Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Karya tulis ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Ilmu kimia, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Karya tulis ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya karya
tulis ini dapat terselesaikan.
Karya tulis ini memuat tentang “Sistem Koloid”. Walaupun karya tulis ini mungkin
kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun karya tulisini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Asam-asam, September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Metode yang Digunakan
I.4. Sasaran yang Dituju
I.5. Ruang Lingkup Permasalahan
BAB II SISTEM KOLOID
II.1. SISTEM KOLOID
II.2. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
1. Sistem Koloid
2. Jenis-Jenis Koloid
3. Koloid dalam Industri
II.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
2. Gerak Brown
3. Elektroforesis
4. Absorpsi
5. Koagulasi
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
7. Dialisis
8. Koloid Pelindung
II.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID
1. Cara kondensasi
2. Cara dispersi
II.5 APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR
BAB III PENUTUP
III.1.Kesimpulan
III.2.Saran
E. DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul


Tema yang kami angkat pada makalah ini adalah mengenai sistem koloid.
Telah kami ketahui bahwa kimia ada di segala tempat dan waktu serta sangat berhubungan jelas,
dekat dan nyata dalam kehidupan kami. Ketertarikan kami mengenai sistem koloid ini
mengundang keingintahuan yang lebih besar pada diri kami sehingga menarik diri kami untuk
mencari sebanyak-banyaknya data yang akurat mengenai sistem koloid ini.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester bidang study Kimia.
Selain itu tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk menambah wawasan para pembaca
mengenai sistem koloid yang sangat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Diharapkan
makalah ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami penjelasan mengenai sistem
koloid ini.

I.3. Metode yang Digunakan


Metode yang kami gunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah dengan study pustaka. Kami
mencari berbagai data yang akurat yang berasal dari internet dan bertanya pada guru di bidang
study kimia. Dan melakukan perbandingan atara data yang satu dengan yang lain sehingga akan
memudahkan pembaca untuk lebih mengerti mengenai sistem koloid ini.

I.4. Sasaran yang Dituju


Makalah ini dibuat untuk kalangan murid sekolah juga para pembaca yang membutuhkan agar
lebih mengerti penjelasan mengenai sistem koloid. Diharapkan setelah membaca makalah ini, para
pembaca dapat membedakan secara jelas mengenai larutan, koloid maupun suspensi.

I.5. Ruang Lingkup Permasalahan


Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal
itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses
– proses dalam sel melibatkan sitem koloid.

3
BAB II SISTEM KOLOID

II.1. SISTEM KOLOID


Sistem koloid berhubungan dengan proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal
itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses
– proses dalam sel melibatkan sitem koloid.

II.2. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID

1. Sistem Koloid
Apakah sistem koloid itu? Untuk dapat memahami tentang sistem koloid perhatikanlah
campuran berikut ini.
a. Gula dicampurkan dengan air
Gula yang dicampur dengan air menghasilkan campuran yang jernih, yaitu air gula. Pada
campuran air gula ini zat gula sudah tidak tampak lagi dalam campuran itu. Hal ini berarti, gula
bercampur dengan air secara merata (homogen). Campuran seperti ini disebut larutan. Dalam
larutan tersebut, air merupakan pelarut dan gula sebagai zat terlarut.
b. Susu dicampurkan dengan air
Susu yang dicampurkan dengan air akan menghasilkan campuran yang keruh. Campuran
susu dengan air ini sepintas memberi kesan merupakan campuran homogen. Ternyata, susu setelah
dicampur dengan air masih terlihat bisa dibedakan antara susu dengan air. Campuran seperti inilah
yang disebut koloid. Campuran koloid merupakan bentuk (fase) peralihan antara campuran
homogen menjadi campuran heterogen.
c. Tanah liat dicampurkan dengan air
Hasil campuran tanah liat dengan air adalah suatu campuran yang tidak dapat merata
(heterogen). Dengan mudah mata kita dapat membedakan antara tanah liat dengan air, dan hasih
campuran tersebut; karena jika campuran tersebut didiamkan, maka tanah liat akan terpisah dari
air. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.

2. Jenis-Jenis Koloid
Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang kita akan
mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase
(bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid .
1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang dicampur mempunyai
fase yang sama.
2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada sistem
koloidnya.
Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu koloid
yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang dicampurkan. Berdasarkan
pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase pendispersi dan fase terdispersinya .
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat. Berdasarkan fase
mediumnya koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

4
1. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh:
logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
2. Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh:
cat, tinta, dan kanji.
3. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: asap dan
debu.

b. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair. Berdasarkan fase
mediumnya koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya,
zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega, keju,
jeli, dan mutiara.
2. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
3. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida
(semprot), kabut, dan hair spray .
c. Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas. Berdasarkan fase
mediumnya koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil
dan batu apung.
2. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda,
dan krim kocok.

3. Koloid dalam Industri


Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya
(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya, produk industri
untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat diperlukan dalam industri
cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada,
mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel,
perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.
5
II.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid,
atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui
suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek
Tyndall koloid.
Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall (1820-1893)
seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru
disebabkan karena penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-
partikel oksigen dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan,
nyatanya berkas cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut
dilewatkan melalui suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi
tersebut.

2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat
partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya
patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak
Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown
( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel
koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-
partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.

3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu
koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid
tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel
koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid
dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan
digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan suatu
partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan
dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk
tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara
yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik.

4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada
permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3dalam air akan menyerap ion
H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita
tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi .

6
Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di
bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu
terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-
partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang masih
kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori
atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang tulang
sehingga diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam larutan
zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi
zat warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2(SO 4 ) 3 ) yang
ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi,
menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat
menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk
sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang
menyebabkan sakit perut.
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi.
Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang
melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga
tidak terbawa oleh air hujan

5. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini
terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan
positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara
menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi
(menggumpal).

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan
fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang
zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang
zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut
adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar,
detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang,
dan sol Fe(OH) 3 .
7
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit
elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk
menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-
molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk
memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau
penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.
Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang
berlawanan dengan koloid liofil.

7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan
koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan
membran semipermeabel .
Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan
membran/selaput semipermeabel disebut dialisis .
Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah
kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-
molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid
tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu
akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses
pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.

8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat
melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering
digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya
tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air,
emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga
termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air.

II.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID


Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh
karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati
atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan kedalam medium
pendispersi.

Cara Kondensasi
Cara kondensasi termasuk cara kimia.
kondensasi
Prinsip : Partikel Molekular ————–> Partikel Koloid

Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi :


1. Reaksi Redoks
· 2 H2S(g) + SO2(aq) ® 3 S(s) + 2 H2O(l)

8
2. Reaksi Hidrolisis
· FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ® Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

3. Reaksi Substitusi
· 2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) ® As2S3(s) + 6 H2O(l)

4. Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk
partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
· AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) ® AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)

1. Cara kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.
2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)

b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

c. Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O

d. Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut


Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid
berupa gel.

2. Cara dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid


Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
1. Cara Mekanik

9
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara
penggerusan atau penggilingan.
2. Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.
3. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3

II.5 APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) duaatau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersiyang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall.3Bersifat homogenberarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lainyang dikenakan kepadanya; sehingga tidak mengalami
pengendapan. Sifathomogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran
biasa(suspensi). Sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untukmencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen danbersifat stabil untuk produksi skala
besar.
Oleh karena sifat tersebut, sistem koloidbanyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam prosespenjernihan air.

10
BAB III PENUTUP

III.1.Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga
saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya
sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel
koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi.
Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya
hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid
liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi.
Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium
dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi
(pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan
aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.

III.2.Saran
Saya ingin mengajukan saran kepada pihak guru khususnya dalam bidang study kimia agar
lebih menekankan pengajaran koloid ini melalui berbagai latihan praktek agar murid dapat lebih
mengerti mengenai sistem koloid ini. Teori dalam kelas saja tidak cukup menunjang kemampuan
siswa untuk dapat mengerti dan memahami sistem koloid ini. Praktikum yang diadakan dapat
menunjang dan mendorong kemampuan berpikir siswa dan menghasilkan daya ingat yang cukup
tinggi. Kami berharap agar saran kami dipertimbangkan

11
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA


Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira. Suharsini, Maria.
2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
(http://shift-7.blogspot.com/2012/06/pengertian-sistem-koloid.html
(http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/9-koloid-2/materi-ajar/7-
peranankoloid-dalam-kehidupan-sehari-hari/)
(http://linayohananana.wordpress.com/kimia-xi/9-koloid/jenis-jenis-koloid/)
http://makalahsistemkoloid.blogspot.com/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Citra%20060150/jenis.html

12

Anda mungkin juga menyukai