Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEARIFAN LOKAL ADAT PERNIKAHAN

MASYARAKAT BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
Arbayah

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN IPS PROGRAM PKHB PGSD
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Suku bangsa Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) atau Oloh Masih adalah suku

bangsa atau etnoreligius Muslim yang menempati sebagian besar wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan, dan sejak abad ke-17 mulai menempati sebagian Kalimantan
Tengah dan sebagian Kalimantan Timur terutama kawasan dataran rendah dan
bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut. Suku Banjar
terkadang juga disebut Melayu Banjar, tetapi penamaan tersebut jarang digunakan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran
masyarakat DAS Bahau (koreksi: DAS Bahan/DAS Negara), Das Barito, DAS
Martapura dan DAS Tabanio. Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku
Banjar. Kemunculan suku Banjar bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga
konsep politis, sosiologis, dan agamis.
Sejak abad ke-19, suku Banjar mulai bermigrasi ke banyak tempat di Kepulauan
Melayu dan mendirikan kantong-kantong pemukiman di sana. Oleh karena itu,
masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya suku Banjar memiliki berbagai upacara
adat yang masih Dalam siklus kehidupan manusia, berbagai peristiwa yang
menandai peralihan dari satu masa ke masa dijalankan hingga saat ini. Keseluruhan
upacara tersebut berisi doa dan permohonan agar manusia selaku mendapat
limpahan rahmat dan karunia Allah SWT dam dijauhi dari berbagai bencana yang
tidak diinginkan. Beberapa dari sejumlah upacara tersebut adalah mandi tujuh bulan,
baayun mulud, dan perkawinan.
2.

Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk :

1.

Memberikan wawasan dan pemahaman tentang suku Banjar yang memiliki


berbagai upacara adat yang masih Dalam siklus kehidupan manusia, berbagai
peristiwa yang menandai peralihan dari satu masa ke masa dijalankan hingga
saat ini.

2.

Membimbing mahasiswa agar memiliki kemampuan untuk mendiskripsikan


budaya adat Kalimantan selatan khususnya dalam adat pernikahan Banjar.
1

3.

Manfaat

Penulisan Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :


1.

Untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pembanding kelak jika


akan melakukan suatu pekerjaan yang sama atau sejenis;

2.

Dapat membantu mahasiswa lainnya sebagai referensi atau contoh apabila


mengambil topik bahasan yang sama;

3.

Terutama bagi penulis sendiri sebagai penambah ilmu pengetahuan dan


pengalaman agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama pada saat bekerja
atau terjun ke lapangan.

BAB III
PEMBAHASAN

Budaya Adat Pernikahan Banjar


Satu lagi pesona anak bangsa disajikan sebagai bentuk tata upacara nikah adat
Banjar, tersaji agar bermanfaat khususnya untuk putra-putri Pulau Borneo yang
tinggal di luar pulau dan umumnya masyarakat Indonesia. Dan semoga menjadikan
khasanah Ilmu dasar ntuk menjaga negeri.
Provinsi Kalimantan Selatan terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan. Secara
geografis keadaan alamnya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, sungai-sungai
baik besar maupun kecil serta dataran tinggi dan pegunungan dengan lembah dan
ngarainya. Di bagian selatan dan timur dilingkungi oleh pantai dan laut.
Berdasarkan tempat tinggal dan asal etnisnya, suku Banjar terbagi atas tiga
kelompok, yaitu :
1.

Banjar Kuala, di daerah Banjarmasin dan kabupaten Banjar. Mereka berasal


dari etnik Ngaju.

2.

Banjar Batang Banyu, di aliran sungai Barito dan terus ke sungai Negara
hingga ke sungai Tabalong di Kelua. Mereka berasal dari etnik Maanyan.

3.

Banjar Pahuluan, di sepanjang kaki Gunung Meratus dari Tanjung sampai ke


Pelaihari. Mereka berasal dari etnik Dayak dan Bukit.
Suku Banjar mengenal Daur Hidup dengan upacara tradisional yang salah

satunya adalah Upacara Perkawinan. Upacara ini merupakan salah satu bagian dari
Daur Hidup yang harus dilewati. Dahulu orang Banjar umumnya tidak mengenal
istilah berpacaran sebelum memasuki jenjang perkawinan seperti yang kita ketahui
sekarang. Namun, saat itu hanya dikenal istilah batunangan. Yaitu, ikatan
kesepakatan dari kedua orang tua masing-masing untuk mencalonkan kedua anak
mereka kelak sebagai suami isteri. Proses batunangan ini dilakukan sejak masih
kecil, namun umumnya dilakukan setelah akil balig. Hal ini hanya diketahui oleh
kedua orang tua atau kerabat terdekat saja.
Pelaksanaan upacara perkawinan memakan waktu dan proses yang lama. Hal ini
dikarenakan harus melalui berbagai prosesi, antara lain :

1.

Basasuluh.
Seorang laki-laki yang akan dikawinkan biasanya tidak langsung dikawinkan,

tetapi dicarikan calon gadis yang sesuai dengan sang anak maupun pihak keluarga.
Hal ini dilakukan tentu sudah ada pertimbangan-pertimbangan, atau yang sering
dikatakan orang dinilai bibit-bebet-bobotnya terlebih dahulu. Setelah ditemukan
calon yang tepat segera dicari tahu apakah gadis tersebut sudah ada yang
menyunting atau belum. Kegiatan ini dalam istilah bahasa Banjar disebut dengan
BASASULUH.
2.

Batatakun atau Melamar.


Setelah diyakini bahwa tidak ada yang meminang gadis yang telah dipilih maka

dikirimlah utusan dari pihak lelaki untuk melamar, utusan ini harus pandai bersilat
lidah sehingga lamaran yang diajukan dapat diterima oleh pihak si gadis. Jika
lamaran tersebut diterima maka kedua pihak kemudian berembuk tentang hari
pertemuan selanjutnya yaitu Bapapayuan atau Bapatut Jujuran.
3.

Bapapayuan atau Bapatut Jujuran.


Kegiatan selanjutnya setelah melamar adalah membicarakan tentang masalah

kawin. Pihak lelaki kembali mengirimkan utusan, tugas utusan ini adalah berusaha
agar masalah kawin yang diminta keluarga si gadis tidak melebihi kesanggupan
pihak lelaki. Untuk dapat menghadapi utusan dari pihak keluarga lelaki, terutama
dalam hal bersilat lidah, maka pihak keluarga sang gadis itu pun meminta kepada
keluarga atau tetangga dan kenalan lainnya, yang juga memang ahli dalam bertutur
kata dan bersilat lidah. Jika sudah tercapai kesepakatan tentang masalah kawin
tersebut. Maka kemudian ditentukan pula pertemuan selanjutnya yaitu Maatar
Jujuran atau Maatar Patalian.
4.

Maatar Jujuran atau Maatar Patalian.


Merupakan kegiatan mengantar masalah kawin kepada pihak si gadis yang

maksudnya sebagai tanda pengikat. Juga sebagai pertanda bahwa perkawinan akan
dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para ibu,
baik dari keluarga maupun tetangga. Apabila acara Maatar Jujuran ini telah selesai
maka kemudian dibicarakan lagi tentang hari pernikahan dan perkawinan.

5.

Bakakawinan atau Pelaksanaan Upacara Perkawinan.


Sebelum hari pernikahan atau perkawinan, mempelai wanita mengadakan

persiapan, antara lain:


6.

Batamat Quran
Karena mayoritas suku Banjar beragama Islam, maka ketaatan calon mempelai

wanita dalam menjalankan ibadahnya akan diuji melalui prosesi Batamat Quran,
yakni menamatkan pembacaan kitab suci Al Quran disaksikan oleh guru mengaji
dan kaum kerabat.
7.

Bapingit dan Bakasai.


Bagi calon mempelai wanita yang akan memasuki ambang pernikahan dan

perkawinan, dia tidak bisa lagi bebas seperti biasanya, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan (Bapingit). Dalam keadaan Bapingit ini
biasanya digunakan untuk merawat diri yang disebut dengan Bakasai dengan tujuan
untuk membersihkan dan merawat diri agar tubuh menjadi bersih dan muka
bercahaya atau berseri waktu disandingkan di pelaminan.
8. Batimung.
Hal yang biasanya sangat mengganggu pada hari pernikahan adalah banyaknya
keringat yang keluar. Hal ini tentunya sangat mengganggu khususnya pengantin
wanita, keringat akan merusak bedak dan dapat membasahi pakaian pengantin.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka ditempuh cara yang disebut Batimung.
Setelah Batimung badan calon pengantin menjadi harum karena mendapat
pengaruh dari uap jerangan Batimung tadi.
9. Badudus atau Bapapai.
Mandi Badudus atau bapapai adalah uapacara yang dilaksanakan sebagai
proses peralihan antar masa remaja dengan masa dewasa dan juga merupakan
sebagai penghalat atau penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Upacara ini
dilakukan pada waktu sore atau malam hari. Upacara ini dilaksanakan tiga atau dua
hari sebelum upacara perkawinan.
-

Berpacar atau bainai; merupakan kebiasaan menghias kuku dengan pacar atau

inai, sejenis tanaman hias berwarna merah atau merah muda.


Perkawinan (Pelaksanaan Perkawinan)

Upacara ini merupakan penobatan calon pengantin untuk memasuki gerbang


perkawinan. Pemilihan hari dan tanggal perkawinan disesuaikan dengan bulan Arab
atau bulan Hijriah yang baik. Biasanya pelaksanaan upacara perkawinan tidak
melewati bulan purnama.
Kegiatan pada upacara perkawinan ini antara lain:
1. Badua Salamat Pengantin.
Hal ini ditujukan untuk keselamatan pengantin dan seluruh keluarga yang
melaksanakan upacara perkawinan itu. Dalam hal ini pembacaan doa-doa dipimpin
oleh Penghulu atau Ulama terkemuka di kampung tersebut. Selesai prosesi tersebut
para undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan. Hal ini
berlangsung hingga acara Maarak Pengantin.
2. Bahias atau Merias Pengantin.
Sekitar jam 10 pagi, tukang rias sudah datang ke rumah mempelai wanita untuk
merias. Kegiatan ini meliputi tata rias muka, rambut dan pakian, serta kelengkapan
lainnya seperti Palimbayan dan lainnya. Bagi pengantin pria, bahias ini dilakukan
setelah sholat Zuhur.
3. Maarak Pengantin.
Apabila pihak pengantin sudah siap berpakaian, maka segera dikirim utusan
kepada pihak pria bahwa mempelai wanita sudah menunggu kedatangan mempelai
pria. Maka kemudian diadakanlah upacara Maarak Pengantin. Pada waktu maarak
pengantin biasanya diiringi dengan kesenian Sinoman Hadrah atau Kuda Gepang.
Pihak wanita juga mengadakan hal yang sama untuk menyambut mempelai pria
juga untuk menghibur para undangan.
4. Batatai atau Basanding.
Kedatangan pengantin pria disambut dengan Salawat Nabi dan ketika Salawat
itu dikumandangkan pengantin wanita keluar dari dinding kurung untuk menyambut
pengantin pria. Di muka pintu, pengantin pria disambut oleh pengantin wanita, untuk
beberapa saat mereka bersanding di muka pintu, kemudian mereka di bawa ke Balai
Warti untuk bersanding secara resmi.
Apabila telah cukup waktu bersanding, kedua mempelai diturunkan dari Balai
Warti untuk kemudian dinaikkan keusungan atau dinamakan Usung Jinggung, yang
6

diiringi kesenian Kuda Gepang. Setelah di Usung Jinggung kedua mempelai


disandingkan di petataian pengantin yang disebut Geta Kencana. Kemudian
dilanjutkan dengan sujud kepada orang tua pengantin wanita dan para hadirin serta
memakan nasi pendapatan (Badadapatan). Setelah itu kedua pengantin berganti
pakaian untuk istirahat.
Versi Banjar Kuala
Mempelai laki-laki memasuki rumah mempelai wanita dan langsung menuju
kamar mempelai wanita untuk menjemputnya dan kembali menuju Balai Patataian
yang biasanya terletak diruangan tengah untuk duduk bersanding(batatai). Prosesi
yang harus dilakukan :
1.

Bahurup Palimbaian : sewaktu masih dalam posisi berdiri kedua mempelai


bertukat bunga tangan. Maknanya : kedua mempelai optimis terhadap hari-hari
mendatang yang akan mereka jalani dengan penuh keceriaan, bagai harumnya
bunga tangan mereka.

2.

Bahurup Sasuap ; kedua mempelai duduk bersanding lalu saling menyuapkan


sekapur sirih (terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir). Maknanya : mereka sudah
saling membulatkan tekad untuk menempuh pahit, getir, manis dan perihnya
kehidupan dan mengatasinya dengan seia sekata.

3.

Bakakumur ; setelah mengunyah sekapur sirih, kedua mempelai berkumur


dengan air putih, lalu air bekas kumur dibuang ke dalam tempolong. Maknanya :
segala hal yang kurang baik segera di buang, sehingga dalam memasuki
perkawinan kedua mempelai dalam kondisi bersih dan ikhlas.

4.

Batimbai Lakatan ; mempelai wanita melemparkan segenggan nasi ketan ke


pangkuan mempelai pria, lalu oleh mempelai pria dilemparkan kembali ke
pangkuan mempelai wanita. Maknanya : Agar tali perkawinan yang mereka bina
sedemikian erat, dapat memberikan keturunan yang baik dan unggul.
Sekanjutnya nasi ketan tadi dilemparkan ke hadirin untk diperebutkan oleh para
remaja putrid. Dipercaya remaja yang mendapatkan nasi ketan tersebut akan
cepat mendapat pasangan.

5.

Batapung atau batutungkal ; para tertua dari kedua keluarga memberikan


sentuhan dengan memercikan ramuan (air bunga, minyak likat baboreh dan
7

minyak wangi) pada ubun-ubun , bahu kiri dan kanan, dan pangkuan mempelai.
Maknanya : agar perjalanan perkawinan mempelai selalu mendapat dukungan ,
bimbingan dan berkah dari pihak keluarga serta pinisepuh.
Versi Banjar Pahuluan (1)
Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita disambut dengan Shalawat
Nabi dan taburan beras kuning, mempelai wanita telah diambang pintu, kemudian
mereka bersama-sama dibawa untuk duduk bersanding di atas Geta Kencana,
sejenis tempat peraduan (tempat tidur). Prosesi selanjutnya hampir sama denga
versi Banjar Kuala.
Versi Banjar Pahuluan (2)
Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita disambut dengan Shalawat
Nabi dan taburan beras kuning. Di depan pintu telah menanti mempelai wanita, dan
kemudian kedua mempelai dibawa menuju Balai Laki dengan berjalan kaki maupun
dengan cara Usung Ginggong. Selama bersanding di Balai Laki, kedua mempelai
menyaksikan atraksi kesenian, dan harus menerima godaan atau olok-olok dari
undangan yang hadir dengan senyum. Setelah selesai pasangan dibawa kembali ke
rumah mempelai wanita diiringi tetabuhan kesenian tradisional.
1. Bajajagaan Pengantin
Pada malam hari pertama sampai ketiga sejak hari perkawinan, biasanya
diadakan acara Bajajagaan atau menjagai pengantin, yang isinya dengan
pertunjukan kesenian, seperti Bahadrah atau Barudat (Rudat Hadrah), Bawayang
Kulit (Wayang Kulit), Bawayang Gong (Wayang Orang), Mamanda dan sebagainya.
2. Sujud
Tiga hari sesudah upacara perkawinan, kedua mempelai kemuadian di bawa ke
rumah orang tua pengantin pria untuk sujud kepada orang tua pengantin pria. Malam
harinya juga diadakan acara menjagai pengantin dengan maksud untuk menghibur
kedua mempelai yang sedang berkasih mesra itu.
Keesokan harinya mereka dibawa lagi ke rumah mempelai wanita untuk
selanjutnya tinggal di tempat mempelai wanita bersama orang tua mempelai wanita
untuk mengatur kehidupan berumah tangga. Apabila telah mampu untuk mencari

nafkah sendiri barulah berpisah dalam artian berpisah dalam hal makan saja, namun
tetap tinggal bersama orang tua mempelai wanita.
Begitulah proses upacara perkawinan yang dilakukan oleh suku Banjar pada
masa lalu. Namun pada era globalsasi saat ini tata cara perkawinan tersebut sudah
banyak ditinggalkan oleh masyarakat khususnya masyarakat Banjar. Hal ini
disebabkan oleh perkembangan zaman, yang otomatis dianggap tidak sesuai lagi
dengan budaya-budaya leluhur seperti contohnya upacara perkawinan tersebut. Dan
juga dianggap terlalu bertele-tele. Hal ini tentu sangat menyedihkan bagi kita,
budaya leluhur yang diajarkan secara turun temurun malah dengan mudahnya kita
tinggalkan tanpa ada upaya untuk melestarikannya. Namun, masih ada juga daerah
yang tetap melaksanakan prosesi tersebut. Seperti di daerah Margasari Kab. Tapin,
di sana masih dilaksanakan prosesi tersebut, namun tidak semuanya dilaksanakan.
Maksudnya ada bagian tertentu yang tidak dilaksanakan lagi karena dianggap sudah
tidak sesuai.
Pada masa sekarang dalam hal mencari calon isteri tidak lagi pengaruh orang
tua berperan penting, sekarang anak muda dalam hal mencari jodoh ditempuh
dengan cara pacaran seperti yang telah dikemukakan di bagian awal tadi. Di
masyarakat perkotaan sudah jarang yang memakai tata cara perkawinan seperti ini,
namun tentu ada saja orang yang tetap melaksanakannya. Untuk itu peran
pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan untuk melestarikan kebudayaan
yang kita miliki ini. Negara kita terkenal karena kebudayaannya yang unik untuk itu
kita sebagai generasi penerus haruslah melestarikan kebudayaan yang kita miliki.
Karena kebudayaan yang kita milikilah yang mencerminkan keaneka ragaman
budaya yang ada di Indonesia dan bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi
Negara dan bangsa kita karena mamiliki budaya yang beragam.
Menurut pendapat saya budaya adat yang ada di Indonesia ini cukup menarik
dan membanggakan kita sebagai warga Negara Indonesia meskipun secara
langsung saya belum menyaksikan atau melihat sendiri keberagaman adat
pernikahan yang ada di Indonesia, akan tetapi menurut perbandingan antara
pernikahan adat Banjar dan Jawa yang pernah saya lihat dan saya hadiri.
Pernikahan adat Jawa lebih ribet daripada pernikahan adat banjar apalagi
pernikahan jawa keraton biasanya memakan waktu hingga tujuh hari tujuh malam
9

dan paling sebentar untuk masyarakat yang biasa satu hari satu malam dengan
iring-iringan musik gamelan yang menjadi cirri khas pernikahan Jawa.
Sedangkan Pernikahan Banjar yang pernah saya hadiri dan saya dengar dari
teman-teman saya yang asli orang banjar pernikahan adat Banjar tidak terlalu lama
memakan waktu, biasanya resepsi pernikahannya mulai pagi sampai siang dan ada
juga yang dua hari dua malam tergantung masyarakat sekitar. Intinya semua acara
adat pernikahan yang beragam itu mamiliki satu tujuan yaitu untuk melestarikan
budaya yang mereka miliki karena Negara Indonesia kaya akan budaya yang
beragam.

10

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Provinsi Kalimantan Selatan terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan.

Secara geografis keadaan alamnya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, sungaisungai baik besar maupun kecil serta dataran tinggi dan pegunungan dengan
lembah dan ngarainya. Di bagian selatan dan timur dilingkungi oleh pantai dan laut.
Masyarakat banjar zaman dahulu tidak mengenal istilah pacaran tetapi mereka
langsung dijodohkan yaiti orang tua mereka yang menjodohkan dan mencari calon
mempelai untuk anaknya dan upacar adat yang dipakai masih sangat tradisional dan
melalui proses yang sangat panjang.
Namun pada era globalsasi saat ini tata cara perkawinan tersebut sudah banyak
ditinggalkan oleh masyarakat khususnya masyarakat Banjar. Hal ini disebabkan oleh
perkembangan zaman, yang otomatis dianggap tidak sesuai lagi dengan budayabudaya leluhur seperti contohnya upacara perkawinan tersebut. Dan juga dianggap
terlalu bertele-tele.
2.

Saran
Agar budaya adat pernikahan banjar tidak punah dan menghilang kita sebagai

generasi penerus kebudayaan tersebut hendaknya lebih memperhatikan dan


melestarikan budaya banjar yang kita miliki untuk membanggakan generasi sebelum
kita.

11

DAFTAR PUSTAKA

Majalah Mahligai.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan
Selatan.
http://www.disporbudpar.kalselprov.go.id.

12

Anda mungkin juga menyukai