Anda di halaman 1dari 15

‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

PENGENALAN METODE TAKHRIJ HADITS


DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI DOSEN
FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA)
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah
Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Unsika
Email: ibnusirin53@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hadits sebagai sumber syariat Islam kedua setelah Al-Qur’an banyak tersebar di berbagai kitab hadits,
upaya pencarian sebuah hadits dengan membuka satu persatu kitab-kitab tersebut tentunya menjadi suatu
hal yang tidak mungkin, namun dengan adanya metode takhrij hadist upaya pencarian hadits akan
menjadi mudah, metode ini adalah mengeluarkan atau mengungkapkan hadist dari sumber-sumber
aslinya. Melihat betapa pentingnya ilmu takhrij maka kami mengadakan pengabdian di kalangan dosen
Fakultas Agama Islam (FAI) Unsika berupa pengenalan metode takhrij hadist dengan cara
memperkenalkan metode takhrij hadits secara umum dan kitab-kitabnya, serta mempraktekkannya untuk
mencari sumber hadits yg terdapat dalam kita-kitab hadits. Pengabdian ini bertujuan agar dosen mampu
mengenal metode takhrij hadits dan mempraktekkannya dengan interaksi langsung dengan kitab-kitab
takhrij dan kitab-kitab hadits.

Kata Kunci: metode takhrij hadits, kompetensi dosen

PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam adalah kalam Allah yang
diturunkan oleh-Nya melalui perantara malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah dengan
lafadz berbahasa Arab, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti
petunjuknya. Al-Qur’an dihimpun antara tepian lembaran mushaf yang dimulai dengan
surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas, yang diriwayatkan kepada kita secara
mutawatir, dan tetap terpelihara dari perubahan apapun. Sumber ajaran Islam yang
kedua adalah as-sunnah, As-Sunnah menurut istilah syara adalah sesuatu yang datang
dari Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir).
Status Al-Qur’an sebagai wahyu sudah tidak diragukan lagi mengingat proses
periwayatan, penghimpunan dan pengodifikasiannya yang begitu ketat. Namun untuk
hadist-hadist Nabawiyyah timbul pertanyaan, apakah suatu hadist memang benar-benar
diucapkan oleh nabi Muhammad SAW? Kita tidak bisa semena-mena mengatakan ia
benar ucapan beliau atau bukan tanpa menelitinya kembali. Penelitiannya pun kembali
menjadi permasalahan tersendiri karena hadist-hadist Nabi tersebut bertebaran dalam
beragam dan berjilid-jilid kitab hingga tak terhitung jumlahnya, apakah harus
membukanya kitab demi kitab dan halaman demi halaman? Hal tersebut tentu menjadi
suatu hal yang tidak mungkin ketika keefisienan dan kreatifitas sangat dibutuhkan
dewasa ini. Namun kekhawatiran-kekhawatiran ini sirna dengan adanya metode takhrij
hadist, secara sederhana metode ini adalah mengeluarkan atau mengungkapkan hadist
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

dan mengangkatnya ke permukaan dari sumber-sumber aslinya. Oleh karena itu melihat
betapa pentingnya ilmu takhrij maka penulis ingin membagi sedikit ilmu yang penulis
kuasai tentang metode takhrij dengan mengadakan pengabdian di kalangan dosen
Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Negri Singaperbangsa Karawang (UNSIKA)
berupa pengenalan metode takhrij hadist.

TUJUAN KEGIATAN
1. Agar Dosen mampu menemukan sumber hadist dalam kitab-kitab asal dimana suatu
hadist berada serta ulama yang meriwayatkannya.
2. Agar dosen terbiasa membaca kitab-kitab berbahasa Arab untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan Dosen dalam menunjang Tridarma Perguruan
Tinggi, khususnya kitab-kitab induk hadist yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibn Majah, dan lain-
lain.

KEGUNAAN KEGIATAN
1. Memotivasi dosen untuk bermuamalah dengan kitab-kitab hadist.
2. Meningkatkan budaya cinta hadist di lingkungan dosen Fakultas Agama Islam
(FAI) Universitas Negri Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) disamping cinta Al-
Qur’an.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Takhrij

Dalam kamus Lisan al-‘Arab disebutkan definisi takhrij )ٌ


‫ (َتخْرِيْج‬secara bahasa

berasal dari huruf )‫ ج‬- ‫ (خ – ر‬yang berarti tampak atau jelas. Secara terminologi takhrij
menurut ahli hadist berarti:
a. Bagaimana seorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu hadist dengan
sanadnya sendiri.
b. Seorang pengarang kitab menyebutkan hadist-hadist yang tertera dalam suatu kitab
sebelumnya dengan sanad-sanad miliknya sendiri dan ada kesamaan dalam
sanadnya itu dengan sanad pengarang kitab sebelumnya pada pihak gurunya atau
yang di atasnya.
c. Menisbatkan hadist-hadist kepada para ulama hadist yang menyebutkannya dalam
kitab-kitab mereka, baik yang berupa jawami’, sunan atau musnad.

2. Manfaat Takhrij
Takhrij hadist memberikan manfaat yang sangat banyak, dengan adanya takhrij
kita dapat sampai kepada pembendaharaan-pembendaharaan sunnah Nabi, tanpa
keberadaan takhrij seseorang tidak akan mungkin dapat mengungkapkannya. Diantara
kegunaan takhrij adalah:
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

a. Takhrij memperkenalkan sumber-sumber hadist, kitab-kitab asal dimana suatu


hadist berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
b. Takhrij dapat menambah pembedaharaan sanad hadist-hadist melalui kitab-kitab
yang ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu hadist,
semakin banyak pula pembendaharaan sanad yang kita miliki.
c. Takhrij memperjelas hukum hadist dengan banyak riwayatnya itu, terkadang kita
dapatkan suatu hadist dha’if melalui satu riwayat, namun dengan takhrij
kemungkinan kita akan dapati riwayat lain yang shahih. Hadist yang shahih itu akan
mengangkat hokum hadist yang dha’if tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
d. Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum
hadist.

3. Metode Takhrij secara Umum


Untuk mengetahui kejelasan hadist beserta sumber-sumbernya ada beberapa
metode takhrij yang dapat dipergunakan oleh mereka yang akan menelusurinya.
Metode-metode takhrij ini diupayakan oleh para ulama dengan maksud untuk
mempermudah mencari hadist-hadist Rasul. Metode-metode takhrij hadist disimpulkan
dalam lima macam metode:
a. Takhrij hadist menurut lafal pertama hadist
b. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadist
c. Takhrij menurut perawi terakhir
d. Takhrij menurut tema hadist
e. Takhrij menurut klasifikasi jenis hadist.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Metode Takhrij Hadits Pertama: Takhrij Melalui Kata-Kata Dalam Matan

Hadits ) ِ
‫( اَ َلتخْرِيْجُبِأَلْفَاظِ اْلحَدِيْث‬
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan hadits,
baik itu berupa isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja), sedangkan huruf tidak
digunakan dalam metode ini. Hadits-hadits yang dicantumkan hanyalah bagian
hadits saja, adapun ulama-ulama yang meriwayatkannya dan nama-nama kitab
induknya dicantumkan di bawah potongan hadits-haditsnya. Para penyusun kitab
kitab-kitab takhrij menitikberatkan peletakan hadits-haditsnya menurut lafal-lafal
yang asing, semakin asing (gharib) suatu kata maka pencarian akan semakin mudah.
Diantara kitab yang terkenal dalam metode takhrij melalui kata-kata yang terdapat
dalam matan hadits adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Hadits An-Nabawi
karya A.J. Wensinck.
Metode ini memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya:
a. Metode ini mempercepat pencarian hadits-hadits.
b. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini membatasi hadits-haditsnya
dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab dan
halaman.
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

c. Memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam
matan hadits.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam metode ini antara lain:
a. Keharusan memiliki kemampuan bahasa Arab beserta perangkat ilmu-ilmunya
yang memadai. Karena metode ini menuntut untuk mengembalikan setiap kata-

kata kuncinya kepada kata dasarnya. Seperti kata ‫ًا‬


‫ ُمَتعَمِد‬haruslah dicari melalui
kata َ‫ َع ِمد‬.
b. Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat. Untuk mengetahui
nama sahabat yang menerima hadist dari Nabi SAW mengharuskan kembali
kepada kitab-kitab aslinya setelah mentakhrijnya dengan kitab yang
menggunakan metode ini.
c. Terkadang suatu hadits tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang
mencarinya harus menggunakan kata-kata lain .
(Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd al-Hadi, 1986: 84)

Diantara kitab yang terkenal dalam metode takhrij melalui kata-kata yang
terdapat dalam matan hadits adalah:

1) Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Hadits An-Nabawi ( ‫ظ‬


ِ ‫اَلُْمْعجَمُ الْمُ َفهْرَسُلِأَلْفَا‬

‫ِي‬
ِ ‫ث ا َلنَبو‬
ِ ْ‫)اْلحَدِي‬, karya A.J. Wensinck.

2) Fihris shahih Muslim (‫ِم‬


‫حيْ ِحُمسْل‬
ِ‫ص‬َ‫س‬
ُ ‫)فهْر‬, karya Muhammad Fuad Abd al-Baqy.

3) Fihris Sunan Abi Daud ( ‫سَن ِن أَبِى دَاوُد‬


ُ‫س‬ُ ‫)فهْر‬, karya Ibnu Bayumi.

2. Metode Kedua: Takhrij Melalui Perawi Hadits Pertama


Metode takhrij yang kedua ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadits.
Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini mencantumkan hadits-hadits oleh
setiap perawi pertama (shahabat atau tabi’i). Sebagai langkah pertama ialah mengenal
terlebih dahulu perawi pertama setiap hadits yang akan kita takhrij melalui kitab-
kitabnya. Langkah selanjutnya mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitab-kitab
takhrij metode ini, dan kemudian mencari hadits yang kita inginkan diantara hadits-
hadits yang tertera di bawah nama perawi pertamanya itu. Bila kita telah
menemukannya maka kita akan mengetahui pula ulama hadits yang meriwayatkannya.
Diantara kitab yang terkenal menggunakan metode ini adalah Musnad Ahmad bin
Hanbal karya Imam Ahmad bin Hanbal. Takhrij dengan Musnad Imam Ahmad ini harus
didahului dengan pengenalan kepada Shahabat yang meriwayatkan Hadits. Bila kita
tidak tahu siapa shahabat yang meriwayatkan Hadits yang akan kita takhrij, tentunya
kita tidak mungkin menggunakan metode ini. Bila kita telah mengetahui Shahabat yang
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

meriwayatkan Hadits tersebut, maka kemudian kita mencari Hadits-Haditsnya pada


Musnad ini. Akan sangat membantu sekali bila terlebih dahulu melihat daftar isinya.
Bila kita telah sampai pada Hadits-Haditsnya maka langkah selanjutnya adalah
menelusuri Hadits-Hadits untuk sampai pada hadits yang dimaksud.
Diantara kelebihan metode ini adalah dapat memperpendek masa proses takhrij
dengan diperkenalkan ulama hadist yang meriwayatkannya beserta kitab-kitabnya.
Adapun diantara kekurangannya adalah:
a. Metode ini tidak dapat digunakan dengan baik tanpa mengetahui lebih dahulu
perawi pertama hadist yang kita maksud.
b. Kesulitan mencari hadits karena penyusunan hadits-haditsnya didasarkan perawi-
perawinya yang dapat menyulitkan maksud tujuan.
Pada garis besarnya kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan metode kedua
terbagi dua bagian:
a. Kitab Al-Athraf
1) Pengertian Al-Athraf
Al-Athraf adalah salah satu jenis kitab-kitab yang disusun sebagai kumpulan
hadits-hadits Nabi. Yang dimaksud dengan jenis al-Athraf ini ialah kumpulan
hadits-hadits dari beberapa kitab induknya dengan cara mencantumkan bagian atau
potongan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh setiap shahabat. Penyusunnya
hanyalah menyebutkan beberapa kata atau pengertian yang menurutnya dapat
dipahami hadits yang dimaksud. Sedangkan sanad-sanadnya terkadang ada yang
menuliskannya lengkap dan ada pula yang menuliskannya sebagian. Hal ini
bermaksud agar dapat dijadikan studi komparatif sanad dan memperjelas seluk-
beluk sanadnya (Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd al-
Hadi, 1986: 107).
2) Kegunaan Kitab-Kitab Athraf
a) Dapat menghimpun berbagai jalan hadits (sanad) dari kitab-kitab yang
menjadi literaturnya hingga dapat diketahui hukum setiap hadits.
Penentuan hukum suatu hadits biasanya bersifat nisbi, artinya hanya
berdasarkan apa yang dikatakan oleh beberapa kitab-kitabnya.
b) Hadits-hadits yang dihimpunnya dapat dijadikan bahan studi komparatif
sanad antara yang satu dengan yang lainnya.
c) Sebagai tindak lanjut penyelamatan teks hadits, ini tentunya sebagai hasil
menelaah kembali teks-teks haditsnya dalam kitab-kitab referennya
melalui kitab-kitab al-athraf.
d) Pengenalan terhadap para Imam periwayat hadits dan tempat-tempat
hadits dalam kitab-kitab mereka.
3) Kitab-Kitab Yang Berjenis Al-Athraf
a) Athraf ash-Shahihain, karangan al-Hafizh Imam abu Mas’ud Ibrahim bin
Muhammad bin ‘Ubaid ad-Dimasyqi, wafat tahun 400 H.
b) Athraf ash-Shahihain, karangan al-Hafizh Imam Khalaf bin Hamadun al-
Washithi, wafat tahun 401 H.
c) Athraf al-Kutub as-Sittah, karangan Ibnu al-Qaisarani, wafat tahun 507 H.
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

d) Al-Isyraf ‘Ala Ma’rifah al-Athraf, karangan Ibnu Asakir, wafat tahun 571
H.
e) Tuhfah al-Asyraf Bi Ma’rifah al-Athraf, karangan al-Mizzi, wafat tahun
742 H.

b. Kitab Musnad
1) Pengertian Al-Musnad
Al-Musnad merupakan jenis lain dari kitab-kitab takhrij yang disusun
berdasarkan perawi teratas. Dan al-Musnad menentukan hadits-hadits setiap
shahabat sendiri-sendiri.
2) Kekhususan Kitab-Kitab Musnad
a) Musnad tersusun menurut perawi teratas, baik shahabat atau tabi’in bila
hadits tersebut mursal.
b) Shahabat-shahabat tersusun menurut aturan-aturan tersentu. Sebagian
ulama ada yang mengaturnya berdasarkan urutan huruf-huruf Hijaiyyah,
sebagian lain ada yang mengaturnya berdasarkan yang lebih dulu masuk
Islam, dan lain-lain.
c) Hadits-hadits kitab-kitab Musnad kualitasnya tidak sama seluruhnya.
Hadits-hadits shahih, hasan dan dha’if tidak dipisah tetapi dikumpulkan
menjadi satu.
d) Kitab-kitab Musnad tidak memuat keseluruhan shahabat. Sebagian
memuat shahabat dalam jumlah besar, sebagian lain memuat shahabat-
shahabat yang memiliki satu sifat kesamaan seperti musnad 10 shahabat
yang dijamin masuk surga dan musnad shahabat yang sedikit riwayatnya.
Dan sebagian lain memuat satu shahabat seperti musnad Abu Bakar
Shiddiq.
3) Karya-Karya Dalam Al-Musnad
Kitab-kitab Musnad banyak sekali dan merupakan metode yang dipakai
oleh para ulama pada permulaan tahun 200-an H dalam penulisan-penulisan
hadits. Musnad yang terkenal adalah Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad
al-Humaidi, Musnad Abi Daud ath-Thayalisi, Musnad al-Bukhari al-Kabir, dan
lain-lain.
4) Kegunaan Musnad
a) Musnad adalah kumpulan hadits-hadits dalam jumlah banyak, mencakup
berbagai riwayat dan meliputi jalan yang bermacam-macam.
b) Sarana untuk memudahkan menghafal hadits bagi yang berkeinginan.
c) Dapat menjadi jalan untuk sampai kepada hadits yang dituju. Takhrij
melalui musnad dapat dilakukan dengan mudah, meskipun dibutuhkan
kehati-hatian dan kesabaran dalam mencari hadits dari shahabat yang
banyak riwayatnya.
(Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd al-Hadi, 1986: 138-139)
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

3. Metode Ketiga: Takhrij Menurut Tema Hadits


Takhrij dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema hadits, setelah kita
menentukan hadits yang akan kita takhrij maka langkah selanjutnya ialah
menyimpulkan tema hadits tersebut kemudian kita mencarinya melalui tema ini pada
kitab-kitab metode ini. Kitab yang terkenal yang menggunakan metode ini adalah kitab
Miftah Kunuz As-Sunnah karya DR. AJ. WENSINCK, seorang orientalis dan guru
besar bahasa Arab di Universitas Leiden.
Keistimewaan metode ketiga
a. Metode tema hadist tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar
hadist, seperti keabsahan lafal pertamanya, pengetahuan bahasa Arab dengan
perubahan-perubahan katanya, dan pengenalan perawi teratas. Yang dituntut oleh
metode keempat ini ialah pengetahuan akan kandungan hadist.
b. Metode ini mendidik ketajaman pemahaman hadist pada diri peneliti.
c. Metode ini memperkenalkan kepada peneliti maksud hadist yang dicarinya dan
hadist-hadist yang senada dengannya, hal ini tentunya akan membantu mendalami
permasalahan.
(Said Agil Husaen Al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, 1994: 122-123)

Kekurangan metode ketiga


a. Terkadang kandungan hadist sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak
dapat menentukan temanya, sebagai akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan
metode ini.
b. Terkadang pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab,
sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan hadist pada posisi yang tidak diduga
oleh peneliti tersebut. Contohnya seperti hadist yang semula oleh peneliti
disimpulkan sebagai hadist peperangan ternyata oleh penyusun diletakkan pada
hadist tafsir.
Karya-karya tulis pada metode ketiga
a. Kitab –kitab takhrij hadits secara umum, seperti:

- Kanzul ‘Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al ‫( َكنْزُ اْلعُمَا ِل فىِ سَُننِ الْأَْقوَالِ َو‬

) ‫الْأَْفعَا ِل‬, karangan al-Muttaqi al-Hindi.

- Muntakhab Kanz al-‘Ummal ) ‫ُمَال‬


‫خبُ َكنْزِ اْلع‬
َ َ‫( ُمْنت‬, juga karangan al-Muttaqi
al-Hindi.
b. Kitab-kitab takhrij hadits-hadits dari beberapa kitab tertentu, seperti:

- Miftah Kunuz as-Sunnah ) ِ‫(مِ ْفتَاُح ُكُنوْزِ السُنَة‬, karangan Wensinck.


‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

- Al-Mughni ‘An Haml al-Asfar Fi al-Asfar Fi Takhrij Ma Fi al-Ihya Min

al-Akhbar ) ِ‫َار‬
‫ى الْإِ ْحيَاءِمَِن الْ َأخْب‬
ِ ‫( اَلُْمغْنىِ عَْن حَْملِ الْأَسْفَارِ فىِ الْأَسْفَارِ فىِ َتخْرِْيجِمَا ف‬,
karangan al-‘Iraqi.
c. Kitab-kitab takhrij hadits dari kitab-kitab fiqih, seperti:

- Nashb ar-Rayah Fi Takhrij Ahadits al-Hidayah ِ‫صبُ الرَايَِة فىِ َتخْ ِريْجِ أَحَاِدْيث‬
ْ ‫(َن‬

) ‫َِة‬
‫اْلهِدَاي‬, karangan al-Zaila’i.

- Ad-Dirayah Fi Takhrij Ahadits al-Hidayah ) ِ


‫( اَلدِرَايَةِ فىِ َتخْرِيْجِ َأحَاِدْيثِ اْلهِدَايَة‬,
karangan Ibnu Hajar.

- At-Talkhish al-Habir Fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir ِ‫ص اْلحَِبيْر‬


ُ ْ‫خي‬
ِ ‫( اَلتَْل‬

) ‫ْ ِر‬
‫ث الرَاِفعِى الْ َكِبي‬
ِ ‫ى َتخْرِيْ ِج َأحَادِْي‬
ِ ‫ف‬, juga karangan Ibnu Hajar.
d. Kitab-kitab takhrij hadits-hadits hukum, seperti:

- Muntaqa al-Akhbar Min Hadits Sayyid al-Akhbar ‫ث‬


ِ ‫(ُمْنتَقَى الْ َأ ْخبَارِِمنْ حَدِْي‬

) ‫َا ِر‬
‫سَيِدِ الْ َأ ْخب‬, karangan Ibnu Taimiyyah.

- Bulugh al-Maram Min Adillah al-Ahkam ) ِ‫ْكَام‬


‫(بُلُْوغُ الْمَرَاِمِمنْ َأدِلَةِ الْ َأح‬, karangan
Ibnu Hajar.

- Taqrib al-Asanid Wa Tartib al-Masanid ) ِ‫( تَقْرِْيبُ اْلأَسَاِنيْدِ وَ تَرْتِْيبُ الَْمسَاِنيْد‬,


karangan al-‘Iraqi.

e. Kitab-kitab takhrij hadits-hadits Targhib dan Tarhib, seperti:

- At-Targhib Wa at-Tarhib ) ُ‫ب وَ التَْرهِْيب‬


ُ ْ‫اَلتَرِْغي‬ (, karangan al-Hafidz al-
Mundziri.

- Az-Zawajir ‘An Iqtiraf al-Kabair ) ِ‫( اَ َلزوَاجِرُ َعنْ إِْقتِرَافِ الْ َكَبائِر‬, karangan Ibnu
Hajar al-Haitsami.
f. Kitab-kitab takhrij hadits-hadits Tafsir, seperti:
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

- Ad-Dur al-Mantsur Fi at-Tafsir Bi al-Ma’tsur ‫ْ ِر‬


‫سيْرِبِا الْمَأُْثو‬
ِ ‫( اَلدُرُ الَْمْن ُثوْرِ فىِ التَ ْف‬,
karangan Imam Suyuthi.

- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhzim ) ‫ْ ِم‬


‫سيُْر الْقُرْانِ اْلَع ِظي‬
ِ ‫( تَ ْف‬, karangan Ibnu Katsir.

- Al-Kaf as-Syaf Fi Takhrij Ahadits al-Kasyaf ِ‫ى َتخْرِيْ ِج أحَاِدْيث‬


ِ ‫ف الشَافُ ف‬
ُ ‫( اَلْكَا‬


‫الْكَشَاف‬, karangan Ibnu Hajar.
g. Kitab-kitab takhrij hadits-hadits sejarah hidup dan sifat-sifat Nabi, seperti:

- Khashaish al-Kubra ) ‫َى‬


‫ص الْ ُكبْر‬
ُ ِ‫( َخصَاﺌ‬, karangan Imam Suyuthi.

- Manahil ash-Shafa Fi Takhrij Ahadits asy-Syifa ‫( َمنَاِهلُ الصَفَا فىِ َتخْرِيْ ِج‬

) ‫ث الشِفَا‬
ِ ‫َأحَادِْي‬, karangan Imam Suyuthi.

- Sirah Rasulillah SAW ) ‫ِ صل الله عليه و سلم‬


‫سْولِ الله‬
ُ َ‫سيْرَةُ ر‬
ِ (, karangan Ibnu
Hajar.

Subul al-Huda Wa ar-Rasyad ) ‫َاِد‬


‫سبُلُ اْلهُدَى َو الرش‬
ُ (, karangan Asy-Syami
4. Metode Keempat: Takhrij Melalui Lafal Pertama Matan Hadits
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadits. Metode ini
juga mengkodifikasikan hadits-hadits yang lafal pertamanya sesuai dengan urutan
huruf-huruf hijaiyyah, seperti hadits-hadits yang huruf pertamanya alif, ba’, ta’, dan
seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan metode ini untuk
mengetahui dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadits-hadits yang akan dicarinya.
Setelah itu ia melihat huruf pertamanya melalui kitab-kitab takhrij yang disusun dengan
metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya. Diantara kitab yang
menggunakan metode ini adalah kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir Min Hadits Al-Basyir An-
Nadzir karya As-Suyuthi.
Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat
menemukan hadits-hadits yang dimaksud. Hanya saja bila terdapat kelainan lafal
pertama akan berakibat sulit menemukan hadits. Sebagai contoh hadits yang berbunyi.
Sebagai contoh hadits yang berbunyi:

‫َو ُجوُْه‬
ِ ‫ضوْنَ دِْينَهُ َو َخلْقَهُ فَز‬
َ ْ‫ِإذَا أَتَاكُْممَْن تَر‬
Menurut bunyi hadits hadits di atas, lafal pertamanya adalah ‫ إِذَا أَتَا ُكم‬, namun
bila lafal yang kita ingat adalah ‫ لَو أَت َا ُكم‬, tentunya akan sulit menemukan hadits
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

tersebut karena adanya perbedaan lafal itu. Demikian pula bila lafal yang kita
ketahui berbunyi ‫ إِذَا َجا َء ُكم‬, sekalipun semuanya satu pengertian.
Kitab-kitab yang menggunakan metode keempat, yaitu:

a. Al-Jami’ ash-Shaghir Min Hadits al-Basyir an-Nadzir ( ِ‫ْر‬


‫شي‬
ِ ‫لصِغيْرُمِْن حَدِْيثِ الَْب‬
َ ‫اَْلجَامِعُ ا‬

ِ‫) النَذيْر‬, karangan Imam Suyuthi.

b. Faidh al-Qadir Bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir )ِ‫ْر‬


‫لصِغي‬
َ ‫ا‬ ِ‫( َفيْضُ الْقَدِيْرِ ِبشَْرحِ اْلجَامِع‬,
karangan

c. Al-Jami’ al-Azhar Min Hadits an-Nabi al-Anwar (‫َ ِر‬


‫ث ا َلنبِيِ الْأَْنو‬
ِ ‫)اَْلجَامِعُ الْأَزْهَرُِمنْ حَدِْي‬,
karangan Al-Manawi.

d. Hidayah al-Bari Ila Tartib Ahadits al-Bukhari (‫ِ الُْبخَارِى‬


‫ب أَحَاِدْيث‬
ِ ‫)هِ َدايَةُ اْلبَارِى إِلَى تَرِْتْي‬,
karangan Thahthawi.
e. Kasyf al-Khafa Wa Muzil al-Ilbas ‘Amma isytahara Min al-Ahadits ‘Ala Alsinah

an-Nas ) ‫س‬
ِ ‫سنَةِ النَا‬
ِ ْ‫شفُ اْلخَفَا َومُزِيْلُ الْإِْلبَاسِ عَمَا اشَْتهََر ِمنَ الْ َأحَاِدْيثِ عَلَى أَل‬
ْ ‫( َك‬, karangan al-
‘Ajluni.

5. Metode Kelima: Takhrij Berdasarkan Status Hadits


Metode ini sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadits berdasarkan
statusnya, seperti hadits-hadits qudsi, hadits-hadits yang sudah masyhur, hadits-hadits
mursal, dll.
Kelebihan metode ini adalah dapat memudahkan proses takhrij, karena sebagian
besar hadits-hadits yang dimuat dalam suatu karya tulis berdasarkan sifat-sifat hadits
sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan pemikiran yang lebih rumit.
Adapun kekurangan metode ini yaitu cakupannya sangat terbatas karena
sedikitnya hadits-hadits yang dimuat tersebut. Karya-karya yang berkenaan dengan
metode kelima
a. Kitab sekitar hadits-hadits mutawatir, seperti:

Al-Azhar al-Mutanatsirah Fi al-Akhbar al-Mutawatirah ‫اَلْأَزْهَارُ الُْمَتنَاثِرَةُ فِى‬

‫الْ َأ ْخبَارِالُْمَتوَاتِرَِة‬, karangan Imam Suyuthi.


b. Kitab sekitar hadits-hadits qudsi, seperti:
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

1) Al-Ittihafat as-Saniyyah Fi al-Ahadits al-Qudsiyyah ِ‫لسنِيَةُ فى‬


َ ‫اَلْإِِتحَافَاتُ ا‬ (

) ‫ِيَِة‬
‫الْ َأحَادِْيثِ الْقُدْس‬, karangan al-Madani.

2) Al-Ahadits al-Qudsiyyah ) ُ‫الْ َأحَادِْيثُ الْقُ ْدسِيَة‬ (, dari lembaga Al-Qur’an dan
Hadits Dewan Tertinggi Agama Islam.
c. Kitab sekitar hadits-hadits terkenal, seperti:
1) Al-Maqashid al-Hasanah Fi Bayan Katsir Min Ahadits al-Musytahirah ‘Ala
al-Alsinah ( ‫ ( اَلَْمقَاصِدُ الْحَسَنَةُ فىِبَيَانِ كَثِيْر مِنْ َأحَاِدْيثِ الْمُشَْتهِرَةِ عَلىَ الْأَلْسِنَة‬, karangan as-
Sakhawi.
2) Kasyf al-Khafa Wa Muzil al-Ilbas ‘Amma isytahara Min al-Ahadits ‘Ala

Alsinah an-Nas ) ‫س‬


ِ ‫سنَةِ النَا‬
ِ ْ‫ث عَلَى أَل‬
ِ ‫ف اْلخَفَا َومُزِيْ ُل الْإِْلبَاسِ عَمَا اشَْتهَرَ ِمنَ الْأَحَادِْي‬
ُ ْ‫( َكش‬,
karangan al-‘Ajluni.
d. Kitab sekitar hadits-hadits mursal, seperti:

Al-Marasil (ُ‫ْل‬
‫سي‬
ِ ‫) اَلْمَرَا‬, karangan Abu Daud.
e. Kitab sekitar hadits-hadits maudhu’ (palsu), seperti:
1) Tanzih asy-Syari’ah al-Marfu’ah ‘An al-Akhbar asy-Syani’ah al-Maudhu’ah

ِ‫ضْوعَة‬
ُ ْ‫لشِنْيعَِة الَْمو‬
َ ‫َتنْزِيُْه الشَ ِرْيعَةِ الْمَرْ ُفْوعَِة َعنِ الْأَ ْخبَا ِر ا‬, karangan Ibnu ‘Iraq.

2) Al-La’ali al-Mashnu’ah Fi al-Ahadits al-Maudhu’ah ِ‫ي الْ َأحَادِْيث‬


ِ ‫صُنْوعَةُ ف‬
ْ َ‫( الَآلى الْم‬

) ‫َِة‬
‫ضْوع‬
ُ ْ‫الَْمو‬, karangan Suyuthi.

3) Al-Mashnu’ Fi Ma’rifah al-Hadits al-Maudhu’ ِ‫ضْوع‬


ُ ‫ث الْمَْو‬
ِ ْ‫يَمعْرِفَةِ اْلحَ ِدي‬
ِ ‫صُنْوعُ ف‬
ْ َ‫( اَلْم‬
), karangan al-Qari.

PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode workshop, yaitu
memberikan materi berupa teori, praktek dan latihan. Workshop dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 20 Agustus 2015 di ruang mikro teaching Fakultas Agama Islam (FAI)
UNSIKA, dengan susunan acara sebagai berikut:

SUSUNAN ACARA
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

N WAKTU MATERI WORKSHOP PENYAJI/INSTRUK


O TUR
1 09.00-09.30 PEMBUKAAN
1. Laporan Ketua Pelaksana Panitia Pelaksana
2. Sambutan Dekan FAI UNSIKA
3. Doa / Tutup
2 09.30-11.00 Pengenalan Metode Takhrij Hadits H. Tajuddin Nur
Hj. Debibik Nabilatul
Fauziah
3 11.00-12.00 Praktek Takhrij Hadits dan Latihan H. Tajuddin Nur
Hj. Debibik Nabilatul
Fauziah
4 12.00-13.00 ISHOMA
5 13.00-13.30 Penutupan Panitia Pelaksana

1. Pembukaan
Pembukaan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB dengan dihadiri 20 orang
dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UNSIKA. Workshop dimulai dengan laporan ketua
panitia yang menyampaikan maksud dan tujuan dari workshop, disusul dengan
sambutan Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UNSIKA sekaligus memberi amanat
agar kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan oleh seluruh dosen dengan materi yang
berbeda-beda. Di akhir sambutannya Dekan membuka acara workshop tersebut.
2. Pengenalan Metode Takhrij Hadits, Teori dan Praktek
Sesi ini dipaparkan oleh Hj. Debibik Nabilatul Fauziah, Lc, MA., dibantu oleh
Dr. H. Tajudin Nur, Drs., M.Pd.I. Pada Sesi ini peserta diberikan modul serta kitab-
kitab induk hadits dan kitab-kitab takhrij hadits dalam bentuk PDF. Sesi ini dimulai
pukul 09.30 diisi dengan pemaparan metode takhrij hadits, kelebihan dan kekurangan
setiap metode, kitab-kitab dari masing-masing metode, disertai praktek langsung
menggunakan kitab-kitab dalam bentuk PDF sehingga peserta seakan-akan berinteraksi
langsung dengan kitab-kitab aslinya. Sangat tidak memungkinkan takhrij hadits ini
menggunakan kitab-kitab aslinya dikarenakan minimnya keberadaan kitab-kitab
tersebut di Karawang, bahkan di Indonesia. Jadi, untuk mempermudah dan menghemat
energi, waktu dan biaya maka kitab-kitab PDF lah yang dimanfaatkan, karena kitab
dalam bentuk PDF sangat persis kitab aslinya. Sesi ini berakhir pada pukul 12.00 WIB
kemudian dilanjutkan latihan takhrij hadits oleh masing-masing peserta.
3. Latihan Takhrij Hadits
Pada sesi ini masing-masing peserta diberikan selembar kertas latihan takhrij
hadits, lembar latihan tersebut berisi satu buah hadits yang harus peserta takhrij sesuai
metode yang sudah dipaparkan.

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan ini dibagi dua tahapan, yaitu workshop berupa pemaparan
materi teori takhrij hadits sekaligus praktek dengan kitab-kitabnya langsung. Tahap
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

berikutnya adalah latihan takhrij hadits yang dilakukan oleh peserta workshop, latihan
ini bertujuan agar peserta dapat mengaplikasikan metode takhrij hadits dengan interaksi
langsung dengan kitab-kitab takhrij dan kitab-kitab induk hadits. Workshop
dilaksanakan pada hari kamis tanggal 20 Agustus 2015, bertempat di ruang mikro
teaching Fakultas Agama Islam (FAI) UNSIKA yang dihadiri oleh para dosen Fakultas
Agama Islam (FAI) UNSIKA. Hasil yang dicapai pada sesi ini adalah:
1. Peserta sudah memahami metode takhrij hadits serta kelebihan dan kekurangan
setiap metode.
2. Peserta mengenal kitab-kitab takhrij hadits dan kitab-kitab induk hadits karena
adanya interaksi langsung dengan kitab-kitab tersebut.
3. Peserta sudah dapat mempraktekkan metode takhrij hadits sendiri dengan
diadakannya latihan, yaitu peserta dilatih untuk mencari letak hadits dalam kitab-
kitab induk hadits sesuai metode yang telah dipaparkan oleh penyaji dan petunjuk
yang ada dalam modul.
4. Peserta mampu menemukan sumber hadist dalam kitab-kitab asal dimana suatu
hadist berada serta ulama yang meriwayatkannya.
5. Peserta terlatih membaca kitab-kitab berbahasa Arab untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan Dosen dalam menunjang Tridarma Perguruan
Tinggi, khususnya kitab-kitab induk hadist yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibn Majah, dan lain-
lain.
Walaupun keberhasilan workshop ini tidak mencapai seratus persen (100%),
namun peserta sudah dapat mengenal metode takhrij hadits dan mempraktekkannya
langsung dengan kitab-kitab takhrij dan kitab-kitab induk hadits, hal ini tentunya dapat
meningkatkan kompetensi dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UNSIKA. Selanjutnya
jika peserta ingin mahir mentakhrij hadits, peserta harus sering latihan karena ilmu
takhrij pada dasarnya adalah ilmu praktek, tanpa praktek dan interaksi langsung dengan
kitab-kitabnya mustahil seseorang dapat menaklukkan ilmu ini.

HAMBATAN DAN MASALAH


Dalam pelaksanaan workshop metode takhrij hadits ini, ada beberapa hambatan
dan masalah yang muncul, diantaranya:
1. Tidak seluruh dosen yang diundang dapat menghadiri workshop dikarenakan
kesibukan masing-masing, dan ada sebagian lainnya yang sakit.
2. Ada beberapa kitab takhrij yang tidak dapat didownload dalam bentuk PDF dari
internet, seperti kitab takhrij metode lafal pertama matan hadits yaitu kitab al-Jami’
ash-Shaghir karya Imam Suyuthi, sehingga mengakibatkan metode ini tidak dapat
dipraktekkan.
3. Tidak seluruh dosen yang hadir membawa laptop.

SOLUSI
1. Upaya memotivasi dosen untuk bermuamalah dengan kitab-kitab hadits, lembaga
perlu memfasilitasi kajian-kajian hadits dilengkapi kitab-kitab hadits yang relevan.
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

2. Dalam rangka meningkatkan budaya cinta hadits di lingkungan dosen Fakultas


Agama Islam (FAI) UNSIKA, diperlukan adanya kerjasama yang harmonis antara
pimpinan Fakultas, pimpinan program studi, dan para dosen untuk mengupdate ilmu
pengetahuan tentang hadits agar kompetensi dosen terus meningkat.

REKOMENDASI
1. Untuk memudahkan dosen mencari referensi kitab-kitab berbahasa Arab, Fakultas
hendaknya melengkapi koleksi kitab-kitab berbahasa Arab dari berbagai disiplin
ilmu, diantaranya kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, kitab-kitab fiqih, ilmu Al-
Qur’an dan ilmu Hadits, kamus-kamus bahasa Arab, dan lain-lain.
2. Perlunya sesekali mengundang pakar hadits di Indonesia untuk memberikan kuliah
kepada seluruh dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UNSIKA, hal ini bertujuan agar
wawasan para dosen semakin terbuka tentang hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan Hadits, karena imu ini sangat luas cakupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terj. Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib, (Semarang:
Dina Utama, 1994)
Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd al-Hadi, Thuruq Takhrij
al-Hadist, (‘Ajuzah: Maktabah al-Iman, 1986)
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Bairut: Dar Kutub Al-‘Ilmiyah,
2008)
Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Riyadh: Bait Afkar Ad-Dauliyyah, 1998)
Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, (Saudi Arabia: Dar Mughni Li An-Nasyr Wa At-Tauzi’,
2000)
Ibn majah, Sunan Ibn Majah, (t.t.: Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, t.th.)
Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, (Kairo: Dar al-Ma’arif, t.th)
Mahmud at-Thahan, Taisir Mushthalah Hadist, (Alexandria: Markaz Hadi Li ad-
Dirasat, 1415 H)
Muslim, Shahih Muslim, (t.t: t.p., t.th.)
An-Nasai, Sunan An-Nasai, (Riyadh: Bait Afkar ad-Dauliyah, t. th.)
Said Agil Husaen Al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadist,
(Semarang: Dina Utama, 1994)
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

Turmudzi, Sunan At-Turmudzi, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif Li an-Nasyr Wa at-


Tauzi’, t.th)

Anda mungkin juga menyukai