Anda di halaman 1dari 31

MAKNA IKHLAS DALAM SURAT AZ-ZUMAR [39] : 2-3 (Studi

Komparatif Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab )

Proposal Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir skripsi

Oleh :

Abdullah Syafi’i
NIM : 180301.1096

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN

PARUNG-BOGOR

1442 H/2021 M
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Judul :MAK NA IKHLAS DALAM SURAT AZ-


ZUMAR [39] :2-3 (Studi Komparatif Penafsiran
Buya Hamka dan M. Quraish Shihab)

Peneliti : Abdullah Syafi‟i

NIM : 180301.1096

Tanggal Persetujuan : Selasa, 3 Agustus 2021

Disetujui Oleh :

Ketua Jurusan
Ushuluddin

Ghufron Maksum, M.H

ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

Proposal mahasiswi dibawah ini :

Nama : Abdullah Syafi‟i

Nim : 180301.1096

Program Studi : Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Tempat Tanggal Lahir : Jepara, 9 November 1999

Judul Proposal : MAKNA IKHLAS DALAM SURAT AZ-


ZUMAR [39] : 2-3 (Studi Komparatif
Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish
Shihab)

Telah diujikan oleh dewan penguji pada tanggal ..........................................


Berdasarkan hasil ujian tersebut, dewan penguji merekomendasikan untuk
melanjutkan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi sesuai dengan
proposal yang telah disetujui.

Bogor, 2021

Mengetahui,
Dosen Penguji

..........................................

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................. i

Halaman Persetujuan ..................................................................................... ii

Halaman Pengesahan .................................................................................... iii

Daftar Isi........................................................................................................ iv

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 10

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 10

E. Tujuan & Manfaat Penelitian ................................................................ 10

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 11

G. Metode Penelitian ................................................................................. 13

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

RANCANGAN DAFTAR ISI SKRIPSI (OUTLINE) .................................. v

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA ......................................................... vii

iv
MAKNA IKHLAS DALAM SURAH AZ-ZUMAR [39] : 2-3

(Studi Komparatif Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab)

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada


1
Nabi Muhammad SAW yang tidak lagi diragukan kebenarannya. Didalamnya
mengandung nilai-nilai tinggi yang menarik perhatian para ilmuwan dan peneliti
yang berupaya untuk mencapai khazanah tersebut. Al-Qur'an sebagai sumber
pertama dan utama umat Islam sehingga setiap kebenaran harus mendapatkan
justifikasi yang kuat dari Al-Qur'an dan apabila tidak, pendapat tersebut
dianggap sebagai pemikiran yang dipertanyakan, dikritisi, bahkan bila perlu
ditolak. Menghadirkan Al-Qur'an menjadi sebuah pemandangan yang tidak akan
pernah hilang. Imam Ghazali dalam Jawahir Al-Qur'an menyebut sebagai al-
kibrit al-ahmar yaitu Al-Qur'an sebagai belerang merah yang senantiasa
menghangatkan hati nurani, perasaan, dan pikiran untuk lebih mengenal Tuhan.
2
Dimana terdapat Al-Qur'an, disitulah tafsir akan bermunculan.
Al-Qur‟an sebagai petunjuk yang ditujukan kepada manusia untuk
menyadari hakikat keberadaan mereka di bumi agar tidak terlena dengan
mewahnya kehidupan, sehingga mereka tidak menduga bahwa hidup mereka
hanya dimulai dengan kelahiran dan kematian. Al-Qur‟an mengajak manusia
yang dianugerahi akal oleh Allah ini berfikir tentang kekuasaan Allah sekaligus
membuktikkan adanya hari kebangkitan serta bahwa kebahagiaan ditentukan
oleh kesesuaian hidup mereka dengan apa yang dikehendaki oleh sang pencipta,
3
Allah yang Maha Esa. Al-Qur‟an mengajarkan bahwa manusia hidup di alam
dunia ini adalah hanya beribadah kepada Allah SWT sebagai bukti pengabdian
seorang hamba kepada Tuhannya. Seperti dalam firman Allah SWT :
1
M. Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), Terj. Firdaus, h. 185
2
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Jawahir Al-Qur'an, tahqiq Dr. Syaikh Rasyid Ridha Al-
Qubbani, (Dar Ihya' al-'Ulum : Beirut, 1990), h. 25 atau baca buku tersebut di www.ghazali.net.
3
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2013) h 21.
1
2

ْ‫ي ْ مِ َل ّٰع ْلا‬


َْ ‫ص ۙ۝‬ ‫ل‬ ِ ْ‫ت ِاَهوْيْ ايموْْي كِ س نوْت‬
ْ ْ
‫ل‬ ِِّْٰ‫اْْلِ رْو‬
َ
َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َّ ْ
َ ُ َ
ْ َ
‫ُق‬

“Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadatu, hidupku, dan matiku


4
hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”(QS, Al-An‟am:162)
ْ
‫ص‬ ‫ا‬ ْ
‫و‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ت‬‫غ‬ ِ ‫بق يْلْاو لْانِإ لاخْوْلن اكْامْلِاْإِل م ع ْلْان مِِْ وه ج وْوِْبي‬
ُ
ًُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َُ َ َ َْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang murni
(Ikhlas) hanya untuk-Nya, dan dicari wajah Allah dengan amalan
tersebut.” [HR. An-Nasa‟I no. 3140, dishahihkan Al-Albani].
ِ ِ
ْ ‫ىلَْاالَوْْم ُك م اس ْجَْاىلْ وْم‬
َْ َ َ َ
ِ ِ
‫ص‬ ‫و‬ ِ‫ْاُرُظْنَيَْلَْا لهاْناْ ُكر‬
ُ َ
‫صِل‬
ْ ْ:

‫َل َاقْضْرةَرْيرُْى‬:ْ‫لهاُْل و س رَْل َاق‬


ََ َُ ْ
‫ْب‬

‫َِاْْن َع‬

ّ‫م ُك ِبوُلْقلى ِْارُظنيْن كِ ٰل‬.‫ملسمْهاور‬


ْ َْ ُ َ ْ ْ
Dari Abu Hurairah RadiAllahuanhum, ia berkata: Rasulullah SAW pernah
bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu
dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai)
keikhlasan hatimu”. [HR. Muslim]

Dari ayat dan hadis diatas dijelaskan bahwa Allah-lah sebagai pemusatan
aqidah dengan kesatuan tujuan beribadah hanya kepada-Nya. Sholat sebagai
pokok tanda kepercayaan dan kecintaan kepada Allah. Bahkan, bukan itu saja,
5
hidup dan matipun untuk Allah dan karana Allah. Pada hakikatnya manusia
diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Untuk merealisasikannya,
manusia diberi ujian berupa niat. Banyak dari mereka yang terperdaya pada niat
yang keliru bahkan menyimpang sehingga menyebabkan amal menjadi tidak
ikhlas. Padahal, hanya Allah-lah yang menerima atau tidak amal dari seseorang
tergantung dari niat mengerjakan amal tersebut. Amalan apapun yang dikerjakan
ibarat kerangka yang tidak bernyawa. Amal tidak mampu bergerak sendiri
kecuali ada ruh yang menghidupkannya yaitu ikhlas. Sebab ikhlas adalah ruh
3
6
bagi segala amal yang bernilai disisi Allah SWT.

4
DEPAG RI, Al-Qur’an Al-Quddus, (Kudus : CV. Mubarakatan Thoyyibah, tt), h. 150
5
Prof. Dr. Hamka,Tafsir Al-Azhar , (Jakarta : Pt. Pustaka Panjimas,1985, h.98
6
Ahmad Jamhuri Juharis Nuruddin, Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur'anul Karim,
(Jakarta : Penerbit Percetakan Madu,TT), h.1.
Ikhlas merupakan salah satu dari berbagai amal hati bahkan berada di
barisan pertama darinya. Berbagai amal yang dilakukan tidak bisa menjadi
7
sempurna kecuali dengannya. Ikhlas disini adalah menghendaki keridhaan
Allah dengan suatu amal dan membersihkannya dari segala urusan duniawi.
Ketika membahas tentang ikhlas, maka tidak lepas dari pemahaman niat yang
tulus dari dalam hati untuk mengerjakan suatu perbuatan tanpa pamrih dan
hanya mengharapkan Ridha Allah SWT. Guna membimbing manusia yang
mempunyai kepribadian ikhlas, maka diperlukan sebuah metode yang
8
dinamakan ibadah. Ibadah yang dikerjakan oleh manusia dalam wujud ritual
maupun tindakan sosial kemasyarakatan yang berakhir pada satu tujuan, yaitu
9
Allah SWT. Amal yang hanya ditujukan kepada Allah SWT ini yang disebut
ikhlas. Ikhlas disini bukan bearti peribadatan khusus yang telah ditentukan
10
ketentuan dan cara-caranya secara lahir, namun lebih kepada persoalan hati.
Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali karena Allah dan
demi hari akhir. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti
kecenderungan diri kepada dunia yang tampak maupun yang tersembunyi,
seperti menginginkan harta, ketenaran, pujian, sanjungan, mengambil muka
dimuka umum, menyimpan rasa dengki yang mendalam, atau alasan-alasan yang
tidak terpuji yang mengkhendaki suatu amal kepada selain Allah. Allah
berfirman:
َ َ ُ ُ ْ
ِ ِ ّٰ ِ ِ
‫ْااْۙورمِاْۙامو‬
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
11
memurnikan ketaatan kepada-Nya…..”(QS. Al-Bayyinah [98] : 5)

7
Yusuf Al-Qardhawy, Niat dan Ikhlas: Penerjemah Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar. 1997) h. 17
8
Rachmat Ramadhana, Aktivasi Ikhlas : Menjadi Ikhlas Dalam 40 Hari (Yogyakarta :
Pustaka Quantum, 2012), h, 3.
9
Ahmad Khalil, Narasi Cinta & Keindahan Menggali Kearifan Ilahi Dari Interaksi
Insani,(Uin-Malang Press, 2009),h 148.
10
Ahmad Khalil, Narasi Cinta & Keindahan Menggali Kearifan Ilahi Dari Interaksi
Insani (Uin-Malang Press, 2009) h. 149
11
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung : Jumanatul Ali
Art, 2004), h.598
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk
mengerjakan sesuatu dengan rasa ikhlas. Ikhlas hanya mengharap ridho Allah
swt. dan definisi keikhlasan dalam ayat ini sangat berkaitan dengan memurnikan
ketaatan hanya kepada Allah, mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada
Allah memohon pertolongan. Dengan demikian, Keikhlasan itu berasal dari
lubuk hati yang paling dalam serta tidak mengada-ada atau dengan kata lain
tidak bersikap carmuk (cari muka). Sebab untuk saat ini, sikap tersebut banyak
dilakukan oleh sebagian oknum yang ambisius untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya dengan instan, seperi materi, jabatan, popularitas dan lain-lain.
Apabila terjadi, maka berbagai cara akan dilakukan bahkan menghalalkan segala
cara untuk mendapatkannya. Sikap ini melahirkan sesuatu yang negatif,
misalnya ibadahnya bulan pengabdian namun karena ingin mendapatkan pamrih
atau pujian dari orang lain.
Di zaman sekarang, semakin banyak dijumpai manusia yang dalam
hidupnya memandang bahwa dalam kehidupan ini tidak ada yang gratis, selalu
ada patokan harga yang harus dibayar. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
untuk selalu memperhitungkan untung rugi dalam sagala segi kehidupan.
Pandangan ini menjadikan sulitnya menemukan manusia yang tulus dalam niat
dan bersikap. Oleh sebab itu, adanya urgensi untuk menafsiran tentang ikhlas
12
dalam beribadah. Imam Ash-Syahid mengungkapkan tentang pilar keikhlasan.
Adapun yang dimaksud ikhlas ialah sebuah sikap kejiwaan seorang muslim yang
berprinsip bahwa semua amal dan jihadnya karena Allah SWT untuk meraih
ridho-Nya tanpa melibatkan urusan keduniawian, bahkan kebanyakan kaum
13
muslimin tidak mengetahui atau melakukannya.
Bukan itu saja, sifat ikhlas pada saat sekarang sudah mulai pudar, sebab
banyak orang sudah mulai dengan sifat egonya yang selfish, yaitu
mementingkan dirinya atas kepentingan orang lain. Penulis mengamati

12
Shofaussamawati, “Ikhlas Perspektif Al-Qur’an: Kajian Tafsir Maudhu’I” Skripsi
STAIN Kudus (Jawa Tengah: Perpustakaan STAIN Kudus, 2013) h. 332
13
Husain Audah, Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, (Bogor : Pustaka Ibn Kastir, 2007 ),
h. 11.
fenomena yang terjadi pada manusia sekarang. Sebagian dari mereka banyak
yang mengerjakan amal ibadah dengan baik, namun sayangnya dibalik amal
yang dilakukan itu mereka update dan selfie ke jejaring sosial seperti Facebook,
Instagram, Tiktok, dan lain-lain. Perbuatan itu semakin berleluasa untuk
mendapatkan sanjungan dari rekan-rekan medsos sehingga memunculkan sifat
riya'. Padahal amal shaleh yang ikhlas harus bebas dari gangguan riya‟ yang
merusak keutamaan dan keikhlasan amal karena Islam menganggap riya‟
sebagai perbuatan musyrik kepada Allah yang menjadikan dan menguasai jagat
14
raya beserta isinya. Di samping itu, keikhlasan ialah rahasia antara seorang
hamba dengan Tuhannya. Malaikat pun tidak mengetahui perkara keikhlasan
hati seseorang sehingga tidak bisa untuk mencatatnya. Begitu juga setan, tidak
15
mampu untuk mengetahui, sehingga tidak akan bisa untuk merusaknya.
Dalam riwayat, Rasulullah pernah merasa khawatir dengan sikap tidak ikhlas,
sebab hal tersebut menuju pada perbuatan syirik kecil. seperti dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad :

ِ ِِ ِ
ْ‫م‬
ْ
‫ص‬
ْ ‫ُْءَايرلْا ُرَغ‬،‫انلْاى َزَجْاَذ ْإة َم َايقْلْامَْو َيُْ لهاُْل ْو ُق َْي‬ ْ ْ َ َْ‫َو ْخَْأنإ اَخ َأْام‬
َ‫ف لأاْ ُكر شلْام ُك ْيَلَع‬
‫ِل‬ ‫ف‬
ُ ْ
‫ِِ ام ْع َأِْبس‬
َ َ

!‫كْن ي ذِ لاَْىلِْإاو بَى‬


ُ ‫ايْن ُّد لاْ ِفَِْن وُؤ ارُْتم ُتْن‬،ْْ‫؟ْءَْازجْم ُى دَ ْن عَِْن و دُ ََِتْل ىَْاورُْظن َاف‬
ُْ َ ْ َ ْ ْ َ ُْ ْ ْ ْ َ ً
‫ْذ ْا‬: “Sesungguhnya ang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, yaitu Riya’. Allah akan mengatakan kepaa mereka pada hari
kiamat
tatkala mereka memberikan balasan atas amal-amal manusia “pergilah
kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia.
Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka ?” [H.R. Ahmad,
V\428-429 dan al-Baghawi dalam Syahrus Sunnah, XIV/324, no.
16
4135dari Mahmud bin Labid].

Allah ta‟ala akan berfirman kepada mereka pada hari di balasnya para
hamba atas amal-amal perbuatan mereka, „Pergilah kamu kepada orang-orang

14
Moh. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji: Kiat Membina dan Mengembangkan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Kalam Mulia, t.th.), h. 18.
15
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Manajemen
Hati, Jilid II (Jakarta : Darus Sunnah, 2014), h. 205.
16
https://almanhaj.or.id/11969-bahaya-riya-2.html , diakses pada Kamis, 29
yang kamu pameri sewaktu didunia, maka lihatlah apakah kamu dapat
memperoleh sesuatu kebaikan dari mereka”. Sementara dalam hadist Qudsi :
Allah ta‟ala berfirman :

ُّ ‫ْكِ ر شلْاِن َعْءِ اَكر‬،ْ‫ي ِْْي َغْي ِعمْوِ يِْفْ َكرْش ًَْألَم َعْل مِ َعْن م‬،ْْ‫وَكر ِشْوُُْوتْكرَت‬
ُْ‫ش لاَْن‬
َ َ ْ َْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ
‫ْغ َأ‬

“Aku adalah sekutu yang Maha cukup, sangat menolak perbuatan syirik.
Barang siapa yang mengerjakan suatu amal dicampuri dengan
perbuatan Syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak
terima) amal kesyirikannya.” [H.R. Muslim No. 2985 dan Ibnu Majah
17
No. 4242 dari Sahabat Hurairah.

Hadis tersebut di atas mengandung petunjuk bahwa Allah swt tidak akan
menerima sedikitpun amal perbuatan, kecuali amal perbuatan yang di kerjakan
dengan ikhlas, semata-mata hanya mengaharapkan ridho-Nya. Dan apabila amal
itu dikerjakan dengan „Riya‟ (tidak ikhlas), maka ia hanya akan mendapatkan
sesuatu di dunia saja, mungkin jabatan, mungkin harta, mungkin pujian orang,
sedang di akhirat kelak ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali siksa dari
Allah SWT.
Kata ikhlas disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 31 kali dengan 14
18
derivasi. Didalamnya yang berasal dari tiga bentuk fi'il, yakni khalasa
sebanyak 8 kali, akhlasa sebanyak 22 kali, dan istakhlasa 1 kali. Dari jumlah
tersebut yang dirangkaikan dengan din dalam arti agama, peribadatan, atau
ketaatan adalah sebanyak 12 kali yang kesemuanya tertuju kepada Allah swt.
Salah satu firman-Nya ialah :
ْْ‫لَاْْلْان ْيدلاْْوِِّّٰلَْْاالِ ص‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ْ
‫ل‬ ‫و‬ْ
‫ا‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ ِْ‫يلِاْانلز ناْاِنا تّٰكِ لنْولّٰ لْاْدِ بع اْفقل اِْبب‬
ُ ُ ً ُ َْ ‫ۙ۝‬ َ َْْ َ ْ ُ ّ َ ُ ْ ۙ ََْ َْۙ َْ
َْ ‫ْلْا‬
‫ك‬
ۙۙ
Uَََْْ ‫ك‬
ْ‫ي‬ ُ ‫م‬ َ‫الو‬ Uََْ َ‫ۤءْ ا‬
َ ۙ ‫ْن ْيذ‬Uََْ ْ‫يلْو ْاونوْ ُد ْ ْْن م ْاوْ ُذ َتَّا‬
ِ ِ
ْ ّٰ َْ‫ْۙاِىٰفّ ْل ُزْ ّْٰوِّ لْاَْىل ْۙاَانوُبرَق ُيلْ ِ ْوّ لا‬
ِ ْۙ ‫ِ اْْم ُى ُد ُبعْ َْناَم‬ ِ ِ
ُ ْ
ٰ ِ ِ
ْ‫ك‬ ْ ‫دِ ْه يْ ََْالوّْلّٰ لاْناْۙەَْن و ُفَِلْتََيْوِْ ْيِْف‬
َ ‫م ُىْامَْ ِْفِْْم ُه َ ينَْب ذ ّكْوَْ ُىْْْن ۝ ٌْر اف‬
ْ ْ َ
ٌْ ْ
‫ب‬ ‫َمْْْي‬
17
https://almanhaj.or.id/11969-bahaya-riya-2.html
18
M. Fuad.Abd Al-Baqi, Al-Mu'jam Al-Mufahras Li al-fazh Al-Qur'an (Mesir : Dar Al
kutub, 1945).
“Sesungguhnya kami menurunkan kitab kitab (Al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah
dengan tulus ikhlas beragama kepadanya. Ingatlah! Hanya milik Allah
agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka
melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah
denga sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan
diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat
19
ingkar.”(QS. Az-Zumar [39] : 2-3)

Penjelasan ayat diatas bahwa Al-Qur'an membawa kebenaran yang


bernilai tinggi dan nilai-nilai tersebut tidak dapat disanggah atau dibantah oleh
siapapun sebab Al-Qur'an mengandung petunjuk-petunjuk yang didalamnya
tidak dapat diragukan. Ditegaskan dalam ayat berikutnya "hanya kepunyaan
Allah lah agama yang bersih/murni (dari syirik)”, menegaskan bahwa Allah itu
Esa dan tidak bersekutu dengan apapun. Adapun tujuan beribadah hanya
ditujukan pada zat yang satu yaitu Allah swt. Ayat ini adalah sebuah perintah
untuk umat manusia guna mengabdi kepada Allah serta tidak ada sekutu bagi-
20
Nya, karena tidak layak peribadatan kecuali hanya kepada-Nya.
Dalam tafsir al-Azhar ditafsirkan “sesungguhnya Allah telah
membersihkan Muhammad dari tuduhan oleh orang yang menolah percaya
terhadap Islam. “Muhammad sendiri secara pribadi tidak sanggup menyusun
kata sedemikian indah dari kehendaknya sendiri, "Maka sembahlah olehmu akan
Allah!" Karena sudah saat engkau rasakan sendiri bahwa Al-Kitab ini tidak
datang dari sumber lain, melainkan langsung diterima dari Allah. Allah tiada
siangan dan tiada tandingan bagi-Nya. Inhatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik). Maksudnya, tidak ada suatu amal pun yang
diterima kecuali yang dikerjakan oleh pelakunya dengan niat ikhlas hanya
21
karena Allah SWT.” Sedangkan M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah

19
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung : Jumanatul Ali
Art, 2004), h.458
20
Nasib Al-Rifa'i, Muhammad, Ringkasan Ibnu Katsir, Jilid 4, terj. Syihabudin (Jakarta :
Gema Insani, 1999), h. 90.
21
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Bimbingan Massa, 1970), h. 79
menjelaskan bahwa Al-Qur‟an diturunkan untuk memerintah untuk melakukan
kebenaran. Oleh karenanya, beribadahlah kamu kepada Allah dengan penuh
ikhlas.
Banyak diantara manusia yang menganggap dirinya sudah ikhlas dalam
hal niat, iqtikad (keyakinan), tujuan dan maksud dari perbuatannya. Akan tetapi,
apabila mereka mau menyelidikinya dengan teliti, mereka akan mengetahui
indikasi atau syarat diterimanya suatu amal. Keikhlasan dapat hilang perlahan-
lahan apabila dalam jiwa sesesorang ada rasa egoisme dan suka terhadap pujian
22
manusia, pangkat dan kedudukan tanpa melihat batasan-batasannya. Oleh
Karena itu, diperlukan adanya upaya yang efektif untuk mendidik dan
membentuk kepribadian yang ikhlas, yang secara khusus sesuai paradigma
23
kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw serta nilai-nilai ketauhidan.
Perumpamaan amal yang berasal dari hati yang ikhlas laksana tanaman
yang sehat, akan akan tumbuh dan berbuah pahala dan karonia Allah. Sebaliknya
hati yang tidak ikhlas, laksana tanaman yang tidak sehat, rusak dan kering yang
akan menghasilkan kesengsaraan. Orang-orang yang ikhlas hatinya tidak akan
disibukkan berbangga atas amal-amal yang telah diperbuatnya. Karena bagi
orang-orang yang tengah melakukan perjalanan mencapa keridhaan Allah, riya‟
24
terhadap amal adalah hal yang akan merusak nilai-nilai keikhlasan.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tentang makna ikhlas dalam QS. Az-Zumar [39] : 2-3 menurut
penafsiran melalui sudut pandang Buya Hamka dalam tafsirnya yaitu, Tafsir al-
Azhar sebab penulis tertarik dengan prinsip beliau yakni sebaik-baik tafsir ialah
yang memelihara hubungan antara naql dan aql, tafsir tidak semata-mata
mengutip pendapat terdahulu namun menggunakan tinjauan sendiri, tidak pula
semata-mata mengikuti pertimbangan akal sendiri seraya melalaikan apa yang
dinukil dari orang-orang terdahulu. Tafsir yang hanya mengikuti riwayah tanpa

22
Ahmad Sagir, "Konsep Ikhlas : Khazanah”, dalam Jurnal , Vol 11, No. 40, Juli-
Agustus, 2006, h. 47.
23
Rachmat Ramadhana, Aktivasi Ikhlas Menjadi Ikhlas Dalam 40 Hari (Yogyakarta:
2012), h. I.
24
Muhammad Gatot Arya Al-Huseini, Keajaiban ikhlas (t.k., t.p., t.th), h. 19.
menggunakan tinjauan sendiri bearti hanya suatu textbook thinking dan apabila
mengikuti akal sendiri bahayanya akan keluar dari garis yang telah ditentukan
25
oleh agama. Sedangkan M. Quraish Shihab adalah seorang mufasir
kontemporer yang masih hidup dimana pemikirannya mampu disesuaikan
dengan kondisi hati manusia sekarang yang sering berubah-ubah dalam niat
ikhlas beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, penulisan skripsi dengan
judul “MAKNA IKHLAS DALAM SURAT AZ-ZUMAR [39] : 2-3 (Studi
Komparatif Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab)” diharapkan
mampu mengatasi permasalahan-permasalahan tentang ikhlas untuk beribadah
kepada Allah SWT.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut dapat di identifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Setiap kebenaran harus mendapat justifikasi yang kuat dari Al-Qur'an
sebagai sumber pertama dan utama.
2. Hidupnya manusia untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai bukti
pengabdian.
3. Manusia sering terperdaya pada niat yang keliru dan menyimpang.
4. Ruh yang menghidupkan berbagai amal yang bernilai di sisi Allah SWT
yaitu ikhlas.
5. Ikhlas sebagai barisan pertama dari amal-amal hati dan menjadi syarat
sempurnanya suatu amal.
6. Banyak manusia yang menetapkan patokan harga untuk kehidupan
sehingga memandang segalanya tidak ada yang gratis.
7. Adanya sifat ego yang selfish, yaitu mementingkan diri sendiri diatas
kepentingan orang lain.
8. Kurangnya pemahaman terhadap makna ikhlas dalam QS. Az-Zumar [39] :
2-3.

25
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Bimbingan Massa, 1970), h. 21
9. Mufasir Buya Hamka dan M. Quraish Shihab yang merupakan mufasir
kontemporer yang menafsirkan QS. Az-Zumar [39] : 2-3 dalam karya
tafsirnya.
10. Perbuatan riya' mampu merusak nilai-nilai keikhlasan.
C. Pembatasan Masalah
Dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis perlu membatasi objek kajian
penelitian untuk menghindari pelebaran masalah. Untuk itu, skripsi ini akan
dibatasi pada penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab terhadap QS.
Az-Zumar [39] : 2-3.
D. Perumusan Masalah
Setelah mengemukakan latar belakang, identifikasi masalah dan juga
pembatasan masalah, maka rumusan masalah dari skripsi ini yakni :
“Bagaimana makna ikhlas dalam Al-Qur‟an kajian QS. Az-Zumar [39] : 2-3
menurut penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab ?”.
E. Tujuan & Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui makna
ikhlas dalam Al-Qur‟an kajian QS. Az-Zumar [39] : 2-3 menurut tafsir
Al-Azhar dan tafsir al-Misbah.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian terhadap konsep ikhlas dalam Al-Qur‟an kajian
QS. Az-Zumar [39] : 2-3, diharapkan memberikan sejumlah manfaat atau
kegunaan, antara lain :
a. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah kepustakaan dan keilmuan intelektual terutama
dalam hal keikhlasan.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan
dan dorongan khususnya kepada umat muslim dan umumnya kepada
masyarakat agar bisa ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam hal ini, penulis sangat hati-hati dalam menentukan topik
permasalahan agar tidak adanya plagiatisme terhadap karya ilmiah orang lain.
Oleh karena itu, penulis mengemukakan penelitian terdahulu yang relevan
dengan judul penelitian yang peneliti angkat adalah
1. Skripsi yang berjudul “Ikhlas Dalam Perspektif Al-Qur‟an” karya Miss
Rosidah Haji Daud dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry tahun 2017. Skripsi ini membahas keikhlasan
dalam Al-Qur‟an yang didalamnya mengupas ayat-ayat tentang ikhlas dan
penafsirannya serta pengaruh ikhlas dalam amal perbuatan manusia. Ikhlas
merupakan suatu perbuatan dengan didasari hati yang bersih dan murni
guna mencari keridhaan Allah SWT dalam melakukan semua perbuatan.
Perbuatan tersebut mampu mempengaruhi setiap amal yang diperbuat oleh
manusia yakni mampu membuat jiwa yang tenang, pasrah terhadap
26
ketentuan Allah SWT. Skripsi ini memiliki kesamaan dengan apa yang
diteliti oleh penulis, yaitu sama-sama membahas tentang ikhlas dalam Al-
Qur‟an. Namun terdapat perbedaan, yakni saudari Miss Rosidah Haji Daud
dalam karyanya membahas tentang ayat-ayat Ikhlas yang terdapat dalam
Al-Qur‟an serta pengaruh ikhlas terhadap perbuatan amal seseorang
sedangkan penulis fokus terhadap perbedaan penafsiran Buya Hamka dan
M. Quraish Shihab dalam memaknai ikhlas didalam QS. Az-Zumar [39] :
2-3.
2. Skrispi dari Nur khodijah Binti Hamrin yang berjudul “Ikhlas dalam
Beramal Menurut Mufasir” dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Sunan Ampel Surabaya tahun 2018. Skripsi ini adalah analisis penulis
terhadap persoalan tentang ikhlas dalam beramal perspektif mufasir. Ikhlas
ialah melakukan amal kebaikan hanya semata-mata karena Allah SWT
yang merupakan asbab ikhlas seseorang itu bagaikan ruh bagi segala amal

26
Miss Rosidah Haji Daud, “Ikhlas dalam Perspektif Al-Qur‟an”. Skripsi UIN Ar-Raniry,
( :Perpustakaan UIN Ar-Raniry, 2017), h. Xv.
yang bernilai disisi Allah. Namun, pada zaman sekarang sifat ikhlas sudah
mulai luntur, sebab banyak orang sudah mulai dengan sifat egonya, seolah-
olah dirinya lebih baik amalnya daripada orang lain. Sehingga diakhir
nanti dapat dihasilkan sebuah penjelasan yang mampu menambah
27
kefahaman terhadap pandangan mufassir tentang ikhlas dalam beramal.
Skripsi ini memiliki kesamaan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis
yaitu sama-sama membahas tentang ikhlas. namun terdapat perbedaan
yaitu skripsi oleh Nur khodijah binti hamrin membahas tentang ikhlas
dalam beramal menurut mufassir dan kontekstualisasinya dalam beramal,
sedangkan penulis membahas tentang perbedaan penafsiran Buya Hamka
dan M. Quraish Shihab dalam memaknai ikhlas didalam QS. Az-Zumar
[39] : 2-3.
3. Skripsi yang berjudul “Ikhlas Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-
Azhar” oleh Muhammad Yusuf dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta. Adapun hasil
dari skripsi ini adalah membahas tuntas bagaimana ikhlas dipahami atau
ditafsirkan oleh hamka dalam kitab tafsir al-azhar. Ikhlas menurut Buya
Hamka terbagi menjadi tiga hal : ikhlas dalam beragama, ikhlas dalam
beribadah dan berdo‟a, ikhlas dalam beramal. Ikhlas dalam pemahaman
Buya hamka yaitu segala gerak tingkah laku, usaha, pekerjaan hendaklah
mementingkan amal dengan tidak saling bertengkar dan berbantah, karena
nantinya amal menjadi terlantar. Ikhlas dengan mementingkan amal yang
didasarkan keikhlasan mempersembahkan kepada Allah dan tidak
bercabang pada niat yang lain. Hal ini disebutkan berdasarkan penafsiran
pada ayat Al-Qur‟an surat al-bayyinah ayat 5 dan Q.S Al-Baqarah ayat
139. Hal ini juga diperoleh relevansi penafsiran Hamka dengan konteks
sekarang. Skripsi ini memiliki kesamaan dengan apa yang diteliti oleh
penulis yaitu sama-sama membahas tentang ikhlas. Namun, terdapat
perbedaan yaitu skripsi dari Muhammad Yusuf menelaah tentang ikhlas

27
Nur khodijah Binti Hamrin “Ikhlas dalam Beramal Menurut Mufasir”, Skripsi
UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2018) h. Xv.
menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar dan relevansinya terhadap
konteks sekarang, sedangkan peneliti membahas tentang perbedaan
penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab dalam memaknai ikhlas
didalam QS. Az-Zumar [39] : 2-3.
4. Jurnal yang berjudul “Ikhlas dalam Al-Qur‟an” oleh Dedi Junaedi dan
Sahriah dari Ikip siliwangi bandung dan stit Al-ihsan baleendah dalam
jurnal Ta‟lim JIAI, Vol.1.No.2,Agustus 2019. Adapun hasil pembahasan
dari jurnal ini adalah ikhlas ialah hal yang sangat penting sebab keimanan
dan amal sholeh akan diterima oleh Allah swt apabila perbuatan itu benar
dan murni karena Allah tidak tercampur dengan hal apapun. ikhlas adalah
upaya memurnikan dan mensucikan hati hanya kepada Allah semata. Bagi
orang yang ikhlas dalam ibadahnya akan mendapatkan jalan yang selamat
di akhirat, rezeki pahala yang besar, bebasnya kehidupan dari kesedihan
kalbu, menyelematkan pelakunya dari adzab dihari pembalasan serta
28
terhindar dari gangguan syaithan. Jurnal ini memiliki kesamaan dengan
judul yang diteliti oleh penulis, yaitu sama-sama membahas tentang ikhlas
dalam Al-Qur‟an. Namun terdapat perbedaan, yaitu jurnal ini membahas
hakikat dan manfaat ikhlas, sedangkan penulis terfokus pada perbedaan
penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab dalam memaknai ikhlas
didalam QS. Az-Zumar [39] : 2-3.
5. Buku yang berjudul “Agar Amal Anda Diterima : Menanamkan
Keikhlasan dalam Aktivitas Ibadah” oleh Husain bin „Audah al-
Awwaliyah, tahun 2007 yang berisi agar amal diterima Allah SWT,
perintah ikhlas, kisah seorang mukmin dan Nabi Ibrahim a.s. dan istrinya
yang selamat sebab berikhlas, keutamaan ikhlas, buah keikhlasan, serta
29
ungkapan para Ulama Salaf dan orang saleh tentang ikhlas.
G. Metode Penelitian

28
Dedi Junaedi dan Sahriah,“Ikhlas dalam Al-Qur’an” dalam jurnal Ta‟lim JIAI,(Ikip
siliwangi bandung dan stit Al-ihsan baleendah Vol.1.No.2,Agustus, 2019), h. xv.
29
Husain bin „Audah al-Awwaliyah, Agar Amal Anda Diterima : Menanamkan
Keikhlasan dalam Aktivitas Ibadah, ( 2007
Metode penelitian merupakan suatu cara dalam penelitian yang
dipakai untuk menjadi objek dengan sistematika yang logis sehingga dapat
30
tercapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, cara yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis pendekatan
tafsir, merupakan pemahaman makna yang tersurat maupun tersirat dalam
31
dokumen dengan sikap hati-hati, teliti, dan kritis.
Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam
proses pengumpulan data non statistik yang difokuskan pada data teks dan
literstur lalu dianalisis secara menyeluruh menggunakan metode contents
analysis sehingga ditemukan kesimpulan dan hasil penelitian. Metode
penelitian ini digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata
32
kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Semakin dalam dan detail
data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif
ini.
Objek studi dalam kajian ini adalah ayat al-Qur‟an. Oleh
karenanya, penulis menggunakan metode pendekatan tafsir. Dalam
menganalisa data yang telah terkumpul, penulis menggunakan metode
tahlili. Adapun prosedur kerja metode tahlili yaitu: menguraikan makna
yang dikandung oleh al-Qur‟an, ayat demi ayat dan surah demi surah
sesuai dengan urutannya di dalam mushaf, menguraikan berbagai aspek
yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian kosa kata,
konotasi kalimat, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat-ayat
yang lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah ayat) dan tidak

30
Anto Bakker, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1986), h. 10.
31
Robert. K. Yen, Case Study Research : Design and Methods (Edisi Terjemahan M.
Djauzi Mudzakir), (Jakarta : Pt. Grafindo Persada, 2000), h. 109
32
Lexi j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya, Bandung: 2007),
h4
ketinggalan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan
33
tafsir ayat-ayat tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini difokuskan pada jenis penelitian kepustakaan (library
research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode
34
pengumpulan data pustaka yang terkait dengan penelitian Mestika Zed
mengungkapkan bahwa studi kepustakaan atau library research yaitu
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan data
35
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Sedangkan menurut M. Iqbal Hasan, studi kepustakaan (Library Research)
ialah kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
pengetahuan yang terdapat dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku
36
referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya.
Untuk memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan beberapa
sumber data yang dikategorikan sebagai berikut;
a. Sumber data primer, yakni data langsung dari subyek penelitian atau
37
disebut juga data tangan pertama. Sumber data penelitian ini adalah
Tafsir Al-Misbah & Tafsir Al-Azhar.
b. Sumber data sekunder,yakni data yang tidak berhubungan langsung
dengan subyek penelitian. Dalam studi ini data sekundernya adalah
buku-buku, kitab, dan literatur yang relevan terkait dengan ikhlas.
c. Sumber data tersier yakni kamus yang mendukung penelitian.

3. Teknik Analisis Data

33
Nas}ruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Cet.III; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h.32.
34
Nashiruddin Baiddan dan Erwati Azis, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006) cet.I, hal. 28
35
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
2004), h. 3
36
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2002), cet. 1, h. 45
37
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 91
Analisis data merupakan bagian penting dari metode ilmiah, sebab
dengan menganalisa data tersebut mampu memberi arti dan makna dalam
memecahkan masalah penelitian. Content analysis merupakan sebuah
teknik yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks serta untuk
38
menyelidiki secara objektif dan sistematik . Menurut Klaus Krippendorff,
Content Analysis tidak hanya menjadikan isi pesan sebagai objeknya
namun lebih dari itu hubungannya dengan konsepsi konsepsi yang lebih
39
baru tentang gejala gejala simbolik dalam dunia komunikasi. Dengan
menggunakan metode analisis ini maka akan diperoleh suatu pemahaman
yang disampaikan dari sumber secara objektif, sistematis dan relevan.
Adapun teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Hadits

1. Menentukan hadist yang dikaji, menganalisa makna dan


asbabul wurudnya.
2. Melakukan analisis tehadap hadits-hadits yang terkait pokok
kajian.
3. Mengumpulkan data teori dari sumber-sumber atau literatur
lain.
4. Menganalisa teks hadits, ayat al qura‟an dan teori secara
holistic sehingga ditemukan jawaban dari permasalahan yang
di ajukan.
b. Analisis data keseluruhan

Dalam menulis data keseluruhan, peneliti menggunakan teknik


40
analisis miles dan huberman (1984) , yaitu :
1) Data Reduction (Reduksi Data)

38
Bungid, Burhan, Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Kencana Penada Media Goup, 2008), h.
155-156
39
Klaus Krispendoff, Analisis Isi Pengantar dan Teori Metodologi, (Jakarta: Rajawali
Pres, 1993). H. 15
40
M.B Miles & Huberman A.M, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 1990) hal. 78
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian, maka peneliti perlu menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan menganalogikan
sehingga kesimpulan dapat tercapai. Dengan demikian, data yang
telah direduksi akan memberikan penjelasan yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk mendapatkan data dan mencari jika
diperlukan.
2) Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, kemudian mengumpulkan informasi
dengan teks ditulis secara naratif. Dengan penyajian data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
3) Conclusion drawing or verification (Kesimpulan)
Setelah data disajikan, maka peneliti mengoreksi dan
memilih data-data yang memang akurat dengan menggunakan
metode deduktif yaitu kegiatan penganalisaan yang terfokus pada
pengetahuan yang bersifat umum dan menilai yang khusus, karena
kebenarannya yang terdapat dalam hal ini menjadi peristiwa
khusus.
4. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi yang disusun STAI Nurul
41
Iman Parung Bogor yang diterbitkan oleh STAINI Press tahun 2019.
Adapun tranliterasi penulisan mengacu pada transliterasi dari
transliterasi buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi STAI
Nurul Iman Parung Bogor tahun 2019.

41
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi STAI Nurul Iman Parung
Bogor, (STAINI Press, 2019). Hal. 18
H. Sistematika Penulisan
Skrispi ini nantinya terdiri dari beberapa bab dan masing-masing bab
memiliki sub-sub bab sebagai penjelasan dari bab-bab yang saling berkaitan
dengan penjelasan bab sebelumnya. Berikut ini diuraikan sistematika
penulisan ilmiah (skripsi) yang akan disusun sebagai berikut :
Bab I berisi pendahuluan, pada bab ini meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan serta sistematika
penulisan.
Bab II membahas tinjauan Pustaka yang sesuai dengan judul
penelitian dengan tinjauan dari konsep ikhlas yang berisi pengertian konsep
pengertian ikhlas, hakikat ikhlas, komponen-komponen ikhlas, dan buah
keikhlasan.
Bab III berisi tentang biografi mufassir yang dipilih penulis dalam
skripsi ini, adalah mufasir Buya Hamka dan M. Quraish Shihab baik dari segi
perjalanan hidup, riwayat pendidikan, dan karya-karya besar Buya Hamka,
serta tentang latar belakang dan corak penafsiran tafsir al-Azhar dan al-
Misbah, sistematika penulisan, sumber penafsiran serta pendekatan dan
metode penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Azhar
dan Tafsir al-Misbah.
Bab IV, didalam bab ini penulis akan menguraikan analisis komparasi
pemikiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab tentang makna ikhlas dalam
QS. Az-Zumar [39] : 2-3 dengan rincian kajian QS. Az-Zumar [39] : 2-3
didalamnya terdapat deskripsi ayat,kandungan dan munasabah ayat,
penafsiran Buya Hamka terhadap QS. Az-Zumar [39] : 2-3 dalam tafsir Al-
Azhar, Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap QS. Az-Zumar [39] : 2-3
dalam tafsir Al-Misbah, serta Analisis Penafsiran Buya Hamka dan M.
Quraish Shihab.
Bab V, pada bab ini menyajikan kesimpulan dan saran-saran yakni
saran teoritis dan praktis yang dianggap perlu.
OUTLINE

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan & Manfaat Penelitian

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP IKHLAS

A. Pengertian Konsep

B. Pengertian Ikhlas

C. Hakikat Ikhlas

D. Komponen-komponen Ikhlas

E. Buah Keikhlasan

BAB III : BIOGRAFI MUFASIR DAN TAFSIRNYA

A. Biografi Buya Hamka


v
vi

1. Nama dan Latar Belakang Kehidupan

2. Latar Belakang Pendidikan dan Karirnya

3. Karya-karya Buya Hamka

B. Tafsir Al-Azhar

1. Latar Belakang dan Corak Penafsiran

2. Sejarah Singkat Penulisan Tafsir Al-Azhar

3. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Azhar

4. Sumber Penafsiran Tafsir Al-Azhar

5. Metode Penafsiran Tafsir al-Azhar

C. Biografi M. Quraish Shihab

1. Nama dan Latar Belakang Kehidupan

2. Latar Belakang Pendidikan dan Karirnya

3. Karya-karya M. Quraish Shihab

D. Tafsir M. Quraish Shihab

1. Latar Belakang dan Corak Penafsiran

2. Sejarah Singkat Penulisan Tafsir Al- Misbah

3. Sistematika Penulisan Tafsir Al- Misbah

4. Sumber Penafsiran Tafsir Al- Misbah

5. Metode Penafsiran Tafsir al-Misbah

BAB IV : KOMPARASI PENAFSIRAN BUYA HAMKA DAN M.


QURAISH SHIHAB TENTANG MAKNA IKHLAS DALAM
SURAT AZ-ZUMAR [39] : 2-3

A. Kajian QS. Az-Zumar [39] : 2-3


1. Deskripsi Ayat
vii

2. Kandungan
3. Munasabah Ayat
B. Penafsiran Buya Hamka terhadap QS. Az-Zumar [39] : 2-3 dalam
tafsir Al-Azhar

C. Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap QS. Az-Zumar [39] : 2-3


dalam tafsir Al-Misbah

D. Analisis Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Abd Al-Baqi, M. Fuad. Al-Mu'jam Al-Mufahras Li al-fazh Al-Qur'an , Mesir :

Dar Al kutub, 1945.

Agama RI, Departemen. Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung : Jumanatul Ali

Art, 2004.

Amin, Moh., Sepuluh Induk Akhlak Terpuji: Kiat Membina dan Mengembangkan

Sumber Daya Manusia, Jakarta : Kalam Mulia, t.th.

Audah, Husain. Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, Bogor : Pustaka Ibn Kastir,

2007.

Abduh,M., Risalah Tauhid, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, Terj. Firdaus.

Abu Hamid Al-Ghazali, Imam, Jawahir Al-Qur'an, tahqiq Dr. Syaikh Rasyid

Ridha Al-Qubbani, Dar Ihya' al-'Ulum : Beirut, 1990.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.

Baiddan dan Erwati Azis, Nashiruddin. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006.

Bakker, Anto. Metode-metode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia 1986.

Bungid, Burhan, Penelitian Kualitatif,Jakarta: Kencana Penada Media Goup,

2008.

Gatot Arya Al-Huseini, Muhammad. Keajaiban ikhlas . t.k., t.p., t.th.

Hamka,Tafsir Al-Azhar ,

Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor :


Ghalia Indonesia, 2002.
vii
8
88

Huberman & & M.B Miles. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 1990.

Jamhuri Juharis Nuruddin, Ahmad, Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur'anul

Karim, Jakarta : Penerbit Percetakan Madu,TT.

Khalil, Ahmad. Narasi Cinta & Keindahan Menggali Kearifan Ilahi Dari

Interaksi Insani,Uin-Malang Press, 2009.

Krispendoff, Klaus. Analisis Isi Pengantar dan Teori Metodologi, Jakarta:

Rajawali Pres, 1993.

K. Yen, Robert. Case Study Research : Design and Methods (Edisi Terjemahan

M. Djauzi Mudzakir), Jakarta : Pt. Grafindo Persada, 2000.

Moleong, Lexi j. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya, Bandung:

2007.

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Syaikh. Ensiklopedi

Manajemen Hati, Jilid II Jakarta : Darus Sunnah, 2014.

Penyusun, Tim. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi STAI Nurul Iman

Parung Bogor, STAINI Press, 2019.

Al-Qardhawy, Yusuf. Niat dan Ikhlas: Penerjemah Kathur Suhardi, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar. 1997.

Ramadhana, Rachmat. Aktivasi Ikhlas : Menjadi Ikhlas Dalam 40 Hari.

Yogyakarta : Pustaka Quantum, 2012.

Al-Rifa'i, Nasib. Muhammad, Ringkasan Ibnu Katsir, Jilid 4, terj. Syihabudin.

Jakarta : Gema Insani, 1999.

RI, DEPAG, Al-Qur’an Al-Quddus, Kudus : CV. Mubarakatan Thoyyibah, tt.


9

Sagir, Ahmad. "Konsep Ikhlas : Khazanah”, dalam Jurnal , Vol 11, No. 40, Juli-

Agustus, 2006.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2013.

Shofaussamawati, “Ikhlas Perspektif Al-Qur’an: Kajian Tafsir Maudhu’I” Skripsi

STAIN Kudus. Jawa Tengah: Perpustakaan STAIN Kudus, 2013.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,

2004.

https://almanhaj.or.id/11969-bahaya-riya-2.html , diakses pada Kamis, 29

https://almanhaj.or.id/11969-bahaya-riya-2.html

Anda mungkin juga menyukai