Anda di halaman 1dari 18

Tanam Paksa &

Dampaknya
Danti Ayu Saputri (B0418011)
Devi Murdiyaningsih (B0418012)
Goldbudding Hikmatyar (B0418025)
Hasna Amila (B0418027)
Tanam

Paksa?
Sistem Eksploitasi tanaman
yang dikenalkan oleh
Gubernur Jenderal Johannes
van den Bosch

 Sistem tanam paksa


diberlakukan sebagai upaya
menghidupkan kembali sistem
eksploitasi masa VOC yang
berupa penyerahan wajib
(verplichte leveranties)

 Kaum tani digerakkan untuk


Ketentuan-ketentuan awal dalam
lembaran negara (Staatsblad) tahun
1834, nomor 22, antara lain:
• 1. Penduduk menyediakan
sebagian tanah untuk ditanami
tanaman yang laku dipasaran 5. Hasil tanaman perdagangan yang
Eropa berasal dari tanah yang disediakan
wajib diserahkan kepada
• 2. Tanah yang ditanami tanaman pemerintah hindia belanda; apabila
yang laku di pasaran Eropa tidak nilai hasil tanaman perdagangan
boleh melebihi seperlima yang yang ditaksir itu melebihi pajak
dimiliki penduduk desa tanah yang harus dibayar rakyat,
maka selisih positifnya harus
• 3. Pekerjaan yang diperlukan untuk diserahkan kepada rakyat.
menanam tanaman perdagangan
tidak boleh melebihi pekerjaan 6. Kegagalan panen tanaman
yang dibutuhkan untuk menanam perdagangan harus dibebankan
padi. kepada pemerintah, terutama
apabila kegagalannya bukan
• 4. Bagian tanah yang ditanami disebabkan oleh kelalaian
tanaman perdagangan dibebaskan penduduk.
dari pembayaran3
pajak tanah 3
7. Penduduk desa akan mengerjakan
 Tanam paksa melibatkan
pejabat-pejabat pribumi dan
eropa. Pejabat pribumi
 Tanam paksa tidak berlaku mencakup para bupati hingga
di daerah kerajaan Surakarta
kepala desa. Pejabat eropa
dan Yogyakarta
(vorstenlanden) meliputi para Residen, Asisten
Residen, kontrolir, dan Direktur
Tanaman yang terpenting Tanaman
dalam tanam paksa yakni
kopi, tebu, nila. Dalam skala  Daerah gubernemen ter sebut
lebih kecil yakni teh, mencakup 18 karesidenan, yaitu
tembakau, lada, kayu manis. Banten, Priangan, Kerawang,
Cirebon, Tegal, Pekalongan,
Semarang, Jepara, Rembang,
Surabaya, Pasuruan, Besuki,
Tiga Macam Pelayanan menurut
Sartono Kartodirjo dan Djoko
Suryo :

Kerja wajib garap penanaman


Kerja wajib umum (cultuurdiensten), menyangkut
(heerendiensten), Kerja wajib pancen pengerahan kerja untuk membuka
mencakup pelayanan (pancendiesten), lahan perkebunan, pembuatan atau
kerja untuk umum, menyangkut tugas perbaikan irigasi, kegiatan
seperti pembuatan atau pelayanan kerja penanaman, pengangkutan hasil
perbaikan jalan, pertanian di tanah milik panen dari lahan panenan ke tempat
pembuatan gedung kepala-kepala pribumi penimbunan (kopi, nila), ke pabrik
pengolahan (tebu) atau kerja lain di
perkantoran, dan perkebunan pemerintah.
KOMPONEN TENAGA KERJA
SISTEM TANAM PAKSA

Giant
Template
“Sistem Tanam Paksa
lebih merupakan klaim
atas tanah ketimbang
terhadap tenaga kerja;
banyak orang yang
dilibatkan dalam kerja
tanam tidak membayar
sewa tanah”.
-Dr. C.
Fasseur
Van den Bosch sendiri dalam melaksanakan
sistem Tanam Paksa tidak bermaksud untuk
merubah pola tradisional yang ada di desa,
maka jalan terbaiknya adalah menjalin
hubungan kerjasama dengan penguasa Jawa
hingga ketingkat kepala desa. Dia terpaksa
Giant menggunakan hirerarki elite tradisional
sebagai perantara untuk masuk ke desa dan

Template
mendorong komponen tenaga kerja yang
dibutuhkan melalui pelayanan kerja
tradisional lainnya. Tetapi tugas dan
kewajiban harus tetap dipenuhi oleh setiap
desa yang sebagian besar masih terkait
dengan hak-hak atas tanah desa.
• Pengawas-pengawas dari pihak
Belanda.

Orang-
Bupati-bupati di Jawa, mereka
sangat dijunjung tinggi oleh
masyarakat. Kesetiaan mereka
orang terhadap pemerintah Belanda
didukung oleh gaji dan hadiah
yang yang besar.
Berperan • Administrator Belanda dan Lokal.
dalam • Kepala Desa, yang bertugas untuk
Sistem mengawasi secara langsung dan
mencari tenaga kerja.
Tanam • Kaum petani.
Paksa
Jumlah tanah garapan dan
petani yang ikut terlibat dalam
beberapa daerah
Proporsi jumlah kaum tani yang terlibat dalan sistem ini
sangat besar. Sekitar 5% tanah garapan di Jawa
dimanfaatkan untuk tanaman pemerintah dan 65-70%
dari rumah tangga tani di Jawa terlibat dalam
penanaman pemerintah, beberapa contoh daerah antara
lain :
• Jepara, luas lahan yang digunakan sekitar 5% dan sekitar 45%
keluarga petani ikut terlibat.

• Pasuruan, luas lahan yang digunakan sekitar 12% dan sekitar


90% keluarga petani yang ikut terlibat.

• Banyumas, luas lahan yang ditanami pemerintah turun dari


12% menjadi 8% dari tahun 1830-an sampai 1850-an dan
sekitar 95% keluarga petani yang ikut terlibat.

• Kedu, hanya 1-2% saja tanah yang digunakan, tetapi


keterlibatan penduduknya mendekati 100%.

• Surabaya, yang menggunakan rata-rata 5% tanah garapan


dan 35-40% kelurga tani yang dilibatkan.
Peraturan setelah tahun 1832 menyebutkan bahwa
pembayaran akan diberikan langsung kepada
individu atau orang yang mewakilinya begitu kopi
disetorkan ke gudang setempat. pembayaran yang
Contoh dibakukan diseluruh Jawa, kecuali Keresidenan
Priangan yang tetap menggunakan sistem lama,
penyelewenga sebesar 25 gulden per pikul dikurangi 10 gulden
n pada bidang untuk sewa tanah pada lahan kopi dan 3 gulden
untuk membayar biaya transportasi dari gudang
pembayaran setempat ke gudang pusat. Dengan demikia petani
upah buruh hanya menerima 12 gulden untuk setiap pikul kopi.
Para pekerja beberapa tanaman dagang seperti teh
kopi dan tembakau, sering dikerahkan lewat jalur
kekuasaan tradisional. Namun, pada keyataannya
selain kecilnya upah buruh sering kali para elite desa
malah tidak memberikan upah tersebut. Hal ini
dilakukan dengan berbagai cara agar mereka
mendapat banyak untung dengan mengorbankan
kaum buruh tani.
Kesan umum yang diperoleh
dari pelaksanaan sistem ini
adalah perangkat desa dan
administrator supradesa yang
berusaha dengan berbagai cara,
baik secara jujur maupun
curang untuk mengambil
keuntungan bagi diri sendiri
lewat pembayaran-pembayaran
khusus, hak-hak kepemilikan
tanah jabatan, dan pemerasan
kecil-kecilan dengan
mengorbankan kaum buruh-
tani.
Penyimpangan
Sistem Tanam
Paksa
• 1) Tanah yang harus diserahkan rakyat
cenderung melebihi dari ketentuan 1/5.

• 2) Tanah yang ditanami tanaman wajib


tetap ditarik pajak.

• 3) Rakyat yang tidak punya tanah


garapan ternyata bekerja di pabrik atau
perkebunan lebih dari 66 hari atau 1/5
tahun.

• 4) Kelebihan hasil tanam dari jumlah


pajak ternyata tidak dikembalikan.

• 5) Jika terjadi gagal panen ternyata


ditanggung petani.
Dampak Negatif
1.
Tanam Paksa
Terjadinya eksploitasi tenaga kerja Pada saat dilaksanakannya tanam paksa,
lahan yang digunakan untuk menanam padi
masyarakat yang sangat besar diganti dengan penanaman kopi, dan
tanaman lain yang sudah ditentukan oleh
Hal ini dapat terlihat dari data-data statistic pemerintah kolonial. Banyaknya gagal
yang dilaporkan oleh Fasseur yang panen juga mempengaruhi sedikitnya
menunjukkan bahwa 57% dari penduduk tanaman pangan.
tanah Jawa terlibat dalam penanaman
komoditas-komoditas pertanian pemerintah
colonial pada tahun 1840, dan 46% pada
tahun 1850. Elson juga menghitung bahwa
bahwa pada tahun 1840, 73% dari seluruh
keluarga petani dimanfaatkan untuk
melakukan penanaman, dimana untuk
daerah Banten, Banyumas dan Kedu,
angkanya mencapai 100% dan di beberapa
daerah selainnya kurang dari 50%.

2. Kelaparan yang ekstrim


14 14
Dampak Negatif
Tanam Paksa
3. Kemiskinan serta penderitaan fisik 5. Angka kematian meningkat tajam
dan mental yang berkepanjangan
Disebabkan banyaknya wabah penyakit dan
Masyarakat tidak bisa merdeka di tanahnya juga bencana kelaparan menyebabkan
sendiri, serta tidak bisa menikmati hasil dari angka kematian masyarakat meningkat
apa yang ditanam di tanahnya sendiri. tajam.

4. Menyebarnya banyak wabah 6. Beban hidup rakyat semakin berat


penyakit dan sulit
Banyak wabah penyakit yang meluas pada Hal ini dikarenakan masyarakat harus
masa tanam paksa, seperti tipus, kolera, menyerahkan sebagian dari tanah milik
cacar air, dan pes. Penyakit-penyakit ini serta hasil panen, termasuk membayar
sulit dsembuhkan pada saat itu, karena pajak, kerja paksa dan turut menanggung
memang perlatan yang ada belum resiko kegagalan panen.
memadai, serta dokter yang ada masih
sangat sedikit.

15 15
1. Rakyat menjadi mengenal berbagai teknik Dampak
Positif
menanam jenis- jenis tanaman baru
Diharuskannya rakyat untuk menanam
tanaman yang ditentukan oleh pemerintah
colonial, tentunya membuat masyarakat
memiliki ilmu dalam menanam tanaman baru
yang sebelumnya belum pernah dikenal dan
ditanam.
2. Rakyat mulai mengenal jenis tanaman yang
berpotensi ekspor dan bisa diperdagangkan.
Jika sebelumnya rakyat hanya menanam
tanaman untuk kebutuhan ekonomi substein,
yaitu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
sejak adanya tanam paksa, rakyat lalu
mengenal tanaman yang berorientasi ekspor
Dampak bagi Belanda :
1. Kas kerajaan yang semula kosong, menjadi
terisi bahkan dengan keuntungan berlipat-
lipat.

2. Pendapatan dari tanam paksa melebihi


anggaran belanja kerajaan

Dengan diadakannya tanam paksa,


anggaran belanja Belanda menjadi terus-
menerus terisi dengan ajeg, bahkan
melebihi anggaran kerajaan.

3. Hutang-hutang Belanda menjadi terlunasi

Dengan anggaran yang bisa didapatkan


pemerintah kolonial dengan ajeg,
membuat Belanda bisa melunasi hutang-
hutangnya.
Thanks!
Any
question
?

Anda mungkin juga menyukai