Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRESPEKTIF HISTORIS SUPERVISI BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah ini dibuat dan diajaukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

Abdul Ghozali Alfani (2215036)

Alfionita (2215047)

Meriantika (2215044)

Nala Sa’ida (2215056)

Wulandari (2215053)

Dosen Pengampu : Ahmad Yudiar, M.Pd

PRODI BIMBINGAN KONSLELING DAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, berkat beliaulah kita bisa
sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pendidikan.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen
pengampuh Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Prespektif Historis Supervisi Bimbingan dan Konseling.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Petaling, 01 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Hadis
Takhrij secara bahasa berarti istinbath (memunculkan), tadrib
(mendalam) dan taujih (mengungkapkan). Maksudnya ialah menampakkan
yang masih tersembunyi, menekankan apa yang tidak terlihat dan
memperdalam apa yang masih belum jelas. Makna konsumsi tidak harus
berwujud fisik tetapi mencakup non fisik yang cukup menggunakan akal
sebagaimana makna kata istikhraj yang memiliki kesejajaran dengan kata
istinbath dengan makna hukum-hukum pemberian teks Alquran dan
Hadis.1
Takhrij antara lain merujuk pada ahli hadits dikatakan
menunjukkan tempat asal hadits dari sumber aslinya, yaitu sumber dari
berbagai kitab hadits, dengan menghadirkan kata-kata yang lengkap
sehingga kemudian dapat dilakukan penelitian. Tentang kualitas hadits
yang dibuat. Hadis yang bersangkutan. Makna takhriji yang terkandung di
dalamnya adalah sebagai kegiatan penelitian terhadap suatu hadits atau
topik atau kitab tertentu.2
Sedangkan pengertian takhrij al-hadits secara terminologi ada
beberapa pengertian, diantaranya yaitu:
1. Pernyataan bahwa hadis-hadis yang dikutip dalam buku yang
membuatnya dapat ditemukan di buku-buku lain yang
menyebutkan nama-nama ramuannya. Misalnya, penulis sebuah
hadis mengakhiri hadisnya dengan kata akhrajahu al-Bukhari,
artinya hadis yang dikutip terdapat dalam kitab Jami’us Sahih

1
Arif Maulana, “Peran Penting Metode Takhrij dalam Studi Kehujjahan
Hadis”, Jurnal Riset Agama, Vol.1, No.1 (April 2021), hlm 236.
2
Hayatul Millah, “TAKHRIJ HADIST TENTANG RIBA”, Asy-Syariah,
Vol. II, No. 1 (Juni, 2016), hlm 3.
Bukhari. Jika diakhiri dengan akhrajahu al-Muslim, berarti hadits
tersebut termasuk dalam Sahih Muslim.3
2. Upaya mencari kesimpulan, sanad dan kisah hadits yang tidak
dijelaskan oleh penerjemah atau penulis buku.
3. Penyajian Hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber,
termasuk metode penceritaan dan kualitas Hadits.
4. Tunjukkan tempat asal Hadits dalam sumber aslinya, lengkapi
rantai transmisi yang relevan dan jelaskan kualitas Hadits ini. 

B. Macam-macam Metode Takhrij Hadis

Mahmud al-Thahhan menyebutkan bahwa setidaknya ada lima cara


atau metode yang digunakan untuk menakhrij hadis, yaitu :

1. Indeks Nama Sahabatnya metode ini digunakan ketika nama teman


narator diketahui. Pengguna metode ini terlebih dahulu harus
meyakini karakter sahabat yang meriwayatkan hadits yang
dibacakan. Kemudian melakukan pencarian Hadits di buku-buku
atau literatur yang metode penulisan Haditsnya berdasarkan urutan
nama para sahabat. Metode ini berlaku untuk kitab Musnad,
Mu'jam dan Athraf. 4
2. Metode tahrij Al-Hadits dengan kata (pelafalan) dalam Matan
Hadits (kitab yang digunakan mu'jam mufahrasy Li alifaz al-
hadits). 5

3
Akhmad Muhaini & Naqiyah Mukhtar, “Takhrij Hadits Tarekat Dalam
Kitab Al-Mukhtasor Fi Ulumiddin Karya Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani”, Jurnal
Studi al-Qur’an dan al-Hadis, Vol.12, No.2 (Desember 2022) hlm.259.
4
Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis,
Vol.2, No.1 (2021), hlm. 157.
5
Muhammad Qamarullah, “Metode Takhrij Hadist dalam Menakar Hadist
Nabi”, Jurnal el-Ghiroh, Vol.XI No.2 (September 2016), hlm 26.
3. Metode tahrij hadits lafal pertama adalah metode yang didasarkan
pada pengucapan pertama hadits matan menurut hijaiyah dan
urutan abjad, sehingga metode ini memudahkan untuk menemukan
hadits yang relevan.6
4. Metode Hadits Tematik, Metode ini digunakan oleh orang-orang
yang memiliki cita rasa ilmiah (dzawq) yang memudahkan mereka
dalam menentukan pokok bahasan hadis yang akan dipelajari.
Seperti yang kita ketahui, Hadits mengandung muatan berupa
keyakinan, akhlak, ramalan masa depan berdasarkan wahyu
(tanabbuât), kisah masa lalu (fakta sejarah), norma dan pranata
sosial, hukum, dll. Seseorang yang sering membaca dan memiliki
pemahaman yang luas tentang hadits dan ilmu keislaman akan
dapat menentukan pokok bahasan hadits dan kemudian mencari
kitab atau literatur yang mengklaim memuat hadits dengan sanad
tersebut. Pencarian dapat dilakukan. Dalam Kitab Sunan. Jika
hadits yang dipelajari mengandung anjuran untuk berbuat baik dan
menahan diri dari perbuatan buruk, pencarian dapat dilakukan di
buku atau literatur yang secara khusus mengumpulkan hadits dari
Targib wa Tarhib. 
5. Metode Pencarian Tidak Langsung Matan atau Sanad, beberapa
kitab atau literatur menghimpun hadis-hadis yang memiliki ciri
khasnya masing-masing. Keunikan ini terdapat pada sanad dan
matan hadits tersebut. Jika hadits yang akan diteliti memiliki ciri-
ciri dan tanda-tanda pemalsuan, kita bisa mencari kitab yang
khusus menghimpun hadits-hadits palsu. Atau jika Hadits yang
dipelajari berkaitan dengan Allah Ta’ala atau yang kita kenal
dengan hadisqudsî, kita mencari kitab atau literatur yang memuat
Hadits qudsî. Kemudian, ketika sanad hadis memuat riwayat dari
ayah ke anak (riwayah al-aba ‘an al-abna), kita mencari kitab

6
M. Agus Sholahudin dan Agus Suyadi, “Ulumul Hadist”, CV. Pustaka
Setia. (2011). Cet. II. Hlm. 196.
yang secara khusus menghimpun hadis dari ayah ke anak. Jika
sanad hadits tersebut ternyata musalsaal, maka hadits tersebut kami
telusuri dalam kitab yang khusus menghimpun hadits musalsaal. 

C. Kitab-kitab yang digunakan


Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij
hadis. Adapun kitab-kitab tersebut, yaitu:
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penerjemah buku ini adalah Abdur Rahman Ambar al-
Tahtawi. Buku ini disusun khusus untuk menemukan hadits
yang terdapat dalam kitab shahih Bukhari. Pelafalan Hadits
disusun menurut urutan abjad Arab. Namun, hadits yang
berulang kali disajikan dalam Sahih Bukhari tidak berulang
kali dimasukkan dalam kamus di atas. Oleh karena itu,
perbedaan lafal dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-
Bukhari tidak dapat dikenali oleh kamus.
2. Miftahus Sahihain
Buku ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-
Tauqiah, dengan buku ini Anda dapat menemukan Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Namun hadits
yang terdapat dalam kitab itu hanyalah hadits yang
berbentuk qauliyah. Hadits-hadis tersebut disusun
berdasarkan abjad dari awal pengucapan hadits. 
3. Al-Jami’us Sagir
Buku ini disusun oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman As-
Suyuti (wafat 91 H). Buku Hadits berisi hadis-hadis yang
dikumpulkan dalam buku ini kumpulan kutipan hadits yang
disusun oleh Imam Suyut juga merupakan sebuah buku
Jam’ul Jawani. Hadits dalam Kitabjami’us Sagir disusun
Berdasarkan urutan abjad awal lafal hadits. Bagian dari
hadits beberapa Hadis lengkap dan beberapa ditulis dalam
bagian-bagian. Hanya sebagian saja, tetapi sudah
mengandung pengertian yang cukup. Kitab Hadits juga
menjelaskan nama-nama para Sahabat Nabi, yaitu
Meriwayatkan hadits yang bersangkutan dan nama-nama
mukharis. Selain hampir setiap hadits yang dikutip, yang
satu ini dijelaskan menurut kualitasnya Direvisi atau
disetujui oleh Imam Suyut.
4. Al-Bughyatu fi dardi ahadisi
Buku ini disusun oleh Said Abdul Aziz bin al-Said
Muhammad bin Said Siddiq al-Qammari. Buku hadits
berisi dan menjelaskan hadits-hadits tersebut tertuang
dalam sebuah kitab yang disusun oleh Abu Nuaim al-
Asabun (w. 430 H) berjudul Hilyatul auliyai wababaqatul
asfiyai. Semacam kitab ini disertai dengan kitab Miftahut
tardi li ahadisi tarikhul khatib, disusun oleh Said Ahmad
bin Said Muhammad bin Said As-Siddiq al-Qammari yang
berisi dan menjelaskan hadits yang menyertainya dalam
kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin
Subit bin Ahmad al-Baghdadi dikenal sebagai al-Khatib al-
Baghdadi (w. 463 H). Adaptasi bukunya disebut Tarikhul
Bagdadi, yang terdiri dari empat Volume. 
5. Al-mu’jam alMufahras li alfazil hadis nabawi7
Buku tersebut merupakan salah satu bab yaitu bab kelima
dari Shahih Islam yang dikutip oleh Muhammad Abdul
Baqi. Jus V adalah kamus yang dimulai dengan juz I-V
yang berisi:
1) Daftar nama kitab dan hadits serta nomor juz yang
dikandungnya.

7
Azan Sagala, “Takhrij Hadis dan Metode-metodenya”, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol.2, No.2 (2021). Hlm. 231-233.
2) Daftar nama-nama Sahabat Nabi yang
meriwayatkan Hadits dalam Kitab Sahih Islam.
3) Daftar hadits asli dalam urutan abjad kata dan
menjelaskan jumlah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari jika kebetulan Imam Bukhari
sendiri juga meriwayatkan hadits tersebut. 

Beberapa nama kitab Takhrij hadis yang populer, yaitu :

1. Kitab Takhrij Ahadisli Muhazzab, Karya Abu Ishaq As-Syirazi, Tulisan


Muhammad Bin Musa al-Hazimi (-584 H).
2. Kitab Takhrij Ahadits Mukhtasari Kabir, Karya Ibn Al-Hajib tulisan
Ahmad bin Abdul Hadi al-Maqdisi (-774 H).
3. Kitab Nasbur-Rayah Li Ahaditsil Hidayah, karya al-Margigani, tulisna
Abdullah bin Yusuf Az-Zaila’ I (-762 H).
4. Kitab Takhrij Ahadisi Kassyaf, karya al-jahiz, tulisan az-Zaila’ I juga.
5. Kitab Al-Badrul Munir Fi Takhrijil Ahadisi Wal-Asari Waqi’Ati Fis-
Syahril Kabiri, karya Al-Rafa’I, tulisan Umat bin Ali bin al-Mulqin (-804
H).
6. Kitab Al-Mugni' An-Hamlil Asfar Fil Asfar Fi Takhriji Ma Fil Ihya' Minal
Akhbar, tulisan Abdurrahman bin al-Husain al-iraqi (-806 H).8

8
Ahmad Izzan. Studi Takhrij Hadis. Bandung: takafur. 2012. hlm 7.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu takhrij hadist sangat perlu dipelajari karena untuk mengetahui riwayat
suatu hadits, baik sanad, matan, perowi dan yang berkaitan dengan hadist. Dapat
disimpulkan bahwa takhrij hadist adalah usaha menemukan matan dan sanad hadist
secara lengkap dari sumber-sumbernya yang asli yang dari situ kita bisa
mengetahui riwayat suatu hadist baik secara fisik maupun non fisik.
Melalui metode-metode yang dapat digunakan untuk menakhrij hadist.
Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari, Miftahus Sahihain, Al-Jami’us SaSagir
Al-Bughyatu fi dardi ahadisi, dan Al-mu’jam alMufahras li alfazil hadis nabawi.
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Arif. “Peran Penting Metode Takhrij dalam Studi Kehujjahan Hadis”, Jurnal
Riset Agama.1, No.1 (2021) : 236.

Millah, Hayatul. “TAKHRIJ HADIST TENTANG RIBA”, Asy-Syariah.2, no.1


(2016):3.

Mukhtar, Naqiyah & Akhmad Muhaini.“Takhrij Hadits Tarekat Dalam Kitab Al-
Mukhtasor Fi Ulumiddin Karya Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani”, Jurnal Studi al-Qur’an dan
al-Hadis.12, No.2 (2022) :259.

Rahman, Andi. “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis.2, No.1 (2021):
157.

Qamarullah, Muhammad. “Metode Takhrij Hadist dalam Menakar Hadist Nabi”,


Jurnal el-Ghiroh.XI, No.2 (2016):26.

Suyadi, Agus dan M. Agus Sholahudin. “ Ulumul Hadist”, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2011.

Sagala, Azan. “Takhrij Hadis dan Metode-metodenya”, Jurnal Pendidikan Islam. 2,


No.2 (2021) :231-233.

Izzan, Ahmad. Studi Takhrij Hadis. Bandung: takafur. 2012.

Anda mungkin juga menyukai