Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Afghan Faishal M
Anggun Setyaningrum
Dea Amalia P
Ghea Indhiera S
Hesti Widiyaningsih
Maria Natalia T M
Nofiya Ruswanti
Olivia S W
Riani Arnasari
(01)
(04)
(08)
(13)
(17)
(19)
(23)
(25)
(28)
Aturan
Berikut adalah isi dari aturan tanam paksa
Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis
tanaman perdagangan.
Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil
tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di
perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda selama 66
hari atau seperlima tahun.
Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh
melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat
Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani
seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda
Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa
PELAKSANAAN
Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa tidak berjalan sebagai mana mestinya. Banyak sekali
penyimpangan yang terjadi yakni:
1. Rakyat lebih mencurahkan perhatian tenaga dan waktunya untuk tanaman berkualitas
ekspor, sehingga tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang.
2. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi batas waktu yang telah
ditentukan.
3. Jenis tanah tanaman kualitas ekspor melebihi 1/5 dari lahan garapan. Apabila tanah itu
harus lahan yang subur, sehingga akibatnya padi justru ditanam di kahan yang kurang
subur, sehingga hasilnya tidak maksimal
4. Lahan yang disediakan untuk tanaman wajib tetap dikenai ajak
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayar tidak dibayarkan
kembali kepada rakyat
6. Kegagalan panen ditanggung rakyat
Dampak
Dalam bidang pertanian
Cultuurstelsel menandai dimulainya penanaman tanaman komoditi pendatang di
Indonesia secara luas. Kopi dan teh, yang semula hanya ditanam untuk kepentingan
keindahan taman mulai dikembangkan secara luas. Tebu, yang merupakan tanaman asli,
menjadi populer pula setelah sebelumnya, pada masa VOC, perkebunan hanya berkisar
pada tanaman "tradisional" penghasil rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkeh.
Kepentingan peningkatan hasil dan kelaparan yang melanda Jawa akibat merosotnya
produksi beras meningkatkan kesadaran pemerintah koloni akan perlunya penelitian
Sistem Tanam Paksa Paksa terfokus di Pulau Jawa karena secara di geografis tanah di
Jawa lebih subur dibanding daerah lainnya. Jenis tanaman yang diusahakan di pulau Jawa
adalah tanaman ekspor seperti kopi, teh, dan tembakau.
Didaerah Sumatera juga diterapkan Sistem Tanam Paksa namun tidak sefokus di Jawa.