Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEJARAH

“ Dari Rengasdenglok Hingga


Pegangsaan Timur “

Disusun Oleh :
 Muhammad Aldi
 Ahmad Jazuli
 Muhammad Syarif Afdali
 Maria Ulfah
 Norwahidah
 Sabila

Kelas : XI IIS 1

SMA NEGERI 1 KUSAN HULU


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
 

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada
waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai peritiwa
rengasdenglok, cerita jepang kalah pada peang skeutu, perumusan teks proklamasi hingga
pagi dan bagaimana bahagianya rakyat setelah mendengar kemenangan Indonesia.

Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada guru pengajar kami yang
telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.

Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. ii

Daftar Isi............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Peristiwa Rengasdenglok......................................................................................... 3
B. Perbedaan Pendapat dan Penculikan....................................................................... 4
C. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu....................................................................... 5
D. Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi............................................................... 7
E. Pembacaan Proklamasi............................................................................................ 9
F. Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perang Dunia II yang berkecamuk sejak tahun 1939 telah menyebabkan kedua
kelompok yakni Sekutu dan negara-negara fasis saling menyerang. Pada tanggal 6 Agustus
1945, bom atom pertama diledak kan di kota Hirosihma, sementara pada tanggal 9 Agustus
1945 bom atom diledakan di kota Nagasaki. Kehancuran Kota Hiroshima dan Nagasaki
memukul perasaan bangsa Jepang. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada
Sekutu, inilah yang menandai berakhirnya Perang Dunia (PD) II.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu
Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang tugasnya
melanjutkan pekerjaan BPUPKI yang diketuai oleh Ir. Sukarno dengan wakil Drs. Moh.
Hatta.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memanggil Sukarno, Moh. Hatta, dan
Rajiman Wedyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigon. Kemudian Terauchi menegaskan
bahwa Jepang akan menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Sukarno, Moh.
Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat pulang kembali ke Jakarta pada tanggal 14 Agustus.
Betapa besar jasa & pengorbanan para pahlawan dalam merebut & mempertahankan
kemerdekaan. Kita hendaknya selalu menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
karunia Tuhan Yang Maha Esa, selayaknya selalu kita syukuri dengan terus menjaga &
membangun menjadi bangsa yang lebih jaya.
Teks proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh Sukarno dalam upacara pernyataan
kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Pernyataan kemerdekaan itu disambut bahagia oleh masyarakat Indonesia di berbagai
daerah. Proses penyusunan proklamasi tersebut bukan langkah mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peristiwa Rengasdenglok pada saat itu?
2. Mengapa Jepang bisa kalah perang dengan sekutu?

1
3. Apa isi perumusan teks proklamasi yang dibuat hingga pagi?
4. Bagaimana persaaan rakyat setelah mendengar kemenangan Indonesia?

2
BAB II
PEMBASAHAN

A. Peristiwa Rengasdenglok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom
oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9
Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita
kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan
bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut
diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang
Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan
Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup
berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap
berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan
menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus
agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan
kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua
mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi
kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf
Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua
menginginkan prokla masi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI.
Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr.
Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan
rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal
15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang
menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat
digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan har us
diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi. Langkah
selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok
muda mendesak Soekarnoagar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan
Indonesiasecepatnya lepas dari Jepang.

3
Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan
kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan
sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat
pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71
Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang.

B. Perbedaan Pendapat dan Penculikan


Para pemuda mendesak para tokoh senior untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir segera menemui Moh. Hatta dan mendesak agar
Sukarno dan Moh. Hatta segera memerdekakan Indonesia. Namun, ternyata Sukarno dan
Moh. Hatta belum bersedia.
Hari Rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang
dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang di rumah Sukarno. Wikana dan Darwis
memaksa Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia paling lambat tanggal
16 Agustus 1945. Namun Soekarno menolak.
Para mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta antara lain Sukarni, Yusuf Kunto,
Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih. Mereka sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh.
Hatta ke luar kota agar jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. 
Tanggal 16 Agustus rombongan Sukarno, Moh. Hatta, dan para pemuda menuju
Rengasdengklok. Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Mereka ditempatkan di
rumah Kie Song yang simpati pada perjuangan bangsa Indonesia.
Jakarta berada dalam keadaan tegang karena tanggal 16 Agustus 1945 seharusnya
diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad
Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Akhirnya setelah terjadi kesepakatan dengan
Wikana, Ahmad Subarjo ditunjukkan dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.
Akhirnya Ahmad Subarjo memberikan jaminan. Apabila besok (tanggal 17 Agustus)
paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, taruhannya
nyawa Ahmad Subarjo. Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta.

4
C. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Jepang, yakni di kota Hirosima & Nagasaki
yang menyebabkan ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dunia & ratusan ribu lainnya
mengalami kecacatan. kerugian material tidak terhitung jumlahnya, bahkan sampai sekarang
dampak bom atom itu masih dirasakan masyarakat Jepang. kerusakan & dampak korban
sangat mengerikan itu kemudian mendorong masyarakat dunia sepakat untuk tidak
menggunakan senjata itu dalam berbagai peperangan. Amerika Serikat menjatuhkan bom di 2
kota Jepang itu pada tanggal 6 & 9 Agustus 1945.
Yang melatar belakangi Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Jepang, yakni
karena Perang dunia ke II yang berkecamuk sejak tahun 1939 telah menyebabkan kedua
kelompok yakni Sekutu & negara-negara fasis saling menyerang dengan menggunakan
senjata pemusnah & kerusakan massal. korban & kerugian kedua belah pihak tidak terhitung
jumlahnya. Jutaan manusia meninggal dunia, karena Perang Dunia ke II itu. Bahkan sebagian
besar dari mereka adalah masyarakat sipil yang bukan merupakan tentara perang, menjadi
korban.
Kehancuran Kota Hirosima & Nagasaki memukul perasaan bangsa Jepang. Sekutu
lebih unggul dalam persenjataan.  Jika Perang itu berlanjut, Jepang akan lebih hancur. Pada
akhirnya jepang memutuskan untuk mengakhiri perang dunia dengan melakukan penyerahan
kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 inilah
yang menandai berakhirnya Perang Dunia ke II. sebetulnya tanda-tanda kekalahan Jepang
pada Perang Dunia ke II sudah telihat sejak tahun 1943 dengan berhasil direbutnya beberapa
wilayah oleh Sekutu & pengeboman Hiroshima & Nagasaki merupakan faktor pemicu Jepang
harus menyerah.
Sementara itu kondisi Kondisi bangsa Indonesia pada saat Jepang kalah dengan Sekutu
Sejak semakin terjepit dalam kekalahan, Jepang kemudian terpaksa memberi janji
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Komado Tentara Jepang wilayah Selatan, pada bulan
Juli 1945 menyepakati & memberikan kemerdekaan Indonesia pada 7 September 1945.
Tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI) yang tugasnya untuk melanjutkan
pekerjaan BPUPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno dengan wakil Drs. Moh. Hatta.
Panitia persiapan atau PPKI itu beranggotakan 21 orang & semuanya orang Indonesia yang
berasal dari berbagai daerah.

5
 Wakil Jawa (12 wakil)
 Wakil Sumatra (3 wakil)
 Wakil Sulawesi (2 wakil)
 Wakil Kalimantan (1 wakil)
 Wakil Sunda Kecil (1 wakil)
 Wakil Maluku (1 wakil)
 Wakil & golongan penduduk Cina (1 wakil)

Jenderal Terauchi pada 9 Agustus 1945 memanggil Sukarno, Moh. Hatta, & Rajiman
Wedyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigon. Saigon adalah salah satu pusat tentara Jepang.
Pada 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi mengucapkan selamat kepada Sukarno & Moh.
Hatta sebagai ketua & wakil ketua PPKI. Kemudian Terauchi menegaskan bahwa Jepang
akan menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Sukarno, Moh. Hatta, & Rajiman
Wedyodiningrat pulang kembali ke Jakarta pada 14 Agustus 1945.

Pada masa-masa inilah terjadi peristiwa yang dramatis di wilayah Indonesia. Meskipun,
alat komunikasi pada masa itu dikuasai Jepang, namun para tokoh perjuangan berhasil
mengakses berbagai informasi dunia dengan berbagai cara. Radio sebagai alat yang paling
berperan pada masa itu telah disegel oleh Jepang.

Siaran radio sudah lama menjadi kekuasaan Jepang, untuk menerima siaran radio luar
negeri pun masyarakat Indonesia tidak diizinkan. Hal ini disebabkan oleh ketakutan Jepang
apabila bangsa Indonesia mengetahui perkembangan perang yang menunjukkan Jepang
semakin terjepit.

Tetapi, para tokoh pergerakan tidak kurang akal. Mereka berhasil menyembunyikan
beberapa radio gelap yang dapat digunakan untuk mendengarkan berbagai siaran radio luar
negeri seperti BBC London.

D. Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi


Setelah para pemuda melepas para tokoh golongan tua itu, rombongan kemudian
menuju kediaman Nishimura di Jakarta. Kepada Nishimura, Sukarno menyampaikan rencana
rapat persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Nishimura menolak memberi bantuan
dengan alasan sudah mendapat perintah dari pihak Serikat untuk tidak mengubah status &

6
keadaan di Indonesia. Dengan jawaban itu Sukarno berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi
mengharap bantuan Jepang.
Rombongan Sukarno segera kembali ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1. Para tokoh-tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan
teks proklamasi. Di rumah Maeda, hadir para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para
pemimpin pergerakan, & beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta & mereka
berjumlah 40 - 50 orang.
Rumah Laksamana Maeda itu dianggap aman dari kemungkinan gangguan yang
sewenang-wenang dari anggota-anggota Rikugun (Angkatan Darat Jepang/Kampeitai) yang
hendak menggagalkan usaha bangsa Indonesia untuk mengumumkan Proklamasi
Kemerdekaannya.
Hal itu karena, Laksamana Maeda adalah Kepala Perwakilan Kaigun, maka rumahnya
merupakan extra-territorial, yang harus dihormati oleh Rikugun. Selain itu, Laksamana
Maeda sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan para pemimpin bangsa Indonesia, &
Maeda juga simpatik terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia, maka rumah beliau direlakan
menjadi tempat pertemuan para pemimpin bangsa Indonesia untuk berunding & merumuskan
naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol No. 1, lalu Sukarno & Moh. Hatta diantarkan
Laksamana Maeda menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala
Pemerintahan Militer Jepang). Akan tetapi Gunseikan menolak menerima Sukarno-Hatta
pada tengah malam. Dengan ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima & Tomegoro
Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura (Direktur/Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer
Jepang), dengan maksud untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Sukarno-Hatta di satu pihak
dengan Nishimura di lain pihak. Di satu pihak Sukarno- Hatta bertekad untuk melangsungkan
rapat PPKI yang pada pagi hari, 16 Agustus 1945 itu tidak jadi diadakan karena mereka
dibawa ke Rengasdengklok. Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa Jenderal Besar
Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada PPKI.
Di lain pihak Nishimura menegaskan garis kebijakan Panglima Tentara ke-XVI di Jawa,
bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang
tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.

7
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Sukarno-Hatta untuk
mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah
Sukarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicarakan soal
kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Mereka hanya berharap pihak Jepang supaya
tidak menghalanghalangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
Setelah pertemuan itu, Sukarno & Hatta kembali ke rumah Maeda. Setelah berbicara
sebentar dengan Sukarno, Moh. Hatta & Ahmad Subarjo, Laksamana Maeda minta diri untuk
beristirahat & mempersilakan para pemimpin Indonesia berunding sampai puas di rumahnya.
Di ruang makan Maeda, dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Ketika peristiwa itu berlangsung Maeda tidak hadir, namun Miyoshi sebagai orang
kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, & B.M. Diah menyaksikan Sukarno, Hatta,
& Ahmad Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Sukarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”. Sukarno kemudian


bertanya kepada Moh. Hatta & Ahmad Subarjo.“Bagaimana bunyi rancangan pada draf
pembukaan UUD? Kedua orang yang ditanya pun tidak ingat persis. Ahmad Subarjo
kemudian menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”.

Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan &
lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama & dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”.
Sukarno menuliskan, “Jakarta, 17-8-’05 Wakil-wakil bangsa Indonesia”, sebagai penutup.

Pukul 04.00 WIB dini hari, Sukarno minta persetujuan & minta tanda tangan kepada
semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak dengan
alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang.

E. Pembacaan Proklamasi
Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah Sukarno di Jl.
Pegangsaan Timur No. 56 pada pukul 10 pagi. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk
memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta Latief
Hendraningrat beserta beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar rumah Sukarno.

8
Walikota Jakarta, Suwiryo memerintahkan kepada Wilopo untuk mempersiapkan mikrofon,
Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. Bendera dijahit
Ibu Fatmawati sendiri  yang dikenal dengan bendera pusaka.
Hari Jumat Legi, tepat pukul 10.00 WIB, Sukarno dan Moh. Hatta keluar ke serambi
depan, diikuti oleh Ibu Fatmawati. Sukarno dan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi
dan dilanjutkan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat
dan S. Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan
menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin.

F. Kebahagiaan Raktyat atas Kemerdekaan Indonesia


Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai daerah. Rakyat
di Jakarta maupun di kota-kota lain menyambut dengan antusias. Karena alat komunikasi
yang terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak secepat di Jakarta. Saat tersiarnya berita
tentang Proklamasi Kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia yang tinggal jauh dari Jakarta
tidak mempercayainya. Pada  22 Agustus, Jepang akhirnya secara resmi mengumumkan
penyerahannya kepada Sekutu. Baru pada bulan September 1945, Proklamasi diketahui di
wilayah-wilayah yang terpencil. Sesaat setelah itu, timbullah segera masalah kesetiaan.
Keempat penguasa kerajaan yang ada di Jawa Tengah menyatakan dukungan mereka kepada
Republik, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman, & Mangkunegaran.
Euforia revolusi segera mulai melanda negeri ini, khususnya kaum muda yang
merespon kegairahan dan tantangan kemerdekaan. Para komandan pasukan Jepang di daerah-
daerah sering kali meninggalkan wilayah perkotaan & menarik mundur pasukan ke daerah
pinggiran guna menghindari konfrontasi.
Banyak yang bijaksana memperbolehkan pemuda-pemuda Indonesia memperoleh
senjata. Antara tanggal 3-11 September, para pemuda di Jakarta mengambil alih kekuasaan
atas stasiun-stasiun kereta api, sistem listrik, & stasiun pemancar radio tanpa mendapat
perlawanan dari pihak Jepang. Pada akhir bulan September, instalasi-instalasi penting di
Yogyakarta, Surakarta, Malang, & Bandung juga sudah berada di tangan para pemuda
Indonesia.
Selain itu, juga terlihat adanya semangat revolusi di dalam kesusasteraan & kesenian.
Surat-surat kabar & majalah Republik bermunculan di berbagai daerah, terutama di Jakarta,
Yogyakarta, & Surakarta. Aktivitas kelompok sastrawan yang bernama “Angkatan 45”,

9
mengalami masa puncaknya pada zaman revolusi. Lukisan-lukisan modern juga mulai
berkembang pesat di era revolusi.
Banyak pemuda bergabung dengan badan-badan perjuangan. Di Sumatera, mereka
benar-benar memonopoli kekuasaan revolusioner. Karena jumlah pemimpin nasionalis yang
sudah mapan di sana hanya segelintir, mereka ragu terhadap apa yang akan dilakukan.

Para mantan prajurit Peta & Heiho membentuk kelompok-kelompok yang paling
disiplin. Laskar Masyumi & Barisan Hizbullah, menerima banyak pejuang baru dan ikut
bergabung dalam kelompok-kelompok bersenjata Islam lainnya yang umumnya disebut
Barisan Sabilillah, yang kebanyakan dipimpin oleh para Kiai.
Proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio, namun Jepang menentang
upaya penyiaran tersebut, dan malah memerintahkan agar para penyiar meralat berita
proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Tampaknya para penyiar tetap tidak mau memenuhi
seruan pihak Jepang. Oleh sebab itu, pada 20 Agustus 1945 pemancarnya disegel dan para
pegawainya dilarang masuk. Mereka kemudian membuat pemancar baru di Menteng 31.
Di samping melalui siaran radio, para wartawan juga menyebarluaskan berita
proklamasi melalui media cetak, seperti surat kabar, selebaran, & penerbitan-penerbitan yang
lain. Pada 3 September 1945, para pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel di
Manggarai. Tanggal 5 September 1945, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasai. Tanggal 11
September 1945, seluruh Jawatan Radio berhasil dikuasai oleh Republik. Oleh sebab itu,
tanggal 11 September dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
Para pemuda memprakarsai diadakannya rapat raksasa di Lapangan Ikada (sekarang
Monas). Rapat yang digagas oleh para pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam
“Kesatuan van Aksi”, untuk melakukan rapat raksasa di lapangan Ikada, yang semula digagas
tanggal 17 September 1945, mundur menjadi 19 September 1945. Presiden Sukarno sudah
dihubungi & bersedia akan menyampaikan pidato di dalam rapat raksasa pada 19 September
1945. Sejak pagi, rakyat Jakarta sudah mulai berdatangan & memenuhi Lapangan Ikada.
Rapat itu untuk memperingati sebulan kemerdekaan Indonesia.
Bermula dari ketidakpuasan rakyat terhadap sikap Jepang yang belum juga mengakui
Negara Republik Indonesia dan bahkan Jepang malah mempertahankan status quo-nya
dengan mengatasnamakan Sekutu. Kondisi itu mendorong rakyat Indonesia yang baru saja
merdeka, untuk segera membentuk pemerintah yang baru dan mengambil langkah-langkah
nyata.

10
Ketidakpuasan rakyat semakin bertambah ketika mengetahui pendaratan pasukan
Sekutu dibawah pimpinan Mayor Geenhalgh, di Kemayoran pada 8 September 1945. Rakyat
dari berbagai penjuru dengan tertib berdatangan ke Lapangan Ikada dengan membawa poster
dan bendera merah-putih. Mereka menuntut kebulatan tekat untuk mengisi kemerdekaan
Indonesia & juga bertekad untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa kemerdekaan
Indonesia bukan atas bantuan Jepang, akan tetapi merupakan tekad seluruh rakyat Indonesia.
Melihat tekad rakyat yang menggelora dan tidak dapat dihalangi meskipun oleh tentara
Jepang sekalipun, pemerintah terdorong untuk mengadakan sidang kabinet. Setelah itu,
diputuskan Presiden Sukarno & Moh. Hatta & para menteri untuk datang ke Lapangan Ikada.
Pada kesempatan itu Sukarno menyampaikan pidatonya yang disambut dengan gegap
gempita oleh rakyat. Rapat itu berlangsung tertib & damai.
Pada 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII telah
mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Sukarno & Wakil Presiden Moh. Hatta atas
berdirinya Negara Republik Indonesia & atas terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai Presiden
dan Wakil Presiden. Ucapan selamat itu tersirat bahwa Sultan Hamengkubuwana IX dan
Paku Alam VIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu mereka. Kemudian, pagi itu
sekitar pukul 10.00 tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengundang
kelompok-kelompok pemuda di bangsal kepatihan.
Kemudian untuk mempertegas sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX & Sri Paku
Alam VII pada tanggal 5 September 1945 mengeluarkan amanat antara lain sebagai berikut;

 Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa


dari Negara Indonesia.
 Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat.
 Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat
Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung
jawab kepada Presiden.

Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Hanya saja kata‘Sri Sultan Hamengkubuwana IX’ diganti dengan ‘Sri Paku Alam VIII’ &
‘Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat’ diganti dengan ‘Negeri Paku Alaman’. Sementara di
Surabaya, memasuki bulan September 1945, terjadi gerakan perebutan senjata di gudang Don

11
Bosco. Rakyat Surabaya juga merebut Markas Pertahanan Jepang di Jawa Timur, serta
pangkalan Angkatan Laut di Ujung sekaligus merebut pabrik-pabrik yang tersebar di sana.
Orang-orang Inggris dan Belanda yang sebagian telah datang, langsung berhubungan
dengan Jepang. Mereka menginap di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman Belanda.
Pada 19 September 1945, seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya mengibarkan
bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato. Residen Sudirman segera memperingatkan
agar Ploegman dan kawan-kawannya menurunkan bendera tersebut. Peringatan itu tidak
mendapat tanggapan.
Hal ini telah mendorong kemarahan para pemuda Surabaya. Para pemuda Surabaya
kemudian menyerbu Hotel Yamato. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan
menurunkan bendera Merah Putih Biru, kemudian merobek bagian warna birunnya. Setelah
itu, bendera tersebut dikibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih. Dengan berkibamya
bendera Merah Putih maka dengan penuh semangat & tetap menjaga kewaspadaan, para
pemuda itu satu per satu meninggalkan Hotel Yamato.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan perjuangan bersama rakyat Indonesia. Banyak


tokoh berperan dalam proses perjuangan tersebut. Bahkan bukan hanya bangsa
Indonesia, namun sebagian bangsa lain juga bersimpati untuk perjuangan bangsa
Indonesia.
 Peranan para tokoh dalam proklamasi kemerdekaan berbeda-beda. Mereka berperan
sesuai dengan kemampuan & kesempatan yang harus dilakukan.
 Rakyat Indonesia di berbagai daerah mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia
dibuktikan dengan reaksi mereka yang sangat heroik. Keberanian dan kerelaan berkorban
ditunjukkan rakyat di berbagai daerah dalam rangka mengambil alih kekuasaan Jepang.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.mikirbae.com/2016/07/dari-rengasdengklok-hingga-pegangsaan.html\
http://misslempem.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-peristiwa.html
https://history1978.wordpress.com/2011/07/24/peristiwa-sekitar-proklamasi-dan-
pembentukan-negara-kesatuan-republik-indonesia-menyambut-66-tahun-indonesia-merdeka/
http://sukajepang.com/jepang-menyerah-pada-sekutu/

14

Anda mungkin juga menyukai