Kelompok 13 :
1. Nisrina Imtiyaz (C92217158)
2. Nydia Annisa (C92217167)
Pribadi
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan judul Pengenalan Praktek Takhrij Al Hadits.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Al
Hadits. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zulheldi, Memahami Hadits-Hadits Yang Bertentangan, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), hlm.
26
3. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai
sumber dengan mengikutsertakan metode periwayatannya dan
kualitas haditsnya.
4. Mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli
secara lengkap dengan sanad dan dijelaskan kualitas hadits
yang bersangkutan.2
Dari sekian banyak pengertian takhrij di atas, maka takhrij dapat
diartikan sebuah penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab-
kitab hadits sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di
dalam sumber tersebut dijelaskan secara lengkap matan dan sanad yang
bersangkutan.
2
Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadits, (Jakarta: Hijri, 2006), hlm. 153
3
Said Agil Husain Munawwar, terjemahan buku Metode Takhrij Hadits oleh Abu Muhammad
Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 4-10
dukungan ini dikenal dengan syahid. Jika dukungan itu terdapat pada
bagian perawi tingkat kedua atau ketiga (tingkatan tabiin atau tabiit
tabiin), maka disebut sebagai mutabi.
Dengan demikian, takhrijul al hadits dapat berjalan lancar dan baik
jika peneliti dapat mengetahui asal usul sanad dan matan hadits dari
sumber pengambilannya, sebagaimana juga perlu diketahuinya tentang
syahid dan mutabi dalam periwayatan hadits
C. Urgensi Mentakhrij Hadits
Urgensi takhrij al hadits adalah untuk mengetahui sumber asal hadits yang
ditakhrij, adapun beberapa urgensi dari takhrij al hadits, sebagai berikut:4
1. Mengetahui jalur periwayatan hadits yang akan dikaji.
2. Mengetahui kekuatan riwayat hadits.
3. Mengetahui hadits tersebut shahih, hasan, atau dhaif, dilihat dari segi
sanad, matan, dan rawinya.
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah
tahu bahwa suatu hadits adalah hadits maqbul (dapat diterima). Dan
sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu
hadits adalah mardud (tertolak).
5. Menguatkan keyakinan pada suatu hadits, bahwa hadits tersebut benar-
benar berasal dari Rasulullah SAW dengan menyertakan bukti-bukti
tentang kebenaran hadits tersebut, dari segi sanad, matan dan rawi.
D. Cara Praktek (Metode) Takhrij Al Hadits
Sebelum mengetahui metode takhrij al hadits, baiknya kita
mengetahui objek takhrij al hadits. Setiap hadits memiliki tiga unsur
pokok yang merupakan syarat suatu hadits, yakni sanad (silsilah orang
yang meriwayatkan hadits), matan (materi atau lafazh hadits), rawi (orang
yang meriwayatkan hadits).
Takhrij al hadits adalah penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang
4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pen. Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 205
didalam sumber itu disebutkan secara lengkap sanad dan matan hadis
disertai dengan penjelasan kualitas hadis tersebut.
Dengan demikian, objek kajian takhrij hadits yaitu: rangkaian terhadap
sejumlah periwayat yang menyampaikan riwayat hadits (sanad hadits) dan
materi hadits itu sendiri (matan hadits).5 Teknik melakukan takhrij al
hadits menyerupai foot note (catatan kaki). Hadits-hadits dianalisis
kualifikasinya dengan menunjukkan sumber pengambilan sanad, rawi.6
Berikut metode takhrij al hadits :7
1. Takhrij al-hadits bi al-lafdhiy (menelusuri hadits melalui kata atau
lafal), maksudnya ialah matan hadits yang akan diteliti itu hanya
diketahui sebagian matannya. Jika demikian yang harus dilakukan
seorang peneliti adalah pencarian matan hadits secara menyeluruh. Hal
ini dapat dilakukan melalui kosa kata dari susunan kalimat pada matan,
misalnya saja matan hadits yang diingat adalah ,
maka yang harus dilakukan adalah:
a. Mencari modal awal, misalnya kata saja, sudah dapat
ditelusuri melalui halaman kamus yang memuat lafal , lalu
dicari kata , sehingga dari kamus itu diperoleh petunjuk
bahwa hadits yang sedang diteliti itu memiliki sumber kitab
yang sangat banyak,8 yaitu:
1) Shahih Muslim, dalam kitab Imam, Hadits nomor 78.
2) Sunan Abi Dawud, Kitab Shalat, Hadits nomor 242 dan
kitab Malahim, bab 17.
3) Sunan al-Tirmidzi, kitab Fitan, bab 11.
4) Sunan al-Nasaiy, kitab Iman, bab 17.
5) Sunan Ibnu Majah, kitsb Iqomah, bab 15 dan kitab Finan,
bab 20.
5
Syuhudi Ismail. Metode Penelitian Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41-42
6
Dr. H. A. Mutradi Ridwan, M.A., Studi Kitab-Kitab Hadits Standar, (Malang: UIN Maliki Press,
2012), hlm. 10
7
Agus Solahudin, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlml. 190-192
8
AJ. Wensick, al-Mujam al-Fahras Li al-fadz al-Hadits al-nabawi, Juz: VI, Tahqiq Muhammad
Fuad Abdul Baqi, (Leiden: EJ. Brill, 1936), hlm. 558
6) Musnad Ahmad Ibnu Hanbal, Juz: III, hal. 10, 20, 49 dan
52-53.
b. Mencari semua kata yang termuat di dalam matan masing-
masing kitab, mengingat redaksinya banyak. Hal ini
dimungkinkan ada penambahan kalimat dalam satu matan,
misalnya menelusuri kata:
1) Kata ditemukan didalam Musnad Ahmad ditemukan
adanya tambahan dalam juz III, hal. 92.
2) Kata ,
data yang tercantum dalam kamus terdapat
banyak kesalahan.
3) Kata , dan
data yang ditemukan dalam kamus
justru kurang lengkap.
9
Muhammad Mashum Zein, Ulumul Hadits dan Musthalah Hadits, (Jombang: Al-Syarifah Al-
Khodijah, 2007) hlm. 280
Hadits yang berkaitan dengan Rijal, Jarh Wa Al Tadil, Maan
Al Hadits, Gharib Al Hadits dan lain-lain. Kegiatatn ini
dilakukan oleh mudawwin (kolektor) sejak Nabi Saw sampai
abad III Hijriyah, dan dilakukan oleh para syarih (komentator)
sejak abad IV sampai kini.
3) Takhrij Itibar:
Cara ini sebagai lanjutan dari takhrij tashih. Itibar berarti
mendapatkan informasi dan petunjuk dari literatur, baik kitab
yang asli, kitab syarah dan kitab Fan yang memuat dalil-dalil
hadits. Secara teknis, proses pembahasan yang perlu ditempuh
dalam studi dan penelitian hadits sebagai berikut :
a) Dilihat apakah teks hadits tersebut benar-benar sebagai
hadits.
b) Dikenal unsur yang harus ada pada hadits, yakni sanad,
matan, dan rawi.
c) Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi sanad,
matan, dan rawi.
d) Mengetahui kualitas hadits tersebut.
e) Mengetahui hadits itu maqbul (dapat diterima) atau
mardud (tertolak)
f) Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu
diterjemahkan.
g) Memahami asbab wurud hadits (sebab-sebab munculnya
hadits).
h) Mengetahui isi kandungan hadis tersebut.
i) Menganalisis problematika.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Takhrij hadits merupakan kegiatan penelitian suatu hadits baik dari segi
sanad, rawi, maupun matan hadits. Para ulama bangkit dan memperlihatkan
hadits-hadits yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab
As-Sunnah yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari
yang shahih atas yang dhaif. Lalu munculah apa yang dinamakan dengan Kutub
At-Takhrij atau buku-buku takhrij.
Manfaat takhrij hadits sangat besar terutama bagi orang yang mempelajari
hadits dan mendalami ulumul hadits. Dengan adanya pengenalan praktek takhrij al
hadits ini, kita akan mengetahui tentang asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti,
mengetahui ada atau tidaknya syahid atau mutabi pada sanad yang diteliti, dan
mengetahui bagaimana pandangan para ulama tentang keshahihan suatu hadits
masih banyak lagi hal-hal penting yang serta kegunaan lainnya dalam
hubungannya dengan pentakhrij hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Munawwar, Said Agil Husain. 1994. Metode Takhrij Hadits. Semarang: Dina
Utama
Ismail, Syuhudi. 1992. Metode Penelitian Sana Hadits. Jakarta: Bulan Bintang
Ridwan, Mutradi. 2012. Kitab-Kitab Hadits Standar. Malang: UIN Maliki Press