Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERTANIAN DI INDONESIA

ABSTRAK

Sejarah tidak dapat dilepaskan dari peradaban manusia. Seperti sejarah

pertanian yang menjadi bagian dari peradaban manusia. Pertanian dikenal sejak

kebudayaan neolitikum dan megalitikum. Dimulai dari mengamati perilaku hewan

, tanaman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangannya. Pertanian bermula dikarenakan dampak perubahan iklim dunia

dan adaptasi tanaman. Masyarakat di dorong untuk mempertahankan ketersediaan

pangan agar dapat mempertahankan hidupnya sehingga muncul pertanian.

Pertanian dilakukan dengan bercocok tanam, pembesaran hewan ternak,

pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim. Sebelumnya mayoritas petani di

Indonesia masih menggunakan cara yang manual untuk mengolah lahannya. Di Era

Revolusi 4.0 seperti saat ini terjadi perubahan peradaban, pengembangan alat-alat

pendukung kehidupan, dan teknologi pertanian yang awalnya sederhana menjadi

lebih modern.

Kata kunci : pertanian, sejarah, perubahan iklim

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara agraris, berarti Indonesia merupakan negara yang mayoritas

penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Pertanian merupakan kegiatan

pemanfaatan suber daya hayati untuk menghasilkan baik bahan pangan, industry,

ataupun sumber energi. Di Indonesia pendapatan masyarakat yang sangat dominan

berasal dari pertanian. Dikarenakan kurangnya produktivitas pertanian

menyebabkan pertanian di Indonesia jauh dari rata-rata. Dan mayoritas petani di

Indonesia masih menggunakan cara manual untuk mengelola lahannya.

Pembangunan ekonomi menjadi salah satu tolak ukur dalam menunjukkan adanya

pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat

memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono; 2007).

Ketika teknologi pertanian masih sederhana, biji tanaman yang dibuang secara

tidak sengaja dapat menghasilkan tanaman baru. Hal itu yang menyebabkan
muncul keinginan seseorang untuk menanam. Menurut kepustakaan kuno yang

terdapat pada cerita, Kaisar Cina Shen Nung merupakan penemu kegiatan

pertanian. Orang Babilonia Kuno merupakan orang yang melakukan usaha

menanam buah-buahan pertama di dalam sejarah. Saat itu petani belum mengetahui

bahwa pohon kurma memiliki bunga jantan, mereka mengira pohon kurma

merupakan pohon yang mandul.

Sejarah perkembangan pertanian lebih baru jika dibandingkan dengan sejarah

manusia, dikarenakan manusia awalnya hanya bertindak sebagai pengumpul

makanan. Zaman Neolitik (7.00-10.000 tahun silam) merupakan produksi pangan

pertama dan pembudidayaan yang sesungguhnya. Pertanian tidak berkembang

secara bersamaan, namun pada waktu yang jauh terpisah dan pada tempat yang

berbeda-beda. Semakin lama, perkembangan pertanian mulai membawa

keberuntungan dan surplus pangan yang menjanjikan. Keadaan tersebut dapat

membebaskan orang yang tidak terlalu trampil pada bidang tetsebut dapat bebas

dari tugas memproduksi pangan.

Pada zaman prasejarah setiap tanaman telah dikembangkan. Pengembangan

tersebut dilakukan melalui dua cara yaitu penjinakan dan seleksi. Saat penjinakan,

manusia primitive umumnya menunjukkan kecerdikan yang luar biasa pada proses

penjinakan tanaman liar. Sedangkan seleksi terkadang mengakibatkan terciptanya

suatu tipe baru. Dan tanaman tersebut kebanyakan sangat berbeda dengan nenek

moyangnya yang masih liar.

Ketika manusia mengambil peran dalam kegiatan tanaman dan hewan untuk

memenuhi kebutuhan, kegiatan pertanian mulai dikenal. Pertanian dimulai dari

mengumpul dan berburu, pertanian primitive, pertanian tradisional sampai

pertanian modern. Sejarah pertanian di Indonesia belum banyak diketahui secara

jelas. Namun pertanian di Indonesia dimulai pada Era Orde Baru (1967-1997).

Kegiatan bisnis menjadi hal utama dalam pertanian, dan mereka menjual hasil

panennya untuk memenuhi kegiatan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

- Bagaimana sejarah pertanian di Indonesia?

- Bagaimana keadaan pertanian setelah kemerdekaan Indonesia ?


- Apa hambatan pertanian di Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertanian di Indonesia

Sebelum Belanda datang, perkembangan pertanian di Indonesia ditentukan

oleh adanya sistem pertanian padi dengan pengairan. Untuk membentuk pertanian

yang menetap, masyarakat mulai menggunakan sistem pertanian padi sawah. Di

Indonesia, saat ini sudah dapat ditemukan berbagai sistem pertanian yang berbeda,

yaitu sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan.

Sistem ladang merupakan peralihan tahap pengumpul ke tahap penanam.

Tanaman yang ditanam pada sistem ladang adalah tanaman pangan, seperti padi

dan jagung. Sistem tegal pekarangan dikembangkan di tanah kering dan jauh dari

sumber air. Tanaman yang tahan kering dan pohon-pohonan menjadi tanaman yang

sangat diusahakan pada sistem ini. Sistem pertanian sawah sangat berpotensi besar

dalam produksi pangan. Dengan pengolahan tanah dan pengairan yang baik, maka

kesuburan tanah akan tetap terjaga. Tanaman yang diusahakan adalah tebu,

tanaman hias, dan tembakau. Sistem perkebunan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan ekspor seperti karet, kopi, teh, dan cengkeh.

Pertanian memberikan sumber penerimaan untuk pemerintah. Sebagian

penerimaan negara berasal dari pembayaran innatura dan jasa tenaga kerja

penggarap tanah. Sehingga petani harus menyisihkan hasil panennya sebagai

imbalan bagi pemerintah. Dalam mengelola lahnnya, petani menggunakan

peralatan sederhana dan dengan bantuan hewan ternak.

Campur tangan pemerintah yang negative, seperti memonopoli hasil panen

akan berpengaruh pada ketersediaan pangan. Keadaan tersebut merupakan awal

timbulnya involusi pertanian Clifford Geertz, sehingga pertanian negative tidak

sepenuhnya berasal dari kebijakan Belanda. Pada zaman feodalisme abad ke 16 dan

17, sudah mulai terbentuk sifat kelambanan dan apatisme petani Indonesia. Hal

tersebut terlihat jelas saat zaman revolusi kemerdekaan, pertain dituntut untuk

membayar berbagai pungutan untuk menghidupi pejabat.

Di zaman kolonial Belanda,pertanian dibagi menjadi beberapa periode :


1. Zaman VOC 1600-1800

2. Zaman kekacauan dan ketidakpastian 1800 – 1830 atau masa sewa

tanah,

3. Zaman Tanam Paksa 1830 – 1850,

4. Zaman peralihan ke liberalisme 1850 – 1870,

5. Zaman liberalisme 1870 – 1900,

6. Zaman politik etik 1900 – 1930, dan

7. Zaman depresi dan perang 1930 – 1945

Meskipun berbeda periode, namun tujuan dari kebijakan pertanian di

Indonesia tetap sama, yaitu memberikan keuntungan atau pemasukan kepada

penjajah. Sistem tersebut lebih netral dibandingkan dengan kebijakan sewa tanah

Raffles pada 1811-1816. Dimana rakyat dilepaskan dari ikatan-ikatan adatnya dan

tidak wajib menyerahkan hasil panennya kepada Bupati. Namun, peredaran uang

menyebabkan perluasan areal tanam agar menghasilkan hasil produksi yang lebih

tinggi. Dan hasil pertanian, terutama beras masuk kedalam sistem kontrak.

Pada 1826-1830 saat Du Buis berkuasa, dikarenakan kondisi masyarakat

Jawa yang terlalu miskin. Ia membuka kesempatan bagi pengusaha Eropa untuk

menanamkan modalnya. Ketidakmampuan rakyat membuka lahan baru dan

lemahnya sumber daya manusia menyebabkan ketidakseimbangan penduduk dan

luas tanah, yang menyebabkan rakyat semakin miskin. Karena itu, Du Buis

berusaha menaikkan ekspor, menerapkan kebijakan dengan mengubah tanah

menjadi milik perseorangan dan membuka peluang penanaman modal melalui

perluasan tanah. Dampaknya terjadi eksploitasi tenaga kerja.

Sistem sewa tanah berlangsung hampir dua puluh tahun, dan semenjak

kekuasaan kembali ke tangan Belanda, anggaran pemerintah semakin memburuk

dan Van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa. Dan teori “tanah adalah milik

raja atau pemerintah” mulai diterapkan kembali. Kebijakan ini mewajibkan

seperlima luas tanah pertanian ditanami tanaman ekspor yang telah ditentukan yang

menyebakan pekejaan petani terbengkalai. Untuk mengurangi biaya produksi

pabrik gula, juga merupakan dilakukannya kerja paksa. Rakyat dipaksa untuk

bekerja dari awal penanaman hingga proses produksi.


Pada Zaman Liberal, di Indonesia dibuka modal swasta dari

Belanda,Inggris, dan negara- negara Eropa. Sehingga Belanda dapat menyewakan

tanah tanpa dituntut pihak lain dalam jangka waktu yang Panjang. Sistem hak tanah

ini mementingkan hak erfpacht, yaitu penguasaan tanah selama 75 tahun dan dapat

diperpanjang. Sistem ini sangat menguntungkan bagi pengusaha teh, coklat, dan

kina. Di Sumatera Timur banyak didatangi kuli kontak dari Cina dan Jawa

dikarenakan perkembangan perkebuan tembakau, karet, dan kelapa. Dan mereka

menjadi semacam budak yang terikat kontrak yang disebut pure proletariat.

Pada Era Abad XX (1905) didirikan Departemen Pertanian Hindia yang

merupakan awal perbaikan kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan dan

hortikultura. Selanjutnya di tahun 1908 pemerintah Belanda mengangkat para

penasehat pertanian dan membentuk dinas penasehat pertanian, diikuti dengan

penyuluhan varietas baru padi dan tanaman lainnya. Saat penjajahan Jepang,

karena disibukkan oleh peperangan pembangunan pertanian di Indonesia kurang

mendapatkan perhatian, sehingga produksi beras,jagung,dan kedelai mengalami

penurunan. Pada zaman merdeka, pembangunan pertanian dapat ditelusuri sejak

Prapelita, dilanjutkan di setiap Pelita I sampai Pertengahan Pelita VI.

B. Keadaan Pertanian Setelah Kemerdekaan Indonesia

Pasca kemerdekaan pemerintah mengeluarkan kebijakan dan upaya untuk

meningkatkan produktivitas bahan pangan untuk kelangsungan hidup penduduk

serta menjaga stabilitas politik (Khudori,2008). Tingkat produksi mengalami

fluktasi dan tingkat produksi pangan tercatat rapi, terutama di pulau Jawa.

Pemerintah juga memperhatikan produksi bahan makanan sebagai kebutuhan

masyarakat. Produksi pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga

wanita juga ikut berperan. Para wanita bertugas sebelum dan sesudah produksi,

pembibitan, menanam padi dan memanen padi.

Pulau Jawa menunjukkan peningkatan bahan makanan dan wilayah yang

memiliki tingkat produksi paling sedikit adalah Jakarta Raya. Jakarta pada saat itu

menjadi pusat pemerintahan baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan.

Jawa barat merupakan daerah penghasil panen terbesar yang produksi padi sawah

dan padi gogo mencapai 2.990.400.000 kg, sedangkan pagi ladang mencapai
305.300.000 kg.

Pada tahun 1965 hasil produksi jagung mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya, jika pada tahun 1964 produksi jagung mencapai 3.768.000 ton tahun

1965 produksi jagung hanya 2.364.500 ton. Dan produksi bahan utama lain juga

mengalami penurunan.

C. Hambatan Pertanian di Indonesia

Pertanian tidak dapat dilepaskan dari Indonesia, dikarenakan negara Indonesia

merupakan negara agraris. Sehingga pertanian memiliki peran penting dalam

memajukan perekonomian. Namun sektor pertanian tidak lepas dari permasalahan

setiap tahunnya. Teknologi pertanian menjadi salah satu masalah pertanian di

Indonesia.

Kualitas pertanian dapat lebih maksimal jika dibantu dengan teknologi

pertanian. Akan tetapi di Sebagian wilayah Indonesia, teknologi pertanian belum

dapat diterapkan secara optimal. Hal itu karena kondisi alam, kurangnya tenaga

ahli, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknologi pertanian.

Teknologi pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan produktivitas

pertanian, jika melihat perluasan lahan untuk meningkatkan produksi sulit

diterapkan di Indonesia dan perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian yang

terus meluas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi sekitar 40.000

hektar alih fungsi lahan pertahun. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan wilayah

dengan konversi lahan terbesar.

Kemajuan teknologi memberikan dampak positif pada pertanian, misalnya

penemuan mesin dan cara baru dalam bidang pertanian. Jika tidak terjadi

perkembangan teknologi, akan mengakibatkan kesuburan tanah menurun dan hama

penyakit semakin merajalela yang menyebabkan kemerosotan hasil panen. Di

bidang pertanian terdapat inovasi baru, yaitu teknologi sensor dan teknologi

otomasi.

Teknologi sensor dapat memberikan data yang nyata kepada petani. Teknologi

sensor seperti drone dapat bermanfaat untuk mendapatkan data dari pertumbuhan

hama, penyakit, atau masalah lainnya. Teknologi tersebut sudah banyak

dikembangkan untuk pertanian holtikultura pada skala besar. Penggunaan pestisida


dan bahan-bahan kimia menjadi lebih terarah dengan adanya teknologi ini.

Teknologi otomasi penerapannya masih sederhana. Namun saat ini sedang

dikembangkan sistem otomasi yang lebih rumit di Belanda. Teknologi deteksi dan

alat panen otomatis dikembangkan oleh Eldert Van Henten di Wageningen

University, Belanda. Melalui alat yang disematkan pada buah yang mati dapat

mendeteksi level pigmen klorofil dan athocyanin. Alat ini dilengkapi dengan

kamera pendeteksi kombinasi warna (RGB) yang dapat mendeteksi kedalaman

warna dan ukuran buah. Ketika data menunjukkan buah sudah matang, alat

tersebut akan memanen buah hanya dalam waktu dua detik. Selain itu alat tersebut

juga terhubung dengan smartphone yang akan menunjukkan kesehatan buah

maupun tanaman, kematangan, dan status lainnya. Sehingga penggunaan teknologi

ini sangat efisien dan ketepatan waktu panen lebih terjaga.

BAB III

KESIMPULAN

Sebelum kedatangan Belanda perkembangan pertanian di Indonesia

ditentukan oleh adanya sistem pertanian padi dengan pengairan. Untuk membentuk

pertanian yang menetap, masyarakat mulai menggunakan sistem pertanian padi

sawah.Di Indonesia sudah dapat ditemukan berbagai sistem pertanian yang

berbeda, yaitu sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah, dan sistem

perkebunan. Pertanian di zaman kolonial Belanda terbagi menjadi 7 periode,

namun dengan tujuan yang sama. Pasca kemerdekaan Indonesia tingkat produksi

pangan dan fluktasi tercatat rapi. Produksi pertanian tertinggi di Jawa Barat dengan

produksi padi sawah dan padi gogo mencapai 2.990.400.000. Teknologi pertanian

mengambil peran penting dalam peningkatan produksi pertanian di Indonesia,

namun belum semua daerah dapat menerapkan teknologi pertanian secara optimal

dikarenakan kondisi alam, kurangnya tenaga ahli, dan kurangnya pengetahuan

masyarakat. Sehingga hal itu menjadi hambatan bagi kemajuan pertanian di

Indonesia. Maka diperlukan pengajaran terhadap petani-petani di Indonesia agar

dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi pertanian dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anjani, G. 2018. Pentingnya Teknologi di Bidang Pertanian untuk Peningkatan


Produktivitas Pertanian. Diakses di

https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2018/09/16/pentingnya-teknologi-di-bidangpertanian-untuk-
peningkatan-produktivitas-pertanian/

Kusmiadi, E. 2019. Pengertian dan Perkembangan Pertanian. 10. Diakses di

http://repository.ut.ac.id/4425/1/LUHT4219-M1.pdf

Mudiyono, Wasino. 2015. Perkembangan Tanaman Pangan di Indonesia Tahun

1945-1965. Journal of Indonesian History. 38-45. Diakses di

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/download/18986/898

Anda mungkin juga menyukai