Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MERAIH KEMERDEKAAN: PERJUANGAN PROKLAMASI


BANGSA INDONESIA DARI PENJAJAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Pengantar Ilmu Sejarah

Dosen Pengampu:
Dra. Munawiah, M.Hum.

Disusun Oleh :
ANWAR SYAWALI FITRA : 220501045

PRODI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Meraih Kemerdekaan: Perjuangan Proklamasi Bangsa Indonesia dari Penjajahan”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Dra. Munawiah, M.Hum.. Pada mata kuliah pengantar ilmu sejarah, selain
itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan para
pembaca.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam hal yang maksimal tersebut tentu masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Banda Aceh, 08 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................1
BAB II..................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Persiapan Kemerdekaan..............................................................2
B. Jepang Menyerah Kalah Kepada Sekutu...................................4
C. Peristiwa Rengasdengklok...........................................................5
D. Proklamasi Hingga Tersebarnya Berita Kemerdekaan
Indonesia..............................................................................................8
BAB III...............................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................12
1.4 Kesimpulan............................................................................12
DAFTAR PUSAKA...........................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17
Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang,
yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Peristiwa penting itu
membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia. Dengan dibacakannya
proklamasi, Indonesia menyatakan telah terbebas dari masa penjajahan.
Proklamasi juga dapat dijadikan sebagai tonggak baru kehidupan Indonesia dalam
segala aspek kehidupan. Pada momen ini, jiwa dan semangat nasionalisme
masyarakat semakin berkobar dalam diri. Perjuangan kemerdekaan Indonesia dari
masa kolonial hingga perumusan dan pembacaan proklamasi sangatlah panjang.
Karena itu, kemerdekaan memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan makalah ini, maka penyusun
merumuskan masalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana persiapan kemerdekaan Indonesia?
2. Apa yang menyebabkan Jepang menyerah kalah pada sekutu?
3. Bagaimana terjadinya peristiwa Rengasdengklok?
4. Bagaimana perumusan teks proklamasi hingga tersebarnya berita
kemerdekaan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persiapan kemerdekaan Indonesia
2. Untuk mengetahui penyebab Jepang menyerah kalah pada sekutu
3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya peristiwa Rengasdengklok

1
4. Untuk mengetahui perumusan teks proklamasi hingga tersebarnya
berita kemerdekaan Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

D. Persiapan Kemerdekaan
Persiapan kemerdekaan Indonesia sudah dilakukan sejak lama, tepatnya
pada tanggal 1 Maret 1945 dengan dibentuknya BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini diresmikan pada 29 April 1945
dan diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat. Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah
untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berkaitan dengan
pembentukan negara Indonesia merdeka, seperti membuat rumusan dasar negara
dan rumusan konsitusi negara. Semua anggota BPUPKI terdiri dari 60 orang
tokoh-tokoh Indonesia.
Sebagai persiapan, BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang pertama
dilakukan pada 28 Mei-1 Juni 1945 di Gedung Chou Shangi In di Jakarta yang
sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Pada masa penjajahan Belanda
gedung ini digunakan sebagai gedung Volksraad. Meskipun badan itu dibentuk
oleh pemerintah militer Jepang, jalannya persidangan baik wakil ketua maupun
anggota istimewa dari kebangsaan Jepang tidak pernah terlibat dalam
pembicaraan persiapan kemerdekaan. Semua hal yg berkaitan dengan masalah-
masalah kemerdekaan Indonesia merupakan urusan pimpinan dan anggota dari
Indonesia. Pada pidato sidang BPUPKI, Radjiman menyampaikan pokok
persoalan mengenai Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk.1
Sidang ini bertujuan untuk menentukan rumusan dasar negara. Pada
kesempatan itu, Soepomo, Mohammad Yamin, dan Soekarno, masing-masing
mengajukan konsep yang telah mereka buat. Dalam sidang pertama tersebut,

1
Tosirin, Sejarah Pra Kemerdekaan Indonesia, (Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia,
2020), hal. 97

2
Soekarno menyampaikan pidato tentang Dasar Negara. Pada mulanya Soekarno
mengusulkan Panca Dharma. Nama Panca Dharma dianggap tidak tepat, karena
Dharma berarti kewajiban, sedangkan yang dimaksudkan adalah dasar. Soekarno
kemudian meminta saran pada seorang teman, yang mengerti bahasa, sehingga
dinamakan dengan Pancasila. Pada 1 Juni 1945, terpilihlah rumusan dasar negara
yang diajukan oleh Soekarno, yang kelak kita kenal sebagai Pancasila. Itulah
mengapa tiap 1 Juni, kita peringati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Sebagai tindak lanjut, pada 22 Juni 1945, dibentuklah panitia kecil
beranggotakan sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Panitia
sembilan bertugas untuk mematangkan rumusan dasar negara serta merumuskan
tujuan dan maksud didirikanya negara Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir.
Soekarno, Muh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A.A Maramis, Abdul Kahar
Muzakkar, Wahid Hasim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia ini
kemudian menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Pada piagam ini,
termuat rumusan dasar negara yang setelah beberapa perubahan menjadi
Pancasila, seperti yang kita kenal hari ini.2
Adapun sidang kedua dilakukan pada 10-17 Juli 1945 dan menghasilkan
rumusan Undang-Undang Dasar lengkap dengan pembukaannya (preambule).
Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang karena
dianggap telah menyelesaikan tugasnya. Kemudian, pada 12 Agustus
1945, dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang. Panitia ini diketuai oleh
Soekarno dan beranggotakan 21 orang. Tugas PPKI adalah untuk melanjutkan
tugas-tugas organisasi sebelumnya, yaitu BPUPKI dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia dan juga membahas hal-hal praktis mulai dari penetapan
dasar negara hingga pembentukan lembaga negara.3
Panitia ini jugalah yang kemudian mengesahkan Piagam Jakarta sebagai
pendahuluan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, 18 Agustus 1945.
Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan adalah keinginan seluruh bangsa di dunia.
2
Tosirin, Sejarah Pra...., hal. 97
3
M. Junaedi Al Anshori, Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa
Proklamasi Kemerdekaan, (Jakarta:PT Mitra Aksara, 2018), hal. 126

3
Kemerdekaan meniadi modal dasar pembangunan di berbagai bangsa, termasuk
Indonesia. Dengan kemerdekaan, bangsa Indonesia bebas menentukan nasib
sendiri. Akan tetapi, setelah mendengar berita penyerahan tanpa syarat Jepang
terhadap Sekutu, kemerdekaan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia
terwujud bukan atas nama PPKI, melainkan atas nama Bangsa Indonesia itu
sendiri.

E. Jepang Menyerah Kalah Kepada Sekutu


Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota
Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat
tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai",
berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan
keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus
1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan
oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 15
Agustus 1945, akhirmya Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat setelah
sebelumnya 2 kota penting di bom oleh Sekutu.4
Berita tentang kekalahan Jepang menyebar dengan cepat lewat radio dan
didengar oleh tokoh-tokoh muda Indonesia. Bersama dengan Moh. Hatta,
golongan muda ini mengadakan rapat di Pegangsaan Timur. Rapat dipimpin oleh
Chaerul Saleh untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Salah
satu hasilnya, mereka mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk mendeklarasikan
kemerdekaan saat itu juga, atau paling lambat pada 16 Agustus 1945. Hasil rapat
ini disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Soekarno, namun terjadi
perbedaan pendapat.
Soekarno menolak permintaan tersebut karena masih menunggu keputusan
dari pihak Jepang. Selain itu, Soekarno juga tidak bisa memutuskannya sendiri. Ia

4
Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, (Yogyakarta: DIVA Press, 2014), hal. 296

4
harus berunding dengan tokoh golongan tua lainnya. Golongan tua merupakan
orang-orang yang kooperatif kepada Jepang. Mereka tidak ingin terlalu buru-buru
dalam memproklamasikan kemerdekaan karena Jepang sebenarnya telah berjanji
untuk memerdekakan Indonesia pada 27 Agustus 1945. Golongan tua tidak ingin
ada pertumpahan darah kembali. Sementara itu, golongan muda menganggap
Indonesia sudah cukup kuat untuk menyatakan kemerdekaannya. Setelah beberapa
rapat dilakukan, dan golongan tua tetap memutuskan untuk menunda proklamasi,
akhirnya golongan muda mengamankan Soekarno dan Moh. Hatta ke
Rengasdengklok agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.

F. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan
oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari
perkumpulan Menteng 31. Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting
yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini
juga menunjukkan konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama
golongan tua dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi. Namun,
konflik tersebut berakhir dengan sikap saling menghargai di antara mereka.
Tanpa peran golongan muda, Indonesia mungkin belum
memproklamasikan secepat itu. Hal itu menunjukkan bahwa para pemuda
Indonesia mampu merespon keadaan secara sigap. Para pemuda pun tetap
menghormati golongan tua, dengan tetap memerhatikan para tokoh yang perlu
dihormati. Para pemuda berpendapat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut
mereka, PPKI adalah buatan Jepang.
Pada 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa
Jepang menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera
menemui Soekarno dan Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut. Saat itu,
Soekarno dan Hatta baru saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan
pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal
Terauchi. Kepada Soekarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk

5
Indonesia. Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir
meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Soekarno dan Hatta
yang belum yakin dengan berita kekalahan Jepang, keduanya justru memilih
menunggu kepastian sembari menanti janji kemerdekaan dari Dai Nippon.
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan
pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan
Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar,
E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah. Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh
tersebut memutuskan bahwa, kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat
Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain.
Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba saat
merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya hanya
satu, yaitu dengan proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas
dari bangsa asing, bangsa apapun juga.
Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus
diputuskan. Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno
dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha
Sutan Syahrir belum berhasil. Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan
Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis
datang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada
pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan
mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti
segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya, pada pukul 24.00 para pemuda
meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, mereka langsung
mengadakan pertemuan di Jl. Cikini No. 71 Jakarta. Rapat memutuskan, seperti
diusulkan Djohar Nur, rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun
disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana
tersebut.
Pada dini hari sekitar pukul 03.00 kelompok yang diberi tugas
mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno

6
ikut kelompok pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan
para pemuda dan minta agar Fatmawati, Guntur yang waktu itu berusia sekitar
sembilan bulan, serta Moh. Hatta ikut serta.5 Menjelang subuh, sekitar pukul
04.00 tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok.
Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara PETA dilakukan
sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang Bulan Ramadhan.
Sesampainya di Rengasdengklok, Ir. Soekarno dan rombongan
ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. 6 Beliau
adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya
ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi
di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung
Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Soekarno tetap
pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang
menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda
inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar
bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa
bermaksud menyakiti kedua tokoh.
Pada 16 Agustus 1945, semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta,
tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Soebarjo segera
mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian
Wikana terjadilah kesepakatan, Ahmad Soebarjo diantar ke Rengasdengklok oleh
Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian
Ahmad Soebarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa
perumusan proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul
12.00 di rumah Laksamana Muda Maeda dan ia bersedia menjamin keselamatan
mereka selama berada dirumahnya. Akhirnya, Shodanco Subeno mewakili para

5
Sudirman, Sejarah Lengkap...., hal. 301
6
Tosirin, Sejarah Pra...., hal. 100

7
pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan kembali ke
Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.7

G. Proklamasi Hingga Tersebarnya Berita Kemerdekaan Indonesia


1. Perumusan Naskah Proklamasi
Dari Rengasdengklok, rombongan tiba kembali di Jakarta pukul 23.30
WIB. Sebelum merumuskan naskah proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta
menemui Mayor Jenderal Nishimura untuk menanyakan sikapnya mengenai
proklamasi kemerdekaan. Namun, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan
tersebut karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, sehingga mereka tidak
dibolehkan untuk mengubah keadaan politik di Indonesia sampai kedatangan
Sekutu. Akhirnya, Soekarno dan Moh. Hatta memutuskan untuk melanjutkan
pembuatan naskah proklamasi. Soekarno dan Moh. Hatta pergi ke rumah
Laksamana Tadashi Maeda bersama Ahmad Soebardjo.
Berdasarkan hubungan baik antara Perwira Tinggi Angkatan Laut Jepang
itu dengan para pemimpin bangsa Indonesia, terutama Mr. Achmad Subardjo dan
sikap serta pendirian pribadi Laksamana Muda Tadashi Maeda terhadap gerakan
Kemerdekaan Indonesia, maka rumahnya direlakan menjadi tempat pertemuan
para pemimpin bangsa Indonesia berunding dan merumuskan naskah atau teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selain ketiga tokoh Ir. Soekarno, Drs. Hatta,
dan Mr. Achmad Subardjo, tercatat 30 tokoh nasional lain yang hadir dalam
perumusan teks proklamasi di rumah Maeda tersebut.8
Mereka adalah dr. Radjiman Wedyodiningrat, Mas Sutarjo
Kartohadikusumo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Abikusno Cokrosuyoso, dr.
Buntaran Martoatmojo, R. Otto Iskandardinata, Prof. Dr. Mr. Supomo, Ki Hajar
Dewantara, Sukarjo Wiryopranoto, Ki Bagus Hadikusumo, Dr. G.S.S.J.
Ratulangi, KH. Wachid Hasyim, Mr. J. Latuharhary, Mr. IGusti Ktut Puja, dr.
Samsi, dr. Amir, Mr. Teuku Moh. Hasan, Mr. Abdul Abbas, Hamidhan, A.A.
Rivai, Andi Pangerang Petta Rani, Andi Sultang Daeng Raja, Chaerul Saleh,

7
Ibid, hal. 101
8
Arifin Suryo Nugroho dan Ipong Jazimah, Detik-detik Proklamasi, (Jakarta: PT Buku
Seru, 2011), hal. 104

8
Harsono Cokroaminoto, Sayuti Melik, Semaun Bakri, Sukarni, Sudiro (mbah),
BM. Diah, dan Syarif Al Wahidin Nasution.9
Soekarno menuliskan konsep teks Proklamasi pada secarik kertas,
sedangkan Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikiran secara
lisan. Kalimat pertama dalam teks Proklamasi merupakan saran dari Mr. Ahmad
Soebardjo yang diambil dari rumusan sidang BPUPKI, sedangkan kalimat terakhir
merupakan pikiran Drs. Moh Hatta. Beliau menganggap kalimat pertama hanyalah
merupakan pernyataan dari kemauan bangsa Indonesia sendiri untuk menentukan
nasibnya. Menurutnya perlu ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan
kekuasaan. Maka dihasilkannya rumusan kalimat pada teks Proklamasi. Teks itu
kemudian diberi saran dan sedikit perubahan oleh Sukarni, lalu diketik oleh Sayuti
Melik. Terakhir, Sukarni memberi usulan bahwa naskah ini
sebaiknya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada pukul 04.30 WIB konsep naskah proklamasi selesai disusun.
Masalah kemudian muncul, bagaimana proklamasi tersebut harus
diumumkan kepada rakyat seluruh Indonesia? Di mana dan bagaimana pernyataan
kemerdekaan Indonesia akan diucapkan? Soekarni melaporkan, anak buahnya
telah disebar ke seluruh penjuru Djakarta, meminta rakyat datang ke Lapangan
Gambir besok pagi untuk mendengarkan proklamasi. Namun, Soekarno dengan
suara tegas langsung menyatakan bahwa lebih baik proklamasi dilakukan di
rumahnya, karena pekarangan di depan rumahnya cukup luas dan dapat
menampung hingga ratusan orang. Oleh karena itu, Soekarno minta mereka untuk
hadir di Pegangsaan Timoer 56, pukul 10.00.10
2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pembacaan teks proklamasi dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
kediaman Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang menjadi
jalan Proklamasi). Rangkaian acara yang akan dilaksanakan dalam upacara itu
adalah pembacaan Proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan sambutan
wali kota Suwirjo dan dr. Muwardi. Beberapa menit sebelum pukul 10.00 Ir.
9
Ibid, hal. 105
10
Restu Gunawan, dkk, Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2022), hal. 45

9
Soekarno dan Hatta menuju tempat upacara, diiringi oleh ibu Fatmawati
Soekarno. Upacara berlngsung tanpa protokol. Seluruh barisan pemuda berdiri
tegak dengan sikap sempurna, Bung Karno dan Bung Hatta maju beberapa
langkah dari tempat semula. Soekarno mendekati mikrofon, sebelum membacakan
teks Proklamasi, Bung Karno menyampaikan pidato singkat.
Dikatakannya bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan sudah berlangsung puluhan, bahkan ratusan tahun, dan mengalami
gelombang naik dan turun. Mengenai perjuangan dalam zaman Jepang
dikatakannya “tampaknya saja kita menyusun tenaga kita sendiri.” Pada bagian
akhir pidato singkat itu Bung Karno menngatakan, “Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangannya sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.”
Sesudah menyampaikakn pidato singkat itu, Bung Karno dengan didampingi
Bung Hatta membacakan teks Proklamasi.

PROKLAMASI

“Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal


jang mengenai pemindahan kekoeasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan
tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.”
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, kemudian


dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief
Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo dan diiringi dengan lagu Indonesia
Raya yang dinyanyikan oleh seluruh hadirin dengan spontan.11
3. Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno-Hatta, para pemuda
bersemangat untuk memberikan kabar gembira kepada seluruh rakyat Indonesia.
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai daerah.
Rakyat di Jakarta maupun di kota-kota lain menyambut dengan antusias. Karena
11
Gunawan, dkk, Sejarah Berita...., hal. 50

10
alat komunikasi yang terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak secepat di
Jakarta.
Namun, proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio, tetapi
Jepang menentang upaya penyiaran tersebut, dan memerintahkan agar para
penyiar meralat berita proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Tampaknya para
penyiar tetap tidak mau memenuhi seruan pihak Jepang. Oleh karena itu, pada 20
Agustus 1945, alat pemancar di Domei diputus dan disegel, sehingga pegawainya
dilarang masuk. Tanpa kehilangan akal, para pemuda kemudian membuat alat
pemancar baru yang mereka ambil dari alat-alat pemancar dari kantor berita
Domei.12
Alat pemancar ini dibawa ke Menteng 31 dan berita tersebut segera
disiarkan ke seluruh Indonesia. Selain dari radio, penyebaran berita proklamasi
dilakukan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian Jawa pada 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Selain itu, para tokoh PPKI yang berasal dari luar Jakarta juga diminta
untuk kembali ke daerah mereka masing-masing untuk menyebarluaskan berita
proklamasi, seperti Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari
Sulawesi, Ketut Pudja dari Bali, dan A.A. Hamidan dari Kalimantan.

12
Gunawan, dkk, Sejarah Berita...., hal. 54

11
BAB III

PENUTUP

H. Kesimpulan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17
Agustus 1945. Persiapan kemerdekaan ini sudah lama dilakukan yaitu awalnya
dengan dibentuk BPUPKI. Banyak peristiwa yang terjadi sebelum perumusan
proklamasi seperti adanya peristiwa Rengasdengklok. Setelah perumusan
proklamasi pada tanggal 16 Agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda.
Kemudian pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno di jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta (sekarang menjadi jalan Proklamasi) dan diiringi dengan
pengibaran bendera Merah Putih. Dengan dibacakannya proklamasi, Indonesia
menyatakan telah terbebas dari masa penjajahan. Dalam peristiwa proklamasi ini
ada 2 golongan yang sangat berperan, yaitu golongan muda dan golongan tua.

12
DAFTAR PUSAKA

Al Anshori, M. Junaedi, Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai


Masa Proklamasi Kemerdekaan, (Jakarta:PT Mitra Aksara, 2018).

Gunawan, Restu, dkk, Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,


(Jakarta: Balai Pustaka, 2022)

Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia, (Yogyakarta: DIVA Press, 2014)

Suryo Nugroho, Arifin dan Ipong Jazimah, Detik-detik Proklamasi, (Jakarta: PT


Buku Seru, 2011)

Tosirin, Sejarah Pra Kemerdekaan Indonesia, (Jawa Tengah: Desa Pustaka


Indonesia, 2020)

13

Anda mungkin juga menyukai