Anda di halaman 1dari 9

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Takhrij Hadits 1 Dr. H. Nixson, Lc., M.Ag.

METODE TAKHRIJ AWAL MATNI AL-HADITS

Disusun oleh :

1. M. Alfath Shiddiqy 11930211117


2. Hasmar Husein Hasibuan 1193025321

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang dibrikan oleh
dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Metode
Takhrij Awal Matni Al-Hadits”

Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari
bahwa dalam penulisn makalah ii masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi
maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi
seluruh pembaca.

Pekanbaru, 22 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Takhrij Melalui Lafal Awal Matan Hadis .....................................5
B. Kelebihan dan kekurangan lafal Awal Matan Hadis........................................5
C. Cara mentakhrij Hadis Lafal Awal Matan Hadis.............................................6
D. Kitab-Kitab (Referensi) yang digunakan dalam Takhrij Hadis Lafal Awal
Matan Hadis..........................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode Takhrij Awal Matan Hadis adalah metode yang digunakan ketika kita
mengetahui dengan pasti ungkapan awal dari matan hadis. Setidaknya ada kategori kitab
yang dapat menggunakan metode ini:
Pertama, kitab-kitab mengumpulkan hadis yang matannya sudah populer di tengah
masyarakat luas (musytahirah). Ada banyak ungkapan yang diklaim sebagai Hadis, yang
dihafal dengan baik oleh masyarakat awam. Hadis-hadis ini ada yang kualitasnya shahih,
hasan dan dha’if bahkan palsu. Ada banyak kitab yang mengumpulkan hadis-hadis
semacam ini, misalnya al-Durar al-Muntatsirah Fî al-Ahâdîts al-Musytahirah karya al-
Suyûthî (w. 911 H), al-Maqâsid al-Hasanah Fî Bayân Katsîr Min al-Ahâdîts al-Musytahirah
’Alâ al-Alsinah karya al-Sakhâwî (w. 902 H), dan Kasyf al-Khafâ wa Muzîl al-Ilbâs
’Ammâ Isytahar Min al-Ahadis ’Alâ Alsinah al-Nâs karya al-’Ajlûnî (w. 1162 H).
Kedua, kitab-kitab yang disusun berdasarkan abjad huruf pertama matannya,
misalnya al-Jâmi’ al-Shaghîr Min Hadîts al-Basyîr al-Nadzîr karya al-Suyuthi (w. 911 H).
Ketiga, kitab Miftâh dan Fihris, atau kitab yang disusun berdasarkan indeks matan
hadis, seperti Miftâh al-Shahîhayn karya Muhammad al-Syarîf bin Mustafâ al-Tawqâdî,
dan Miftâh al-Tartîb Lî Ahâdîts Târîkh al-Khatîb karya Ahmad bin Muhammad al-
Ghimârî. Jenis ketiga ini tidak dapat dijadikan sumber asli, karena ia tidak menggunakan
sanad yang dimiliki oleh pengarangnya. Namun demikian, kitab ini dapat membantu proses
penelusuran lokasi hadis pada sumber yang dirujuk.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Takhrij Awal Matan Hadis
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Takhrij Awal Matan Hadis
3. Cara Mentakhrij Hadis Melalui Awal Matan Hadis
4. Kitab (Referensi) yang digunakan dalam Takhrij awal matan hadis

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Melalui Lafal Awal Matan Hadis


Metode Takhrij Awal Matan Hadis adalah metode yang digunakan ketika kita
mengetahui dengan pasti ungkapan awal dari matan hadis. Penggunaan metode ini
tergantung dari lafal pertama matan hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis
sesuai dengan urutan-urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadis-hadis yang huruf
pertamanya alif, ta’ dan seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan metode
ini untuk mengetahui dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadis-hadis yang akan dicarinya.
Setelah itu ia melihat huruf pertamanya malalui kitab-kitab takhrij yang disusun dengan
metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya. Sebagai contoh hadis yang
berbunyi ‫ من غسنا فليس منا‬langkah untuk mencarinya dengan menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut :
1. Lafal pertamanya dengan membukanya pada bab mim.
2. Kemudian mencari huruf kedua nun setelah mim tersebut.
3. Huruf-huruf selanjutnya adalah ghain lalu syin serta nun.
4. Dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada lafal-lafal
matan hadis.

B. Kelebihan dan kekurangan lafal Awal Matan Hadis


Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat
menemukan hadis-hadis yang dimaksud.
Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun akan berakibat sulit
menemukan hadis. Sebagai contoh hadis yang berbunyi :
‫اذا أتاكم من ترضون دينهُ و ُخلُقهُ فزو ُجوه‬
Menurut bunyi hadis diatas, lafal pertamanya adalah “idza atakum”. Namun bila lafal yang
kita ingat adalah “law atakum”, tentunya akan sulit menemukan hadis tersebut karena
adanya perbedaan lafal itu. Demikian pula bila lafal yang kita ketahui berbunyi “idza
jaakum”, sekalipun semuanya satu pengertian.1

1
Mahmud al-Thahhan, Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Riyad:Maktabah al-Ma’arif,1991:
59-70.

5
C. Cara mentakhrij Hadis Lafal Awal Matan Hadis
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadits. Hadits-hadits
dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf
hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadits yang berbunyi;

َ ‫لَي‬
َ ْ‫ْس الشَّ ِديْدُ بِالصُر‬
‫ع ِة‬

Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus
dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat
penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad
Abdul Baqi, penggalan hadits tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, lafaz yang
dicari berada pada halaman 2014 juz IV. 2 Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadits
yang dicari adalah;

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa)
itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang
yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”.

D. Kitab-Kitab (Refrensi) yang digunakan dalam Takhrij Hadis Lafal Awal


Matan Hadis
Untuk menggunakan metode ini kita memerlukan tiga jenis kitab penunjang, antara
lain : Kitab-kitab yang khusus memuat hadis-hadis yang terkenal dan beredar luas dari
mulut ke mulut.
Yang dimaksud dengan hadis-hadis yang populer dari mulut ke mulut adalah
pembicaraan yang banyak beredar di masyarakat dan mereka salling mengutipnya yang
dinisbatkan kepada nabi. Sebagian hadis ini shohih dan sebagiannya lagi hasan. Tetapi yang
terbanyak adalah dha’if, maudhu’ (palsu) atau yang tidak mempunyai sumber sama sekali.
Tersebarnya hadis-hadis dha’if atau maudhu’ dikalangan awam umat islam akan
merusak agama mereka, karena mereka yakin hal itu diriwayatkan dari nabi mereka.
Berikutnya perbuatan mereka sesuai dengan tuntunan hadis palsu tersebut, dan mereka
mengira hadis-hadis selainnya tidak benar. Karena itu, banyak ulama’ para sepesialis hadis
pada abad-abad berikutnya mengarang sejumlah kitab yang didalamnya mereka kumpulkan
hadis-hadis populer yang beredar dari mulut ke mulut pada masa itu. Mereka jelaskan mana
yang shahih dan mana yang tidak shahih (saqim). Mereka jelaskan orang yang
meriwayatkannya dan penyusun kitab yang mentakhrijnya, jika hadis-hadis itu mempunyai
asal (sumber). Hal demikian untuk mengingatkan banyak orang awam umat islam agar
berhati-hati dalam mengamalkan hadis-hadis dha’if atau palsu; dan menjelaskan hal itu

2
Ibid.

6
dusta atau tidak bersumber jika kenyataannya setelah diselidiki dengan cermat memang
demikian. Kata populer pada hadis-hadis diatas berbeda artinya dengan kata-kata masyhur
dalam istilah hadis yang berarti ia adalah suatu hadis yang diriwayatkan dari tiga jalan atau
lebih. Maksudnya, masyhur dari segi bahasa adalah populer atau terkenal. Artinya
tersebarnya hadis-hadis ini dari mulut ke mulut dan dikenal oleh masyarakat luas.3
Kitab-kitab ini umum nya disusun berdasarkan huruf mu’jam. Contohnya antara lain
sebagai berikut, namun kami dalam hal ini hanya akan memberikan penjelasan pada salah
satu kitab saja.
1. Al-Maqosid Al-hasanah Fi Bayani Katsirin Min Al-Ahadits Al-Musytahiroh ‘Ala
Al-sinat.
Kitab ini menghimpun banyak hadis terkenal yang beredar dimasyarakat dari
mulut ke mulut, berisi 1356 hadis. Didalamnya terdapat sebagian hadis palsu (buatan)
diberikan penjelasan seperti yang diungkapkan untuk Al-Laknawy. Ibnu Al-Imad al-
Hanbali mengatakan :
Kitab ini lebih mencakup (ajma’) dari kitab suyuthi yang berjudul “ad-Duror al-
Muntatsiroh fi Ahadits al-Musytahiroh”. Masing-masing mempunyai kelebihan. Karena itu
ulama menaruh perhatian terhadap kitab ini. Kitab ini telah diringkas (ditalkhish) oleh
muridnya, Abdur rohman bin Ali bin Al-Dabi’e Asy-Syaibani dalam kitabnya “Tamyiz at-
Thoyyib min al-khobits” seperti hal yang sama telah dilakukan oleh Ali bin muhammad (-
939 H). Dalam kitabnya “ar-Rosa’il as-Sunniyah”. As-Sakhowi menyusun hadis-hadis
yang terdapat dalam kitab ini berdasarkan huruf mu’jam (kamus) guna memudahkan
pemakai (perujuk) menemukan hadis yang diinginkannya setalah menyebut hadis ia susul
menulis orang yang mentakhrijnya jika hadis tersebut mempunyai asal. Ia jelaskan
urutannya dan komentar ulama atasan nya dengan singkat dan padat. Jika hadis itu tidak
dikenal berasal (bersanad) dan tidak terdapat dalam salah satu kitab hadis, ia tulis
diakhirnya La Ashla lahu (tidak ada asalnya). Jika ia ragu, apakah hadis itu bersanad atau
tidak, ia menyatakan La A’rifuhu (aku tidak mengetahuinya). Dari segi bab dan judulnya
kitab ini sangat baik. Karena itu para ulama’ sudah dan akan terus menjadikannya sebagai
kitab pegangan (rujukan) dalam mencari hadis-hadis populer yang beredar luas ditengah
masyarakat dari mulut ke mulut.

2. At-Tadzkiroh Fi al-Ahadist al-Musytahiroh.

3
Ibid.

7
3. Ad-Duror al-Muntatsiroh Fi al-Ahadits al-Musytahiroh.
4. Al-La’aly al-Mantsuroh Fi al-Ahadits al-Masyhuroh.
5. Tamyiz at-Thoyyib Min al-Khobits Fima Yaduru ‘Ala Alsinat An-Nas Min al-
hadits.
6. Al-Badr al-Munir Fi Ghorib Ahadits al-Basyir an-Nadziir.
7. Tashil As-Sabil Ila Kasyf al-Iltibas ‘Amma Daaro Min al-ahadits Baina an-Nas.
8. Itqonu Ma Yahsunu Min al-Ahadits Ad-Dairoh ‘Ala al-Alsun.
9. Kasy al-Khofa wa Muzil al-Ilbas ‘Ammasytaharo Min al-Ahadits ‘Ala Alsinat an-
Nas.
10. Asna al-Matholib Fi Ahadist Mukhtalifat al-Marotib.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode Takhrij Hadis Lafal Awal Matan Hadis dilakukan dengan cara menelusuri
hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik
itu berupa ism (kata benda) maupun fi’il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak
dijadikan pegangan.
Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal
tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain sebagai huruf
awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

B. Saran
Pada Makalah yang telah dibuat oleh penulis yang jauh dari kata sempurna ini,
perlu adanya penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis merasa sangat berkenan
kepada para pembaca untuk memberikan kritik beserta saran sebagai salah satu cara
untuk mengembangkan makalah ini

8
DAFTAR PUSTAKA

· Prof. DR. Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij,Dina Utama Semarang


(DIMAS), Semarang, 1995.

· Abu muhammad abdul mahdi, Metode Takhrij Hadits, Dina Utama Semarang
(DIMAS), Semarang, 1994

Anda mungkin juga menyukai