Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pancasila Fajar Rahmadi, M.pd

MAKALAH

PEMBENTUKAN BPUPKI, DETIK- DETIK PROKLAMASI


KEMERDEKAAN INDONESIA, DAN PENGESAHAN PANCASILA DAN
UUD 1945

KELOMPOK 1

Disusun oleh:

Abdul Jalil 210101010750


Aufa Leila Nabilah 210101010217
Muhammad Ainul Yaqin 210101010871
Nor Ismah 210101010214
Siti Maisarah 210101010120

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena


berkat limpahan rahmat-nya kami bisa menyelasaikan makalah yang berjudul
Pembentukan BPUPKI, detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
pengesahan Pancasila dan UUD 1945, makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas makalah Pancasila.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikantepat pada waktunya, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan manfaat dan pengembangan wawasan dan


peningkatan ilmu pengetahuan bagi kiita semua.

Banjarmasin, September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1


A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3


A. Pembentukan Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia..............................................................................................................3
B. Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia............................................4
C. Sejarah Pengesahan Pancasila dan UUD 1945................................................9
BAB III PENUTUPAN .................................................................................................15
Kesimpulan...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

BPUPKI adalah badan yang dibentuk oleh jepang sebagai upaya Jepang
agar Indonesia tidak merlakukan perlawanan terhadap Jepang dan turut membantu
Jepang melawan sekutu.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada


tanggal 17 Agustus tahun 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Peristiwa yang terjadi di Jalan Pengangsaan Timur Nomor 56 Jakarta
tersebut menggema ke seluruh penjuru tanah air tanda berakhirnya masa
penjajahan oleh bangsa asing disaksikan oleh rakyat Indonesia yang ada di
Jakarta. Berita kemerdekaan tersebut lalu di sebarluaskan melalui radio dan
selebran dengan maksud memberitahukan kepada rakyat indoneisa bahwa
Indonesia telah merdeka.

Pancasila sebagai dasar Negara dibentuk setelah menyerap berbagai


pandangan yang berkembang secara demokratis dari para anggota BPUPKI dan
PPKI sebagai pendiri Negara Indonesia merdeka. Apabila dasar Negara Pancasila
dihubungkan dengan cita-cita Negara dan tujuan Negara, maka Pancasila
merupakan ideologi Negara. Setelah melalui proses persidangan dan lobo-lobi
akhirnya rumusan pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil
dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang dasar 1945,
yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar Negara Indonesia pada siding
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah pembentukan BPUPKI?


2. Bagaimana sejarah detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia?

1
3. Bagaimana sejarah pengesahan Pancasila dan UUD 1945?

2
Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pembentukan BPUPKI.
2. Untuk mengetahui sejarah detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejarah pengesahan Pancasila dan UUD 1945.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia

Pembentukan Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI) sangat penting di masa pra proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945. Dari badan inilah Indonesia memiliki dasar Negara yang
perumusannya melalui jalan berliku. BPUPKI bekerja secara maraton hingga
akhirnya mendapatkan hasil yang disepakati bersama melalui sidangnya.
Diawali dari kekalahan telak Dai Nippon dalam Perang Asia Timur Raya,
membuat posisi Jepang sangat rumit termasuk mengambil tindakan di berbagai
wilayah penduduknya. Teruntuk Indonesia, Jepang menyadari wilayah ini
nantinya menjadi sasaran penduduk Sekutu setelah menyudutkam Jepang.
Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Kaiso, lantas menjanjikan
kemerdekaan bagi Indonesia “kelak di kemudian hari”. Namun pernyataan itu
masih ambigu terkait ungkapan “kelak di kemudian hari”. Kaiso berharap dengan
janjinya itu tidak sampai terjadi pemberontakan baru oleh rakyat Indonesia.
Untuk mendukung usulan Kaiso, pada 1 Maret 1945, Kumakichi Hurada
selaku Jenderal Dai Nippon di Jawa menyatakan segera dibentuk badan baru
bernama Dokuritsu Jonbi Cosakai. (George. S. kanahele, The Japanese
Occupation of Indonesia, 1967:`84).
Inilah yang kemudian menjadi waktu lahirnya BPUPKI yang merupakan
nama lain dari Dokuritsu Junbi Cosakai. Awalnya sebenarnya akal-akalan Jepang
saja untuk janji kemerdekaan. Namun akhirnya diresmikan pada 2 april 1945 dan
anggotanya dilantik 28 Mei 1945. Susunan anggotanya masih dipengaruhi jepang.
Dalma tubuh BPUPKI terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico
(ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota.
Ketua BPUPKI dijabat oleh Radjiman Wediodeningrat yang merupakan
penggagas organisasi Bud Utomo. Ketua Muda diserahkna pada Raden Pandji
Soeroso dan Ichibangase Yoshio sebagai wakil Jepang Lalu, 59 anggota
didominasi orang Indonesia termasuk 4 orang golongan Cina, 1 orang golongan

3
Arab dan 1 orang peranakan Belanda. Ada pula 8 orang sebagai anggota
kehormatan yang tidak punya suara tapi boleh ikut bersidang.
Selama masa kerja yang hanya beberapa bulan, BPUPKI melaksanan dua
kali sidang resmi yaitu 29 Mei- 1 Juni 1945 dan 10-17 Julil 1945. Sementara
sidang tidak resminya dilakukan saat merasa reses 2 Juni- 9 Juli 1945 yang
dihadiri 38 anggota saja.
Pada sidang pertama BPUPKI, dibahas mengenai dasar Negara, dalam buku
ajar PPKn kelas VII Kemendikbud 2017, disebutkan para tokoh pendiri bangsa
saling merumuskan dasar Negara dan berbeda satu sama lain. Namun ada
persamaan dari sisi materi dan semangat di dalamnya.
Ada 12 anggota berpidato pada sidang pertama, Muhammad Yamin adalah
salah satunya yang menyampaikan 5 asas dasar Negara yaitu Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesajahteraan Rakyat.
Sementara itu Mr. Soepomo tutrut memberikan rumusannya di hari ketiga sidang
dengan judul rumusan “Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Isinya adalah
Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musywarah serta Keadlian
Sosial. Lalu, pada 1 Juni 1945 atau hari terakhir, Ir. Soekarno menyampaikan
rumusan lima sila. Isinya Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

B. Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada pukul 05.00 (waktu jawa pada zaman Jepang) fajar 17 Agustus 1945,
para pemimpin Indonesia dan para pemimpin pemuda keluar dari ruangan rumah
Laksamana Maeda dengan diliputi oleh kebangsaan. Mereka pulang ke rumah
masing-masing setelah berhasil merumusakan Proklamasi bagi kemerdekaan
Indonesia. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah
Ir. Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Bo. 56 (sekarang jalan Proklamasi,
Gedung Perintis kemerdekaan), pada pukul 10.30 (waktu Jawa pada zaman
Jepang) atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung Hatta berpesan
kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor berita terutama B. M.
Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.

4
Di antara mereka adalah para pemuda yang bermarkas di jalan Bogor
Lama (sekarang Jalan Dr. Suhardjo SH) dari kelompok Sukarni. Malam itu
mereka melakuakn rapat rahasia di Kepu (Kemayoran), kemudian pindah ke
Defensielijn van den Bosch (sekarang Jalan Bungur Besar) untuk mengatur
pelaksanaan dan cara penyiaran berita Proklamasi. Semua alat komunikasi yang
ada akan dipergunakan untuk maksud itu. Pamphlet, pengeras suara, dan mobil
akan dikerahkan ke segenap penjuru kota. Diusahakan juga pengerahan massa
untuk mendengarkan pembacaan Proklamasi di Pegangsaan Timur No. 56.

Tanpa diduga oleh siapa pun pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945,
barisan pemuda datang berbondong-bondong menuju ke Lapangan Ikada di sudut
tenggara Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang sekarang. Rupanya pihak
Jepang telah mencium kegiatan para pemuda malam itu, karena itu mereka
berusaha untuk menghalang-halanginya. Lapangan Ikada telah dijaga oleh
pasukan-pasukan Jepang yang bersenjata lengkap. Para pemuda datang ke tempat
itu karena informasi dari kawan-kawannya yang disampaikan secara beranting
dari mulut ke mulut bahwa Proklamasi akan diucapkan di Lapangan Ikada.
Ternyata Proklamasi tidak diadakan di Lapangan Ikada, tetapi di Pegangsaan
Timur 56. Pemimpin barisan pelopor Sudiro juga pergi ke Lapangan Ikada dan
melihat pasukan-pasukan Jepang menjaga lapangan itu. Ia segera kembali dan
melaporkan hal itu kepada dr. Muwardi, kepala keamanan Ir. Sukarno pada waktu
itu. Ia mendapat penjelasan bahwa Proklamasi tidak diadakan di Ikada melainkan
di Pegangsaan Timur 56. Ia segera kembali ke Ikada untuk memberitahukan hal
itu kepada anak buahnya.

Pada pagi hari itu juga rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa
pemuda yang berbaris secara teratur dan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara
pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta kepada Cudanco Latief
Hendraningrat untuk menugaskan beberapa orang anak buahnya berjaga-jaga di
sekitar rumah Ir. Sukarno.

Sementara itu persiapan di Pegangsaan Timur sendri cukup sibuk, Wakil


walikota Suwirjop memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, yaitu mikrofon dan beberapa pengeras suara. Mr.

5
Wilopo dan Nyonoprawoto pergi ke rumah Gumnawan pemilik took radio Satria
di Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara. Gunawan
mengijinkan dan mengirim seorang pemuda kepercayaannya untuk melayani
penggunaannya.

Sedangkan Sudiro (yang pada waktu itu merangkap sebagai sekertaris Ir.
Sukarno) memerintahkan kepada S. Suhud Komandan Pengawal Rumah Ir.
Sukarno (yang memangku jabatan Pemimpin Besar Barisan Pelopor), untuk
menyiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang Suhud tidak ingat
bahwa di depan rumah masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak
digunakan. Ia tidak ingat sama sekali untuk memindahkankan salah satu tiang itu.
Malahan ia mencari satu batang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu
itu dibersihkan dan diberi tali, lalu di tanam beberapa langkah dari teras. Bendera
yang dijahit dengan tangan yang akan dikibarkan, sudah disiapkan oleh Nyonya
Fatmawati Sukarno. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya
berukuran tidak sempurna. Memang kain itu tidak disiapkan untuk bendera, tetapi
keperluan lain. Sebagaimana yang telah disepakati semula para pemimpin bangsa
Indonesia menjelang pukul 10.30 telah berdatangan ke Pegangsaan Timur. Di
antara mereka adalah dr. Buntaran Martoatmojo, Mr. A.A. Maramis, Mr.
Latuharhary, Abikusno Tjokrosuyoso, Anwar Tjokroaminoto, Harsono
Tjokromaminoto, Oto Iskandardinata, Ki Hajat Dewantara, Sam Ratu Langie,
K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, Sajuti Melik, Pandu Kartawiguna, M. Abrani, dr.
Muwardi, A.G. Pringgodigdo, dan lain-lain.

Adapun acara yang ditentukan dalam upacara itu, diatur sebagai berikut;
Pertama, pembacaan Proklamasi;
Kedua, pengibaran Bendera Merah Putih;
Ketiga, sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Para pemuda yang berdiri menunggu sejak pagi hari sudah mulai tidak
sabar lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar
pembacaan Proklamasi segera dilakukan. Mereka mendesar dr. Muwardi agar
segera mengingatkan Ir. Sukarno, setelah dibukakan pintu, ia menyampaikan
keinginan para pemuda. Bung Karno menolak desakan para pemuda itu. Ia

6
menyatakan bahwa ia tidak mungkin melakukannya sendiri tanpa hadirnya Drs.
Moh. Hatta. Ia harus menunggu hadirnya Hatta. Dr. Muwardi masih mendesak
terus, dan menyatakan bahwa hal itu lebih baik dikerjakan oleh Ir. Sukarno sendiri
saja tanpa kehadiran Bung Hatta. Karena naskah Proklamasi toh sudah
ditandatangani berdua. Karena didesak juga Ir. Sukarno menjawab dengan nada
marah “saya tidak akan membacakan Proklamasi kalau Hatta tidak ada. Kalau
Mas Muwardi tidak mau menunggu, silahkan membaca Proklamasi sendiri”.

Justru pada saat itu dari halaman luar terdengar suara-suara berseru: “Bung
Hatta datang”. Lima menit sebelum acara di mulai, Hatta datang. Ia berpakaian
putih-putih, dan langsung menuju ke kamar Sukarno. Sambil menyambut
kedatangan Hatta, Sukarno bangkit dari tempat tidurnya dan lansung berpakaian.
Juga ia mengenakan setelan putih-putih.

Beberapa menit sebelum pukul 10.30 (waktu Jawa pada jaman Jepang)
Cudanco Latief Hendraningrat mengetuk pintu kamar Ir. Sukarno dan setelah
dibukakan pintu bertanya: “Apakah Bung Karno sudah siap?”. Kedua pemimpin
itu mengangguk, lalu keluar menuju tempat yang tersedia, diiringi oleh Nyonya
Fatmawati Sukarno. Upacara berlansung tanpa protocol. Segera Latief memberi
aba-aba kepada seluruh barisan pemuda, yang telah menunggu sejak pagi. Semua
berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief mempersilahkan Ir. Sukarno, Sukarno
dan Hatta maju beberapa langkah dari tempatnya semula.sukarno mendekati
mikrofon. Dengan suara yang mantap dan jelas ia mengucapakan pidato
pendahuluan yang singkat sebelum membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
dan pukul 10.00 WIB Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya, yang berbunyi:

Saudara-saudara sekalian!
Saya sudah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu
peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk
kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi
kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naik da nada turun, tetapi jiwa kita
tetap menuju kearah cita-cita.

7
Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan
nasional tidak henti-henti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita
menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun
tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil
nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-
pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu seia
sekata berpendapat, bahwa sekaranglah dating saatnya untuk menyatakan
kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarlah proklamasi kami.
PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l, , diselenggarakan dengan
tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta

Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menjusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, merdeka, kekal abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
Upacara pembacaan teks proklamasi tersebut dilanjutkan dengan
pengibaran bendera merah putih yang dilakukan oleh S. Suhud dan Latif
Hendraningrat. Pada saat bendera dikibarkan secara spontan para hadirin
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seusai pengibaran bendera diteruskan dengan

8
sambutan Walikota Jakarta Suwirjo dan dr. Muwardi. Meskipun dilaksanakan
dengan sangat sederhana, namun acara tersebut membawa perubahan yang luar
biasa bagi kehidupan bangsa Indonesia.

C. Sejarah Pengesahan Pancasila dan UUD 1945

1. Pengesahan Pancasila
Menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya.
Jepang banyak menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada
bangsa Indonesia dengan membuat suatu janji bahwa Jepang akan memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri
Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.
Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn Siswa
2017, janji yang ditawarkan adalah Jepang akan membentuk Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa
Jepang dikenal dengan nama Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai. Hal ini direalisasikan
oleh Kaiso pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 62 orang.
Diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat, anggota BPUPKI terdiri dari dua
wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso, tokoh-tokoh
bangsa Indonesia dan tujuh orang anggota perwakilan dari Jepang.
Secara garis besar, tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan menyusun
rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. Maklumat yang sama
memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal penting terkait politik,
ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan
bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia
(Asia Raya, 29 April 1945).
BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali
sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945 yang membahas tentang dasar negara. Pada sidang tidak
resmi, BPUPKI membahas perancangan Undang-Undang Dasar 1945 yang
dipimpin Soekarno dan dihadiri oleh hanya 38 orang.
Sidang BPUPKI I (29 Mei-1 Juni 1945)
Mengutip "Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan
Proklamasi" oleh Darsita, dalam sidang yang pertama, hari pertama, 29 Mei 1945
bahwa Indonesia membutuhkan dasar negara.
Para tokoh-tokoh pendiri negara mulai mengusulkan rumusan dasar negara
yang isinya berbeda-beda namun tetap memiliki persamaan yaitu didasari oleh
gagasan besar bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia.

9
Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya adalah Mohammad
Yamin. Disini, ia mengemukakan bahwa dasar negara terdiri dari 5 asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Kemudian, pada hari ketiga sidang pertama, 31 Mei 1945, Soepomo
mengemukakan pendapat dalam pidatonya yang menyatakan bahwa negara
Indonesia merdeka adalah dengan mengatasi segala golongan dan pemahaman
untuk mempersatukan lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini, dirumuskan dalam 5
poin yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada hari terakhir dari sidang pertama, 1 Juni 1945, Soekarno turut
mengemukakan pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi nama Pancasila
atas usulan dari seorang teman, ahli bahasa. Rumusan dasar negara dalam 5 sila
tersebut, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Sidang BPUPKI II (10-16 Juni 1945)
Setelah sidang pertama selesai, Indonesia belum mencapai kesepakatan
akhir. Karena hal itu, BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 9
orang, di bawah pimpinan Soekarno, dengan anggota terdiri atas Ki Bagoes
Hadikoesoemo, Wachid Hasjim, Muhammad Yamin, Abdulkahar Muzakir,
Sutardjo Kartohadikoesoemo, A.A Maramis, Otto Iskandardinata dan Mohammad
Hatta.
Dalam buku "Aku Warga Negara Indonesia untuk SD/MI Kelas VI" karya
Ika Kartika Sari dan Elly Malihah Setiadi disebutkan, panitia yang diberi nama
Panitia Sembilan ini, dibentuk dengan tujuan merumuskan rumusan-rumusan
yang telah dibicarakan agar menjadi kesepakatan yang lebih jelas.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diadakan sidang kedua pada 10 Juni
sampai dengan 16 Juni 1945. Setelah melewati pelbagai pertimbangan dan
diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia

10
merdeka yang diberi nama Piagam Jakarta oleh M. Yamin yang didalamnya
berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
berakhirnya kerja BPUPKI pada 7 Agustus 1945, dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 9 Agustus 1945. Diketuai
Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta, PPKI bertujuan untuk mempercepat
persiapan kemerdekaan Indonesia.
Panitia ini beranggotakan 21 orang yang semua anggotanya terdiri 12 orang
Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa
Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang peranakan Tionghoa. Namun tanpa
sepengetahuan Jepang, Soekarno menambah 6 orang lagi, sehingga total ada 27
anggota.
Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu, disitulah Indonesia mengambil
kesempatan untuk mendeklarasikan kemerdekaan yang sebelumnya dijanjikan
oleh Jepang pada 24 Agustus 1945.
Dengan merdekanya Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil
merumuskan dan menyesahkan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945, bunyinya:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945


Untuk menyempurnakan Negara yang kemerdekaannya telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 18 Agustus
1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bersidang dan berhasil
menetapkan dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar, hasil karya
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan
beberapa perubhan dan tambahan serta pula berhasil memillih Presiden dan Wakil
Presiden, maing-masing Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta. Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang bersidang pada tanggal 18 Agustus 1945
ini, walaupun sebagian terbesar anggota-anggotanya adalah melanjutkan anggota-

11
anggota yang dahulu diangkat oleh Pemerintah Jepang, tetapi tidak berarti bahwa
Panitia ini bersidang atas kekuatan Pemerintah Jepang. Sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 adalah diadakan diatas tanggung jawab Bangsa Indonesia sendiri.
Hal ini terbukti bahwa jumlah anggota yang semula jumlahnya 21 orang anggota
atas tanggung jawab sendiri berjumlah 27 orang anggota. Ketua dan Wakil Ketua
tetap Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta. (Joeniarto 2001: 27).
Dalam sidang inilah berhasil ditetapkan dan disahkan Rancangan
Undangundang Dasar tersebut di atas menjadi Undang-undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan beberapa perubahan dan tambahan. Semua
pembicaraan-pembicaraan, naskah-naskah dan putusan-putusan yang mengenai
Undang-Undang Dasar dan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, merupakan bahan yang sangat
berharga dalam penafsiran serta penyelidikan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahkan lebih daripada a itu telah dihasilkan sebuah piagam penting yang dikenal
dengan “Piagam Jakarta”, tanggal 22 Juni 1945, seperti nanti setelah kita kembali
ke Undang-Undang Dasar 1945, oleh Dekrit 5 Juli 1959 sendiri diakui di dalam
bagian konsideransnya, bahwa Piagam ini adalah menjawa serta merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian di atas
bahwa perencanaan terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan, sedangkan
Penetapan dan pengesahannya terjadi sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
a. Undang-undang Dasar 1945
1. Undang-undang Dasar 1945 isinya adalah merupakan usaha dan tambahan
Rancangan Undang-Undang Dasar hasil karya Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan
Apabila anda ingin mengetahui tentang Perubahan dan tambahan Prof. Mr.
H. Muhammad Yamin di dalam bukunya antara lain mengemukakan sebagai
berikut:
Dalam mengesahkan Rancangan UUD Republik Indonesia, rapat Panitia
mengambil rancangan UUD sebagai pola konstitusi yang dirumuskan oleh Panitia
Perancang dalam rapatnya pada tanggal 16 Juli 1945 dengan menetapkan
beberapa peerubahan dan tambahan yang dianggap perlu oleh rapat Panitia pada
tanggal 18 Agustus 1945, yaitu:
1. Mukadimah atau kata Pembukaan UUD ditetaokan seperti berbunyi
sekarang ini pada permulaan Konstitusi 1945. Rancanhgan Pernyataan
Indonesia serta kata Pembukaan yang lama menurut rancangan tanggal
16 Juli 1945 di hapuskan.
2. Diadakan tambahan dan perubahan dalam beberapa pasal pasal
3. Menambahkan kepada Rancangan Undang-Undang Dasar bertanggal 16
Juli 1945 dan tambahan itu disahkan:
a. Bab XVI pasal 37 tentang perubahan nUndang-Undang Dasar.

12
b. Aturan Perakihan pasal 1-IV.
c. Aturan Tambahan ayat 1 dan 2.
Setelah mengadakan perubahan dan tambahan di atas maka
UndangUndang Dasar Republik Indonesia disahkan seluruhnya dengan
surat bulat dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada
pukul 1.45 tanggal 18 bulan Agustus yaitu dalam bulan puasa Ramadhan
tahun 1945.
b. Undang Undang Dasar terdiri dari tiga bagian Undang-undang Dasar 1945
terdiri dari tiga bagian yaitu Bagian Pembukaan, Bagian Batang Tubuh
Undang Undang Dasar dan Bagian Penutup.
1. Bagian Pembuka
2. Bagian Batang Tubuh Undang-undang Dasar
3. Bagian Penutup Bagian Penutup ini terdiri dari Aturan Peralihan dan
Aturan Tambahan.
a. Aturan Peralihan terdiri dari empat pasal yaitu pasal I s.d. IV.
b. Aturan Tambahan terdiri dari dua ayat.

13
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Pemerintah penduduk jepang meresmikan BPUPKI pada 1 Maret1945,


dengan tujuan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, jepang
memiliki maksud lain, mereka hanya ingin menarik simpatik rakyat Indonesia
untuk melawan sekutu.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari jum’at, 17


Agustus 1945, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs.
Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin
Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Naskah Proklamasi
ditandatangani oleh Sukarno yang menuliskan namanya sebagai “Soekarno”
menggunakan portografi Belanda dan Muhammad Hatta, yang kemudian ditunjuk
sebagaia Presiden dan Wakil Presiden berturut-turut sehari setelah Proklamasi
dibacakan.

Proses perumusan dan Pengesahan Pancasil sebagai dasar Negara dan


Undang-Undang Dasar Negara sebagai Hukum Dasar Negara atau Konstitusi
merupakan perjuangan yang tidak mudah dan telah berbuah hasil dengan
berdirinya Negara Republik Indonesia. Proses yang dilakukan dengan kerja keras
para pendiri Negara kita pada sidang BPUPKI pertama , sidang BPUPKI kedua
Piagam Jakarta dan sidang PPKI. PPKI berhasil merumuskan dan mengesahkan
dasar Negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada
18 Agustus 1945.

14
DAFTAR PUSTAKA

Choirul Anwar, Ilham, 25 Februari 2021

Setiani, Puspita Pebri, Sejarah Indonesia Kontemporer, Malang: IKIP Budi


Utomo,2017.

https://tirto.id./proses-perumusan-pancasila-sebagai-dasar-negara-diawali-bpupki-
gaCx

https://masgun.blog.unnes.ac.id/wp-content/uploads/sites/2821/2017/02/HANA-
MIROH-Y.pdf

https://www.academia.edu?7933520?Sejarah_Pembentukan_BPUPKI

15

Anda mungkin juga menyukai