Makalah ini dibuat dan diajaukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
Alfionita (2215047)
Meriantika (2215044)
Wulandari (2215053)
FAKULTAS TARBIYAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, berkat beliaulah kita bisa
sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pendidikan.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen
pengampuh Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Prespektif Historis Supervisi Bimbingan dan Konseling.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Hadis
Takhrij secara bahasa berarti istinbath (memunculkan), tadrib
(mendalam) dan taujih (mengungkapkan). Maksudnya ialah menampakkan
yang masih tersembunyi, menekankan apa yang tidak terlihat dan
memperdalam apa yang masih belum jelas. Makna konsumsi tidak harus
berwujud fisik tetapi mencakup non fisik yang cukup menggunakan akal
sebagaimana makna kata istikhraj yang memiliki kesejajaran dengan kata
istinbath dengan makna hukum-hukum pemberian teks Alquran dan
Hadis.1
Takhrij antara lain merujuk pada ahli hadits dikatakan
menunjukkan tempat asal hadits dari sumber aslinya, yaitu sumber dari
berbagai kitab hadits, dengan menghadirkan kata-kata yang lengkap
sehingga kemudian dapat dilakukan penelitian. Tentang kualitas hadits
yang dibuat. Hadis yang bersangkutan. Makna takhriji yang terkandung di
dalamnya adalah sebagai kegiatan penelitian terhadap suatu hadits atau
topik atau kitab tertentu.2
Sedangkan pengertian takhrij al-hadits secara terminologi ada
beberapa pengertian, diantaranya yaitu:
1. Pernyataan bahwa hadis-hadis yang dikutip dalam buku yang
membuatnya dapat ditemukan di buku-buku lain yang
menyebutkan nama-nama ramuannya. Misalnya, penulis sebuah
hadis mengakhiri hadisnya dengan kata akhrajahu al-Bukhari,
artinya hadis yang dikutip terdapat dalam kitab Jami’us Sahih
1
Arif Maulana, “Peran Penting Metode Takhrij dalam Studi Kehujjahan
Hadis”, Jurnal Riset Agama, Vol.1, No.1 (April 2021), hlm 236.
2
Hayatul Millah, “TAKHRIJ HADIST TENTANG RIBA”, Asy-Syariah,
Vol. II, No. 1 (Juni, 2016), hlm 3.
Bukhari. Jika diakhiri dengan akhrajahu al-Muslim, berarti hadits
tersebut termasuk dalam Sahih Muslim.3
2. Upaya mencari kesimpulan, sanad dan kisah hadits yang tidak
dijelaskan oleh penerjemah atau penulis buku.
3. Penyajian Hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber,
termasuk metode penceritaan dan kualitas Hadits.
4. Tunjukkan tempat asal Hadits dalam sumber aslinya, lengkapi
rantai transmisi yang relevan dan jelaskan kualitas Hadits ini.
3
Akhmad Muhaini & Naqiyah Mukhtar, “Takhrij Hadits Tarekat Dalam
Kitab Al-Mukhtasor Fi Ulumiddin Karya Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani”, Jurnal
Studi al-Qur’an dan al-Hadis, Vol.12, No.2 (Desember 2022) hlm.259.
4
Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis,
Vol.2, No.1 (2021), hlm. 157.
5
Muhammad Qamarullah, “Metode Takhrij Hadist dalam Menakar Hadist
Nabi”, Jurnal el-Ghiroh, Vol.XI No.2 (September 2016), hlm 26.
3. Metode tahrij hadits lafal pertama adalah metode yang didasarkan
pada pengucapan pertama hadits matan menurut hijaiyah dan
urutan abjad, sehingga metode ini memudahkan untuk menemukan
hadits yang relevan.6
4. Metode Hadits Tematik, Metode ini digunakan oleh orang-orang
yang memiliki cita rasa ilmiah (dzawq) yang memudahkan mereka
dalam menentukan pokok bahasan hadis yang akan dipelajari.
Seperti yang kita ketahui, Hadits mengandung muatan berupa
keyakinan, akhlak, ramalan masa depan berdasarkan wahyu
(tanabbuât), kisah masa lalu (fakta sejarah), norma dan pranata
sosial, hukum, dll. Seseorang yang sering membaca dan memiliki
pemahaman yang luas tentang hadits dan ilmu keislaman akan
dapat menentukan pokok bahasan hadits dan kemudian mencari
kitab atau literatur yang mengklaim memuat hadits dengan sanad
tersebut. Pencarian dapat dilakukan. Dalam Kitab Sunan. Jika
hadits yang dipelajari mengandung anjuran untuk berbuat baik dan
menahan diri dari perbuatan buruk, pencarian dapat dilakukan di
buku atau literatur yang secara khusus mengumpulkan hadits dari
Targib wa Tarhib.
5. Metode Pencarian Tidak Langsung Matan atau Sanad, beberapa
kitab atau literatur menghimpun hadis-hadis yang memiliki ciri
khasnya masing-masing. Keunikan ini terdapat pada sanad dan
matan hadits tersebut. Jika hadits yang akan diteliti memiliki ciri-
ciri dan tanda-tanda pemalsuan, kita bisa mencari kitab yang
khusus menghimpun hadits-hadits palsu. Atau jika Hadits yang
dipelajari berkaitan dengan Allah Ta’ala atau yang kita kenal
dengan hadisqudsî, kita mencari kitab atau literatur yang memuat
Hadits qudsî. Kemudian, ketika sanad hadis memuat riwayat dari
ayah ke anak (riwayah al-aba ‘an al-abna), kita mencari kitab
6
M. Agus Sholahudin dan Agus Suyadi, “Ulumul Hadist”, CV. Pustaka
Setia. (2011). Cet. II. Hlm. 196.
yang secara khusus menghimpun hadis dari ayah ke anak. Jika
sanad hadits tersebut ternyata musalsaal, maka hadits tersebut kami
telusuri dalam kitab yang khusus menghimpun hadits musalsaal.
7
Azan Sagala, “Takhrij Hadis dan Metode-metodenya”, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol.2, No.2 (2021). Hlm. 231-233.
2) Daftar nama-nama Sahabat Nabi yang
meriwayatkan Hadits dalam Kitab Sahih Islam.
3) Daftar hadits asli dalam urutan abjad kata dan
menjelaskan jumlah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari jika kebetulan Imam Bukhari
sendiri juga meriwayatkan hadits tersebut.
8
Ahmad Izzan. Studi Takhrij Hadis. Bandung: takafur. 2012. hlm 7.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu takhrij hadist sangat perlu dipelajari karena untuk mengetahui riwayat
suatu hadits, baik sanad, matan, perowi dan yang berkaitan dengan hadist. Dapat
disimpulkan bahwa takhrij hadist adalah usaha menemukan matan dan sanad hadist
secara lengkap dari sumber-sumbernya yang asli yang dari situ kita bisa
mengetahui riwayat suatu hadist baik secara fisik maupun non fisik.
Melalui metode-metode yang dapat digunakan untuk menakhrij hadist.
Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari, Miftahus Sahihain, Al-Jami’us SaSagir
Al-Bughyatu fi dardi ahadisi, dan Al-mu’jam alMufahras li alfazil hadis nabawi.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Arif. “Peran Penting Metode Takhrij dalam Studi Kehujjahan Hadis”, Jurnal
Riset Agama.1, No.1 (2021) : 236.
Mukhtar, Naqiyah & Akhmad Muhaini.“Takhrij Hadits Tarekat Dalam Kitab Al-
Mukhtasor Fi Ulumiddin Karya Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani”, Jurnal Studi al-Qur’an dan
al-Hadis.12, No.2 (2022) :259.
Rahman, Andi. “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis.2, No.1 (2021):
157.
Suyadi, Agus dan M. Agus Sholahudin. “ Ulumul Hadist”, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2011.