5. Metode ini dilakukan dengan cara mengetahui status hadits ,misalnya hadist
mutawatir,qudsi,masyhurmursal dan dha’if.kemudian mencari pada kitab
yang menghimpun berdasarkan status hadist.

Adapun kitab-kitab yang memuat kategori hadist-hadist tersebut antara


lain adalah:
a. Mutawatir:al-azhar al-mutanasirah fi al-akhbar al-mutawatirah,karya
jalaluddin al-suyuthi.
b. Qudsi: al-ittihafat al-sunniyah fi al-ahadist al-qudsiyah, karya al-
madani.
c. Masyhur: al-maqasid al-hasanah fi bayan katsir min al-hadist al-
musytahirah, karya al-sakhawi.
d. Mursal: al-marasil, karya abu dawud.
e. Dha’if: al-maudhu’at,karya ibnu qayyimah al-jauziyah, dan al-la’i al-
masnu’at fi ahadist al-maudhu’at, karya jalaluddin al-suyuthi.
6. Dengan media elektronik
7. Dengan berkembangnya teknologi,media elektronik dapat membantu lebih
mudah dalam melakukan takhrij al-hadist,sperti dengan menggunakan
kitab-kitab dgita :al-maktabah al-syamilah, kutub a-tis’ah dan sejenisnya.
8. Metode-metode yang dikemukakan di atas,akan sangat berguna sekali bagi
setiap oran yang akan menulusuri keberadaan suatu hadist yang terdapat
dalam kitab-kitab sumber asli.dalam prakteknya sendiri,pen-takhrij dapat
memilih salah satu dari metode yang dikemukakan di atas,tentunya harus

8
sesuai dengan yang kondisi hadist yang ditemukan atau kriteria hadist
hadist yang akan ditelusuri.

2.3 KITAB KITAB YANG DIGUNAKAN DALAM MENTAKHRIJ


HADIST

1. Berikut masa keemasan ulama dalam menulis kitab takhrij adalah abad ke-
8 dan ke-9 Hijriyyah.
2. Taghliq at-Ta’liq, karya: al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w.
852 H). Kitab ini menerangkan tentang hadits-hadits yang disinyalir
mu’allaq dalam kitab Shahih Bukhari yang jumlahnya sekitar 1341 buah
hadits.
3. Al-‘Ujab fi Takhrij ma Yaqulu fihi at-Tirmidizi, karya al-Hafidz Ahmad bin
Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H).
4. Nushbu ar-Rayah Li Ahadits al-Hidayah, karya: Abdullah bin Yusuf az-
Zailaghi (w. 726 H). Kitab ini merupakan takhrij dari kitab al-
Hidayah karya Ali bin Abu Bakar al-Marghinani (w. 593 H).
5. Al-Badru al-Munir, karya: Sirajuddin ibn al-Mulaqqan (w. 804 H). Kitab ini
mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu al-Kabir atau Fathu
al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i (w. 623 H). Kitab
as-Syarhu al-Kabir ini merupakan syarah dari kitab al-Wajiz karya Imam
Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).
6. At-Talkhish al-Habir, al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w.
852 H). Kitab ini juga mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu
al-Kabir atau Fathu al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i
(w. 623 H).
7. Al-Mughni an Hamli al-Asfar di al-Asfar, karya: al-Hafidz Zainuddin Abu
al-Fadhl al-Iraqi (w. 806 H). Kitab ini mentakhrij kitab Ihya’ Ulum ad-
Din karya Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).
8. Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytahirah
ala al-Alsinah, karya: Syamsuddin as-Sakhawi (w. 902 H). Kitab ini
mentakhrij hadits-hadits yang masyhur dalam masyarakat.

9
2.4 CARA MENTAKHRIJ HADIST

Pada garis besarnya ada lima cara atau jalan untuk mentakhrij hadis, yaitu:
1. Melalui pengenalan nama sahabat perawi hadis
2. Melalui pengenalan awal lafaz atau matan suatu hadis
3. Melalui pengenalan kata-kata yang tidak banyak beredar atau dikenal
dalam pembicaraan, tetapi merupakan bagian dari matan hadis (letak
kata-kata tersebut bisa dimana saja, di awal, di tengah atau di akhir matan
4. Melalui pengenalan topic yang terkandung dalam matan hadis
5. Melalui pengamatan tertentu terhadap apa yang terdapat dalam suatu
hadis, baik matan atau sanadnya.

1. Mentakhrij Melalui Pengenalan Nama Sahabat Perawi


Cara men-takhrij seperti ini hanya bisa dilakukan apabila telah
diketahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut. Apabila nama
sahabat diketahui maka pentakhrij –an dapat dilakukan dengan bantuan
tiga macam kitab hadis, yaitu al-masanid (kitab musnad), al-ma’ajim
(kitab-kitab mu’jam), dan kutub al-athraf.

a. Al-Masanid (kitab-kitab musnad)


Al-masanid adalah jamak dari al-musnad yaitu semacam kitab
yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkannya.
Susunan nama-nama sahabat dalam kitab-kitab musnad tidaklah sama
ada yang disusun secara alfabetis,dan ada yang disusun berdasarkan
kelompok urutan waktu masuk islam atau keutamaan sahabat, di samping
ada pula yang disusun berdasarkan keutamaan kabilah atau kota.
Hasil karya berupa kitab musnad ini cukup banyak. Ath-thahhan
menyebutkan sebanyak sepuluh kitab yang diantaranya ialah musnad
karya ahmad bin hanbal, musnad karya abu bakr Abdullah bin az-zubair
al-humaidi, dan musnad karya abu daud sulaiman bin daud ath-thayalisi.
Dari kitab-kitab yang disebutkannya dua di antaranya dibicarakan ath-

10
thahhan lebih lanjut yaitu musnad ahmad bin hanbal dan musnad abu
bakr al-humaidi.

b.Al-Ma’ajim (kitab-kitab Al-Mu’jam)


Al-ma’ajim atau kitab-kitab Al-Mu’jam menurut istilah ulama ahli
hadis adalah kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan musnad sahabat,
guru (suyukh), atau negeri-negeri tertentu. Diantara kitab Mu’jam yang
terkenal ialah al-Mu’jam al-Kabi’r oleh abu al-Qasim Sulaiman bin
Ahmad ath-Thabrani (w. 360 H) yang memuat sekitar 60,000 buah hadis.
Selain itu, al-Mu’jam al-Ausath, yang berisi sekitar 30,000 buah hadis,
dengan nama guru-gurunya sebanayak 2000 orang, al-Mu’jam as-Shagir,
yang memuat 1000 buah hadis, dan al-Mu’jam Ash-Shahabah karya Abu
Ya’la Ahmad bin Ali al-Maushuli (w.307 H).

c. Kitab-Kitab Al-Athraf
Kata al-athraf jamak dari ath-tharf (sisi atau bagian). Maka kata
tharf al-hadits, berarti bagian dari matan yang menunjukan sisanya.
Seperti kata kullukum ra’in, atau kata bunia al-islam ‘ala khamsin.
Kalimat yang pertama merupakan bagian atau potongan dari hadis yang
menjelaskan tentang kepemimpinan seseorang, seorang imam, atau
seorang wanita. Kalimat yang kedua, merupakan potongan dari hadis
tentang dasar-dasar islam.
Pada kitab-kitab seperti ini, penyusun menyebutkan sebagian dari
matan hadis dengan menyebutkan sanad-nya, baik secara lengkap atau
tidak. Kitab-kitab athraf pada umumnya disusun berdasarkan nama-nama
sahabat secara alfabetis, di samping ada juga yang menyusunnya
berdasarkan urutan alfabetis berdasarkan kata-kata awal dari matan
hadisnya.
Di antara kitab-kitab athraf ialah:
 Athraf as-shahihain karya abu mas’ud ibrahim bin Muhammad ad-
dimasqi (w. 401 H)

11
 Al-asyraf ‘ala ma’rifat al-athraf karya ibn ‘Asakir (w. 571 H)
 Tuhfah al-Asyraf bi ‘Ma’rifat al-Athraf karya abu al-Hajjaj Yusuf
Adurrahman al-Mizzi (w.742 H).
 Dzakhair Mawarits fi ad-Dalalah ‘ala Mawadhi’I al-hadits karya Abd
al-Mugni an-Nablusi (1050-1143).

Pada kitab-kitab yang terakhir ini menjadikan kutub as-sittah (dua


kitab al-jami ‘ash-shahih dan empat kitab as-sunan) dan al-
muwaththa’ sebagai sumbernya.

2. Men-Takhrij Melalui Pengenalan Awal Lafazh Pada Matan


Dengan mengenal awal matan suatu hadis, maka hadis dapat di
takhrij dengan menggunakan bantuan beberapa kitab hadis yang
dapat menunjuk kepada sumber utamanya. Kitab-kitab dimaksud,
ialah kitab-kitab yang memuat tentang hadis-hadis yang terkenal (al-
musytaharah)nya disusun secara alfabetis,dan kitab-kitab kunci serta
daftar isi kitab-kitab hadis tesebut.

a. Kitab-Kitab Yang Memuat Hadis-Hadis Yang Banyak Dikenal


Orang
yang dimaksud dengan hadis-hadis yang banyak dikenal orang atau
al-musytaharah dalam pembicaraan orang banyak, ialah hadis-hadis
yang banyak beredar di masyarakat. Hadis-hadis tersebut adakalanya
shahih, hasan,atau dha’if, bahkan Maudhu. Untuk itu, para ulama
telah menyusun kitab-kitab penunjuk yang menunjukan hadis-hadis
yang beredar kepada sumber asalnya. Dengan demikian,akan
menjadi jelas nama yang harus menjadi pegangan umat dan mana
yang harus ditinggalkan. Kitab-kitab seperti ini banyak disusun oleh
para ulama antara abad 10 sampai 13 hijriah. Di antara kitab-kitab
tersebut adalah:

12
- At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Badr ad-Din
Muhammad bin Abdullah az-Zarkyasi (w. 974 H);
- Ad-Durar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya as-
suyuti (w. 911 H).
- Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayan Katsir min al-Ahadits al-
musyhurah ‘ala al-Alsinah, karya Muhammad bin Abdurrahman as-
sakhawi (w.902 H); dan
- Tashil as-Sabil ila Kasyf al-Iltibas ‘amma dara min al-Ahadits baina
an-Nas, karya Muhammad bin Ahmad al-Khalili (w. 1057 H).

b. Kitab Hadis Yang Matan-nya Disusun Secara Alfabetis


Kitab yang demikian berisi hadis-hadis yang diambil dari beberapa
kitab dan disusun secara alfabetis, dengan membuang sanadnya.
Akan tetapi ditunjukan juga sunber utamanya, yang memuat sanad-
sanadnya secara lengkap. Pada kitab-kitab ini identitas sanad hanya
dalam wujud huruf-huruf singkatan. Untuk lebih memudahkan dalam
mempergunakan kitab-kitab ini, harus diketahui lebih dahulu awal
matan dari hadis-hadisnya. Sebab, penyusunan hadis dilakukan
berdasarkan huruf pada awal matannya.
Di antara kitab-kitab yang termasuk kelompok ini, ialah al-ja’mi ash-
Shagir min Hadits al-Basyir an-Nadzir dan al-jami ‘al-kabir, yang
keduanya karya as-Suyuthi. Kitab hadis yang disebut pertama meuat
sekitar 10.031 buah Hadis, yang dinukil dari kitab karyanya sendiri,
Jam’u al-Jawami.

c. Kitab-Kitab Kunci dan Daftar Isi Kitab Hadis Tertentu


di antara para ulama, khususnya ulama mutaakhirin, ada juga yang
berusaha membuat kitab kunci (al-miftah) dan kitab yang memuat
daftar isi (al-fihris). Di antara kitab tersebut ialah miftah ash-
shahihain karya Muhammad as-syarif bin Musthafa at-Tauqidi (1312
H). Sistem penyusunannya secara alfabetis, yakni potongan hadis

13
dari shahih al-Bukhari dan Muslim disusun dan diberi keterangan
sperlunya saja tentang isi kitab/bab, nomor urut bab, jilid, dan
halamannya.

3. Men-takhrij melalui Pengenalan Kata-kata yang tidak banyak


Beredar dalam Pembicaraan
Untuk bagian ini, alat yang dipakai ialah al-mu’jam al-mufahras li
alfazh al-hadits an-nabawi oleh A.J. Wensink, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa arab oleh Muhammad fuad Abd al-baqi. Kitab ini
disusun dengan merujuk kepada sembilan kitab hadis induk, yaitu
dua kitab al-jami ‘ash-shahih, empat kitab as-sunan, al-muwaththa’
Malik bin Anas, musnad Ahmad bin Hanbal, dan musnad ad-darimi.

4. Men-Takhrij Melalui Pengenalan Topic yang Terkandung Dalam


Matan Hadis
Cara mentakhrij melalui pengenalan topic ini dapat dipakai oleh
mereka yang banyak mengasai matan hadis dan kandungannya.
Terdapat banyak kitab yang mentakhrij hadis dengan cara ini, yang
pada garis besarnya terdapat pada tiga bagian

• akitab-kitab yang memuat selurh bab dan topic ilmu agama. Kitab
seperti ini banyak sekali, di antaranya kitab al-jawami, al-
mustakhrajah, al-mustadrakah ‘ala al-jawami’, al-majami’, az-
zawaid, dan miftah kunuz as-sunnah.

• Kitab-kitab yang memuat banyak bab atau topic, akan tetapi tidak
mencakup seluruh bab secara lengkap, seperti kitab-kitab as-sunan
al-muwaththa’ah, dan al-mustakhrajah ‘ala as-sunan.

• kitab-kitab yang hanya membahas bab atau topic-topik khusus,


seperti kitab at-tarhib, at-targip, al-akhlak, dan al-ahkam.

14
Kitab miftah kunuz as-sunnah yang disusun oleh Muhammad fuad
Abd al-baqi merujuk kepada 14 kitab, yaitu : shahih al-bukhari,
shahih muslim, sunan abu daud., jami’at-turmudzi, sunan an-nasa’I,
sunan Ibn Majah, sunan Ibn Malik, musnad Ahmad, musnad Abu
Daud ath-thayalisi, sunan ad-Darimi, musnad Zaid bin Ali, sirah Ibn
hisyam, Magazi al-waqidi, dan thabaqah Ibn Sa’ad.

5. Mentakhrij Melalui Pengamatan Terhadap Ciri-ciri Tertentu pada


Matan atau Sanad
Dengan mengenal ciri-ciri tertentu pada suatu hadis dapat
menemukan dari mana hadis itu terdapat. Cirri-ciri dimaksud seperti
cirri-ciri maudhu’, cirri-ciri hadits qudsi, cirri-ciri dalam periwayatan
dengan silsilah sanad tertentu, serta cirri-ciri yang lain.
Suatu contoh, jika diketahui ada matan hadis yang janggal (syadz),
maka hadis tersebut dapat dilihat lebih lanjut pada kumpulan hadis-
hadis yang dha’if atau maudhu’, seperti kitab al-maudhu’ah al-
kubra’, begitu juga jika diketahui pada hadis tersebut ada cirri-ciri
hadis qudsi, dapat dilihat lebih lanjut pada kitab-kitab, seperti pada
misykah al-anwar fi’ma’ruwiya’an illahi subhanahu wa ta’ala min al-
akhbar. Begitu juga halnya dengan cirri-ciri yang ditemukan pada
sanadnya.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Takhrij adalah mengumgkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain


dengan menyebutkan para perawi yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai
yang mengelaurkan hadits). Misalnya dikatakan : hadza hadits akhrajahu al-bukhari
atau kharrajahu al-bukhari ( hadist ini dikeluarkan oleh al-bukhari

Me-ntakhrij, berarti melakukan dua hal, yaitu yang pertama berusaha


menemukan para penulis hadis itu sendiri dengan rangkaian silsilah sanad-nya dan
menunjukannya pada karya-karya mereka, seperti kata-kata akhrajahuh al-baihaqi,
akhrajahu al-thabrani fi mu’jamih atau akhrajahu ahmad fi musnadih.

Ada beberapa manfaat dari takhrijul hadis antara lain sebagai berikut :

memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk hadis shahih, hasan, ataupun
dha’if, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya;

memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu


bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak
mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak)

menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari


rasulullah SAW. Yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang
kebenaran hadis tersebut,baik dan segi sanad maupun matan.

3.2 SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan masukan atau saran dari teman-teman demi perbaikan karya tulis
kami di masa yang akan dating.

16

Anda mungkin juga menyukai