Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI AL HADITS

PENGENALAN PRAKTEK TAKHRIJ AL HADITS


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Idri, M. Ag.

Kelompok 13 :
1. Nisrina Imtiyaz (C92217158)
2. Nydia Annisa (C92217167)
Pribadi

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan judul Pengenalan Praktek Takhrij Al Hadits.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Al
Hadits. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 27 November 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Sesuai dengan sejarah perjalanan hadits, ternyata tidak semua yang
disebut hadits itu benar-benar berasal dari Nabi, apalagi kita mengetahui
hadits palsu itu berkeliaran di sekitar kita, baik yang dibuat secara sengaja
oleh umat Islam sendiri, karena alasan politik, perbedaan mazhab atau
dibuat oleh kelompok yang tidak menyukai kehadiran Islam.
Ketika orang dibingungkan oleh kehadiran hadits yang diragukan
keorsinilannya, upaya-upaya antisipatif pun mulai dilakukan. Para pakar
hadits melakukan observasi, penemuan metode, dan kaidah takhrij al
hadits mulai dirumuskan.
Pada awalnya ilmu at-takhrij perkembangan sumber hukum Islam
tidaklah begitu penting karena penguasaan para ulama terhadap sumber-
sumber As-Sunnah begitu luas, sehingga mereka tidak terlalu sulit jika
disebutkan suatu hadits untuk mengetahuinya dalam kitab kitab As-
Sunnah, maka tidak heran jika ilmu takhrij al hadits tidak dikenal dan
tidak untuk dipelajari, bahkan belum dibutuhkan karena, mereka
mempunyai pengetahuan syariat yang luas dan ingatan yang kuat terhadap
sumber hukum yang langsung datang dari Rasulullah Muhammad SAW
saat itu.
Maka untuk menjawab berbagai permasalahan saat ini, sebagaian
dari ulama bangkit dan memperlihatkan hadits-hadits yang ada pada
sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab-kitab As-Sunnah
yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari yang
shahih atas yang dhaif, untuk menelusuri hadits atau dalil tersebut
diperlukan ilmu yang disebut tahrij al-hadits.
B. Tujuan Penulisan Makalah:
1. Untuk Mengetahui Konsep Takhrij Al Hadits.
2. Untuk Mengetahui Penyebab Dilakukannya Takhrij Al Hadits.
3. Untuk Mengetahui Urgensi Takhrij Al Hadits.
4. Untuk Mengetahui Cara Praktek (Metode) Takhrij Al Hadits
(bimbingan penelusuran hadits ke dalam kitab-kitab sumber asli).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Takhrij Al Hadits


Takhrij menurut bahasa memiliki beberapa makna. Berasal dari
kata kharaja yang artinya nampak dari tempatnya atau keadaaannya,
terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj yang artinya
menampakkan dan memperlihatkannya. Dan kata al-makhraj yang artinya
tempat keluar dan akhraj al-hadist wa kharajahu artinya menampakkan
dan memperlihatkan hadits kepada orang dengan menjelaskan tempat
keluarnya.1
Sedangkan takhrij menurut istilah ada beberapa pengertian, di
antaranya:
1. Suatu keterangan bahwa hadits yang dituliskan ke dalam kitab
susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan
nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadits mengakhiri
penulisan haditsnya dengan kata-kata Akhrajahul
Bukhari artinya bahwa hadits yang ditulis itu terdapat dalam
kitab Jamius Shahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan
kata Akhrajahul Muslim berarti hadits tersebut terdapat dalam
kitab Shahih Muslim.
2. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak
diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.

1
Zulheldi, Memahami Hadits-Hadits Yang Bertentangan, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), hlm.
26
3. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai
sumber dengan mengikutsertakan metode periwayatannya dan
kualitas haditsnya.
4. Mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli
secara lengkap dengan sanad dan dijelaskan kualitas hadits
yang bersangkutan.2
Dari sekian banyak pengertian takhrij di atas, maka takhrij dapat
diartikan sebuah penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab-
kitab hadits sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di
dalam sumber tersebut dijelaskan secara lengkap matan dan sanad yang
bersangkutan.

B. Faktor Penyebab Dilakukannya Takhrij Al Hadits


Adapun beberapa faktor yang menyebabkan dilakukannya takhrij al hadits
adalah sebagai berikut:3
1. Karena akan melakukan penelitian suatu hadits, guna untuk
mengetahui asal-usul dari status dan kualitas hadits terlebih dahulu
sebelum dikaji.
2. Banyaknya variasi periwayatan hadits, diperlukan untuk mencatat
seluruh periwayatan hadits yang akan diteliti, guna untuk mengetahui
sanad hadits tersebut shahih, hasan, atau dhaif.
3. Menentukan kualitas hadits, mengingat salah satu sanad hadits yang
redaksinya bervariasi itu dimungkinkan ada perawi lain yang sanadnya
mendukung pada sanad hadits yang sedang diteliti, maka sanad hadits
yang sedang diteliti tersebut mungkin kualitasnya dapat dinaikkan
tingkatannya oleh sanad perawi yang mendukungnya, dengan cara
mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi pada sanad hadits. Jika
terdapat pada bagian perawi tingkat pertama (tingkat sahabat), maka

2
Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadits, (Jakarta: Hijri, 2006), hlm. 153
3
Said Agil Husain Munawwar, terjemahan buku Metode Takhrij Hadits oleh Abu Muhammad
Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 4-10
dukungan ini dikenal dengan syahid. Jika dukungan itu terdapat pada
bagian perawi tingkat kedua atau ketiga (tingkatan tabiin atau tabiit
tabiin), maka disebut sebagai mutabi.
Dengan demikian, takhrijul al hadits dapat berjalan lancar dan baik
jika peneliti dapat mengetahui asal usul sanad dan matan hadits dari
sumber pengambilannya, sebagaimana juga perlu diketahuinya tentang
syahid dan mutabi dalam periwayatan hadits
C. Urgensi Mentakhrij Hadits
Urgensi takhrij al hadits adalah untuk mengetahui sumber asal hadits yang
ditakhrij, adapun beberapa urgensi dari takhrij al hadits, sebagai berikut:4
1. Mengetahui jalur periwayatan hadits yang akan dikaji.
2. Mengetahui kekuatan riwayat hadits.
3. Mengetahui hadits tersebut shahih, hasan, atau dhaif, dilihat dari segi
sanad, matan, dan rawinya.
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah
tahu bahwa suatu hadits adalah hadits maqbul (dapat diterima). Dan
sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu
hadits adalah mardud (tertolak).
5. Menguatkan keyakinan pada suatu hadits, bahwa hadits tersebut benar-
benar berasal dari Rasulullah SAW dengan menyertakan bukti-bukti
tentang kebenaran hadits tersebut, dari segi sanad, matan dan rawi.
D. Cara Praktek (Metode) Takhrij Al Hadits
Sebelum mengetahui metode takhrij al hadits, baiknya kita
mengetahui objek takhrij al hadits. Setiap hadits memiliki tiga unsur
pokok yang merupakan syarat suatu hadits, yakni sanad (silsilah orang
yang meriwayatkan hadits), matan (materi atau lafazh hadits), rawi (orang
yang meriwayatkan hadits).
Takhrij al hadits adalah penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang

4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pen. Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 205
didalam sumber itu disebutkan secara lengkap sanad dan matan hadis
disertai dengan penjelasan kualitas hadis tersebut.
Dengan demikian, objek kajian takhrij hadits yaitu: rangkaian terhadap
sejumlah periwayat yang menyampaikan riwayat hadits (sanad hadits) dan
materi hadits itu sendiri (matan hadits).5 Teknik melakukan takhrij al
hadits menyerupai foot note (catatan kaki). Hadits-hadits dianalisis
kualifikasinya dengan menunjukkan sumber pengambilan sanad, rawi.6
Berikut metode takhrij al hadits :7
1. Takhrij al-hadits bi al-lafdhiy (menelusuri hadits melalui kata atau
lafal), maksudnya ialah matan hadits yang akan diteliti itu hanya
diketahui sebagian matannya. Jika demikian yang harus dilakukan
seorang peneliti adalah pencarian matan hadits secara menyeluruh. Hal
ini dapat dilakukan melalui kosa kata dari susunan kalimat pada matan,
misalnya saja matan hadits yang diingat adalah ,
maka yang harus dilakukan adalah:
a. Mencari modal awal, misalnya kata saja, sudah dapat
ditelusuri melalui halaman kamus yang memuat lafal , lalu
dicari kata , sehingga dari kamus itu diperoleh petunjuk
bahwa hadits yang sedang diteliti itu memiliki sumber kitab
yang sangat banyak,8 yaitu:
1) Shahih Muslim, dalam kitab Imam, Hadits nomor 78.
2) Sunan Abi Dawud, Kitab Shalat, Hadits nomor 242 dan
kitab Malahim, bab 17.
3) Sunan al-Tirmidzi, kitab Fitan, bab 11.
4) Sunan al-Nasaiy, kitab Iman, bab 17.
5) Sunan Ibnu Majah, kitsb Iqomah, bab 15 dan kitab Finan,
bab 20.

5
Syuhudi Ismail. Metode Penelitian Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41-42
6
Dr. H. A. Mutradi Ridwan, M.A., Studi Kitab-Kitab Hadits Standar, (Malang: UIN Maliki Press,
2012), hlm. 10
7
Agus Solahudin, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlml. 190-192
8
AJ. Wensick, al-Mujam al-Fahras Li al-fadz al-Hadits al-nabawi, Juz: VI, Tahqiq Muhammad
Fuad Abdul Baqi, (Leiden: EJ. Brill, 1936), hlm. 558
6) Musnad Ahmad Ibnu Hanbal, Juz: III, hal. 10, 20, 49 dan
52-53.
b. Mencari semua kata yang termuat di dalam matan masing-
masing kitab, mengingat redaksinya banyak. Hal ini
dimungkinkan ada penambahan kalimat dalam satu matan,
misalnya menelusuri kata:
1) Kata ditemukan didalam Musnad Ahmad ditemukan
adanya tambahan dalam juz III, hal. 92.
2) Kata ,
data yang tercantum dalam kamus terdapat
banyak kesalahan.
3) Kata , dan
data yang ditemukan dalam kamus
justru kurang lengkap.

Berdasarkan dari kitab mujaim tersebut, ternyata jumlah


perawi untuk hadits yang ditakhrij tersebut berjumlah 14
macam, masing-masingg terdapat pada kitab:

1) Shahih Muslim, 2 periwayat, juz I, halaman 69.


2) Sunan Abu Dawud, 2 periwayat, juz I, halaman 297 dan juz
IV, halaman 123.
3) Sunan Al Turmudzi, 1 periwayat, juz III, halaman 317-318.
4) Sunan Al Nasai, 2 periwayat, juz VIII, halaman 111-112.
5) Sunan Ibnu Majah, 2 periwayat, juz I, halaman 406, dan juz
II, halaman 1330.
6) Musnad Ahmad, 5 periwayat, juz III, halaman 10, 20, 49,
52-53, dan 92.
c. Kemudian mencatat semua perawi hadits dari masing-masing
kitab, mulai dari sanad maupun matannya, guna untuk
menemukan pendukung hadits tersebut, baik berupa syahid
maupun mutabi.
2. Takhrij al-hadits bi al-Maudhu (menelusuri hadits melalui topik
masalah), maksudnya ialah hadits yang akan diteliti itu tidak terikat
pada bunyi lafal hadits, tetapi berasarkan topik masalah, seperti tentang
nikah mutah (nikah kontrak) dan nikah wali hakim yang walinya
mengakadnikahkan, dan lain sebagainya.
Maka, kitab yang diperlukan untuk penelitian ini adalah kitab-kitab
kamus yang disusun berdasarkan topik, diantaranya ialah

, sebab kitab yang menjadi rujukannya sebanyak 14 macam kitab,
yaitu disamping rujukan kitab kamus mujam, ditambah dengan
Musnad Zaid Bin Ali dan Musnad Abi Dawud Al Tayalisi, Thabaqah,
Ibnu Saad dan Sirah Ibnu Hisyam, Magazi Al Waqidi.
Takhrij al hadits sebagai metode untuk menentukan kehujjahan
(bukti) hadits terbagi menjadi 3 cara, yakni:9
1) Takhrij Naql:
Cara ini berupa penelusuran penukilan (pengutipan) dan
pengambilan hadits dari beberapa kitab hadits. Berbagai cara
pentakhrijan dalam arti naql telah banyak diperkenalkan oleh
para ahli hadits, salah satunya oleh Mahmud Al Tahhan yang
menyebutkan 5 teknik dalam menggunakan metode takhrij
naql, sebagai berikut:
a. Takhrij dengan mengetahui sahabat yang meriwayatkan
hadits.
b. Takhrij dengan mengetahui lafazh asal matan hadits.
c. Takhrij dengan cara mengetahui lafazh matan hadist yang
kurang dikenal.
d. Takhrij dengan mengetahui tema atau pokok bahasan hadits.
e. Takhrij dengan mengetahui matan dan sanad hadits.
2) Takhrij Tashih:
Cara ini sebagai lanjutan takhrij naql berupa menganalisis
keshahihan hadits dengan mengkaji sanad, matan, dan rawi.
Kegiatan tashih dilakukan dengan menggunakn kitab Ulum al-

9
Muhammad Mashum Zein, Ulumul Hadits dan Musthalah Hadits, (Jombang: Al-Syarifah Al-
Khodijah, 2007) hlm. 280
Hadits yang berkaitan dengan Rijal, Jarh Wa Al Tadil, Maan
Al Hadits, Gharib Al Hadits dan lain-lain. Kegiatatn ini
dilakukan oleh mudawwin (kolektor) sejak Nabi Saw sampai
abad III Hijriyah, dan dilakukan oleh para syarih (komentator)
sejak abad IV sampai kini.
3) Takhrij Itibar:
Cara ini sebagai lanjutan dari takhrij tashih. Itibar berarti
mendapatkan informasi dan petunjuk dari literatur, baik kitab
yang asli, kitab syarah dan kitab Fan yang memuat dalil-dalil
hadits. Secara teknis, proses pembahasan yang perlu ditempuh
dalam studi dan penelitian hadits sebagai berikut :
a) Dilihat apakah teks hadits tersebut benar-benar sebagai
hadits.
b) Dikenal unsur yang harus ada pada hadits, yakni sanad,
matan, dan rawi.
c) Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi sanad,
matan, dan rawi.
d) Mengetahui kualitas hadits tersebut.
e) Mengetahui hadits itu maqbul (dapat diterima) atau
mardud (tertolak)
f) Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu
diterjemahkan.
g) Memahami asbab wurud hadits (sebab-sebab munculnya
hadits).
h) Mengetahui isi kandungan hadis tersebut.
i) Menganalisis problematika.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Takhrij hadits merupakan kegiatan penelitian suatu hadits baik dari segi
sanad, rawi, maupun matan hadits. Para ulama bangkit dan memperlihatkan
hadits-hadits yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab
As-Sunnah yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari
yang shahih atas yang dhaif. Lalu munculah apa yang dinamakan dengan Kutub
At-Takhrij atau buku-buku takhrij.

Manfaat takhrij hadits sangat besar terutama bagi orang yang mempelajari
hadits dan mendalami ulumul hadits. Dengan adanya pengenalan praktek takhrij al
hadits ini, kita akan mengetahui tentang asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti,
mengetahui ada atau tidaknya syahid atau mutabi pada sanad yang diteliti, dan
mengetahui bagaimana pandangan para ulama tentang keshahihan suatu hadits
masih banyak lagi hal-hal penting yang serta kegunaan lainnya dalam
hubungannya dengan pentakhrij hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Zulheldi. 2001. Memahami Hadits-Hadits Yang Bertentangan. Jakarta: Nuansa


Madani

Yuslem, Nawir. 2006. Sembilan Kitab Induk Hadits. Jakarta: Hijri

Munawwar, Said Agil Husain. 1994. Metode Takhrij Hadits. Semarang: Dina
Utama

Al-Qaththan, Syaikh Manna dan Pen. Mifdhol Abdurrahman. 2005. Pengantar


Studi Ilmu Hadits. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar

Ismail, Syuhudi. 1992. Metode Penelitian Sana Hadits. Jakarta: Bulan Bintang

Ridwan, Mutradi. 2012. Kitab-Kitab Hadits Standar. Malang: UIN Maliki Press

Solahudin, Agus. 2008. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia

Wensick, AJ. 1936. Al-Mujam Al-Fahras Li Al-fadz Al-Hadits Al-Nabawi, juz:


VI. Leiden: EJ. Brill

Zein, Muhammad Mashum. 2007. Ulumul Hadits dan Musthalah Hadits.


Jombang: Al -Syarifah Al-Khodijah

Anda mungkin juga menyukai