PANCASILA
“HARI LAHIR PANCASILA DAN
PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI”
Disusun Oleh :
Afifah Dwiana Putri (2200013124)
Keysha Alyaa Al Fitri (2200013107)
Keisha Davina Adira (2200013097)
Muthia Nadia Rumsari (2200013082)
Veti Septiar (2200013084)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Lisa Retnasari,S.Pd.,M.Pd dan rekan-rekan sekalian.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. Kronologi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.............................................................5
a. Awal terbentuknya BPUPKI....................................................................................................5
b. Sidang BPUPKI........................................................................................................................5
B. Kronologi Perumusan Naskah Proklamasi.................................................................................7
C. Hubungan perumusan Pancasila dan proklamasi dengan masa saat ini....................................9
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila ialah ideologi yang dianut bangsa Indonesia, dan juga pedoman dalam
berbangsa dan bernegara untuk rakyat dan telah menjadi bingkai persatuan Indonesia.
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu panca dan sila. Panca berarti lima dan sila
berarti asas. Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
tingkah laku yang baik. Nilai yang terdapat di tiap-tiap silanya bersumber dari nilai
agama, istiadat, dan kebudayaan.
Naskah proklamasi yang dirumuskan setelah melewati proses yang panjang dan tidak
mudah. Kekalahan Jepang melawan sekutu Barat melatarbelakangi perumusan dasar
Negara dan naskah proklamasi, hingga dibentuknya beberapa panitia untuk
mempersiapkan kemerdekaan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Para pembaca dan penulis dapat memahami lebih dalam mengenai sejarah
perumusan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
2. Para pembaca dan penulis dapat memahami lebih dalam mengenai sejarah
perumusan naskah prioklamasi.
3. Para pembaca dan penulis mengetahui hubungan perumusan pancasila dan
proklamasi dengan masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah menghadapi kekalahan melawan sekutu Barat dan mulai merasa terdesak
Jepang ingin menarik simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia yaitu, dengan
menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia kemudian hari. Pada tanggal 1
Maret 1945, Kumakichi Harada selaku Jenderal pemerintah Jepang yang membawahi
Jawa, mengumumkan bahwa akan dibentuk suatu badan yang mengawasi persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan ( BPUPK ). BPUPK baru resmi dibentuk pada 29 April 1945
dengan Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua, R.P Soeroso sebagai wakil
ketua, serta 67 orang anggota lainnya.
b. Sidang BPUPKI
Sidang pertama BPUPK dilaksanakan selama 4 hari, yaitu 29 Mei 1945-1 Juni 1946.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin menyampaikan usulannya, kemudian dilanjut
oleh Prof. Soepome pada tanggal 31 Mei 1945, lalu ditutup dengan Ir. Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945.
Dalam pidatonya, Moh. Yamin tidak langsung menguraikan tentang rincian sila-
sila Pancasila, terutama dalam hubungannya dengan dasar Negara Republik
Indonesia. Bahkan dalam pidatonya beliau masih mencampurkan antara dasar
Negara, bentuk Negara, peradaban, serta tujuan kemerdekaan. Kemudian pada
akhirnya kesimpulan dari pidato yang disampaikan Moh. Yamin, mengusulkan 5
dasar Indonesia yaitu:
1) Peri Kebangsaan.
2) Peri Kemanusiaan.
3) Peri Ketuhanan.
4) Peri Kerakyatan.
5) Kesejahteraan Rakyat.
Begitu pula dalam pidato Prof. Soepomo, lebih menekankan pada karakteristik
Negara persatuan, dan kebersamaan atau yang biasa dikenal sebagai paham
integralistik. Beliau juga menjelaskan dalam pidatonya mengenai kenegaraan secara
yuridis, politis, dan sosiologis. Sama halnya dengan yang dilakukan Moh. Yamin, Prof.
Soepomo memberikan 5 usulan yaitu:
1) Persatuan hidup.
2) Kekeluargaan.
3) Keseimbangan lahir batin.
4) Kekeluargaan.
5) Gotong royong.
Pada tanggal 1 juni 1945 barulah Ir. Soekarno berpidato, dalam pidatonya beliau
memformulasikan secara lengkap mengenai rumusan dasar Negara. Ir. Soekarno
menyampaikan pidatonya dalam sidang tersebut secara lisan tanpa teks. Beliau
mengusulkan dasar Negara yang terdiri atas 5 prinsip yang rumusannya adalah
sebagai berikut:
Untuk mewujudkan rumusan dasar Negara tersebut dibentuklah panitia kecil yang
disebut “ Panitia Sembilan “ yang beranggotakan Ir. Soekarno, Wachid Hasyim, Mr.
Moh. Yamin, Mr. Maramis, Drs. Moh. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul Kahar
Muzakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, H. Agus Salim. Panitia Sembilan mengadakan
pertemuan untuk mecapai suatu hasil yang baik yaitu persetujuan antara golongan
Islam dengan golongan kebangsaan.
Setelah bekerja keras dan melewati proses yang cukup panjang, pada tanggal 22
Juni 1945 panitia Sembilan berhasilkan merumuskan sebuah naskah yang diberi
nama Piagam Jakarta oleh Moh. Yamin, yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila yaitu:
Namun, bunyi sila pertama yang terdapat pada piagam Jakarta terkesan hanya
berpihak kepada pemeluk agama Islam saja sehingga pada saat itu beberapa
pemeluk atau penganut agama lain tidak merasa terikat dengan dasar Negara
tersebut, sehingga kembali diadakannya pertemuan serta rapat dengan beberapa
tokoh agama.
Golongan tua yang diwakili Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ingin merundingkan
terlebih dahulu dengan tokoh-tokoh yang lain sedangkan golongan muda yang
diwakili oleh Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni ingin segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia saat itu juga.
Akhirnya karena ingin mencapai tujuan golongan muda, pada tanggal 16 agustus
1945 terjadilah peristiwa Rengasdengklok dan menculik Soekarno dan Hatta oleh
pasukan PETA (PEmbela Tanah Air) di bawah pimpinan Singgih untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Beberapa orang yang diculik pada
peristiwa Rengasdengklok di antaranya Soekarno, Moh. Hatta, Fatmawati, dan
Guntur. Sesampainya Soekarno dan rombongan di Rengasdengklok, mereka di
tempatkan di rumah Djiaw Kie Siong, hal ini dilakukan untuk menjauhkan pengaruh
Jepang terhadap Soekarno dan Moh. Hatta dalam perumusan naskah proklamasi.
Dikarenakan hilangnya Soekarno dan Hatta secara tiba- tiba, Ahmad Soebardjo
memberitahukan hal ini kepada Laksamana Maeda. Mendengar hal itu, Laksamana
Maeda memerintahkan Nishijima untuk mencari Soekarno dan Hatta. Ahmad
Soebardjo, Yusuf Kunto, dan Sudiro akhirnya menjemput Soekarno dan Hatta di
Rengasdengklok menggunakan mobil Ahmad Subardjo. Dari Rengasdengklok,
rombongan ini menuju Jakarta dengan tujuan pertama yaitu kediaman Soekarno
dilanjutkan dengan kediaman Hatta untuk melakukan rapat di hotel. Tetapi
dikarenakan jam malam, pihak hotel tidak dapat memberikan ruang rapat. Setelah
mendengar kabar itu, Ahmad Soebardjo pun menghubungi Laksamana Maeda untuk
menyiapkan ruang rapat untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.
Laksamana Maeda pun menyetujuinya dan mengantarkan Soekarno Hatta bertemu
kepala pemerintahan militer Jepang yaitu Muichiro Yamamoto. Namun Muichiro
menolak, maka hanya Jendral Nishimura yang merupakan kepala departemen
urusan pemerintahan Jepang yang bisa ditemui. Tetapi Jendral Nishimura
menyampaikan kabar dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo dan tidak
dapat memberikan izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Mendengar hal itu terjadi perdebatan dan akhirnya kembali ke kediaman Maeda
dengan perasaan kecewa, sampai di sana Maeda menyambut mereka dan
mempersilahkan ketiga tokoh ini untuk berada di rumahnya. Selama mereka berada
di kediaman Maeda, ketiga tokoh ini melanjutkan mempersiapkan naskah proklamasi
kemerdekaan Indonesia di ruang makan. Mereka berdiskusi tentang teks proklamasi
yang ditulis oleh Soekarno di atas kertas. Kalimat pertama yang dihasilkan dari ketiga
tokoh tersebut adalah kami bangsa Indonesia, kemerdekaan Indonesia.
Setelah berdiskusi panjang, sekitar pukul empat pagi naskah proklamasi telah
diselesaikan. Konsep naskah dibacakan oleh Soekarno di depan para hadirin, setelah
pembacaan konsep naskah proklamasi tersebut, para hadirin yang berada di
kediaman Maeda pun bersorak dan menyetujui konsep naskah proklamasi. Namun,
terdapat pertentangan tentang pendatanganan naskah proklamasi, di antara hadirin
yang hadir yang mengusulkan tentang penandatanganan yaitu Dr. Teuku
Muhammad Hasan mengajukan usulan jika yang menandatangani adalah semua
hadirin yang dating pada rapat tersebut atau membagi kelompok yang hadir dan
setiap kelompok diwakili satu orang untuk menandatangani naskah proklamasi
tersebut atau hanya ketua dan wakil ketua saja yang menandatangani, selanjutnya
Chairul Saleh berpendapat jika naskah proklamasi tersebut sebaiknya ditandatangai
oleh Soekarno dan Hatta, pendapat Chairul Saleh tersebut disetujui oleh Sukarni dan
semua anggota rapat yang hadir.
Pagi hari, tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh
seluruh rakyat Indonesia, di mana di hari itu, Indonesia akan menyatakan
kemerdekaannya. Naskah proklamasi direncanakan akan dibacakan di Lapangan
Ikada, namun karena khawatir akan adanya kerusuhan, diputuskan pembacaan
naskah proklamasi di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56,
Jakarta. Pukul 10.00 WIB proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno yang
didampingi oleh Hatta dan pengibaran bendera merah putih oleh Latief
Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Trimurti. Untuk menyebarkan berita
kemerdekaan tersebut, B.M Diah segera memperbanyak cetakan naskah proklamasi
dan menyebarkan naskah tersebut ke seluruh Indonesia, sedangkan para pemuda
yang dipimpin oleh Syahrudin yang bekerja di kantor berita Domei menyebarkan
berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia melalui telegrafis. Sore harinya,
radio Jakarta yang dikenal dengan radio Jakarta Hoso Kyoku atas usaha Yusuf
Ronodipuro dapat menyiarkan berita kemerdekaan.
Yaitu Dengan adanya tekad untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, serta di dasari
asas Pancasila hubungan antara proklamasi, untuk masa saat ini adalah untuk
kesatuan bangsa dengan tidak membedakan suku, ras, dan agama. dengan adanya
Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia ialah sebagai rasa tanggung jawab,
persatuan, kesatuan, dan kebersamaan nasionalis.
Maka dari itu hubungan antara proklamasi dan pancasila mempunyai hubungan
yang erat karena hubungan antara proklamasi dan pancasila dapat di terapkan di
kehidupan sehari hari. Karena adanya bentuk kepedulian, kekeluargaan, dan gotong
royong.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan