Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAKHRIJ AL-HADITS I

METODE TAKHRIJ AWAL MATNI AL-HADITS

Dosen Pengampu :

Nixson Husin, H., Lc., M.Ag

Disusun oleh :

Ikromil Hadi NIM: 12130210953

Khairunnisa Maharani NIM: 12130222841

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin segala pujian dan rasa syukur atas kehadirat
Allah SWT karenarahmat, hidayah wal inayah-Nya yangtelah di karuniakan
kepada saeganap hambanya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusun
makalah ini. Adapun yang akan kami kaji dalam makalah ini yang berjudul
“Metode Takhrij Awal Matni Al-Hadits”.

Penulis menyadari bahwa masi banyak kekurangan di dalam makalah ini,


oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Selanjutnya, saran dan kritik dari pembaca dan
pengguna sangat kami harapkan, karena kami sadar makalah ini belum sempurna.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PEKANBARU, 06 Maret 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
BAB, II PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 Pengertian Takhrij Melalui Lafal Awal Matan Hadits...............................2
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Lafal Awal Matan Hadits...............................2
2.3 Cara Mentakhrij Hadits Lafal Awal Matan Hadits.....................................3
2.4 Kitab-kitab Penunjang................................................................................3
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Metode Takhrij Awal Matan Hadis adalah metode yang digunakan ketika kita
mengetahui dengan pasti ungkapan awal dari matan hadis. Setidaknya ada kategori kitab
yang dapat menggunakan metode ini:

Pertama, kitab-kitab mengumpulkan hadis yang matannya sudah populer di tengah


masyarakat luas (musytahirah). Ada banyak ungkapan yang diklaim sebagai Hadis, yang
dihafal dengan baik oleh masyarakat awam. Hadis-hadis ini ada yang kualitasnya shahih,
hasan dan dha'if bahkan palsu. Ada banyak kitab yang mengumpulkan hadis-hadis semacam
ini, misalnya al-Durar al-Muntatsirah Fì al-Ahâdîts al-Musytahirah karya al-Suyûthi (w. 911
H), al-Maqâsid al-Hasanah Fi Bayân Katsîr Min al- Ahâdîts al-Musytahirah ‘Ala al-Alsinah
karya al-Sakhâwì (w. 902 H), dan Kasyf al-Khafä wa Muzil al-Ilbâs 'Ammâ Istahar Min al-
Ahadis 'Alā Alsinah al-Nâs karva al-'Ailûnì (w. 1162 H).

Kedua, kitab-kitab yang disusun berdasarkan abjad huruf pertama matannya, misalnya
al-Jâmi' al-Shaghir Min Hadìts al-Basyîr al-Nadzîr karya al-Suyuthi (w. 911 H).

Ketiga, kitab Miftâh dan Fihris, atau kitab yang disusun berdasarkan indeks matan
hadis, seperti Miftâh al-Shahîhayn karya Muhammad al-Syarîf bin Mustafä al-Tawgâdi. dan
Miftâh al-Tartib Li Ahâdits Tärikh al-Khatib karya Ahmad bin Muhammad al-Ghimâri. Jenis
ketiga ini tidak dapat dijadikan sumber asli, karena ia tidak menggunakan sanad yang dimiliki
oleh pengarangnya. Namun demikian, kitab ini dapat membantu proses penelusuran lokasi
hadis pada sumber yang dirujuk

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Takhrij Awal Matan Hadis


2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Takhrij Awal Matan Hadis
3. Cara Mentakhrij Hadis Melalui Awal Matan Hadis
4. Kitab (Referensi) yang digunakan dalam Takhrij awal matan hadis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Takhrij Melalui Lafal Awal Matan Hadis

Metode Takhrij Awal Matan Hadis adalah metode yang digunakan ketika kita
mengetahui dengan pasti ungkapan awal dari matan hadis. Penggunaan metode ini tergantung
dari lafal pertama matan hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis sesuai
dengan urutan-urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadis-hadis yang huruf pertamanya alif, ta'
dan seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan metode ini untuk mengetahui
dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadis-hadis yang akan dicarinya. Setelah itu ia melihat
huruf pertamanya malalui kitab-kitab takhrij yang disusun dengan metode ini, demikian pula
dengan huruf kedua dan seterusnya. Sebagai contoh hadis yang berbunyi ‫نا فليس منا‬CC‫من غش‬
langkah untuk mencarinya dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :

1. Lafal pertamanya dengan membukanya pada bab mim.

2. Kemudian mencari huruf kedua nun setelah mim tersebut.

3. Huruf-huruf selanjutnya adalah ghain lalu syin serta nun.

4. Dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada lafal-lafal

matan hadis.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Lafal Awal Matan Hadis

Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat menemukan
hadis-hadis yang dimaksud. Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut
sedikitpun akan berakibat sulit menemukan hadis. Sebagai contoh hadis yang berbunyi :

‫إذا أتاكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه‬


Menurut bunyi hadis diatas, lafal pertamanya adalah "idza atakum". Namun bila lafal
yang kita ingat adalah "law atakum", tentunya akan sulit menemukan hadis tersebut karena

2
adanya perbedaan lafal itu. Demikian pula bila lafal yang kita ketahui berbunyi "idza
jaakum", sekalipun semuanya satu pengertian.1

2.3 Cara Mentakhrij Hadis Lafal Awal Matan Hadis

Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadits. Hadits-hadits dengan
metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah.
Misalnya, apabila akan men-takhrij hadits yang berbunyi;

‫الص َر َع ِة‬
ُّ ِ‫ش ِدي ُد ب‬ َ ‫لَ ْي‬
َّ ‫س ال‬

Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus
dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat
penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad Abdul
Baqi, penggalan hadits tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, lafaz yang dicari berada
pada halaman 2014 juz IV.2 Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadits yang dicari adalah;

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat
(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai
orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah".

2.4 Kitab-kitab Penunjang

Untuk menggunakan metode ini kita memerlukan tiga jenis kitab penunjang, antara
lain :

A.    Kitab-kitab yang khusus memuat hadis-hadis yang terkenal dan beredar luas dari
mulut ke mulut.

Yang dimaksud dengan hadis-hadis yang populer dari mulut ke mulut adalah
pembicaraan yang banyak beredar di masyarakat dan mereka salling mengutipnya
yang dinisbatkan kepada nabi. Sebagian hadis ini shohih dan sebagiannya lagi hasan.
Tetapi yang terbanyak adalah dha’if, maudhu’ (palsu) atau yang tidak mempunyai
sumber sama sekali.

1 Mahmud al-Thahhan, Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Riyad:Maktabah al-Ma'arif, 1991:


59-70.
2 Ibid.

3
Tersebarnya hadis-hadis dha’if atau maudhu’ dikalangan awam umat islam
akan merusak agama mereka, karena mereka yakin hal itu diriwayatkan dari nabi
mereka. Berikutnya perbuatan mereka sesuai dengan tuntunan hadis palsu tersebut,
dan mereka mengira hadis-hadis selainnya tidak benar. Karena itu, banyak ulama’
para sepesialis hadis pada abad-abad berikutnya mengarang sejumlah kitab yang
didalamnya mereka kumpulkan hadis-hadis populer yang beredar dari mulut ke mulut
pada masa itu. Mereka jelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak shahih
(saqim). Mereka jelaskan orang yang meriwayatkannya dan penyusun kitab yang
mentakhrijnya, jika hadis-hadis itu mempunyai asal (sumber). Hal demikian untuk
mengingatkan banyak orang awam umat islam agar berhati-hati dalam mengamalkan
hadis-hadis dha’if atau palsu; dan menjelaskan hal itu dusta atau tidak bersumber jika
kenyataannya setelah diselidiki dengan cermat memang demikian. Kata populer pada
hadis-hadis diatas berbeda artinya dengan kata-kata masyhur dalam istilah hadis yang
berarti ia adalah suatu hadis yang diriwayatkan dari tiga jalan atau lebih. Maksudnya,
masyhur dari segi bahasa adalah populer atau terkenal. Artinya tersebarnya hadis-
hadis ini dari mulut ke mulut dan dikenal oleh masyarakat luas.3

Kitab-kitab ini umum nya disusun berdasarkan huruf mu’jam. Contohnya


antara lain sebagai berikut, namun kami dalam hal ini hanya akan memberikan
penjelasan pada salah satu kitab saja.

1.      Al-Maqosid Al-hasanah Fi Bayani Katsirin Min Al-Ahadits Al-Musytahiroh ‘Ala Al-


sinat.

Kitab ini menghimpun banyak hadis terkenal yang beredar dimasyarakat dari
mulut ke mulut, berisi 1356 hadis. Didalamnya terdapat sebagian hadis palsu (buatan)
diberikan penjelasan seperti yang diungkapkan untuk Al-Laknawy. Ibnu Al-Imad al-
Hanbali mengatakan :

Kitab ini lebih mencakup (ajma’) dari kitab suyuthi yang berjudul “ad-Duror
al-Muntatsiroh fi Ahadits al-Musytahiroh”. Masing-masing mempunyai kelebihan.
Karena itu ulama menaruh perhatian terhadap kitab ini.  Kitab ini telah diringkas
(ditalkhish) oleh muridnya, Abdur rohman bin Ali bin Al-Dabi’e Asy-Syaibani dalam
kitabnya “Tamyiz at-Thoyyib min al-khobits” seperti hal yang sama telah dilakukan
oleh Ali bin muhammad (- 939 H). Dalam kitabnya “ar-Rosa’il as-Sunniyah”. As-

3 Ibid.

4
Sakhowi menyusun hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini berdasarkan huruf
mu’jam (kamus) guna memudahkan pemakai (perujuk) menemukan hadis yang
diinginkannya setalah menyebut hadis ia susul menulis orang yang mentakhrijnya jika
hadis tersebut mempunyai asal. Ia jelaskan urutannya dan komentar ulama atasan nya
dengan singkat dan padat. Jika hadis itu tidak dikenal berasal (bersanad) dan tidak
terdapat dalam salah satu kitab hadis, ia tulis diakhirnya La Ashla lahu (tidak ada
asalnya). Jika ia ragu, apakah hadis itu bersanad atau tidak, ia menyatakan La
A’rifuhu (aku tidak mengetahuinya). Dari segi bab dan judulnya kitab ini sangat baik.
Karena itu para ulama’ sudah dan akan terus menjadikannya sebagai kitab pegangan
(rujukan) dalam mencari hadis-hadis populer yang beredar luas ditengah masyarakat
dari mulut ke mulut.

2.      At-Tadzkiroh Fi al-Ahadist al-Musytahiroh.

3.      Ad-Duror al-Muntatsiroh Fi al-Ahadits al-Musytahiroh.

4.      Al-La’aly al-Mantsuroh Fi al-Ahadits al-Masyhuroh.

5.      Tamyiz at-Thoyyib Min al-Khobits Fima Yaduru ‘Ala Alsinat An-Nas Min al-hadits.

6.      Al-Badr al-Munir Fi Ghorib Ahadits al-Basyir an-Nadziir.

7.      Tashil As-Sabil Ila Kasyf al-Iltibas ‘Amma Daaro Min al-ahadits Baina an-Nas.

8.      Itqonu Ma Yahsunu Min al-Ahadits Ad-Dairoh ‘Ala al-Alsun.

9.      Kasy al-Khofa wa Muzil al-Ilbas ‘Ammasytaharo Min al-Ahadits ‘Ala Alsinat an-
Nas.

10.  Asna al-Matholib Fi Ahadist Mukhtalifat al-Marotib.

B.   Kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang tersusun berdasar urutan huruf


mu’jam (ensiklopedis).

Adapun kitab-kitab yang haditsnya ia susun berdasarkan urutan huruf


ensiklopedia, penulis tidak tahu satupun kitab dari sejumlah kitab pokok yang
menghimpun hadis-hadis tersebut dengan sanad-sanadnya secara independen disusun
demikian.

5
Generasi Mutaakhirin kemudian sengaja memakai metode ini dalam
menyusun, lalu ia himpun hadis-hadis dari berbagai sumber (berbagai kitab), mereka
buang sanadnya dan disusun berdasarkan huruf-huruf ensiklopedi untuk memudahkan
para peminat merujukinya. Diantara kitab-kitab itu, antara lain sebagai berikut :

1.      Al-Jamie Ash-Shaghir Min Hadits Al-Basyir An-Nadzir.

Kitab ini dikarang oleh al-Hafizh jalaluddin Abul Fadl Abdu ar-Rahman bin
Abi Bakar Muhammad al-khudayri as-Suyuti as-Syafi’i. Jumlah karangan beliau
mencapai lebih dari 500 kitab. Beliau dapat meghapal 200 ribu buah hadis, sehingga
beliau sendiri pernah berkata : “jika saya dapatkan lebih dari itu, tentu akan saya
hafalkan.” Kesibukan beliau selain dibidang hadis juga sebagai mufti, pengajar dan
hakim. Beliau memulai karangan-karangannya sejak menetap di Raudhah Miqyas dan
tidak beranjak sampai wafat pada hari jum’at subuh 19 jumadal ula 911.

Karangan beliau yang lain adalah jam’ul jawami’, atau dinamakan pula dengan
al-Jami’ al-Kabir. Dalam kitab tersebut dibagi menurut hadis-hadis perkataan dan
hadis-hadis perbuatan. Dari sekian hadis perkataan ada yang lebih shahih, lebih
ringkas dan mencakup berikut penambahan-penambahannya. Pembagian yang terahir
ini disusun dalam kitab yang dinamakan al-Jami’ as-Shagir. Penempatan hadis-hadis
dalam kitab aljami’ as-Shagir ini diatur menurut urutan huruf-huruf hijaiyyah agar
mencarinya lebih mudah. Dimulai dengan hadis yang huruf pertamanya alif, ba’, ta’,
dan seterusnya. Hadis-hadis yang dimulai dengan hamzah atau lainnya begitu pula
diurutkan dengan huruf keduanya sesuai urutan huruf-huruf hijaiyyah. Seperti hadis-
hadis yang dimulai dengan huruf ba’, huruf berikutnya adalah ba’ dengan alif,
ba’dengan ba’, ba’ dengan ta’ dan seterusnya.

Dalam mukaddimahnya – setelah memuji Allah dan Shalawat kepada rasul-


Nya As-Suyuthi mengatakan :

Kitab ini aku ambil dari ribuan sabda nabi, dari berbagai jenis kata mutiara
(hikmah) pilihan. Aku batasi padanya hadits-hadits singkat , aku ringkas dari berbagai
sumber atsar.

Aku padatkan dalam menganalisis takhrij, aku hanya mengambil inti-intinya.


Pada jenis ini kitan ini unggul dibanding kitab-kitab lain. Ia mencakup sesuatu yang
belum ada sebelumnya dalam kitab dan aku susun berdasarkan huruf-huruf

6
ensiklopedi dengan memperhatikan awal hadits dan sesudahnya untuk memudahkan
para mahasiswa/pencari hadits. Aku beri nama “Al jami’ As-Shagir”. Kitab ini aku
maksudkan untuk mengumpulkan hadis-hadis nabi dengan segala rahasianya.

Kemudian ia menyatakan : inilah rumus-rumusnya :

‫خ‬           = bagi al-bukhori

‫م‬            = bagi muslim

‫ق‬           = bagi al-bukhori - muslim

‫د‬            = bagi abu daud

‫ت‬          = bagi at-turmudzi

‫ن‬           = bagi an-nasa’i

‫ه‬            = bagi ibnu majah

٤           = bagi imam yang empat (abu daud, at-turmudzi, an-nasa’i, dan ibnu majah)

٣           = bagi abu daud, at-turmudzi dan an-nasa’i

‫حم‬          = bagi ahmad dalam musnadnya

‫عم‬          = bagi putra ahmad, abdullah dalam zawaidnya

‫ك‬       = bagi al-hakim. Jika ada pada mustadroknya, aku sebut. Jika tidak, aku
jelaskan.

‫خد‬          = bagi al-bukhori dalam “al-adab”

‫تخ‬          = bagi al-bukhori dalam “at-tarikh”

‫حب‬        = bagi ibnu hibban dalam shohihnya

‫طب‬        = bagi at-thobroni dalam al-kabir

‫طس‬        = bagi at-thobroni dalam al-ausath

‫طص‬       = bagi at-thobroni dalam as-shagir

‫ص‬         = bagi said bin manshur dalam sunannya

‫ش‬          = bagi ibnu abi syaibah

7
‫عب‬        = bagi abdur rozzaq dalam al-jami’

‫ع‬           = bagi abi ya’la dalam musnadnya

‫قط‬          = bagi daruquthny. Jika ada pada sunan aku sebut. Jika tidak, aku jelaskan.

‫فر‬          = bagi al-dailamy dalam musnad al-firdaus

‫حل‬         = bagi abu naim dalam al-hilyah

‫هب‬         = bagi al-baihaqy dalam sya’bul iman

‫هق‬         = bagi albaihaqy dalam as-sunan

‫عد‬          = bagi ibnu ‘ady dalam al-kamal

‫عق‬         = bagi ‘uqoily dalam ad-dhuafa’

‫خط‬         = bagi al-khotib. Jika ada pada at-tarikh aku sebut. Jika tidak, aku jelaskan.

Jumlah semua ada 30 rumus. Adapun rumus-rumus yang digunakan nya untuk
menyusun hadis ada tiga buah rumus, yaitu  :

‫صح‬        = tanda shohih

‫ح‬           = tanda hasan

‫ض‬         = tanda dho’if

Cara mentakhrij melalui kitab ini ialah sudah semestinya kita mengetahui
dahulu lafal pertama dari matan hadis tersebut dengan pasti , lalu mencarinya dalam
bab nya. Hadis yang dimulai dengan huruf ba’ dicari pada bab huruf ba’, kemudian
mencari huruf keduanya secara berurutan dan seterusnya dengan cara yang sama.

Diantara kelebihan-kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kitab ini


adalah :

a)      Kitab ini mentakhrij hadis-hadis rasul dari berbagai kitab hadis, tidak hanya dari
kitab-kitab yang disebut kode-kodenya dalam pendahulunya, tetapi dari kitab yang
lain-lain pula. Hal ini dapat diketahui dengan banyak menela’ahnya.

b)      Hadis-hadis yang dicantumkan dalam kitab ini sangatlah banyak jumlahnya tidak
kurang dari 10.031 hadis.

8
c)      Ketelitian penyusunan hadis-hadisnya sejak dari huruf pertama sampai huruf
terakhir.

d)      Kitab ini mengungkap hukum-hukum hadis yang dimuatnya, baik itu shahih,
hasan, dan dha’if.

e)      Penyusun kitab ini berusaha menghindarkan hadis-hadis yang palsu dan di


dustakan sepanjang pengetahuannya, dengan harapan kitab ini dapat terus
bermanfaat.

Diantara kesulitan yang mungkin ditemukan dalam kitab ini yaitu :

a)      Untuk dapat menemukan hadis dengan cepat melalui kitab ini, haruslah diketahui
dengan pasti dan tepat lafal pertama dari matan hadis itu.

b)      Untuk mengetahui hadis-hadis maudhu’ seharusnya kita membuka semua kitab


hadis, tidak dengan kitab ini saja.

Kedua kesulitan ini hampir didapat pada setiap kitab hadis yang disusun secara
abjad.

C.   Kunci-kunci dan daftar isi yang disusun oleh para ulama untuk kitab-kitab
tertentu.

Sebagian ulama’ mutaakhirin sudah mengarang “kunci atau daftar isi” untuk
kitab-kitab tertentu. Mereka susun hadis-hadis pada kitab-kitab tersebut berdasar
huruf ensiklopedi. Hal demikian untuk memudahkan para perujuk kitab-kitab
tersebut, dan menghemat waktu untuk menemukan hadis yang mereka inginkan.
Diantara sejumlah kitab kunci dan daftar isi adalah sebagai beriku:

1.      Miftah Ash-Shohihain karangan At-Tauqody

2.      Miftah At-Tartib Li Ahadits Tarikh al-Khotib karangan Sayid Ahmad al-Ghumary

3.      Al-bughyah Fi Tartib Ahadits al-Hilyah karangan Abdul Aziz al-Ghumary

4.      Fahros Litartib Ahadits Shohih muslim karangan muhammad fuad abdul baqi

5.      Miftah Li Ahadits Muwatho’ Malik

9
6.      Fahros Litartib Ahadits Sunan ibnu majah karangan muhammad fuad Abdul baqi

Dalam hal ini, penulis hanya akan menerangkan salah satu diantara beberapa
kitab di atas secara singkat, yaitu kitab Miftah Ash-Shohihain, adapun penjelasannya
sebagai berikut :

Kitab ini hasil karya muhammad syarif bin mushtahafa at-Tauqady. Dalam
kitab ini beliau menghimpun hadis-hadis perkataan yang terdapat dalam shahih al-
bukhary dan shahih muslim, disusun berdasarkan huruf hijaiyyah. Sebelah kanan
setiap hadis penyusunnya menuliskan nomor jilid dan halaman yang terdapat dalam
shahih al-bukhary dan kitab-kitab ulasannya karangan ibnu hajar al-‘asqalany dan
al-‘ainy, juga yang terdapat dalam shahih muslim dan kitab ulasannya karangan an-
nawawy. Adapun di sebelah kirinya dicantumkan thema hadis dan nomor babnya.
Kitab ini dicetak oleh percetakan utsmaniyyah di mesir tahun 1313 dan dicopy ulang
oleh dar al-kutub al-‘ilmiyyah, beirut pada tahun 1395 H.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Metode Takhrij Hadis Lafal Awal Matan Hadis dilakukan dengan cara menelusuri
hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik
itu berupa ism (kata benda) maupun flil (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak
dijadikan pegangan.

Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal


tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-'mal dari ain sebagai huruf
awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

3.2 SARAN

Semoga dengan adanya makalah dapat menambah wawasan pembaca terkait materi
tentang “Metode Takhrij Awal Matni Al-Hadis”. Kami mengetahui bahwa masih
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima agar makalah ini dapat disempurnakan dengan baik
kedepannya.

11
DAFTAR PUSAKA

Prof. DR. Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, Dina Utama Semarang

(DIMAS), Semarang, 1995.

Abu muhammad abdul mahdi, Metode Takhrij Hadits, Dina Utama Semarang

(DIMAS), Semarang, 1994

12

Anda mungkin juga menyukai