Anda di halaman 1dari 11

TAHKRIJ HADIST

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu hadist

Dosen Pengampu: Fahrizal Mahdi.LC.MRKH

Disusun oleh kelompok

Ghifari Ramadhani/11220360000032

Fadil Mohamad /11220360000041

KELAS 1B

JURUSAN ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada allah shubhanahu wata’al, karana rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya penulisan makalah yang berjudul
“TAKHRIJ HADIST”

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan untuk
menjelaskan dan memaparkan point point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
kami peroleh baik dari buku maupun sumber sumber yang lain.semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah
ini, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Jakarata,Oktober 2022

Penyusun
COVER………………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...

BAB I……………………………………………………………………………………..

 Latar belakang……….……………………………………………………………
 Rumusan masalah…………………………………………………………………
 Tujuan……………………………………………………………………………..

BAB II……………………………………………………………………………………

 Pengertian takhrij hadist…………………………………………………………


 Sejarah takhrij hadist…………………………………………………………….
 Sebab sebab pentingnya takhrij hadist…………………………………………..
 Tujuan dan manfaat takhrij hadist……………………………………………….
 Kitab kitab yang di gunakan untuk mentakhrij hadist……………………..........
 Cara/ metode mentakhrij hadist…………………………………………………

BAB III………………………………………………………………………………………

 Kesimpulan………………………………………………………………………
 Saran……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Takhrij hadis adalah suatu usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam
sebuah kitab hadis karya orang lain menyimpang daripada sanad hadis yang terdapat
dalam kitab hadis karya orang lain tersebut. Umpamanya seseorang mengambil
sebuah hadis dari kitab ṣhaḥīḥ bukhārī, kemudian ia berusaha mencari sanad hadis
tersebut yang tidak sama dengan sanad yang telah ditetapkan oleh bukhārī dalam
ṣhaḥīḥnya. Namun sanad yang berbeda itu akhirnya dapat bertemu dengan sanad
bukhārī yang akhir.
Jika kita hendak melakukan takhrij hadis dan hendak mengetahui tempatnya
pada kitab-kitab sumber aslinya, terlebih dahulu harus mempelajari kondisi hadis
yang kita maksud, sebelum kita menelitinya dalam kitab-kitab hadis. Kita perlu
melihat sahabat yang meriwayatkannya (jika terdapat), pokok bahasannya, kata-kata
dalam matannya, kata pertama matan, atau sifat-sifat tertentu dalam sanad atau
matannya

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari takhrij hadits?
2. Bagaimana sejarah takhrij hadits?
3. Apa sebab sebab pentingnya takhrijul hadist?
4. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadits?
5. Apa saja kitab yang digunakan untuk mengtakhrij hadist ?
6. Bagaimana cara/metode penerapan takhrij hadits?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penukisan makalah ini adalah
untuk mengetahui:

1. Pengertian takhrij hadist


2. Sejarah takhrij hadist
3. Sebab sebab pentingnya takrij hadist
4. Tujuan dan manfaat takhrij hadist
5. Kitab yang di gunakan untuk mentakhrij hadist
6. Metode penerapan takhrij hadist
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAKHRIJ HADIST

Secara etimologi berrasal dari bahasa arab yaitu kharraja yang berarti tampak atau
jelas.
Sedang pengertian takhrij al-hadits menurut istilah ada beberapa pengertian, di antaranya
ialah:
1. Suatu keterangan bahwa hadits yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu
terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya,
penyusun hadits mengakhiri penulisan haditsnya dengan kata-kata akhrajahul
Bukhari artinya bahwa hadits yang dinukil itu terdapat dalam kitab Jami’us
Shahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata akhrajahul muslim berarti
hadits tersebut terdapat dalam kitab Shahih Muslim.
2. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh
penyusun atau pengarang suatu kitab.
3. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber dengan
mengikutsertakan metode periwayatannya dan kualitas haditsnya.
4. Mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli secara lengkap
dengan matarantai sanad masing-masing dan dijelaskan kualitas hadits yang
bersangkutan.
Dari sekian banyak pengertian takhrij di atas, yang dimaksud takhrij dalam hubungannya
dengan kegiatan penelitian hadits lebih lanjut, maka takhrij berarti “penelusuran atau
pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai sumber asli dari hadits
yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan
dan matarantai sanad yang bersangkutan 1

B. SEJARAH TAKHRIJ HADIST

pengembangan hadits terbagi dalam dua periode besar yaitu


periode mutaqaddimin dan periode mutaakhirin. Periode mutaqaddimin dibagi lagi
menjadi beberapa tahap/masa yaitu, masa Para sejarawan Islam secara berjama’ah
menyepakati bahwa usaha pelestarian dan turunnya wahyu, masa khulafaurrasyidin
(12-40 H), masa sahabat kecil dan tabi’in (40 H – akhir abad I H), masa pembukuan
hadits (awal-akhir abad II H), masa pentashihan dan penyaringan hadits (awal-akhir
abad III,) sekitar pada masa yang terakhir inilah Imam Bukhari menulis kitab yang
terkenal dengan nama al-Jami’ al-Shahih (w. 256 H) disusul Imam Muslim (w.261
H).  Kalau para ulama mutaqaddimin menghimpun hadits dengan menemui sendiri
para penghafalnya maka ulama mutaakhirin menukil dari kitab-kitab susunan ulama
mutaqaddimin.
1
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-takhrij-hadits.html
Masa inilah para ulama mempergunakan system istidrak dan istikhraj.
Sehingga bermunculan kitab-kitab mustadrak dan mustakhraj. Sampai pada abad
kelima dan abad ke tujuh para ulama hanya berusaha untuk memperbaiki susunan
kitab, mengumpulkan hadits Bukhari dan Muslim dalam satu kitab, mempermudah
jalan pengambilannya. Dalam abad ini pula timbul istilah al-Jami’ al-Jawami dan al-
Takhrij.2

Ilmu hadits baru berdiri sendiri sebagai sebuah ilmu pada masa al-Qadhi Ibnu
Muhammad al-Ramahurmudzi (265-360 H). Selanjutnya diikuti oleh al-Hakim al-
Naisaburi (321-405 H), Abu Bakr al-Baghdadi (463 H). Para ulama mutaqaddimin
menyebutnya dengan ulumul hadits dan ulama mutaakhirin menyebutnya ilmu
musthalahul hadits.3 Jadi kalau menganalisa kedua uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa setelah masa inilah muncul ilmu takhrij hadits sebagai bagian dari ilmu hadits.

C. SEBAB SEBAB PENTINGNYA TAKHRIJUL HADIST

Takhrij Al-Hadits sebagai sebuah metode dengan memperhatikan tujuannya,


mempunyai banyak sekali manfaat. Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir
bin Abdul Hadi dalam kitabnya Thuruq Takhrij Hadits Rasulillah SAW, yang  penulis
kutip dari buku terjemahan kitab tersebut, “Metode Takhrij Hadits”, menjelaskan
beberapa manfaat takhrij hadits diantaranya :

1. Takhrij memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu


hadits berada, beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadits-hadits melalui kitab-
kitab yang ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu
hadits, semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang dimiliki.
3. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-
riwayat hadits yang banyak itu maka dapat diketahui apakah riwayat itu
munqathi’,  mu’dal dan lain-lain. Demikian pula dapat diketahui apakah status
riwayat tersebut shahih, dha’if dan sebagainya.
4. Takhrij dapat memperjelas hukum hadits dengan banyaknya riwayatnya.
Terkadang kita dapatkan hadits yang dha’if melalui suatu riwayat, namun
dengan takhrij kemungkinan kita akan mendapatkan riwayat lain yang shahih.
Hadits yang shahih itu akan mengangkat derajat hukum hadits yang dha’if
tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
5. Dengan takhrij kita dapat memperoleh pendapat-pendapat para ulama sekitar
hukum hadits.
6. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar. Karena terkadang kita
dapati perawi yang belum ada kejelasan namanya, seperti Muhammad, Khalid
dan lain-lain. Dengan adanya takhrij kemungkinan kita akan dapat mengetahui
nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.

2
 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, 2003, Jakarta: Prenada Media
3
Noor Sulaiman PL, 2008, Antologi Ilmu Hadits, Jakarta: GP Press
D. TUJUAN DAN MANFAAT TAKHRIJ HADIST
Pengetahuan tentang ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang
harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya membicarakan berbagai kaidah
untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan
banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas
sanad suatu hadis. Penguasaan tentang ilmu takhrij merupakan suatu keharusan bagi
setiap ilmuwan yang berkecimpung di bidang ilmu-ilmu kasyariahan, khususnya yang
menekuni bidang hadis dan ilmu hadis.
Dengan mempelajari kaidah-kaidah dan metode takhrij, seseorang akan dapat
mengetahui bagaimana cara untuk sampai kepada suatu hadis di dalam
sumbersumbernya yang asli yang pertama kali disusun oleh para ulama
pengkodifikasi hadis. Dengan mengetahui hadis dari sumber aslinya, maka akan dapat
diketahui sanadsanadnya. Dan hal ini akan memudahkan untuk melakukan penelitian
sanad dalamrangka untuk mengetahui status dan kualitasnya.

Dalam kegiatan penelitian hadis, takhrij merupakan kegiatan penting yang


tidak dapat diabaikan. Tanpa melakukan kegiatan takhrij, seorang peneliti hadis akan
kehilangan wawasan untuk mengetahui eksistensi hadis dari berbagai sisi. Sisi-sisi
penting yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti hadis dalam hubungannya
dengan takhrij ini meliputi kajian asal-usul riwayat suatu hadis, berbagai riwayat yang
meriwayatkan hadis tersebut, ada atau tidaknya syahid dan muttabi’ dalam sanad
hadis yang diteliti.4

Beberapa manfaat ilmu takhrij hadis adalah sebagai berikut:

 Mengetahui hadis yang bisa diamalkan dan yang tidak.


 Mengetahui hadis yang bisa dijadikan sumber hukum dan yang tidak.
 Mengetahui hadis yang wajib diyakini –jika kandungannya terkait akidah, dan
hadis yang tidak boleh diyakini sebagai akidah karena daif atau palsu.
 Menjaga kelestarian hadis hingga kiamat5.

E. KITAB KITAB YANG DI GUNAKAN UNTUK MENTAHKRIJ HADIST

Syarif Hatim Auni menjelaskan beberapa kitab yang tertua yang mengulas teori-teori
takhrij hadis sebagai beriktu;

1. Hushul Al-Tafrij Bi Ushulu Al-Takhrij, karya Abul Faidh Al-Ghummari.


2. Ushul Al-Takhrij Wa Dirasah Al-Asandi, karya Mahmud Thahhan
3. Kasyfu Al-Litsam An Asrar Takhrij Ahadits Sayyid Al-Anam, karya Abdul
Maujud Abdul Latif.

4
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-takhrij-al-hadis-tujuan-dan.html

5
https://harakah.id/mengenal-ilmu-takhrij-hadis-definisi-tujuan-dan-manfaatnya-dalam-kajian-islam/
4. Thuruq Takhrij Al-Hadis Al-Nabawi, karya Abdul Muhdi Abdul Qadir
5. Al-Ta’shil, karya Bakr bin Abdullah Abu Zaid

F. METODE PENERAPAN TAHKRIJ HADIST


Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij
hadis.6

1. takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya


terlebih dahulu harus diketahui  seluruh atau minimal awal dari matan
hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang 
paling awal dalam matan hadis tersebut.

Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa


menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini  dapat ditelusuri dari kitab
takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata
tersebut  terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan
ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis  tersebut ada di kitab
mana saja.

Keberadaan kitab takhrij yang disusun berdasar metode


alfabetis ini sangat penting. Beberapa ulama  menuliskan kitab takhrij
dengan model ini, seperti al-Jami as-Sagir min Hadis al-Basyir  an-
Nazir, al-Farh al-Kabir fi Damni az-Ziyadah ila al_jami as-Sagir, dan
Jam'u al-Jawami'  karya Imam Suyuti. Ada pula Kanz al-Haqaid fi
Hadis Khair al-Khalaiq karya Abdur Rauf bin Tajuddin  Ali.

2. Metode kedua dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis.


Metode ini dilakukan dengan cara  menelusuri hadis berdasarkan huruf
awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik  itu
berupa ism (kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini
huruf tidak dijadikan  pegangan.

Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya


setiap amal tergantung dari niat).  Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal
al-a'mal dari ain sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni
amal atau amalan.

Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara


lain, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz  al-Hadis an-Nabawi karya AJ
Weinsinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr
Muhammad Fu'ad  Abdul Baqi. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga
menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks Shahih Muslim)

6
https://iqra.republika.co.id/berita/np3yki2/beragam-jenis-metode-takhrij-hadis
3. Metode ketiga adalah takhrij menggunakan perawi paling atas.
Menelusuri hadis dengan cara ini lebih  dahulu harus mengetahui
perawi paling atas dari hadis tersebut. Kitab-kitab yang memuat hadis
dengan  metode ini, antara lain, Musnad Imam Ahmad karya Imam
Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud  Ibrahim bin Muhammad,
Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.

4. Metode keempat berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar


tema bahasan hadis apakah hukum, fikih,  tafsir, atau yang lain.
Contoh kitab yang memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi
Sunan al-Aqwal wa  al-Af'al karya al-Burhanpuri, al Mughni Haml al-
Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar   karya al-Iraqi.

5. Kelima, metode berdasar sifat lahir hadis. Cara penelusuran ini


dilakukan misal pada hadis mutawatir,  qudsi, mursal, dan maudu. Para
ulama mengumpulkan hadis-hadis mutawatir dalam satu kitab seperti
al- Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam
Suyuti. Kitab yang memuat hadis qudsi  di antaranya al-Ittihafat as-
Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani.7

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
7
https://iqra.republika.co.id/berita/np3yki2/beragam-jenis-metode-takhrij-hadis
1. Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnyaadalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis
tersebut. Dengan cara ini,kita akan mengetahui hadis-hadis yang
pengutipannya penerapan-kaidahulumul hadis yang berlaku sehingga hadis
tersebut menjadi jelas, baik asal-usulmaupun kualitasnya.
2. Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist didalam
sumbermengharapkan yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai
keperluan.
3. Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang
sedangmenjadi topik kajian
4. Dapat diketahui dengan kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah
kekuatan riwayat.Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan
periwayatan tidak bertambah.
5. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih lighairih, hasanli
dzati ,atau hasan li ghairih  Demikian juga, akan diketahui istilah hadis
mutawatir,masyhur, aziz, dan gharib-ny

B. SARAN

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk


pembuatan.dan pembuat menyadari bahawa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan . oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya agar
makalah yang kami susun kedepannya jauh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, 2003,
Jakarta: Prenada Media

Noor Sulaiman PL, 2008, Antologi Ilmu Hadits, Jakarta: GP Press

https://harakah.id/mengenal-ilmu-takhrij-hadis-definisi-tujuan-dan-manfaatnya-dalam-
kajian-islam/

Anda mungkin juga menyukai