TAKHRIJUL HADIST
Oleh :
KELOMPOK X
Nor Ismah (210101010214)
Muhammad Mahyuni (210101010743)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Takhrijul Hadist”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Takhrijul
Hadist” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Takhrij Hadist..........................................................................2
B. Metode Takhrijul Hadist...........................................................................3
C. Kitab-Kitab yang Diperlukan....................................................................4
D. Manfaat Takhrij Hadis...............................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Takhrij menurut lughat barasal dari kata” ”خرج, yang berarti ‘tampak’ atau
‘jelas. Takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling
berlawanan dalam satu persoalan, namun secara mutlak, ia diartikan oleh para ahli
bahasa dengan arti ‘mengeluarkan’ (al-istinbath), ‘melatih’ atau ‘membiasakan’
(at-tadrib), dan ‘menghadapkan’ (at-taujih).
Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadis di dalam
sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
Takhrij diartikan dalam beberapa pengertian : 1. Sinonim dan ikhraj, yakni
seorang rawi mengutarakan suatu hadits dengan menyebutkan sumber keluarnya
(pemberita) hadits tersebut. 2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab,
kemudian sanad-sanadnya disebutkan. 3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber
(diwan hadits) dengan menyebut mudawinnya serta dijelaskan martabat haditsnya.
Para muhaditsin mengartikan takhrij hadis sebagai berikut:
1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan
metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para
guru hadis, atau berbagai kitab lain yang susunannya dikemukakan
berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa periwayatnya dari
para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber penghasilan.
3. ‘mengeluarkan’, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan
meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam kitab fathul mughits
sebagai berikut, “Takhrij adalah seseorang muhadist mengeluarkan hadis-
hadis dari dalam ajza’, al-masikhat, atau kitab-kitab lainnya.
4. Dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan menyandarkan
hadis tersebut pada kitab sumber asli dengan menyebutkan perawi
penyusunnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber yang asli.
2
B. Metode Takhrijul Hadist
Metode takhrij hadis menurut lafazh yang terdapat dalam hadis, yaitu
suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis,
baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan
huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian
hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Contohnya hadis sebagai berikut ini.
عن علي أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال
ون َحتَّى َي ْع ِق َل
ِ ُصبِ ِّى َحتَّى يَحْ تَلِ َم َوع َِن ْال َمجْ ن
َّ َع ِن النَّاِئ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظَ َو َع ِن ال:ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة
3
Dalam mencari hadis tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-Mu’jam
Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Hadits An-Nabawi, berdasarkan kata kunci ْالقَلَ ُم, ُرفِ َع
dan ثَالَثَ ٍة.
Kata ُرفِ َعdicari pada juz yang menurut huruf awal (dalam hal ini juz II),
kata ْالقَلَ ُمdicari pada juz yang memuat huruf qaf (dalam hal ini juz V),dan kata
ثَالَثَ ٍةdicari pada juz yang memuat huruf tsa (dalam dal ini juz I).
4
hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang dalam Shahih Bukhari tidak
dimuat secara berulang dalam kamus diatas. Dengan demikian, perbedaan lafazh
dalam matan hadis riwayat Al-Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus
tersebut.
2. Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris
Litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz ke-5 dari Kitab Shahih Muslim
yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini merupakan kamus
terhadap juz ke 1-4 yang berisi:
a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat
dalam Shahih Muslim.
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut
abjad serta menerangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh
bukhari bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab
ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.
Akan tetapi, hadis hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut disusun
menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.
5. Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi(w.91H).
Kitab kamus hadis ini memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan
kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni kitab Fam’ul Fawami’i.
Hadis yang dimuat dalam kitab Famius Shagir disusun berdasarkan urutan
abjad dari awal lafazh matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis
secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah
mengandung pengertian yang cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang
meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukarij-nya (periwayat
hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu, hampir setiap hadis
5
yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau
disetujui oleh As-Suyuthi.
Ilmu Takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk
mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan
banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khusnya dalam menetukan kualitas
sanad hadis.
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij.
Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut.
Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut
menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Adapun faedah takhrij hadis ini antara lain:
1. Dapat diketahui banyak-sedikitnya jalur periwayatnya suatu hadis
yang sedang menjadi topik kajian.
2. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah
kekuatan riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain,
kekuatan periwayatan tidak bertambah.
3. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih,
hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, akan dapat
diketahui istilah hadis mutawatir,masyhur,aziz, dan gharibnya.
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamlakn setelah
mengetahui bahwa hadis tersebut adalah makbul (dapat diterima).
Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui
bahwa hadis tersebut mardud (ditolak).
6
5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal
dari Rasulullah SAW. Yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti
yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad
maupun matan.
7
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Secara kharfiah, kata takhrij berasal dari fi’il madhi kharaja yang berarti
mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj
yang berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Adapun secara terminologis,
takhrij al-hadits dipahami sebagai cara penunjukan ke tempat letak hadis pada
sumber yang orisinal takhrijnya berikut sanadnya, kemudian dijelaskan martabat
hadisnya bila diperlukan Dr. Mahmud at-Thahhan menjelaskan bahwa takhrij al
hadis adalah cara penunjukan sumber asli dari suatu hadis, menjelaskan sanadnya
dan menerangkan martabat nilai hadis yang di takhrij. Adapun obyek yang
menjadi pusat kajian takhrij adalah sanad dan matan. Matan juga mesti diteliti lagi
agar diperoleh keniscayaan bahwa dasi atau teks yang ditemukan dari luar kitab
hadis itu benar benar merupakan hadits. Hal tersebut dilakukan karena berbagai
alasan. diantara satu dari sekian alasan meneliti matan adalah untuk menghindari
pemalsuan hadis. secara metodologi, takhrij hadis dapat dilakukan dengan lima
cara, yaitu takhrij dengan cara melacak perawi dari generasi sahabat, takhrij
dengan cara melacak awal kata matan hadis, takhrij dengan cara melacak suku
kata atau potongan matan hadis, takhrij dengan cara melacak tema hadis, dan
takhrij dengan cara mengajak sifat sifat khusus terdapat pada sanad maupun atan
hadis. Adapun langkah langkah teknis yang harus diperhatikan oleh orang yang
hendak melakukan takhrij adalah:
1. Proses tahap dalam melakukan penelitian (takhrij) terhadap sebuah Hadits
seorang peneliti (mukharij) Menentukan teks Hadis atau topik terlebih dahulu.
2. Menentukan atau mengetahui pariwayat (Rawi) Hadis misalnya Ahmad, al
Bukhori, Muslim dan sebagainya.
8
DAFTAR PUSTAKA