Anda di halaman 1dari 12

TAKHRIJ HADITS

Dosen Pengampu : Dr.


Mulyadi,M.A

KELOMPOK 2:
1. D e nisa M au lan a (1187 01242 88)
2. Dimas Prianto ( 11 8 7 0 111 8 9 4 )
3. Setia Ningsih (118701 20312)
4. Tr i s n a Wa h y u n i ( 11 8 7 0 1 2 4 1 2 8 )

Jurusan Manajemen III’C


Fakultas Ekonomi dan Ilmu social
Universitas Syarif Qasim Riau
Pengertian Takhrij Hadits
Secara Bahasa : Secara Terminologi:

Berasal dari kata kharaja (‫ )خ)رج‬yang Mengembalikan (menelusuri kembali ke


artinya nampak dari tempatnya atau asalnya) hadis-hadis yang terdapat di
keadaaannya, dan terpisah, dan dalam berbagi kitab yang tidak memakai
kelihatan. Demikian juga kata al- sanad kepada kitab-kitab musnad, baik
ikhraj (‫ )ا))الخرج‬yang artinya disertai dengan pembicaraaan tentang
menampakkan dan status hadis-hadis tersebut dari segi
memperlihatkannya. Dan kata al- sahih atau dha’if, ditolak atau diterima,
makhraj (‫ )ا))لمخرج‬yang artinya tempat dan penjelasan tentang kemungkinan
keluar. illat yang ada padanya, atau hanya
Takhrij hadits adalah: “Mengeluarkan sekedar mengembalikannya kepada
sesuatu dari suatu tempat”. kitab-kitab asal (sumber)-nya.
Sejarah Takhrij hadits
Pada mulanya, menurut Al- Thanan, ilmu takhrij al-hadist tidak dibutuhkan oleh
para ulama dan peneliti hadist karena pengetahuan mereka tentang sumber hadist ketika
itu sangat luas dan baik. Hubungan mereka dengan sumber hadist juga kuat sekali,
sehingga apabila mereka dapat menjelaskan sumber hadist tersebut dalam berbagai kitab
hadist, yang metode dan cara-cara penulisan kitab-kitab hadist tersebut mereka ketahui.
Ketika para ulama mulai terasa kesulitan untuk mengetahui sumber dari suatu hadist,
yaitu setelah berjalan beberapa periode tertentu dan setelah berkembangnya karya-karya
ulama dalam fikih, tafsir dan sejarah, yang memuat hadist-hadist nabi Muhammad Saw,
yang kadang-kadang tidak menyebutkan sumbernya, maka ulama hadist terdorong untuk
melakukan takhrij terhadap karya-karya tersebut.
Pada saat itu, munculah kitab-kitab takhrij, yang pertama muncul adalah karya Al-
Khatib al-Baghdadi, namun yang terkenal adalah Takhrij al-Fawa’id al-Muntakhabah al-
shiha wa al-Ghara’ib karya Syarif Abi AL-Qasim al-Husani.
Tujuan Takhrij Hadits
1. Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suau hadits yang
igin diteliti terdapat dalm buku-buku hadits atau tidak
2. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja
didapatkan.
3. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang
berbeda di dalam sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku
induk hadits.
4. Mengetahui kualitas hadits, apakah dapat diterima (sahih atau
hasan) atau ditolak (dha’if).
Manfaat Takhrij Hadits
 Mengetahui referensi beberapa buku hadits
 Menghimpun sejumlah sanad hadits
 Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan mengetahui kadar
kemampuan perawi dalam mengingat hadits serta kejujuran dalam periwayatan.
 Mengetahui status suatu hadits
 Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W.
 Mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar humu hadist
 Dapat menjelaskan masa dan tempat kejadian timbulnya hadis.
 Dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadis melalui perbandingan sanad-sanad yang ada.
 Dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan cetak melalui perbandingan-
perbandingan ­sanad yang ada.
Metode-metode Takhrij
Hadits
1. Takhrij Menurut Lafaz Pertama Matan Hadis.
Metode ini tergantung pada lafaz pertama matan hadits. Hadits-hadits dengan metode ini dikodifikasi
berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadits-hadits yang huruf
pertama dan lafaz pertamanya alif, ba’, ta’, dan seterusnya.
Seperti contoh jika kita mau men-takhrij hadis yang berbunyi:
‫ث َعنِّى َح ِد ْيثًا َوهُ َو يَ َرى أَنَّهُ َك ِذبٌ فَه َُو أَ َح ُد ْال َكا ِذبِي َْن‬
َ ‫َم ْن َح َّد‬
Maka, langkah yang akan ditempuh dalam penerapan ini adalah menentukan urutan huruf-huruf yang
terdapat pada lafaz pertamanya, dan begitu juga lafaz-lafaz selanjutnya:
 Lafaz pertama dari hadis di atas di mulai dengan huruf mim, maka di buka kitab-kitab hadis yang
disusun berdasarkan metode ini pada bab mim.
 Kemudian mencari huruf kedua setelah mim, yaitu nuan.
 Berikutnya mencari huruf-huruf selanjutnya, yaitu ha, da, dan tsa. Dan demikianlah seterusnya
mencari huruf-huruf hijaiyah pada lafaz-lafaz matan hadis tersebut.
2. Takhrij Melalui Kata-kata dalam Matan hadis
Metode ini adalah berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan
hadits, baik berupa isim atau fiil. Hadits-hadits yang dicantumkan adalah berupa
potongan atau bagian dari hadits.
Umpamanya, pencarian hadis berikut:
‫ص َدقَةً ِم ْن ُغلُ ْو ٍل‬ َ ‫إِ َّن هللاَ الَ يَ ْقبَ ُل‬
َ َ‫ َوال‬, ‫صالَةً ِم ْن َغي ِْر طَه ُْو ٍر‬

Dalam pencarian hadis di atas pada dasarnya dapat ditelusuri melalui kata-
kata Thahurin, Shadaqotan, dan Ghululin. Akan tetapi, dari sekian kata yang
dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata ghululin karena
kata tersebut jarang adanya ketimbang kata-kata yang lain dari hadis di atas. Hal
ini di sebabkan agar mudah di dalam mencari sumber hadis tersebut dari mana
asalnya.
3. Takhrij Melalui Perawi Hadis Pertama
Langkah pertama dalam metode ini adalah mengenal para perawi
pertama dari setiap hadis yang hendak di takhrij, dalam kitab-kitab itu, dan
selanjutnya mencari hadis dimaksud di antara hadis-hadis yang tertera di
bawah nama perawi pertama tersebut.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah kitab-kitab al-
Athraf dan kitab-kitab Musnad. Kitab al-Athraf adalah kitab yang
menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat. Sedangkan
kitab Musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan perawi teratas, yaitu
sahabat, dan memuat hadis-hadis setiap sahabat. Kitab ini menyebutkan
seorang sahabat dan di bawah namanya itu dicantumkan hadis-hadis yang
diriwayatkan dari Nabi saw beserta pendapat dan tafsirannya.
4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadtis
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits. Oleh karena itu, untuk
melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema
dari suatu hadits yang akan di-takhrij, dan kemudian baru mencarinya melalui
tema tersebut pada kitab-kitab yang disusun menggunakan metode ini.
Seringkali suatu hadits memiliki lebih dari satu tema.

5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis


Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para ulama
hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan
statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian
hadis berdasarkan statusnya, , seperti Hadis-hadis Qudsi, Hadis masyhur, Hadis
Mursal, dan lainnya. Seorang peneliti hadis, dengan membuka kitab-kitab
seperti diatas, dia telah melakukan takhrij al-Hadis.
Kitab-Kitab Yang Dibutuhkan
Dalam Takhrij Hadist

1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari


2. Mu jam Al-Fazi wala siyyama al-garibu minha atau fihris
litartibi ahadisi sahihi
Muslim
3. Miftahus Sahihain
4. AI-Bugyatu fi tartibi ahadasi al-hilyah
5. Al-Jamius Sagir
6. AI-Mujam al-mufahras li alfazil hadis nabawi
Contoh Takhrij Hadist
Tentang keharusan memulai ibadah puasa Ramadhan dan
mengakhirinya dengan melihat hilal. Contoh berikut ini akan
meneliti hadis Malik yang berbunyi:
َ ِ‫ار َع ِن ب ِْن ُع َم َر أَ َّن َرس ُْو ُل هللا‬
‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫ َع ْن َمالِ ِك َع ْن نَافِ ِع َو َع ْب ِد‬:
ِ َ‫هللا ب ِْن ِد ْين‬
ُ‫َ ْي ُك ْم فَاقَ ِّدر ُْواقَ َد َرلَه‬w‫ فَاِ َّن َعل‬,ُ‫الَ تَص ُْو ُم ْوا َحتَّى تَ َراى ال ِهالَ ِل َوالَتُ ْف ِطر ُْواتَ َر َّوه‬
Dari Malik, dari Nafi’ dan ‘Abd Allah ibn Dinar, dari Ibn ‘Umar,
bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu
berpuasa (puasa Ramadhan) sehingga kamu melihat hilal, dan
jangan pula kamu berbuka (ber’Idul Fitri) sehingga kamu
melihatnya. Jika hilal tersebut tertutup dari pandanganmu, maka
tentukanlah ukurannya (bilangannya).
TERIMAKASI
H 

Anda mungkin juga menyukai