Anda di halaman 1dari 39

BAB 6

INDONESIA
MERDEKA
PETA KONS
EP

INDONESIA MERDEKA

DARI
MENGANALISI
RENGASDENG S MENELADANI
KLOK HINGGA TERBENTUK PARA TOKOH
PEGANGSAAN NY A NKRI PROKLAMASI
TIMUR
A. Dar i Rengasdengkl ok Hi ngga Pegangsaan
Ti mur

1. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu


Perang Dunia II yang berkecamuk sejak tahun 1939 telah menyebabkan
kedua kelompok yakni Sekutu dan negara-negara fasis saling menyerang
dengan menggunakan senjata pemusnah dan kerusakan massal. Korban
dan kerugian kedua belah pihak tidak terhitung jumlahnya. Jutaan
manusia meninggal dunia akibat PD II tersebut.
Keinginan Amerika untuk segera menghancurkan kekuatan Jepang
dilakukan dengan mengirimkan pesawat pembawa bom atom. Pada
tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama diledakkan di kota Hirosihma,
sementara pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom diledakkan di kota
Nagasaki.
Digambarkan oleh masyarakat yang selamat di kedua kota
tersebut,bahwa ledakan bom atom seperti gunung api yang jatuh ke
bumi. Tiba-tiba langit terang seperti ada kilat, disusul berbagai benda
berhamburan terbang, bersamaan dengan makhluk hidup meregang
nyawa, kehilangan anggota badan, bahkan hancur berkeping-keping.
Dua kota Jepang luluh lantak.
Kehancuran Kota Hiroshima dan Nagasaki memukul perasaan bangsa
Jepang.
Mereka tidak dapat menutup mata bahwa sekutu lebih unggul dalam
persenjataan. Akhirnya Jepang memutuskan untuk melakukan
penyerahan kepada sekutu tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945
yang menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Sejak semakin terjepit kekalahan, Jepang terpaksa memberi janji
kemerdekaan kepada Indonesia. Tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi
menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Ir. Soekarno dengan wakil Drs.
Moh. Hatta.
Jenderal Terauchi memanggil Soekarno, Hatta, dan Radjiman
Wedyodiningrat ke Dalat, Saigon, yang merupakan salah satu pusat tentara
Jepang, tanggal 9 Agustus 1945. Tanggal 12 Agustus, Jenderal Terauchi
mengucapkan selamat tinggal dan menegaskan bahwa Jepang akan
memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Mereka bertiga pulang kembali ke
Jakarta pada 14 Agustus 1945.
Pada masa inilah terjadi peristiwa dramatis di Indonesia. Walaupun saat
itu alat komunikasi dikuasai Jepang, namun para tokoh perjuangan berhasil
mengakses informasi dunia. Masyarakat Indonesia tidak diizinkan menerima
siaran radio luar negeri. Namun, para tokoh pergerakan menyembunyikan
beberapa radio untuk mendengarkan siaran luar negeri seperti BBC
2 . Perbedaan Pendapat dan Penculikan
Hari-hari Menjelang 15 Agustus 1945 merupakan hari menegangkan bagi
Jepang dan Indonesia. Bagi bangsa Jepang, tanggal tersebut merupakan titik
akhir nyali mereka melanjutkan PD II. Bagi Indonesia, itulah kesempatan
mempercepat proklamasi. Inilah yang menjadi pemikiran Golongan Muda
dari kaum pergerakan Indonesia. Para pemuda berpikir bahwa Indonesia
sedang kosong kekuasaan, sehingga proklamasi dipercepat adalah pilihan
yang tepat.
Para pemuda mendesak tokoh senior untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir, tokoh pemuda yang mengetahui
penyerahan Jepang, segera menemui Moh. Hatta dan mendesak agar
Soekarno dan Hatta segera memerdekakan Indonesia. Namun ternyata,
Soekarno dan Hatta ingin mengonfirmasi terlebih dahulu mengenai
kebenaran berita tersebut.
Sebagai tokoh yang demokratis, Soekarno dan Hatta berpendapat
bahwa memproklamasikan kemerdekaan perlu dibicarakan dengan PPKI,
tapi para pemuda berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus
dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI yang para
pemuda anggap sebagai buatan Jepang.
Rabu, 15 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, para pemuda yang
dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Soekarno
dan memaksa untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
paling lambat tanggal 16 Agustus 1945.
Para pemuda gagal memaksa Soekarno dan golongan tua
untuk
memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda malam itu,
pukul
24.00 tanggal 15 Agustus 1945, mengadakan pertemuan dan
sepakat untuk membawa Soekarna dan Hatta ke luar kota agar
kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia
memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk melaksanakan rencana, Singgih yang ditunjuk untuk
memimpin rencana tersebut meminjam perlengkapan dari Markas
PETA yang saat itu dijaga Latif Hendraningrat. Moh. Hatta
menuruti kehendak para pemuda itu. Soekarno setuju asal
Fatmawati, Guntur, dan Moh. Hatta ikut serta. Tanggal 16 Agustus
1945, pukul 04.00, rombongan tersebut menuju Rengasdengklok.
Dipilihlah daerah Rengasdengklok karena daerah itu terpencil, dan ada
hubungan baik antara Daidan PETA Purwakarta dan Daidan Jakarta,
sehingga dari segi keamanan terjamin. Sehari di Rengasdengklok ternyata
gagal memaksa Soekarno untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia lepas
dari campur tangan Jepang. Namun ada gelagat yang ditangkap Singgih
bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan kalau sudah
kembali ke Jakarta.

Jakarta berada dalam keadaan tegang karena hari itu seharusnya


diadakan pertemuan PPKI, tetapi Soekarno dan Hatta tidak ada di tempat.
Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah terjadi
kesepakatan dengan Wikana, Ahmad Subarjo diantarkan ke
Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.

Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk


menjemput
Soekarno dan rombongan. Kecurigaan menyelimuti perasaan para
pemuda. Ahmad Subarjo akhirnya memberikan jaminan, apabila 17 Agustus
1945 paling lambat pukul 12.00 WIB belum ada proklamasi kemerdekaan,
taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Dengan jaminan itu, para pemuda
mengijinkan rombongan kembali ke Jakarta. Petang itu juga Soekarno dan
rombongan kembali ke Jakarta. Berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.
3 . Perumusan Teks Proklamasi Hingga
Pagi
Rombongan kemudian menuju kediaman Nishimura di Jakarta.
Kepada Nishimura, Soekarno menyampaikan rapat persiapan
kemerdekaan. Nishimura menolak karena sudah mendapat perintah
dari Serikat untuk tidak mengubah status dan keadaan Indonesia.
Rombongan segera ke rumah Laksamana Maeda untuk
merumuskan teks proklamasi. Di rumah Maeda, hadir para aggota
PPKI, para pemimpin pergerakan, dan beberapa perwakilan lain.
Rumah Maeda dianggap aman dari Rikugun yang hendak
menggagalkan pengumuman proklamasi kemerdekaan. Selain itu,
Maeda sendiri memiliki hubungan akrab dengan para pemimpin
bangsa dan Maeda juga bersimpatik terhadap kemerdekaan, sehingga
rumah beliau direlakan menjadi tempat pertemuan untuk berunding
dan merumuskan naskah proklamasi.
Soekarno dan Hatta diantarkan Laksamana Maeda menemui
Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto, tapi beliau menolak
Soekarno-Hatta pada tengah malam. Mereka menemui Somubuco
Mayor Jenderal Otoshi Nishimura untuk menjajaki sikapnya
terhadap pelaksanaa proklamasi kemerdekaan.
Pada pertemuan Nishimura, mereka tidak mencapai kata sepakat.
Soekarno-Hatta berkesimpulan bahwa tidak ada gunanya
membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak jepang. Mereka
kembali ke rumah Maeda. Di ruang makan Maeda, dirumuskanlah
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”.
Kemudian Ahmad Subarjo menyampaikan kalimat “ Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Moh.
Hatta menambahkan kalimat “hal hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan
dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”.
Pukul 04.00 WIB, Soekarno meminta tanda tangan semua yang
hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak,
dan Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditanda tangani
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul itu diterima.
Dengan beberapa perubahan, konsep itu kemudian diserahkan kepada
Sayuti Melik untuk diketik.
Demikian pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah
proklamasi. Agar seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya,
naskah itu harus disebarluaskan. Sukarni mengusulkan agar
naskah tersebut dibacakan di lapangan Ikada. Tapi Soekarno
tidak setuju karena tempat itu adalah tempat yang dapat
memancing bentrok antara rakyat dengan militer Jepang.
Soekarno mengusulkan agar proklamasi dilakukan di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Usul tersebut
disetujui dan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dibacakan Soekarno bersama Hatta di rumah Soekarno pada
hari Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di tengah bulan
Ramadhan.
Pukul 10. 00 Pagi
Pada pukul 5 pagi tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin dan
pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda dengan diliputi
kebanggaan. Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah
untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh
dunia.

Sementara itu para pemuda tidak langsung pulang. Mereka melakukan


kegiatan untuk penyelenggaraan kegiatan proklamasi. Masing-masing
kelompok mengirim kurir untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa
saat proklamasi telah tiba. Semua alat komunikasi digunakan untuk
menyambut proklamasi. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil dikerahkan
ke segenap penjuru kota.

Tanpa diduga, barisan pemuda datang menuju Lapangan Ikada karena


informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut bahwa proklamasi akan
dilaksanakan di Lapangan Ikada. Jepang yang telah mencium kegiatan
pemuda, berusaha menghalangi. Lapangan Ikada dijaga ketat oleh tentara
Jepang dengan persenjataan lengkap. Ternyata proklamasi tidak dilaksanakan
di Lapangan Ikada, melainkan di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.
Hari itu, rumah Soekarno dipadati massa. Untuk menjaga keamanan
upacara proklamasi kemerdekaan, dr. Muwardi meminta Latief Hendraningrat
beserta anak buahnya untuk berjaga di sekitar rumah Soekarno. Sementara
Walikota Jakarta, Suwiryo, memerintahkan Wilopo untuk mempersiapkan
peralatan seperti mikrofon.
Sedangkan Sudiro memerintahkan S. Suhud untuk menyiapkan tiang
bendera yang akan digunakan untuk mengibarkan bendera Merah Putih
yang dijahit Ibu Fatmawati sendiri dengan ukuran yang sangat besar (tidak
standar). Bendera Merah Putih yang dijahit Ibu Fatmawati itu dikenal
dengan Bendera Pusaka, yang sejak 1969 tidak lagi dikibarkan dan diganti
dengan bendera duplikat.
Sejak pagi hari, sudah banyak orang berdatangan di rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Diperkirakan yang hadir pada pagi itu
seluruhnya ada 1.000 orang.
Acara yang direncanakan pada upacara bersejarah itu adalah
pembacaan teks proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan
sambutan Walikota Suwiryo dan dr. Muwardi dari keamanan.
Hari Jumat Legi, tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno dan Hatta keluar ke
serambi depan, diikuti oleh Ibu Fatmawati. Soekarno dan Hatta maju
beberapa langkah. Soekarno mendekati mikrofon untuk membacakan
teks proklamasi.
Acara berikutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih yang
dilakukan oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat. Bersamaan dengan
naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan menyanyikan
lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin.
Setelah itu, Suwiryo memberikan sambutan dan kemudian disusul
sambutan dr. Muwardi. Sekitar pukul 11.00 WIB, upacara telah selesai.
Kemudian dr. Muwardi menunjuk beberapa anggota Barisan Pelopor
untuk menjaga keselamatan Soekarno dan Moh. Hatta.
5 . Kebahagi aan Rakyat at as
Kemer dekaan Indonesia
Berita Proklamasi Kemedekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai
daerah. Rakyat menyambut dengan antusias. Karena alat komunikasi
terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak secepat di Jakarta. Saat
tersiarnya berita proklamasi kemerdekaan, banyak rakyat yang jauh dari
Jakarta tidak mempercayainya.
Tanggal 22 Agustus 1945, Jepang secara resmi mengumumkan
penyerahan kepada sekutu. Baru bulan September 1945, proklamasi
diketahui di wilayah- wilayah terpencil. Setelah itu, timbullah masalah
kesetiaan. Keempat penguasa kerajaan di Jawa Tengah menyatakan
dukungan mereka kepada Republik.
Proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio,tetapi Jepang
menentang upaya penyiaran proklamasi dan memerintah agar meralat berita
proklamasi sebagai kekeliruan. Para penyiar tidak mau memenuhi seruan
Jepang, sehingga pada 20 Agustus 1945, pemancarnya di segel dan para
pegawai dilarang masuk. Mereka kemudian membuat pemancar baru di
Menteng 31. Para wartawan juga menyebarkan berita proklamasi melalui
media cetak, seperti surat kabar, selembaran, dan penerbitan lainnya.
Euforia revolusi negara mulai melanda negeri ini. Para pasukan Jepang
sering kali meninggalkan wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukannya
ke daerah pinggir guna menghindari konfrontasi. Antara tanggal 3-11
September 1945, para pemuda di Jakarta mengambil alih kekuasaan atas
stasiun-stasiun kereta api, sistem listrik, dan stasiun pemancar radio tanpa
mendapat perlawanan dari pihak Jepang.
Pada akhir bulan September, instalansi penting di daerah Jawa juga sudah
berada di tangan para pemuda Indonesia. Surat-surat kabar dan majalah
Republik bermunculan di berbagai daerah. Aktivitas kelompok sastrawan
bernama “Angkatan 45” mengalami masa puncaknya pada zaman revolusi.
Banyak pemuda yang bergabung dalam badan perjuangan. Para mantan
prajurit PETA dan Heiho membentuk kelompok yang paling disiplin. Laskar
Masyumi dan Barisan Hizbullah menerima banyak pejuang baru dan
bergabung dalam kelompok bersenjata Islam lainnya yang disebut Barisan
Sabilillah yang kebanyakan dipimpin para Kiai.
Tanggal 3 September, pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel
di Manggarai. Tanggal 5 September, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasi.
Tanggal 11 September, seluruh radio berhasil dikuasi Republik, sehingga
tanggal itu dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
Para pemuda memprakarsai diadakannya rapat raksasa di Lapangan Ikada
(sekarang Monas). Presiden Soekarno sudah dihubungi dan bersedia
menyampaikan pidato dalam rapat raksasa yang diadakan tanggal 19
September 1945 untuk memperingati sebulan kemerdekaan Indonesia.
Bermula dari ketidakpuasan rakyat terhadap sikap Jepang yang belum
mengakui Negara Republik Indonesia. Kondisi itu mendorong rakyat untuk
membentuk pemerintahan baru dan mengambil langkah nyata. Ketidakpuasan
rakyat bertambah ketika pasukan sekutu mendarat di Kemayoran tanggal 8
September 1945. Rakyat dengan tertib berdatangan ke Lapangan Ikada
membawa poster dan bendera Merah Putih, bertekad untuk mengisi
kemerdekaan, dan menunjukan kepada dunia internasional bahwa
kemerdekaan Indonesia bukan atas bantuan Jepang, tapi merupakan tekad
seluruh rakyat Indonesia.
Melihat tekad rakyat yang menggelora, pemerintah mengadakan
sidang kabinet. Setelah itu diputuskan Presiden Soekarno dan Moh.
Hatta dan para menteri untuk datang ke Lapangan Ikada.
Tanggal 19 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri
Paku Alam VIII mengirim ucapan selamat kepada Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan
atas terpilihnya dua tokoh tersebut.
Ucapan selamat yang diterima Soekarno dan Hatta menyiratkan
bahwa Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengakui
kemerdekaan RI dan siap membantu. Untuk mempertegas sikapnya,
Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII, pada 5 September
1945, mengeluarkan amanat sebagai berikut :

1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan


daerah istimewa dari Negara Indonesia.
2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat.
3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan
Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala
Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden.

Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Hanya kata “Sri Sultan Hamengkubuwono IX”
diganti dengan “Sri Paku Alam VIII” dan “Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat” diganti dengan “Negeri Paku Alaman”.
Di Surabaya, memasuki bulan September 1945, terjadi perebutan senjata di
gudang Don Bosco. Rakyat Surabaya juga merebut Markas Pertahanan
Jepang di Jawa Timur, serta Pangkalan Angatan Laut di Ujung sekaligus
merebut pabrik- pabrik di sana.
Orang Inggris dan Belanda yang datang langsung berhubungan dengan
Jepang. Mereka menginap di Hotel Yamamoto (Hotel Oranye). Pada 19
September 1945, seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya
mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamamoto. Residen
Sudirman segera memperingatkan Ploegman untuk menurunkan bendera
tersebut. Peringatan itu tidak ditanggapi, sehingga rakyat Surabaya
menyerbu Hotel Yamamoto. Mereka memanjat atap hotel, menurunkan
bendera Merah Putih Biru, merobek bagian warna birunya, kemudian
mengibarkannya kembali sebagai bendera Merah Putih.
Dengan berkibarnya bendera Merah Putih di atas Hotel Yamamoto,
para pemuda itu satu per satu meninggalkan Hotel Yamamoto dengan
penuh semangat dan tetap menjaga kewaspadaan.
B. Menganal i si s Ter bent uknya
NKRI
1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden
Kelengkapan-kelengkapan negara harus segera dipenuhi oleh Indonesia
yang baru saja merdeka. Salah satu hal terpenting yang harus dipenuhi adalah
Undang-Undang Dasar (UUD). Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan
sidang yang menghasilkan UUD yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
Setelah proklamasi, PPKI melakukan rapat pertama di Pejambon
(sekarang disebut Gedung Pancasila), yang dibuka sekitar pukul 11.30 WIB
dan menghasilkan penetapan pancasila sebagai dasar negara.
Sidang dilanjutkan dengan pengesahan UUD 1945 yang sebelumnya telah
dibahas bab demi bab dan pasal demi pasal. Kemudian dilanjutkan dengan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Sebagai dasar hukum pemilihan
tersebut, harus disahkan dulu pasal 3 dari Aturan Peralihan. Ini menandai
untuk pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI.
Kertas suara dibagikan, tapi atas usul Otto Iskandardinata, maka secara
aklamasi terpilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RI, dan Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden RI. Sesudah itu, pasal-pasal yang tersisa yang berkaitan
dengan Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan disetujui.
Setelah menjadi Presiden, Soekarno menunjuk sembilan orang PPKI
sebagai panitia kecil dipimpin oleh Otto Iskandardinata yang bertugas untuk
membagi wilayah negara Indonesia.
2 . Pembent ukanDepar t emen
dan Pemerintahan
Daerah
Sidang PPKI dilanjutkan kembali tanggal 19 Agustus 1945. Acara pertama
adalah pembahasan hasil kerja panitia kecil yang dipimpin Otto
Iskandardinata. Sebelum acara dimulai, Soekarno telah menunjuk Ahmad
Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimejo sebagai panitia
kecil lainnya yang bertugas merumuskan bentuk departemen bagi
pemerintahan RI, tapi bukan pejabatnya.
Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja panitia kecil yang
dipimpinnya. Hasil keputusannya membagi wilayah Indonesia menjadi :
- Jawa Tengah - Sulawesi
- Jawa Timur - Maluku
- Borneo - Sunda
(Kalimantan) Kecil
- Sumatera
Di samping wilayah tersebut, masih ditambahkan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.
Setelah itu, sidang dilanjutkan dengan mendengarkan laporan Ahmad
Subarjo mengenai pembagian departemen atau kementerian. Adapun hasil
yang disepakati, NKRI terbagi atas beberapa departemen sebagai berikut,
 Kementerian Dalam Negeri
 Kementerian Luar Negeri
 Kementerian Kehakiman
 Kementerian Keuangan
 Kementerian Kemakmuran
 Kementerian Kesehatan
 Kementerian Pengajaran
 Kementerian Sosial
 Kementerian Pertahanan
 Kementerian Penerangan
 Kementerian Perhubungan
 Kementerian Pekerjaan Umum
3 . Pembent ukanBadan- Badan
Negar a
Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno bersama
beberapa tokoh penting lainnya berkumpul untuk membahas siapa saja
yang akan diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
Selanjutnya disepakati bahwa rapat KNIP direncanakan tanggal 29
Agustus
1945.
PPKI kembali mengadakan sidang tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang
ini, diputuskan mengenai pembentukan Komite Nasional Seluruh Indonesia
dengan pusatnya di Jakarta. Komite Nasional dibentuk sebagai penjelmaan
tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuka menyelenggarakan
kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
KNIP diresmikan dan anggotanya dilantik pada 29 Agustus 1945 di
Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta. Ketua KNIP adalah Mr. Kasman
Singodimejo, dengan beberapa wakilnya, yakni Sutarjo Kartohadikusumo,
Mr. Latuharhary, dan Adam Malik.
Tanggal 16 Oktober 1945, diselenggarakan sidang KNIP yang
bertempat di Gedung Balai Muslimin Indonesia, Jakarta. Sidang ini
dipimpin Kasman Singodimejo. Dalam sidang ini diusulkan agar KNIP
diberi hak legislatif selama DPR dan MPR belum dibentuk.
Syahrir dan Amir Syarifudin mengusulkan adanya BPKNIP (Badan
Pekerja KNIP) untuk menghadapi suasana genting yang akan mengerjakan
tugas- tugas operasional dari KNIP.
Berdasarkan usul dari sidang tersebut, maka Wakil Presiden selaku
wakil pemerintah, mengeluarkan maklumat yang lazim disebut Maklumat
Wakil Presiden no. X (baca : eks). Dengan adanya maklumat tersebut,
untuk sementara Indonesia sudah memiliki kekuasaan legislatif. KNIP
diharapkan dapat berperan sebagai DPR dan MPR, meskipun hanya
bersifat sementara. Untuk menjalankan kegiatannya, telah dibentuk
BPKNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir.
4 . Pembentukan
Kabinet
Presiden segera membentuk kabinet yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno sendiri. Dalam kabinet ini para menteri bertanggung jawab kepada
presiden.
Kabinet RI yang pertama dibentuk oleh Presiden Soekarno tanggal 2
September 1945 terdiri atas para menteri sebagai berikut,
a. Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranata
b. Menteri Luar Negeri Kusumah Mr. Ahmad
c. Menteri Keuangan Subarjo
d. Menteri Kehakiman Mr. A.A. Maramis
e. Menteri Kemakmuran Prof. Mr. Supomo
f. Menteri Keamanan Ir. Surakhmad
Rakyat Cokroadisuryo Supriyadi
g. Menteri Kesehatan
Dr. Buntaran
h. Menteri Pengajaran
Martoatmojo Ki Hajar
i. Menteri Penerangan Dewantara
Mr. Amir Syarifudin
j. Menteri Sosial Mr. Iwa
k. Menteri Pekerjaan Kusumasumantri
Umum Abikusno Cokrosuyoso
l. Menteri Perhubungan
m. Menteri Abikusno Cokrosuyoso
Negara Wahid Hasyim
Dr. M. Amir
Mr. R.M. Sartono
R. Otto Iskandardinata
5 . Pembentukan Berbagai Partai
Politik
Sidang PPKI 22 Agustus 1945 memutuskan adanya partai politik
nasional yang kemudian terbentuknya PNI (Partai Nasional Indonesia)
yang diharapkan sebagai wadah persatuan pembinaan politik bagi rakyat
a. Masyumi
Indonesia.
Beberapa
b. PKI (Partai partaiIndonesia)
Komunis politik yang kemudian terbentuk, misalnya :
7 November 1945
c. PBI (Partai Buruh Indonesia)
7 November 1945
d. Partai Rakyat Jelata
8 November 1945
e. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) 8 November 1945
f. PSI (Partai Sosialis Indonesia) 10 November
1945
g. PRS (Partai Rakyat Sosialis)
10 November
h. PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia) 1945
i. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia 10 November
1945
j. PNI (Partai Nasional Indonesia)
8 Desember 1945
17 Desember 1945
6 . Komite Van Aksi dan Lahirnya Badan-
Badan Perjuangan
Sukarni dan Adam Malik membentuk Komite van Aksi yang dimaksudkan
sebagai gerakan yang bertugas dalam pelucutan senjata terhadap serdadu
Jepang dan merebut kantor-kantor yang masih diduduki Jepang. Munculnya
Komite van Aksi disusul dengan berbagai badan perjuangan lainnya seperti
API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Bartisan Rakyat Indonesia), dan
BBI (Barisan Buruh Indonesia).
Di Surabaya, muncul BBI pada 21 Agustus 1945. Kemudian tanggal 25
Agustus 1945, dibentuk Angkatan Muda yang kemudian muncul PRI (Pemuda
Republik Indonesia) tanggal 23 September 1945. Demikian juga di daerah lain
yang juga muncul berbagai badan perjuangan, seperti KRIS (Kebaktian Rakyat
Indonesia Sulawesi) dan PIM (Pemuda Indonesia Maluku).
Dengan munculnya badan-badan perjuangan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa di seluruh tanah air telah siap menggelorakan revolusi untuk
membersihkan kekuatan Jepang dari tanah air.
7 . Lahirnya Tentara Nasional Indonesia
Sebagai negara yang wilayahnya luas, tentara mutlak diperlukan
sebagai benteng pertahanan. Sebutan TNI (Tentara Nasional Indonesia)
lebih populer dengan sebutan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia).
Terbentuknya TNI berpangkal dari maklumat pembentukan TKR
(Tentara
Keamanan Rakyat). Kesatuan TKR kemudian berkembang menjadi TNI.
A. Badan Keamanan
Rakyat
Beberapa minggu setelah proklamasi, Presiden Soekarno masih bersikap
hati-hati. Hal ini berkaitan dengan sikap Jepang yang tidak senang kalau
terjadi perubahan status dari negara jajahan menjadi negara merdeka,
apalagi sampai memiliki tentara. Karena Jepang takut atas pemerintah
sekutu, maka Jepang bersikap keras kepada Indonesia, seperti melucuti
persenjataan dan membubarkan PETA pada 18 Agustus 1945.
Presiden Soekarno bersikap hati-hati agar Republik Indonesia tetap
dapat berlangsung. Oleh karena itu, para pemuda memelopori
pembentukan badan-badan perjuangan.
Pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945, diputuskan untuk
membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang merupakan bagian dari
BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban Perang). Tujuan BKR adalah
untuk memelihara keselamatan rakyat dan keamanan di berbagai wilayah.
BKR dibentuk di berbagai wilayah, namun BKR bukan tentara, sehingga
sampai akhir bulan Agustus 1945, Indonesia belum memiliki tentara.
B. Tent ar a Keamanan
Rakyat
Sampai akhir bulan September 1945, tentara Indonesia belum memiliki
kesatuan dan organisasi tentara secara resmi dan profesional. BKR hanya
diprogram untuk menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat. BKR
bukan kekuatan bersenjata yang bersifat nasional. Para pemuda belum puas
dengan keberadaan BKR, sehingga badan perjuangan terus mengadakan
perlawanan terhadap Jepang.
Angkatan perang Inggris mendarat di Jakarta pada 16 September 1945.
pasukan ini mendesak Jepang untuk mempertahankan Indonesia yang
masih dipandang sebagai daerah jajahan. Dengan demikian, Jepang
semakin keras mempertahankan diri dan melawan gerakan para pemuda.
Pada 29 September 1945, mendarat lagi tentara Inggris yang diboncengi
NICA. Dengan demikian ancaman dari kekuatan asing semakin besar. Para
pemimpin negara menyadari bahwa sulit mempertahankan negara dan
kemerdekaan tanpa suatu tentara atau angkatan perang. Sehubungan
dengan itu, pemerintah memanggil bekas Mayor KNIL, Urip Sumoharjo
untuk membentuk tentara kenegaraan.
Pada 9 Oktober 1945, KNIP mengeluarkan perintah bagi bekas tentara,
PETA, Heiho, KNIL, dan laskar-laskar yang ada untuk bergabung dalam TKR.
Sementara kesatuan aksi atau badan perjuangan para pemuda yang bersifat
setengah militer masih diizinkan beroperasi apabila tidak ingin bergabung
dalam TKR.
Personalia pemimpin TKR ternyata belum mantap karena tidak
munculnya Supriyadi sebagai Menteri Kemanan Rakyat yang hilang sejak
berakhirnya pemberontakan PETA di Blitar pada 20 Oktober 1945.
Supriyadi diangkat menjadi Pimpinan Tertinggi TKR, tapi Supriyadi tidak
kunjung datang. Oleh karena itu, kepemimpinan yang aktif adalah Urip
Sumoharjo yang diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR.
Mengingat Supriyadi tidak pernah muncul, maka diadakan
pemilihan pimpinan tertinggi TKR yang baru. Dalam rapat pemilihan
itu, disepakati untuk mengangkat Kolonel Sudirman sebagai
Panglima Besar TKR.
Pelantikan baru dapat dilaksanakan pada 18 Desember 1945, setelah
pertempuran Ambarawa selesai. Setelah pertempuran itu, pangkat
Sudirman menjadi Jenderal dan Urip Sumoharjo menjadi Letnan Jenderal.
C. Dar i TKR, TRI , ke
TNI
Sejarah ketentaraan Indonesia terus mengalami perubahan. TKR dinilai
hanya merupakan kesatuan yang menjaga keamanan rakyat yang belum
menunjukan suatu kesatuan angkatan bersenjata yang mampu melawan
musuh dengan perang bersenjata. Kemudian pemerintah mengeluarkan
Penetapan Pemerintah No.2/SD 1945 yang mengubah nama Tentara
Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, serta mengubah
Kementerian Keamanan Rakyat menjadi Kementerian Pertahanan.
Belum genap satu bulan, Tentara Keselamatan Rakyat diubah menjadi TRI
(Tentara Republik Indonesia). TRI kemudian disempurnakan dengan
dibentuknya ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) dan AURI (Angkatan
Udara Republik Indonesia).
Situasi negara semakin genting. Aksi pihak tentara Belanda semakin
mengancam. Sementara dalam kenyataannya, Indonesia masih menghadapi
masalah yang berkaitan dengan persenjataan. Kesatuan kelaskaran juga
lebih condong kepada induk partainya yang belum tentu searah dengan
perjuangan para tentara yang tergabung dalam TRI.
Sehubung dengan kenyataan itu, presiden mengeluarkan dekrit yang
berisi tentang pembentukan panitia yang disebut Panitia Pembentuk
Organisasi Tentara Nasional, dengan dipimpin oleh Soekarno sendiri.
Setelah panitia itu bekerja, akhirnya keluar Penetapan Presiden
tentang pembentukan organisasi TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Mulai 3 Juni 1947, TNI berdiri secara resmi sebagai penyempurna
dari TRI. Segenap anggota angkatan perang dan anggota
kelaskaran dimasukan ke dalam TNI.
Dalam organisasi ini, telah dimiliki TNI Angkatan Darat, TNI
Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Semua itu terkenal
dengan sebutan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai