Anda di halaman 1dari 7

BENTUK DAN SUSUNAN PANCASILA

Nama kelompok:
1. Nadya Rozanah (18108241014)
2. Riani Savira Putri (18108244010)
3. Dwi Panca N.M.A (18108244076)
4. Nimas Vindy A (18108244085)
Kelas : PGSD 2G

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2019
Bentuk dan Susunan Pancasila
1) Bentuk Pancasila

Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam alinea keempat Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Merupakan kesatuan yang utuh, semua unsur dalam Pancasila menyusun suatu keberadaan
yang utuh. Masing-masing sila membentuk pengertian yang baru. Kelima sila tidak dapat
dilepas satu dengan lainnya. Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi hubungan
antar sila merupakan hubungan yang harmonis.

b) Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan,
bukan unsur yang komplementer.Artinya, salah satu unsur (sila) kedudukannya tidak lebih
rendah dari yang lain. Walaupun sila Ketuhanan merupakan sila yang berkaitan dengan Tuhan
sebagai causa prima, tetapi tidak berarti sila lainnya hanya sebagai pelengkap.

c) Sebagai suatu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Oleh karena itu
Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila yang meliputi sosio-nasionalisme, sosio-
demokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaiman dikemukakan oleh
Ir.Soekarno.

2) Susunan Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-
unsurnya. Oleh karena itu sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan
yang paling atas, karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepadaNya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan Causa Prima, yaitu Sebab
Pertama, artinya sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut oleh berbagai
agama dengan “Nama” masing-masing agama. Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab
ditempatkan setelah Ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau nilai yang didambakan
adalah manusia sebagai pendukung dan pengemban nilai nilai tersebut. Manusia yang bersifat
monodualis, yaitu yang mempunyai susunan kodrat yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Makhluk jasmani yang unsur-unsur: benda mati, tumbuhan, hewan. Rohani yang terdiri dari
unsur: akal, rasa, karsa. Sifat kodrat manusia, yaitu sebagai makhluk individu, dan makhluk
sosial. Kedudukan kodrat, yaitu sebagai makhluk otonom, dan makhluk Tuhan.
Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan manusia-manusia itu perlu untuk bersatu membentuk masyarakat (negara), sehingga
perlu adanya persatuan (sila ketiga). Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan nasionalisme.
Rumusan sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke dan akhiran an, tetapi awalan per dan
akhiran an. Hal ini dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau
nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama,bahasa,
tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya karena persamaan sejarah, senasib
sepenanggungan akibat penjajahan.

Etis artinya berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu dan berdaulat, adil dan makmur.

Oleh karena itu persatuan Indonesia, bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk
selama-lamanya. Persatuan Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus diwujudkan,
diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus menerus. Semangat persatuan atau
nasionalisme Indonesia harus selalu dipompa, sehingga semakin hari semakin kuat dalam
menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu negara ingin mengambil
kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh bukan karena warisan, tetapi berasal dari rakyat. Jadi
rakyatlah yang berdaulat.

Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia ditempatkan pada sila terakhir,
karena sila ini merupakan tujuan dari negara Indonesia yang merdeka. Oleh karena itu masing-
masing sila mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam
keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan tetapi karena masing–masing
unsur mempunyai hubungan yang organis, maka sila yang diatas menjiwai sila yang berada
dibawahnya. Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila kedua,
ketiga, keempat dan kelima. Demikian seterusnya untuk sila ketiga, keempat, kelima (Rukiyati,
2008:28).setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri, namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis karena :

Susunan sila Pancasila bersifat organis.

Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis yakni satu sama lain membentuk
suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya Pancasila
terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.
1. Masing-masing sila tidak terpisahkan satu sama lain dalam hal kesatuannya
2. Masing-masing sila mempunyai kedudukan dan fungsi sendiri-sendiri
3. Masing-masing sila berbeda namun tidak bertentangan
4. Masing-masing sila atau bagian saling melengkapi
5. Masing-masing sila atau bagian tidak boleh dilepas-pisahkan satu sama lain

Susunan sila Pancasila bersifat Hierarkis dan berbentuk Pyramidal.

Hierarkis berarti tingat, sedangkan yang dimaksud bentuk Piramid dari kesatuan Pancasila
ialah bahwa sila yang pertama dan seterusnya tiap-tiap sila bagi sila berikutnya adalah menjadi
dasar dan tiap-tiap sila berikutnya itu merupakan penjelmaan atau pengkhususan dari sila yang
mendahuluinya. Selanjutnya Notonagoro menjelaskan bahwa hal ini hanya suatu gambaran
dari suatu bentuk secara matematis, sehingga sebenarnya dapat saja orang membuat gambaran
secara lain dari kesatuan Pancasila dalam hal bentuknya. Secara singkat uraian Notonagoro di
atas dapat dinyatakan bahwa bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila ialah: Kesatuan
bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan basis atau pokok pangkalnya, dan tiap
sila merupakan pengkhususan dari sila di mukanya. Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila
pertama itu meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, begitu pula sila- sila berikutnya saling
berkaitan erat dan menjiwai satu dengan yang lain.

Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang
disebut dengan diagram hierarkis-piramidal Pancasila. Dengan adanya bentuk diagram ini,
terlebih dahulu dapat diuraikan sebagai pengantar bahwa Tuhan Pencipta segala makhluk,
Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, asal segala sesuatu dan sekaligus sebagai dasar semua hal
yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu Tuhan sebagai dasar dari penciptaannya, yang
di dalam diagram digambarkan sebagai dasar terbentuknya diagram itu, dan salah satu ciptaan
Tuhan adalah manusia. Diagram hierarkis-piramidal Pancasila menunjukkan sekelompok
himpunan manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Adapun himpunan yang merupakan
dasar adalah adanya sekelompok manusia yang dalam kehidupannya selalu mengakui dan
meyakini adanya Tuhan baik dengan pernyataan maupun perbuatannya. Selanjutnya sebagai
pengkhususan diikuti suatu himpunan manusia yang saling menghargai dan mencintai sesama
manusia, memberikan dan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Dalam
kehidupan manusia, secara kodrati terbentuk adanya suatu kelompok-kelompok atau
perserikatan-perserikatan persatuan sebagai penjelmaan makhluk sosial. Dan salah satu
perserikatan adalah Persatuan Indonesia. Di dalam persatuan itu membutuhkan pimpinan serta
kekuasaan untuk mengatur kehidupan sehari-hari sebagai warga persatuan, dan karena
persatuan dibentuk dari warga rakyat, maka pimpinan harus di tangan rakyat secara
kekeluargaan, yang disebut dengan istilah kerakyatan, sering juga disebut dengan kedaulatan
rakyat, dalam arti rakyatlah yang berkuasa, rakyat yang berdaulat.

Rumusan hubungan sila Pancasila saling mengisi dan saling Mengkualifikasi.

Pancasila sebagai satu kesatuan nilai, juga membawa implikasi bahwa sila yang satu dengan
sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang
lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi. Misalnya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
Ketuhanan yang Maha Esa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ini
berlaku seterusnya untuk sila-sila yang lainnya.

KESIMPULAN

Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
mempunyai bentuk, ciri-cirinya yaitu:

a.Setiap sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Artinya, masing-
masing sila dalam Pancasila tidak dapat dipisahkan.

b.Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan,
bukan unsur komplementer. Artinya, salah satu sila dalam Pancasila kedudukannya tidak lebih
rendah dari sila yang lain. Sila pertama berkaitan dengan Tuhan sebagai Causa Prima (sebab
pertama) dan sila yang lainnya bukan sebagai unsur pelengkap.

c. Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Artinya, Pancasila
tidak dapat diperas menjadi trisila ataupun eka sila.

Susunan sila- sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu
sistem disebut dengan istilah majemuk tunggal (Notonagoro). Majemuk tunggal artinya
Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.

Bentuk dan susunan Pancasila hierarkhis-piramidal. Hierarkhis berarti tingkat, sedangkan


piramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila
dalam urutan luas cakupan (teba berlakunya pengertian) dan juga isi pengertian. Rumusan
Pancasila yang hierarkhis-piramidal yaitu:

1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah meliputi serta menjiwai sila kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, meliputi serta menjiwai sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi serta menjiwai sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, meliputi serta menjiwai sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah diliputi atau dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
(Kaelan, 2008:60).

DAFTAR PUSTAKA

Nurwendah.2012.Bentuk dan Susunan Pancasila. Diambildari:


http://mediabelajarnurwendah.blogspot.com/2012/01/bentuk-dan-susunan-pancasila.html.

Andriani.,dan Rukiyati. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY PRES.

Anda mungkin juga menyukai