Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK SEJARAH

Nama Kelompok:
1. Anggun Setyaningrum (04)
2. Annisa Nuraini M (06) XI MIPA 5
3. Putri Nur Laely (26)
4. Riani Arnasari (28)

Analisis Sambutan Rakyat Terhadap Berita Proklamasi


Kemerdekaan Republik Indonesia Di Daerah Surakarta, Khususnya
Boyolali

A. Latar Belakang

Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tanggal istimewa bagi rakyat Indonesia, karena
pada tanggal tersebut Republik Indonesia mulai berdiri, Republik Indonesia mulai
dikumandangkan kemerdekaannya oleh sang proklamator Soekarno dan M Hatta. Sebelum
Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak peristiwa
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut. Mulai
dari peristiwa Rengasdengklok, yaitu peristiwa penculikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta oleh
sejumlah golongan muda. Mereka dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.
Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Setelah mendapat kesepakatan, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Jakarta untuk
menyusun naskah teks proklamasi. Penyusunan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari di kediaman Laksamana Tadashi Maeda, Jalan
Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan Mr. Ahmad Soebarjo.. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik.
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 Teks
Proklamasi akan dibacakan. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi
oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih,
yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan oleh Latief Hendraningrat dibantu oleh
Soehoed , Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Peristiwa
yang sangat bersejarah ini disebarkan ke berbagai pelosok tanah air melalui berbagai cara di
antaranya dilakukan secara perorangan dan melalui lembaga-lembaga pemberitaan. Lembaga
pemberitaan seperti radio dan surat kabar berperan besar dalam penyebaran berita penting
tersebut. Penyebaran berita secara perorangan dilakukan melalui pamflet-pamflet, pengeras
suara, dan pawai.

B. Pembahasan

1. Menganalisis sambutan rakyat Indonesia setelah mendengar proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945.

a. Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para
pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak
teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada
dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi
yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor
Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut
setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak
Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945,
pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda
tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi
radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit
pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan
terus disiarkan. Selain itu, berita proklamasi disebarluaskan melalui surat kabar, misalnya
Suara Asia (Surabaya), Cahaya (Bandung), Sinar Matahari (Yogyakarta), Sinar Baru
(Semarang). Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara
Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di
pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air. Ternyata para
pemuda lebih antusias dalam menyambut proklamasi, yaitu dengan cara membentuk
kelompok-kelompok aksi, antara lain:
1. Kelompok pemuda Menteng dipimpin Sukarni membentuk Komite Van Aksi Menteng 31.
2. Kelompok mahasiswa Ika Daingaku yang bermakas di prapatan 10.
3. Kelompok mahasiswa Islam di Balai Muslimin Jl, Kramat 19.
4. Kelompok Mahasiswa Cikini 71.
5. Kelompok Syahrir di Jl. Maluku
6. kelompok peta, Heiho, seinendan, BKR.
7. Kelompok Barisan Pelopor
Para pemuda ini kemudian melancarakan aksinya dengan cara melucuti senjata Jepang
dan mengambil alih tempat-tempat yang penting seperti kereta Api, gedung Radio Jakarta,
sampai akhirnya tanggal 11 September semua jawatan radio berhasil dikuasai oleh mereka
yang diatasnamakan RI, oleh karena itu tanggal 11 September dijadikan sebagai hari lahir
RRI. Setelah berhasil menguasai seluruh radio, maka para pemuda berusaha untuk
mengeluarkan semangat perjuangan dengan cara mengadakan rapat raksasa di lapangan Ikada
(sekarang Monas) tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno.
b. Di Tingkat Daerah
Di semarang
Berita proklamasi diterima melalui radio Domei, sementara itu Syarief Sulaeman dan
MS. Mintarjo membawa ke gedung Jawa Hokokai yang sedang dilaksanakan sidang
dibawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Dalam sidang tersebut dibacakan teks
proklamasi, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menyerukan "Hidup Bung Karno"
dan "Hidup Bung Hatta serta " Hidup Bangsa Indonesia". Berita proklamasi di radio
Semarang pada tanggal 19 Agustus 1945.
Di Brebes, Pekalongan, Tegal
Terjadi gerakan sosial yaitu penyerangan terhadap para pamong praja pegawai
pemerintah yang dianggap pembawa kesengsaraan rakyat yang ditimbulkan oleh
Jepang. Peristiwa ini merugikan perjuangan bangsa, sebab timbulnya bentrokan
antarbangsa sendiri dapat melemahkan perjuangan berikutnya.
Di Surabaya
Insiden bendera 19 September 1945, terjadi di hotel Yamato, yang berpangkal pada
tindakan beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru. Tindakan
tersebut menimbulkan amarah rakyat yang kemudian menyerbu hotel itu menurunkan
bendera tersebut, serta merobek yang berwarna biru dan mengibarkannya kembali
sebagi bendera merah putih.
Di Sulawesi Utara
Para pemuda yang tergabung dalam pasukan pemuda Indonesia mengadakan gerakan
tangsi putih dan tangsi hitam di Teling Manado untuk membebaskan tawanan yang
pro Republik Indonesia.
Di Medan
Berita proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan, mendengar berita itu Ahmad Tohir
membentuk Barisan pemuda Indonesia yang kemudian mengambil alih kekuasaan
kantor-kantor yang dulu dikuasai Jepang.
Di Kutaraja (Banda Aceh)
Para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk angkatan pemuda Indonesia, dan
mereka mengibarkan bendera merah putih serta mengambil alih kekuasaan kantor-
kantor yang dulu dikuasai Jepang.
Di Singaraja (Bali)
Para pemuda membentuk AMI (Angkatan Muda Indonesia) dan PRI (Pemuda
Republik Indonesia).
Di Yogyakarta
Berita proklamasi yang diterima di Yogyakarta tanggal 17 Agustus segera
disebarluaskan melui masjid-masjid terutama Masjid Besar Kauman dan Pakualaman.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara, memimpin murud-muridnya dengan bersepeda
mengadakan pawai keliling untuk menyambut proklamasi RI. Demikian juga dengan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VII segera memberikan ucapan
selamat kepada Soekarno- Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden. Rakyat Jogya
menyambut dengan gembira dan mengibarkan Bendera Merah Putih di mana-mana.
Pada tanggal 21 Agustus 1945 terjadi peristiwa di gedung Cokou Kautei (gedung
Agung), dimana serdadu Jepang membubarkan rakyat dan mengibarkan bendera
Hinomaru, tetapi tengah hari rakyat kembali menyerbu, dan berhasil menurunkan
bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera Merah Putih di bawah pimpinan
Kapten Polisi Slamet C, Siti Ngaisah, Sultan Ilyas dan Supardi.

Berikut yang dirasakan oleh rakyat serta tindakan rakyat dalam menyambut dan
berusaha menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia :
1. Mula-mula rakyat tidak percaya berita proklamasi tersebut.
2. Luapan kegembiraan rakyat menyambut proklamasi.
3. Mengadakan rapat raksasa.
4. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
5. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari Jepang.
6. Upaya merebut gedung kantor pemerintahan.
7. Tekad mempertahankan kemerdekaan.

2. Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Melakukan serangan pembalasan diseluruh pangkalan Jepang. Kerena posisi makin
tersedak, maka Jepang bersiap siap membuat pertahanan terakhir dan membuat
persembunyian di daerah daerah jika sewaktu waktu sekutu berhasil menguasainya.
Pada situasi yang demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan,
bahkan mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat
tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain :
a. Daerah Kecamatan Musuk : di Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk
menyimpan bahan makanan dan bermacam macam kebutuhan harian.
b. Kecamatan Cepogo, dibuat goa goa yang dapat memuat beribu ribu orang. Gua itu
terletak di lereng gunung Merapi bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari : Glonggong, Gunung Madu terdapat gua gua untuk menyimpan
senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono, terdapat gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga dibuat gua gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras
dibuat persiapan lapangan terbang. (Sarjono,11-10-1981;Mandani 16-10-1981).
Dalam membuat pertahanan, Jepang menggunakan tenaga rakyat secara paksa dibawah
todongan senjata tentara Jepang. Mereka hanya diberi makan sehari sekali dengan setengah
panci grontol jagung ( Soewarso, 1976 : 27). Oleh karena itu tidak mengherankan apabila
beratus-ratus rakyat meninggal dunia dalam melakukan kerja paksa tersebut. Tidak
mengherankan pula kalau kejadian tersebut menimbulkan rasa dendam yang membara dihati
rakyat, yang pada suatu saat bisa meledak menjadi satu perlawanan terhadap kekuasaan
pendudukan tentara Jepang. Dalam hal ini pemuda memegang peranan penting di dalam
perebutan kekuasaan di daerah Boyolali. Walaupun setelah menggunakan segala cara dan
usaha, akhirnya Jepang bertekuk lutut pada sekutu secara resmi pada 15 Agustus 1945. Tetapi
di daerah- daerah, pelaksannan penyerahan kekuasaan tersebut tidak segera berjalan lancar
dan mudah. Begitu pula setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dua
hari setelah kekalahan Jepang. Usaha menegakkan Negara Republik Indonesia ini ternyata
tidak mudah. Tentara Jepang masih tidak percaya bahwa negaranya sudah menyerah kalah
pada sekutu. Itulah sebabnya mereka tetap mempertahankan kekuasaannya di Indonesia.
Berita tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh
pemuda Boyolali, utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor Jakarta, yaitu Supeno,
tanggal 16 Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan, Mandani dan
Harbuntalib menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor
dan Poetra Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan
dilakukan. Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena
alat-alat perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang.
Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para
pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti
Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).
Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, Jalan
Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui
pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera
disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus
1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat
tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-
gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada
masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Disamping itu para
pemuda secara sepontan mengibarkan Bendera Merah Putih yang pertama kali di halaman
kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurunan bendera Jepang. Pengibar benderanya
adalah Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto,
Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain
( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982) Pada sore harinya
bendera diturunkan oleh bupati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum
dari bupati tersebut maka pengibaran bendera merah putih dipindahkan kesebelah selatan
Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo. Piket penjagaan
bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran. Dengan adanya larangan
pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional
merebut pemerintahan dari tangan Jepang ( Sastosuroso, 16-02-1982) Hal tersebut terbukti,
karena tidak lama kemudian terjadi peristiwa penyerobotan kekuasaan dari tangan Bupati
Rt Reksonagoro oleh para pemuda. Memang pelaksanaan menegakkan pemerintahan
Republik di daerah Boyolali yang dilakukan oleh para pemuda menghadapi dua hal yang
harus segera diatasi, yaitu : pengambilan alihan kekuasaan dari pemerintah Pangreh Praja
kasunanan dan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang.

C. Kesimpulan
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa penyebaran berita kemerdekaan di
Indonesia tidaklah mudah. Dengan terbatasnya akses komunikasi pada masa
itu dan juga halangan serta ancaman dari pihak Jepang yang tak mau
mengakui kemerdekaan Indonesia tidak menyurutkan tekad rakyat untuk
menyebarkan berita akan kemerdekaan bangsa. Pihak Jepang yang tidak
terima berusaha mengerahkan kekuatan, akan tetapi semangat rakyat
terutama pemuda saat itu tak terbendung, dengan membentuk persatuan
mereka dapat merebut kekuasaan Jepang dan menguasai gedung
pemerintahan.
Penyebarluasan berita kemerdekaan ini tak lepas dari tujuan agar
segenap rakyat dapat mempertahankan kemerdekaan bangsa yang sudah lama
mereka impikan. Sorakan kebahagiaan meluap dari penjuru negeri. Walaupun
pada awalnya rakyat tidak percaya, berita akan kemerdekaan ini terus
disiarkan hingga masyarakatpun percaya. Pada hari itu Sang Saka Merah
Putih dikibarkan dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan.
Betapa besarnya pengorbanan rakyat Indonesia pada masa itu. Oleh
karena itu, sebagai pemuda kita harus berjuang mati matian dalam
mempertahankan kemerdekaan yang dengan susah payah dicapai oleh
pahlawan bangsa yang kini telah gugur. Perjuangkan apa yang bisa kita
perjuangkan untuk bangsa, korbankanlah apa yang dapat kita korbankan
untuk bangsa, karena NKRI HARGA MATI!

Anda mungkin juga menyukai