Anda di halaman 1dari 11

Judul : Mengidentifikasi aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan nusantara

Matpel : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas :X

Semester : 2 (dua)/genap

PETA KONSEP

KEADAAN
GEOGRAFIS
ASPEK
TRIGATRA
SUMBER DAYA
ALAM

PENDUDUK

PENGERTIAN
TRIGATRA DAN
PANCAGATRA
IDEOLOGI

POLITIK

EKONOMI
ASPEK
PANCAGATRA

SOSIAL DAN
KEBUDAYAAN

PERTAHANAN DAN
KEAMANAN
Kompetensi Inti :

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;


2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah;
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan

Kompetesi Dasar
3.7 Mengintepretasi pentingnya wawasan nusantara dalam konteks NKRI

Indikator Kompetensi
3.7.3. Mengidentifikasi aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan nusantara
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat :
3.7.3.1 Menjelaskan pengertian trigatra dan pancagatra
3.7.3.1 Mengidentifikasi aspek trigatra dalam wawasan nusantara
3.7.3.2 Mengidentifikasi aspek pancagatra dalam wawasan nusantara
Petunjuk penggunaan modul:
Petunjuk bagi peserta didik:
Agar kalian berhasil dengan baik dalam mempelajari dan menguasai modul ini, sebaiknya ikuti petunjuk
penggunaan modul sebagai berikut:
1. Bacalah modul secara seksama:
a. Berdoalah setiap akan memulai dan mengakhiri suatu kegiatan;
b. Pahami indikator dan tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran modul ini;
c. Kuasai indikator pencapaian melalui kegiatan berulang-ulang untuk membaca dan memahami
materi;
d. Gunakan teknik membaca cepat dalam membaca modul;
e. Untuk lebih memahami materi, kalian bisa sambil mengidentifikasi aspek trigatra dan pancagatra
dalam wawasan nusantar
2. Untuk mempelajari, aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan nusantara kalian sebaiknya sudah
menguasai materi sebelumnya tentang arti penting wawasan nusantara dalam bingkai NKRI
3. Apabila ada hal-hal yang dianggap perlu untuk diketahui yang tidak ada di modul ini, kalian boleh
menghubungi guru PPKn. Namun alangkah lebih baiknya jika kalian diskusikan terlebih dahulu
kepada teman yang sedang membahas materi yang sama atau mencari sumber bacaan lain yang sesuai.
Petunjuk untuk guru
1. Guru harus menguasai seluruh materi dalam modul dan harus mempunyai daftar bagian-bagian yang
sekiranya dirasa sulit oleh siswa;
2. Guru sebaiknya mengetahui perkembangan penguasaan materi ajar oleh peserta didik dan mengetahui
referensi lain yang relevan apabila diperlukan;
3. Guru sebaiknya memberikan apresiasi (pujian, penghargaan, dll) terhadap siswa yang telah mencapai
suatu indikator ketercapaian.
Uraian Materi
1. Pengertian trigatra dan pancagatra
Sebelum kalian mempelajari apa itu gatra maka ada baiknya kita jelaskan apa itu “gatra” menurur
kamus besar bahasa Indonesia KBBI gatra mempunyai arti lingkungan tertentu dalam kalimat yang dapat
ditempati oleh suatu unsur kalimat, pengertian kedua dapat diartikan gatra yaitu wujud sudut
pandang/aspek. Bisa kita simpulkan bahwa gatra disini yaitu sebuah sudut pandang/aspek. Jadi dalam
bahasan kita ini yang dimaksud dengan trigatra secara deifinisi yaitu 3 aspek pandang sedangkan
pancagatra berarti 5 aspek pandang yang dimaksud aspek pandang di sini adalah aspek pandang yang
berkaitan dengan bagaimana sebuah bangsa memandang wawasan nusantara dalam mewujudkan
kesejahteraan dan keamanan bangsa. Cara pendang/konsep mengenai wawasan nusantara meliputi aspek
alami dan sosial tersebut dalam mewujudkan ketahanan nasional dinamakan Astagrata.
2. Aspek Trigatra
Dalam kehidupan manusia selalu diatur sebuah hubungan baik oleh alam, dengan Tuhan, dan
dengan sesama manusia. Aspek trigatra merupakan sebuah cara pandang yang melihat bahwa faktor
alamiah merupakan sarana untuk mewujudkan hubungan tersebut melalui alam sehingga diharapkan akan
membantu manusia mewujudkan kesejahteraan dan keamanan dalam negaranya sesuai dengan wawasan
nusantara yang jadikan sebagai cara pandang bangsa tersebut. Aspek trigatra meliputi beberapa hal yakni;
1. Aspek posisi dan lokasi geografis
Secara geografis wujud negara Indonesia adalah negara kepulauan maksud dari itu yaitu
letak Indonesia diapit beberapa benua yaitu Australia, dan Asia kemudian juga berada antara
dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik. Fakta tersebut merupakan sebuah potensi yang dimiliki
oleh Indonesia sehingga potensi ini harus dimanfaatkan untuk mendukung kemakmuran atau
mewujudkan tujuan negara. Letak geografis disatu negara dengan negara lain berbeda-beda
sehingga memerlukan strategi berbeda dalam mengatasi persoalan tersebut.
Indonesia terletak pada 6 LU–11 LS, 95 BT–141 BT, dilalui garis khatulistiwa yang di tengah-
tengahnya terbentang garis equator sehingga Indonesia mempunyai 2 musim, yaitu musim
hujan dan kemarau.
Posisi dan lokasi geografis suatu negara sangat menentukan peran negara tersebut dalam
percaturan lalu lintas dunia, sehingga akan menghadapi bentuk-bentuk ancaman yang berbeda-
beda. Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa letak geografis suatu negara akan berpengaruh
terhadap ketahanan nasional suatu bangsa. (Sunarso :160)
2. Aspek kekayaan alam atau sumber daya alam
Kekayaan alam suatu negara adalah segala sumber dan potensi alam yang didapatkan di
bumi, di laut, di udara yang berada di wilayah kekuasaan suatu negara, dan dapat dirinci sebagai
berikut (Sunarso :160):
a. kekayaan alam digolongkan sebagai berikut;
1) hewani (fauna)
2) nabati (flora)
3) mineral (tambang)
b. sifat kekayaan alam;
1) dapat diperbaharui (hutan, hewan, dll)
2) tidak dapat diperbaharui (mineral, tambang, minyak, emas, dll)
c. keberadaan kekayaan alam;
1) di atmosfir (oksigen, sinar matahari, dll)
2) di permukaan bumi (fauna dan flora)
3) di dalam bumi (barang-barang tambang)
Kekayaan alam antar negara satu dengan negara lain memliki potensi yang berbeda-beda
karena kekayaan alam di bumi tersebar tidak merata, mengakibatkan negara yang tidak memliki
kekayaan alam atau kurang sumber daya alam akan menjalin hubungan internasional dengan
negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, hal ini terkadang menyebabkan
permasalahan yang komplek. Oleh sebab itu kekayaan yang terkandung di dalam suatu negara
harus dikelola dengan benar salah satunya menggunakan asas (Tolib :203);
a. Maksimal, dalam arti bahwa kekayaan alam harus dapat memberi manfaat secara
maksimal untuk masyarakat dan pembangunan.
b. Lestari, sumber kekayaan alam harus dipelihara kelestariaannya agar dapat
dimfanfaatkan selama mungkin.
c. Daya Saing, kekayaan alam harus dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan dari
negara lain.
Dengan demikian aspek kekayaan alam yang ada harus dikelola dengan baik karena kekayaan
alam yang dimiliki disatu sisi dapat dimanfaatkan untuk potensi ketahanan nasional tapi disisi
lain jika kekayaan tersebut tidak dioleh dengan baik akhirnya akan menjadi kerugian yang dapat
mengancam ketahanan nasional.
3. Aspek penduduk
Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu wilayah negara. Manusia adalah faktor
penentu dalam melakukan sesuatu tindakan, dengan kata lain manusia menentukan apa yang
harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan nasional. Dalam arti bahwa pengusahaan
penyelenggaraan negara untuk kesejahteraan dan keamanan tergantung pada manusia.
Masalah yang berkaitan dengan keadaan dan kemampuan penduduk adalah:
a. Jumlah penduduk akan berubah karena kematian (mortalitas), dan kelahiran
(fertilitas) dan migrasi.
b. Komposisi penduduk adalah susunan penduduk menurut umur, jenis kelamin. Agama,
suku bangsa, dan tingkat pendidikan dll.
c. Persebaran penduduk yang mempunyai pengaruh langsung terhadap penyediaan tenaga
kerja untuk mengelola kekayaan alam dan juga berpengaruh terhadap tersedianya
personal yang mampu mengelola Hankam. Oleh karena itu perlu penyebaran penduduk
merata, agar dapat menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan.
Pertumbuhan penduduk yang cepat serta tidak dibarengi dengan ketersedian lapangan kerja
akan mengakibatkan ancaman salah satunya krisi moneter, hal ini perlu diwaspadai akan tetapi
dilain pihak negara yang memiliki penduduk dalam jumlah banyak jika mampu mengelola SDM
secara baik dan benar akan menjadi sebuah keuntungan besar dalam mempercepat terwujudnya
tujuan negara. Dari pemaparan materi diatas dapat kita simpulkan bahwa trigatra merupakan
aspek yang penting untuk melihat bagaimana sebuah ketahanan nasional dapat diwujudkan
dengan cara melihat potensi atau memanfaatkan kekayaan alamiah tersebut dengan baik dan
benar. Tidak dipungkiri bahwa kedepan ATHG (ancaman, tantangan, hambatan dan
ganggugan) seiring berkembangnya zaman akan semakin komplek perlu adanya sebuah
formulasi matang untuk menghadapi ATHG tersebut, oleh sebab itu trigatra merupakan salah
satu konsep cara pandang yang perlu diimplementasikan berguna untuk mewujudkan
ketahanan, kesejahteraan dan mewujudkan tujuan negara sesuai dengan wawasan nusantara
bangsa Indonesia.
3. Aspek Pancagatra
Seperti yang telah dikemukakan di atas aspek Pancagatra merupakan aspek yang memandang
bahwa ketahanan nasional suatu bangsa selain diwujudkan melalui aspek alamiah atau Trigatra juga perlu
aspek sosial atau Pancagatra untuk menciptakan sebuah keseimbangan dalam mencapai tujuan nasioanal.
Berikut ini akan dijabarkan aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam Pancagatra.
a. Ideologi
Ideologi merupakan ilmu yang mempelajari sebuah cita-cita dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Ideologi juga berisi tentang konsep dasar atau cita-cita apa yang akan diraih suatu
bangsa dalam penyelengaraan pemerintahan dengan adanya Ideologi diharapkan sebuah bangsa
mampu mewujudkan tujuan nasional dalam kehidupan yang nyata. Sebuah ideologi negara
dikatakan mampu mewujudkan ketahanan nasional jika ideologi tersebut mampu menampung
aspirasi masyarakat sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Oleh sebab itu sebuah ideology
memerlukan penghayatan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketahanan Nasional di bidang ideologi bangsa Indonesia ditujukan untuk mengatasi
ancaman yang membahayakan kelangsungan kehidupan Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa
Indonesia. Meskipun Pancasila telah diakui sebagai ideologi negara tetapi belum memberi
jaminan Ketahanan nasional di bidang ideologi. Agar bangsa Indonesia memiliki ketahanan di
bidang ideologi maka nilai-nilai Pancasila harus dijadikan sebagai pandangan hidup, dan
diperlukan pengamalan Pancasila secara obyektif dan sobyektif. Artinya nilai-nilai Pancasila
harus dilaksanakan di dalam UUD dan peraturan di bawahnya, serta dalam segala aspek
penyelenggara negara. Sedang pelaksanaan Pancasila secara sobyektif adalah aktualisasi
ideologi negara dalam kehidupan warga negara, serta kehidupan warga negara secara
perorangan. Hal ini terwujud dalam sikap, perilaku, kepribadian setiap warganegara
perseorangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sunarso :163).
Semakin tinggi kesadaran suatu bangsa untuk melaksanakan dan mengaktualisasikan
ideologi, baik aktualisasi obyekti dan subyektif, maka makin tinggi ketahanan ideologi sautu
bangsa. Dalam strategi pembinaan ideologi ada beberapa prinsip antara lain:
1) Ideologi harus diaktualisasikan baik bidang kenegaraan dan oleh setiap warga negara.
2) Ideologi sebagai perekat pemersatu harus senantiasa ditanamkan kepada seluruh warga
negara.
3) Ideologi harus dijadikan panglima, atau politik, ekonomi, budaya dan Hankam harus
bersumber dan mengacu pada ideologi bangsa dan bukan sebaliknya (Abdulkadir Besar,
l998).
4) Akatualisasi ideologi dikembangkan ke arah keterbukaan dan kedinamisan ideologi yang
senantiasa mampu mengantisipasi perkembangan jaman dan dinamika masyarakat.
5) Ideologi Pancasila mengakui keanekargaman dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Ideologi dijadikan untuk mempersatukan, dan menyejahterakan bangsa.
6) Kalangan elit eksekutif, yudikatif, legeslatif harus mewujudkan cita-cita untuk
memperbaik nasib bangsa denggan malaksanakan GBHN. Elit politik harus
mengedepankan kepentingan bangsa, dan konsekwen membrantas koropsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).
7) Mensosialisasikan Ideologi Pancasila sebagai ideiolgi humanis, religius, demokratis,
nasionalistis dan berkeadilan. Proses sosialisasi nilai Pancasila secara obyektif, ilmiah
bukan doktiner, dengan metode sesuai dengan perkembangan jaman.
8) Menumbuhkan sikap positif terhadap warga negara agar memiliki kesadaran berbangsa
dan bernegara dengan meningkatkan motivasi untuk mewujudkan cita- cita bangsa.
Perlunya perbaikan ekonomi masyarakat untuk mengakhiri krisis multidimensional
(Endang Zaelani Sukaya, 200: 109).
b. Politik
Berdasarkan TAP MPR No. II/1993 tentang GBHN ketahanan politik adalah kondisi
kehidupan politik bangsa yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik
yang sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
Sistem politik merupakan sebuah kerangka acuan yang dilakukan untuk mencapai
kekuasaan oleh sebab itu dalam mewujudkan pencapaian tersebut sebuah sistem politik
mempunyai dua sektor yaitu pemerintah dan masyarakat. Masyarakat sebagai input bisa
berbentuk kebutuhan atau keinginan sedangkan dalam sektor pemerintah sebagai output bisa
berbentuk sebuah regulasi atau peraturan perundang-undangan untuk mengakomodir kebutuhan
masyarakat.
Dalam hal ini membutuhkan sebuah keseimbangan antara input dan output sehingga dapat
mewujudkan ketahanan nasional sesuai dengan Pancasila. Adapun beberapa hal yang perlu
untuk dilakukan dalam mewujudkan keseimbangan tersebut menurut Summarsono dalam
(Sunarso :164-165) yaitu:
1) Kebebasan individu tidak bersifat mutlak tetapi harus dilaksanakan secara
bertnggungjawab, dan kebebasan harus melekat pada tanggungjawab terhadap
kepentingan bersama.
2) Tidak akan terjadi “dominasi mayoritas” sebab tidak selarah dengan semangat
kekeluargaan yang mengutamakan musyawarah untuk memperoleh mufakat.
1. Ketahanan Aspek Politik Dalam Negeri
Dalam rangka mewujudkan ketahanan politik, diperlukan kehidupan politik bangsa yang sehat,
dinamis, mampu memelihara stabilitas politik berdasarkan Pancasila, UUD l945 yang
menyangkut:
a) Sistem pemerintahan berdasarkan Hukum, tidak berdasarkan kekuasan bersifat absolut,
dan kedaulatan ditangan rakyat, dilakukan sepenuhnya oleh MPR
b) Dalam mekanisme politik dimungkinkan adanya perbedaan pendapat, namun
perbedaan tersebut tidak menyangkut nilai dasar, sehingga tidak antagonis yang
menjurus kepada konflik.
c) Kepemimpinan nasional diharapkan mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup
dalam masyarakat, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai Pancasila.
d) Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat, antar
kelompok dan golongan dalam mewujudkan tujuan nasional.
2. Ketahanan Aspek Politik Luar Negeri
a) Hubungan politik luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama internasional di
berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan, dan meningkatkan citra positif
Indonesia dan memantabkan persatuan dan kesatuan.
b) Politik luar negeri dikembangkan berdasarkan skala prioritas dalam rangka
meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang, negara maju
sesuai dengan kemampuan dan kepentingan nasional. Kerjasama antar negara ASEAN
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, Iptek dan kerjasama dengan negara Non Blok.
c) Citra positif bangsa Indonesia perlu ditingkatkan melalui promosi, diplomasi dan lobi
internasional, pertukaran pemuda dan kegiatan olahraga.
d) Perjuanggan bangsa Indonesia di dunia untuk meningkatkan kepentingan nasional
seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain,
dan hakWNI di luar negeri perlu ditingkatkan
c. Ekonomi
Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian
ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang
adil dan merata (Tap MPR No II/1993 tentang GBHN). Agar dapat terciptanya ketahanan
ekonomi yang diinginkan perlu upaya pembinaan terhadap berbagai hal yang menunjang antara
lain (Sunarso :167):
1. Sistem ekonomi diarahkan untuk kemakmuran rakyat melalui ekonomi kerakyatan
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa.
2. Ekonomi kerakyatan harus menghidari; a) sistem free fight liberalism yang
menguntungkan pelaku ekonomi kuat, b) sistem etatisme, negara beserta aparatur
ekonomi negara bersifat dominan serta mematikan potensi daya kreasi unit-unit
ekonomi di luar sekotor negara. c) Tidak dibenarkan adanya pemusatan kekuatan
ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang bertentangan dengan cita-
cita keadilan.
3. Struktur ekonomi dimantabkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan, keterpaduan antar sektor pertanian, idustri dan jasa.
4. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama atas dasar asas
kekluargaan, serta mendorong peran masyarakat secara aktif. Perlu diusahakan
kemitraan antara pelaku ekonomi dalam wadah kegiatan antara Pemerintah, BUMN,
Koperasi, Badan Usaha Swasta, Sektor Informal untuk mewukudkan pertumbuhan,
pemerataan dan stabilitas ekonomi.
5. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus senantiasa dilaksanakan melakui
keseimbangan dan keselarasan pembangunan antar wilayah dan sekor.
6. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi,
dengan memanfaatkan sumber daya nasional memakai sarana Iptek dalam mengahdapi
setiap permasalahan serta tetap memperhatikan kesempatan kerja
Dengan adanya ketahanan ekonomi yang mandiri diharapkan bangsa Indonesia mampu
mewujudkan ketahanan nasional sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik dan lancar
memperhatikan prinsip-prinsip diatas.
d. Sosial budaya
Berdasarkan TAP MPR No II/1993 tentang GBHN pada bab E tentang wawasan nusantra
ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai
kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi, dan seimbang serta kemampuan menangkal
penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
Wujud Ketahanan Sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
manusia yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung
kemampuan bentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat
Indonesia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, rukun, bersatu, berkualitas, maju dan
sejahtera, dalam kehidupan selaras, serasi, seimbang serta kemampuan menangkal budaya asing
yang tidak sesuai budaya nasional. Esensi Ketahanan budaya adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kehidupan sosial budaya, dengan demikian ketahanan budaya merupakan
pengembangan sosial budaya dimana setiap warga masyarakat dapat mengembangkan
kemampuan pribadi dengan segenap potensinya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila akan diwujudkan sebagai aturan tuntutan sikap dan tingkah
laku bangsa dan akan memberikan landasan, semangat, jiwa yang secara khas merupakan ciri
pada elemen-elemen sosial budaya bangsa Indonesia.(Sunarso :168)
e. Pertahanan dan keamanan
Menurut TAP MPR No II/1993 tentang GBHN pada bab E tentang Wawasan Nusantara
ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran
bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan
keamanan negara yangdinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta
kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.
Ketahanan Nasional, menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan
kelangsunggan NKRI berdasarkan Pancasila, dan UUD l945, yang ditandai dengan prinsip-
prinsi sebagai berikut: (Sunarso :170)
1. Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan, perang merupakan pilihan
terakhir untuk mempertahankan NKRI dan integrasi nasional.
2. Pertahanan keamanan dilandasi landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD
l945, landasan visional Wawasan Nusantara. Pertahanan dan Keanaman Negara
merupakan hak dan kewajiban bangsa Indonesia untuk mewujudkannya.
3. Pertahanan keamanan Negara merupakan upaya terpadu, yang melibatkan segenap
potensi dan kekuatan nasional. Setiap WNI wajib ikut bela negara, dilakukan dengan
kesadaran dan tanggung jawab, rela berkorban, mengabdi kepada bangsa-negara pantang
menyerah. Upaya pertahanan dan keamanan yang melibatkan kekuatan nasional
dirumuskan dalam doktrin Pertahanan dan keamanan NKRI.
4. Pertahanan dan Keamanan diselenggarakan dengan Sishankamnas (Sishankamrata). Hal
ini bersifat total, kerakyatan, kewilayahan. Pendayagunaan dalam mengelola pertahanan
keamanan dilakukan secara optimal, terkoordinasi untuk mewujudkan kekuatan dan
keamampuan pertahanan dan keamanan negara dalam keseimbangan, keserasian, antara
kepentingan kesejahteraan dan keamanan. 5.Segenap kekuatan dan kemanpuan
pertahanan dan keamanan rakyat semesta, dorganisasikan ke dalam TNI dan Polri.
Pembangunan APRI dengan jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara
nasional. Perannya tetap diabdikan untuk kepentingan Bangsa Indonesia dan keutuhan
NKRI
Ringkasan materi
1. Astagatra adalah cara pendang/konsep mengenai wawasan nusantara meliputi aspek alami dan sosial
tersebut dalam mewujudkan ketahanan nasional/.
2. Aspek Trigatra meliputi keadaan geografis, kekayaan alam/SDA, penduduk. Trigatra merupakan aspek
yang penting untuk melihat bagaimana sebuah ketahanan nasional dapat diwujudkan dengan cara melihat
potensi atau memanfaatkan kekayaan alamiah tersebut dengan baik dan benar.
3. Aspek Pancagatra meliputi aspek, ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan.
Aspek Pancagatra melihat bahwa ketahanan nasional dapat diwujudkan melalui cara pandang sosial
dengan memperhatikan bidang-bidang yang dianggap penting dalam mewujudkan tujuan nasional.

Sumber belajar

Endang Z. Sukaya, dkk. , Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Paradigma Yogyakarta 2002


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Buku
Siswa Edisi Revisi). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sunarso.2011.Pendidikan Kewarganegaraan Buku Pegangan Mahasiswa. Yogyakarta :Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
TAP MPR No. II Tahun 1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.

Anda mungkin juga menyukai