Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH DOSEN PENGAMPU

ULUMUL HADIST M. Daud Yahya, Dr., S.Ag, M.Ag

TAKHRIJUL HADIST

Oleh :

KELOMPOK X
Nor Ismah (210101010214)
Muhammad Mahyuni (210101010743)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021 M/1443
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Takhrijul Hadist”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Takhrijul
Hadist” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Banjarmasin, November 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Takhrij Hadist..........................................................................2
B. Metode Takhrijul Hadist...........................................................................3
C. Kitab-Kitab yang Diperlukan....................................................................4
D. Manfaat Takhrij Hadis...............................................................................6

BAB III PENUTUPAN..........................................................................................8


A. Kesimpulan................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam setelah Al-Qur’an, hadits di


sampaikan oleh Rosululloh SAW atas petunjuk Alloh SWT, Alloh SWT
memerintahkan Rosul-Nya untuk memberikan penjelasan akan Al-Qur’an yang
diturunkan padanya, Alloh SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44
“keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu
Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan”, [829] Yakni: perintah-
perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
Dengan adanya perintah tersebut, Rosululloh SAW telah menjelaskan Al-
Qur’an pada umatnya secara terperinci maupun secara global, hal itu di
interpretasikan dengan perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang di
tetapkan olehnya, yang mana itu disebut hadits sehingga sempurnalah Al-Qur’an.
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima
merupakan hadits yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita
untuk mengamati hadits tersebut. Apakah hadits maqbul atau mardud, kegiatan
takhrijhadits sangatlah penting. Serta akan menguatkan keyakinan kita untuk
mengamalkan hadits tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama akan membahas
tentang cara penyampaian hadits (takhrij hadits).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Takhrijul Hadist?


2. Bagaimana metode Takhrijul Hadist?
3. Apa saja kitab-kitab yang memuat tentang Takhrijul Hadits ?
4. Apa saja manfaat dari Takhrijul Hadist?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari Takhrijul Hadist?


2. Mengetahui metode Takhrijul Hadist?
3. Mengetahui kitab-kitab yang memuat tentang Takhrijul Hadits ?
4. Mengetahui manfaat dari Takhrijul Hadist?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Hadist

Takhrij menurut lughat barasal dari kata” ‫”خرج‬, yang berarti ‘tampak’ atau
‘jelas. Takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling
berlawanan dalam satu persoalan, namun secara mutlak, ia diartikan oleh para ahli
bahasa dengan arti ‘mengeluarkan’ (al-istinbath), ‘melatih’ atau ‘membiasakan’
(at-tadrib), dan ‘menghadapkan’ (at-taujih).
Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadis di dalam
sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
Takhrij diartikan dalam beberapa pengertian : 1. Sinonim dan ikhraj, yakni
seorang rawi mengutarakan suatu hadits dengan menyebutkan sumber keluarnya
(pemberita) hadits tersebut. 2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab,
kemudian sanad-sanadnya disebutkan. 3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber
(diwan hadits) dengan menyebut mudawinnya serta dijelaskan martabat haditsnya.
Para muhaditsin mengartikan takhrij hadis sebagai berikut:
1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan
metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para
guru hadis, atau berbagai kitab lain yang susunannya dikemukakan
berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa periwayatnya dari
para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber penghasilan.
3. ‘mengeluarkan’, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan
meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam kitab fathul mughits
sebagai berikut, “Takhrij adalah seseorang muhadist mengeluarkan hadis-
hadis dari dalam ajza’, al-masikhat, atau kitab-kitab lainnya.
4. Dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan menyandarkan
hadis tersebut pada kitab sumber asli dengan menyebutkan perawi
penyusunnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber yang asli.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa takhrij meliputi kegiatan :


a. Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan penyampaian)
hadits.
b. Penukilan hadits dari kitab-kitab asal untuk dihimpun dalam suatu kitab
tertentu.
c. Mengutip hadits-hadits dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf,
dan akhlak) dengan menerangkan sanad-sanadnya.
d. Membahas hadits-hadits sampai diketahui martabat kualitas (maqbul-
mardudnya).

2
B. Metode Takhrijul Hadist

1. Metode Takhrij Hadis menurut Lafazh Pertama


Metode Takhrij hadis menurut lafazh pertama, yaitu suatu metode yang
berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan urutan huruf-huruf
hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarianhadis yang di
maksud.
Adapun kitab yang menggunakan metode ini, di antaranya kitab Al-Fami’
As-Shagir Fi Ahadits Al-Basyir An-Nazir, yang disusun oleh Jalaluddin Abu
Fadhil Abd Ar-Rohman Ibn Abi Bakar Muhammad Al-Khudri As-Suyuthi. Dalam
ini, hadis-hadis disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyyah sehingga penvarian
hadis yang dimaksud sangat mudah.
Contohnya hadis Nabi berikut ini,
‫الصَر َع ِة‬
ُّ ِ‫يد ب‬ ِ ‫لَيس الش‬
ُ ‫َّد‬ َ ْ
Untuk mengetahui lafazh dari penggalan matan tersebut, langkah yang
harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal
matanyang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun
oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman
2014 juz IV,bunyi matan hadis yang dicari adalah.
: ‫عن أيب هريرة رضي اهلل عنه أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال‬
‫ب‬
ِ ‫َض‬َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْالغ‬
ُ ِ‫د بِالصُّ َر َع ِة ِإنَّ َما ال َّش ِدي ُد الَّ ِذي يَ ْمل‬hُ ‫ْس ال َّش ِدي‬
َ ‫لَي‬
Dari abu hurairah bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “(Ukuran) orang
yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi
yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu mengusai dirinya
tatkala dia marah.”
Bila hadis itu dikutip dalam karya tulis ilmiah, sesudah lafazh matan dan
nama sahabat periwayat hadis yang bersangkutan ditulis, nama Imam Muslim
disertakan. Biasanya kalimat yang dipakai adalah, (‫)ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ َ
Nama sahabat periwayat hadis dalam contoh di atas adalah Abu Hurairah,
dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak ditulis di awal matan. Kalimat
yang dipakai adalah, ‫َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم عن أبي هريرة‬

2. Metode Takhrij menurut Lafazh-lafazh yang Terdapat dalam Hadis

Metode takhrij hadis menurut lafazh yang terdapat dalam hadis, yaitu
suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis,
baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan
huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian
hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Contohnya hadis sebagai berikut ini.
‫عن علي أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال‬
‫ون َحتَّى َي ْع ِق َل‬
ِ ُ‫صبِ ِّى َحتَّى يَحْ تَلِ َم َوع َِن ْال َمجْ ن‬
َّ ‫ َع ِن النَّاِئ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظَ َو َع ِن ال‬:‫ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة‬

3
Dalam mencari hadis tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-Mu’jam
Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Hadits An-Nabawi, berdasarkan kata kunci ‫ ْالقَلَ ُم‬, ‫ُرفِ َع‬
dan ‫ثَالَثَ ٍة‬.
Kata ‫ ُرفِ َع‬dicari pada juz yang menurut huruf awal (dalam hal ini juz II),
kata ‫ ْالقَلَ ُم‬dicari pada juz yang memuat huruf qaf (dalam hal ini juz V),dan kata
‫ ثَالَثَ ٍة‬dicari pada juz yang memuat huruf tsa (dalam dal ini juz I).

3. Mencari Hadis Berdasarkan Tema


Upaya mencari hadis terkadang tidak didasarkan pada lafazh matan
(materi) hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadis
berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis yang ingin memahami
petunjuk-petunjuk hadis dalam segala konteksnya.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah tertentu dapat ditempuh
dengan cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan hadis, namun berbagai
kitab biasaya tidak menunjukkan teks hadis menurut para periwayatnya masing-
masing. Padahal, untuk memahami topik tertentu petunjuk hadis, diperlukan
pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut periwatnya masing-masing. Dengan
bantuan kamus hadis menurut riwayat dari berbagai periwayat akan mudah
dilakukan. Salah satu kamus hadis itu adalah kitab Miftahu Al- Qunuz As-Sunnah
(Untuk empat belas kitab hadis dan kitab tarikh Nabi).
Dalam pencarian hadis, yang pertama kali harus diketahui adalah temanya.
Adapun tema yang akan kita cari adalah,

‫ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة َع ِن النَّاِئ ِم‬


Telah diangkat kalam (pencatat amal manusia, disebabkan) oleh tiga
keadaan, (yakni) yang tidur sampai bangun…
Jika hadis tersebut dikutip dalam karya tulis ilmiah, sesudah ditulis lafazh
matan dan nama sahabat periwayat hadis yang bersangkutan, disertakan nama
imam yang meriwayatkannya hadis ini adalah At-Tirmidzi) sehingga kalimat yang
dipakai adalah ‫َر َواهُ الرتمذي‬
Nama sahabat periwayat hadis, dalam contoh di atas adalah Imam Ali bin
Abi Thalib, dapat pula ditulis sesudah nama At-Tirmidzi, dan tidak ditulis di awal
matan. Dalam hal ini, kalimat yang dipakai dapat berbunyi,
‫َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم عن علي‬
C. Kitab-Kitab yang Diperlukan

Dalam melakukan takhrij hadis, kita memerlukan kitab-kitab yang


berkaitan dengan takhrij hadis ini. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar Al-Misri At-Tahtawi.
Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam shahih al-
bukhari. Lafazh hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun,

4
hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang dalam Shahih Bukhari tidak
dimuat secara berulang dalam kamus diatas. Dengan demikian, perbedaan lafazh
dalam matan hadis riwayat Al-Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus
tersebut.
2. Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris
Litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz ke-5 dari Kitab Shahih Muslim
yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini merupakan kamus
terhadap juz ke 1-4 yang berisi:
a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat
dalam Shahih Muslim.
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut
abjad serta menerangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh
bukhari bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.

3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab
ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.
Akan tetapi, hadis hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut disusun
menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.

4. Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah


Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin
Sayyid Siddiq Al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-
hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim Al-Asabuni (w.430H)
yang berjudul Hilyatul Auliyai wathabaqatul Asfiyai.
Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut Tartibi Li Ahaditsi
Tarikhil Khatib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad bin
Sayyidb As-Siddiq Al-Qammari yang memuat dan menerangkan hadis-hadis yang
tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin
Ahmad Al-Bagdadi yang dikenal dengan Al-Khatib Al-Bagdadi (w.463H).
Kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang terdiri atas jilid 4.

5. Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi(w.91H).
Kitab kamus hadis ini memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan
kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni kitab Fam’ul Fawami’i.
Hadis yang dimuat dalam kitab Famius Shagir disusun berdasarkan urutan
abjad dari awal lafazh matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis
secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah
mengandung pengertian yang cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang
meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukarij-nya (periwayat
hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu, hampir setiap hadis

5
yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau
disetujui oleh As-Suyuthi.

6. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi


Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Di antara
anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.
Arnold John Wensinck (w. 939 M), seorang profesor bahasa-bahasa Semit,
termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafazh
matan hadis. Berbagai lafazh yang disajikan tidak dibatasi hanya lafazh-lafazh
yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian,
kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad
hadis selama sebagian dari lafazh matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari
hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmizi, Sunan Nasa’I, Sunan Ibnu
Majah, Sunan Darimi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad.

D. Manfaat Takhrij Hadis

Ilmu Takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk
mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan
banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khusnya dalam menetukan kualitas
sanad hadis.
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij.
Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut.
Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut
menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Adapun faedah takhrij hadis ini antara lain:
1. Dapat diketahui banyak-sedikitnya jalur periwayatnya suatu hadis
yang sedang menjadi topik kajian.
2. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah
kekuatan riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain,
kekuatan periwayatan tidak bertambah.
3. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih,
hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, akan dapat
diketahui istilah hadis mutawatir,masyhur,aziz, dan gharibnya.
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamlakn setelah
mengetahui bahwa hadis tersebut adalah makbul (dapat diterima).
Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui
bahwa hadis tersebut mardud (ditolak).

6
5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal
dari Rasulullah SAW. Yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti
yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad
maupun matan.

7
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Secara kharfiah, kata takhrij berasal dari fi’il madhi kharaja yang berarti
mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj
yang berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Adapun secara terminologis,
takhrij al-hadits dipahami sebagai cara penunjukan ke tempat letak hadis pada
sumber yang orisinal takhrijnya berikut sanadnya, kemudian dijelaskan martabat
hadisnya bila diperlukan Dr. Mahmud at-Thahhan menjelaskan bahwa takhrij al
hadis adalah cara penunjukan sumber asli dari suatu hadis, menjelaskan sanadnya
dan menerangkan martabat nilai hadis yang di takhrij. Adapun obyek yang
menjadi pusat kajian takhrij adalah sanad dan matan. Matan juga mesti diteliti lagi
agar diperoleh keniscayaan bahwa dasi atau teks yang ditemukan dari luar kitab
hadis itu benar benar merupakan hadits. Hal tersebut dilakukan karena berbagai
alasan. diantara satu dari sekian alasan meneliti matan adalah untuk menghindari
pemalsuan hadis. secara metodologi, takhrij hadis dapat dilakukan dengan lima
cara, yaitu takhrij dengan cara melacak perawi dari generasi sahabat, takhrij
dengan cara melacak awal kata matan hadis, takhrij dengan cara melacak suku
kata atau potongan matan hadis, takhrij dengan cara melacak tema hadis, dan
takhrij dengan cara mengajak sifat sifat khusus terdapat pada sanad maupun atan
hadis. Adapun langkah langkah teknis yang harus diperhatikan oleh orang yang
hendak melakukan takhrij adalah:
1. Proses tahap dalam melakukan penelitian (takhrij) terhadap sebuah Hadits
seorang peneliti (mukharij) Menentukan teks Hadis atau topik terlebih dahulu.
2. Menentukan atau mengetahui pariwayat (Rawi) Hadis misalnya Ahmad, al
Bukhori, Muslim dan sebagainya.

Selanjutnya mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadis ini adalah


menunjukkan sumber hadis dan menerangkan ditolak atau diterima nya hadis
tersebut. Dengan demikian ada dua hal yang menjadi tujuan terakhir yaitu: untuk
mengetahui sumber dari suatu hadis, dan mengetahui kualitas dari suatu hadis,
apakah dapat diterima atau ditolak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chumaidy, Ahmad Zarkasyi, Takhrij Al-Hadits, Bandung: IAIN Sunan Gunung


Djati, 1990.
Solahudin, Agus, Ulumul Hadis, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Anda mungkin juga menyukai