Anda di halaman 1dari 22

PERBANDINGAN CERITA RAKYAT ASAL MULA SIMALUNGUN DAN ASAL MULA

KOTA NATAL SERTA KAJIAN PENGARUHNYA

Eriana Dwi Rustanti, Listya Apriyani, Rismawati, Salsabila Firdausia, Yolla Eca Lestari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Abstrak
Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam
masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya
yang beraneka ragam, mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing
bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di sutau tempat atau
asal mula suatu tempat. Tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita beragam, seperti manusia,
hewan, benda pusaka, hingga dewa. Cerita rakyat adalah bentuk cerita yang belum pasti
kebenarannya, karena cerita berasal dari mulut ke mulut. Sebuah cerita rakyat juga bisa memiliki
beragam cerita dengan tema yang sama. Hal yang dikaji dari cerita rakyat dalam bidang studi
Bahasa Indonesia kali ini berupa perbandingan dari dua buah cerita serta kajian pengaruh yang
terdapat dalam cerita rakyat itu. Dalam kajian sastra banding terdapat berbagai macam hal yang
dibahas. Salah satu materi yang menarik untuk penulis adalah mengenai kajian pengaruh yang
merupakan tujuan dari sastra banding. kajian pengaruh dalam sastra banding menurut Saman
1994:98) adalah kajian yang membandingkan bahasa bacaan antara yang sedang dihadapi
dengan segala bacaan yang telah silam. Dengan demikian, kajian pengaruh dalam sastra banding
harus membandingkan dua karya sastra atau lebih dengan kurun waktu penulisan dan penerbitan
dalam tenggang waktu yang cukup lama. Tujuan dari analisis perbandingan cerita rakyat ini
adalah untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam kedua cerita rakyat, serta untuk
mengetahui kajian pengaruh apa yng mungkin terdapat di dalam kedua cerita tersebut. Metode
penelitian ini menggunkan metode kualitatif.metode kualitatif ini merupakan cara penelitian
yang bersifat deskriptif yang cenderung menggunkan analisis.
Kata kunci: Sastra Banding, Cerita Rakyat, Kajian Pengaruh.
Abstract
Folklore is a story that originates from the community and developed in society in the
past which is the hallmark of every nation that has a diverse culture, including the cultural and
historical richness of each nation. In general, folklore tells about an event in a place or the
origin of a place. Characters that appear in a variety of stories, such as humans, animals,
heirlooms, to gods. Folklore is a form of story that in uncertain, because the story comes from
word of mouth. Folklore cn also had a variety of stories with the same themes. Things learned
from folklore in the field of Indonesian language studies this time in the from of a comparison of
two stories ad studies of influence contained in the folklore. In the study of Indonesian languages
there are various kinds of things discussed. One of te interesting material from writers is about
the study of influence which is the pupose of comparative literary studies. According to Saman
(1994:98) comparative literature is research that compares the language of reading between
what is being faced with all the literature that has passed. Thus, studies of influence in
comparative literature must compare two or more literary works over long periods of time. The
purpose of contained th these two folklore and also to know about the study of the influence
contained in the story. This research method uses qualitative methods. This qualitative method
that tends to use analysis.

Keywords : comparative literatue, folklore, studies of influence.


PENDAHULUAN

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta „Sastra‟, yang
berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar „Sas‟ yang berarti
“instruksi” atau “ajaran” dan „Tra‟ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa
sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan)
(Esten, 1978: 9).

Menurut Luxemburg (dalam Nurgiyantoro, 2010: 12) karya sastra merupakan suatu
cerminan dari kehidupan. Semua yang terjadi dalam kehidupan nyata bisa tertuang di dalam
sebuah karya sastra baik berupa puisi, cerpen, lagu, atau karya sastra yang lain. Dalam
penulisannya, setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur-unsur yang
membangun karya sastra dari dalam. Misalnya dalam cerpen rekaan berupa tema, amanat, alur
(plot), tokoh, latar (setting), dan pusat penceritaan (point of view). Setiap karya sastra juga
mengandung unsur ekstrinsik, yaitu unsur-unsur dari luar yang mempengaruhi isi karya sastra.
Unsur-unsur ekstrinsik itu misalnya psikologi, sosiologi, filsafat, agama, sejarah, ideologi,
politik, dan lain-lain.

Cerita Rakyat sendiri adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan
diwariskan secara lisan (KBBI, 2012: 263). Selain itu cerita rakyat dapat diartikan sebagai
ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan
berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.

Kemudian, Kajian sastra bandingan tidak dapat dilepaskan dari aspek pengaruh.
Sedikitnya ada enam pengaruh yang terdapat dalam karya sastra yaitu pinjaman, pengaruh
budaya, sastra dalam pengasingan, penolakan pengarang yang dating dari budaya lain,
dipengaruhi pengarang lain, dan pengkhianatan kreatif (second existence). Akan tetapi, Rahman
menjelaskan bahwa kita tidak dapat mengatakan suatu karya sastra disebabkan oleh karya sastra
lainnya. Bisa jadi karya sastra itu tumbuh dari budaya rakyat tersebut (Rahman, 2018).
Selanjutnya, yang menarik dari cerita Asal Mula Simalungun dan Asal Mula Kota Natal adalah
adanya kemiripan isi cerita. Oleh karena itu, penelitian ini akan membandingkan sejauh mana
kemiripan antara dua cerita dari dua kebudayaan besar yang ada di Indonesia ini, yaitu Jawa dan
Sunda, serta bagaimana budaya lokal yang melekat dan direpresentasikan oleh kedua cerita ini.
Kedua cerita ini sama-sama bercerita tentang daratan sebagai tempat berlangsungnya hidup yang
baru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik perbandingan sastra
Menurut Weber “1994:9” Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan
seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks. Menurut Saryono (2010),
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak
dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Sumber data
penelitian berupa
cerita Asal mula Simalugun dan Asal mula kota Natal
diperoleh dari laman:

a. https://histori.id/asal-mula-nama-simalungun/amp/
b. https://pemkomedan.go.id/artikel-18410-asal-mula-kota-natal-html

Data yang telah diperoleh kemudian dibaca dan dikaji menggunakan teknik perbandingan sastra.
Setelah perbandingan selesai, peneliti menentukan kajian pengaruh apa yang terdapat dalam
kedua cerita tersebut.
PEMBAHASAN

Analisis Perbandingan kisah Asal Mula Simalungun dan Asal Mula Kota Natal
Sinopsis

Cerita rakyat asal mula simalungun

Simalungun adalah nama salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sumatra Utara. Dulu,
sebelum bernama Simalungun, daerah ini dikenal dengan nama Kampung Nagur. Namun
karena sebuah peristiwa, daerah tersebut kemudian dinamai Simalungun. Peristiwa apakah
yang menyebabkan perubahan nama itu? Simak kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama
Simalungun berikut ini!

Dahulu, di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil
bernama Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga ini dipimpin
oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Dalam menjalankan tugas pemerintahan, sang Raja
didampingi oleh sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan
tenteram.

Sementara itu, di luar wilayah Nagur, terdapat pula dua kerajaan suku Batak yang
berlainan marga, yaitu Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak dan Kerajaan Raya dari
marga Saragih Garingging. Meskipun berlainan marga, kedua kerajaan ini menjalin hubungan
persahabatan dengan Kerajaan Nagur. Rakyat mereka pun senantiasa hidup rukun dan makmur.
Kemakmuran ketiga kerajaan kecil itu ternyata menarik perhatian

kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.

Suatu hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan datang
menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja Tanah Djawo segera
meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya. Kedua kerajaan itu pun
menyatakan kesediaan untuk membantu Kerajaan Tanah Djawo dalam menangkal serangan
dari Kerajaan Majapahit. Bantuan yang diberikan oleh Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya
ternyata sanggup menangkal bahkan mengusir pasukan Majapahit dari wilayah Nagur. Hal
yang sama terjadi ketika Kerajaan Silou mendapat serangan dari Kerajaan Aceh. Kedua
kerajaan ini, Kerajaan Tanah Djawo dan Kerajaan Raya, membantu Kerajaan Silou hingga
akhirnya selamat dari ancaman bahaya.

Suatu ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang ketiga
kerajaan tersebut secara bergantian. Pertama-tama, mereka Kerajaan Tanah Djawo, lalu
Kerajaan Silou, dan terakhir Kerajaan Raya. Meskipun sudah saling membantu, ketiga
kerajaan tersebut akhirnya takluk juga. Serangan itu membuat masing-masing raja terpaksa
menyelamatkan diri. Hal yang sama terjadi pula para rakyat yang lari tunggang-langgang
menghindari sergapan musuh. Mereka meninggalkan wilayah itu secara berkelompok.
Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran
musuh.

Nasib para pengungsi tersebut sangat menderita. Mereka dilanda kelaparan dan
terserang berbagai macam penyakit. Untuk bertahan hidup, setiap kelompok pengungsi
mencari tempat tinggal masing-masing yang dirasa aman. Sekelompok pengungsi dari
Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili Misir yang kini dikenal pulau Samosir,
yaitu sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah Danau Toba. Di sanalah mereka menetap
dan membuka perladangan untuk bercocok tanam.

Setelah sekian lama menetap di pulau itu, hidup mereka pun mulai tertata. Bahkan,
mereka telah memiliki anak cucu. Suatu ketika, mereka merasa rindu untuk kembali ke
kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya mengadakan musyawarah.

“Siapa di antara kalian yang ingin kembali ke Kampung Nagur?” tanya seorang sesepuh
selaku pemimpin musyawarah.

Mendengar pertanyaan itu, sebagian dari peserta enggan untuk kembali ke kampung halaman
mereka.

“Maaf, Bapak-bapak. Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami? Apakah kalian tidak
rindu pada kampung halaman?” tanya sesepuh itu kepada mereka.

“Maaf, Tuan Sesepuh. Sebenarnya kami pun sangat rindu pada kampung halaman. Tapi,
kami sudah merasa betah dan nyaman tinggal di pulau ini. Tempat ini sudah seperti kampung
halaman sendiri. Lagi pula, siapa yang akan menjaga hewan ternak dan
ladang-ladang jika semuanya ikut kembali ke kampung halaman?” jawab salah seorang
peserta musyawarah.

“Benar Tuan Sesepuh, anak dan cucu kami pun merasa senang tinggal di pulau ini,” imbuh
seorang peserta musyawarah lainnya.

“Baiklah, kalau begitu. Bagi yang ingin tetap tinggal di sini, ku harap kalian tetap merawat
baik-baik tempat ini. Bagi yang ingin pulang ke kampung halaman harap segera
mempersiapkan segala sesuatunya,” ujar sesepuh itu.

Para warga yang berkeinginan kembali ke kampung halaman segera mengadakan


persiapan seperlunya. Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur. Setelah berhari-
hari menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba di Kampung Nagur. Saat tiba

kampung halaman, beberapa warga terlihat menangis. Mereka teringat pada peristiwa
yang menimpa kampung mereka dahulu. Rumah-rumah mereka telah tiada. Hanya tumbuhan
semak-belukar dan pepohonan yang terlihat tumbuh dengan subur.

“Sima-sima nalungun,” kata mereka.

Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang
berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga
saat ini, kata Simalungun tetap dipakai untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi

Sumatra Utara.

Demikian cerita Asal Mula Nama Simalungun dari daerah Simalungun, Provinsi Sumatra

Utara. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa kerjasama dan

saling membantu termasuk sifat terpuji yang patut diteladani. Sifat ini ditunjukkan oleh
ketiga kerajaan tersebut di atas. Meskipun berbeda marga, mereka senantiasa saling
membantu manakala salah satu di antaranya tertimpa musibah. Selain itu, cerita di atas juga
mengajarkan kepada kita tentang cinta terhadap kampung halaman. Kita tidak boleh
melupakan siapa diri kita dan darimana kita berasal.
Asal mula kota Natal

Natal merupakan jalur strategis perdagangan penting ke pesisir Sumatera bagian Barat.
Berawal dari pengembaraan seorang pangeran dari Kerajaan Indrapura bernama Indra Sutan.
Sekadar diketahui, Kerajaan Idrapura tergabung dalam Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Raja Indrapura memiliki dua anak lelaki yang selisih usia mereka hanya satu tahun. Indra Sutan
adalah anak bungsu dari dua bersaudara itu. Sementara si sulung bernama Pangeran Indra
Bagindo. Bila keduanya disandingkan, sulit membedakan si sulung dengan si bungsu. Wajah
dan gestur mereka juga mirip. Keduanya bagai anak kembar. Pangeran Indra Bagindo
dinobatkan menjadi Raja Indrapura menggantikan ayahanda

Saat itu juga Pangeran Indra Sutan mendapat titah harus pergi merantau menemukan
wilayah lain untuk dijadikan kerajaan baru. Kerajaan baru itulah yang kelak akan
dipimpinnnya. Selain perbekalan makanan, minuman dan pakaian, pangeran turut membawa
hewan peliharaan di antaranya kuda untuk kendaraan mereka saat harus menyusuri daratan.
Selebihnya, turut dibawa perlengkapan ritual tradisi berupa sekepal tanah dan buah labu yang
dikeringkan. Menurut kepercayaan tradisi lama, labu dan tanah kelahiran dibawa merantau
agar yang bersangkutan merasa betah di tanah rantau n amun tidak melupakan tanah kelahiran.
Buahn labu yang dikeringkan itu hanya berfungsi sebagai wadah menimbang tanah di tempat
yang baru.

Berminggu-minggu kapal berlayar mengarungi gelombang. Pangeran Indra Sutan


mengamati sekaliling dan seperti melihat sesuatu. apal pun berbelok ke muara dan bergerak
menyusuri aliran sungai kea rah hulu. Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya tiba di Kerajaan
Ujung Gading masuk wilayah Pasaman sekarang. Raja Ujung Gading bernama Datuk Imam
menerima kedatangan Pangeran Indra Sutan dan rombongan sebagai tamu kehormatan.
Diriwayatkan, Datuk Imam seorang raja yang masih muda, ramah dan bijaksana. Usianya pun
kira-kira sebaya dengan Pangeran Indra Sutan. Pangeran Indra Sutan dan rombongan sangat
dimuliakan oleh Datuk Imam. Mereka diizinkan tinggal beberapa hari di Kerajaan Ujung
Gading.
Pangeran Indra Sutan melaksanakan upacara ritual menimbang tanah. Ia masukkan
sekepal tanah yang dibawa dari Kerajaan Indrapura ke dalam rongga labu kering. Mereka
optimis Ranah Nan Data dengan potensi alamnya merupakan daerah yang akan membawa
kemakmuran penghuninya kelak. Sejak saat itu daerah yang landai dan luas itu memiliki
nama Ranah Nan Data, artinya tanah yang datar.

Dikisahkan, Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam meluaskan pengembaraan di


daerah sekitarnya sehingga menemukan daerah baru lagi yang mereka berinama Lingga Bayu
yang terletak di hulu Ranah Nan Data cikal bakal Natal. Dua sahabat pengembara itu
kemudian sepakat membagi wilayah kekuasaan. Kerajaan Natal dipimpin Datuk Imam,
sementara Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya menguasai Lingga Bayu yang kaya dengan
bahan tambang emas. Mereka bersumpah, Natal dan Lingga Bayu menjadi dua kerajaan yang
bersaudara dan memelihara perdamaian selamanya.

Versi lain menyebutkan, asal usul Natal karena daerah itu kerap dijadikan
persinggahan warga yang bepergian dengan mengendarai kuda. Penduduk yang umumnya
tinggal di daerah pegunungan saat melintasi kawasan itu, tepatnya di daerah Tor Pangolat,
sering beristirahat karena takjub melihat pemandangan yang indah. Dari situ terlihat tanah
yang landai dan luas, terlihat hingga bertemu dengan lautan.

a. Perbandingan unsur-unsur cerita rakyat

1. Tema

Peta Perbandingan Tema

Cerita
Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
Tema
Pada cerita ini, tema yang diangkat Kisah asal mula kota Natal ini
mengenai hubungan baik antar bertemakan hubungan baik antara
kerajaan pangeran Indra Suttan dan Datuk Imam.
Deskripsi :

Kedua cerita rakyat ini memiliki tema yang sama, hal itu diamati dari cerita keduanya sama-
sama mengangkat tema tentang hubungan baik antar kerajaan maupun antar pangeran kerajaan.

2. Plot/alur
Peta Perbandingan Alur

Cerita
Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
Alur
Terdapat sebuah kerajaan kecil Berawal dari perkenalan sosok Raja
bernama tanah Djawo yang memiliki Indrapura yang memiliki dua orang anak
Perkenalan hubungan baik dengan dua kerajaan laki-laki yang bernama Pangeran Indra
lain yakni kerajaan Silou dan Bgindo dan Pangeran Indra Sutan,
kerajaan Raya. hubungan kakak beradik ini sangat baik.

Konflik bermula dari kedatangan Konflik pada cerita ini bermula dari
Awal
kerajaan Majapahit menyerang ketentuan tradisi kerajaan yang
Konflik
kerajaan tanah djawo. mengangkat putera pertama untuk
menjadi penerus raja.
Konflik berlanjut saat ribuan tentara Konflik selanjutnya terjadi saat kerajaan
Konflik tiba-tiba menyerang ketiga kerajaan mengharuskan putera kedua kerajaan
tersebut secara begantian. pergi merantau setelah putera pertama
dinobatkan menjadi seorang raja.
Konflik dalam cerita ini memuncak Puncak dari persoalan yang ada di dalam
saat ketiga kerajaan tersebut takluk cerita ini saat kapal yang mengangkut
oleh ribuan tentara. Hal itu membuat pangeran Indra sutan beserta pengikutnya
Klimaks
masing-masing raja menyelamatkan menemukan sebuah hulu sungai yang
diri sendiri begitupun dengan para ramai dengan penduduk. Pangeran Indra
penduduknya lalu meninggalkan Sutan juga bertemu dengan seorang raja
wilayah itu secara berkelompok dan Ujung Gading yang bernama Datuk
beberapa diantara penduduk tersebut imam. Datuk Imam pun memiliki
dilanda kelaparan dan terjangkit pengikut, diantara pengikutnya ternyata
berbagai penyakit. terdapat sebuah konflik sosial.

Terlihat dari penduduk yang Dari konflik sosial antar pengikut Datuk
menemukan sebuah daratan luas yang Imam yang membuatnya ikut terkena
saat ini dikenal dengan pulau samosir sasaran terror dan ancaman itu akhirnya
itu dan menjadikan tempat itu sebagai Datuk Imam ikut bersama Pangeran Indra
pemukiman mereka yang baru untuk Sutan yang sebelumnya menawarkan
meneruskan hidup. untuk ikut berkelana bersamanya. Pada
akhirnya meraka menemukan hamparan
Penyelesaian
daratan yang luas dan landai namun
memiliki pemandangan yang sangat
indah. Saat itu Pangeran bersama
pengikut-pengikutnya mejadikan daratan
itu sebagai tempat peradaban mereka
yang baru dan membangun sebuah
kerajaan baru pula.

Deskripsi :

 Perkenalan :
Pada Instrumen Penelitian bagian perkenalan, dari kedua cerita yang telah kami baca itu
memiliki sedikit kemiripan cerita. Hal itu dibuktikan pada cerita Asal Mula Simalungun
yang pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan yang memiliki hubungan baik dengan
dua kerajaan lain. Lalu di dalam cerita sal Mula Kota Natal yang berawal dari perkenalan
sosok Raja Indrapura yang memiliki dua orang anak laki-laki yang berhubungan baik
diantara keduanya. Perbedaannya hanya terdapat pada bagian cerita pertama itu adalah
gambaran hubungan baik sebuah kerajaan, lalu pada cerita kedua itu adalah hubungan
baik antara dua orag anak laki-laki dari seorang raja.

 Awal Konflik :
Awal konflik pada instrument penilaian mengenai cerita rakyat Asal Mula Simalungun
dan Asal Mula Kota Natal ini menurut kami tidak memiliki kesamaan. Alasannya karena
pada cerita pertama dikisahkan konflik bermula dari serangan yang datang dari kerajaan
Majapahit terhadap Kerajaan Tanah Djawo. Sedangkan pada cerita kedua ini dikisahkan
mengenai ketentuan tradisi kerjaan yang mengangkat generasi penerus kerajaan dari
seorang anak sulung atau anak pertama seorang raja.
 Konflik :
Pada instrument penilaian bagian konflik ini, kedua cerita Asal Mula tersebut tidak
memiliki kesamaan. Hal itu dibuktikan dari sebuah kisah pada cerita pertama yakni
mendapat serangan tiba-tiba terhadap ketiga kerajaan tersebut secra bergantian dari
ribuan tentara yang tidak dikenalnya yang membuat penduduk dan para raja
menyelamatkan diri masing-masing, lalu pada cerita kedua konflik itu semakin terlihat
saat hasil rapat penting kerajaan memutuskan bahwa tradisi yang ada itu mengharuskan
anak laki-laki kedua dari sang raja untuk pergi merantau mencari wilayah lain untuk
dibangunnya sebuah kerajaan baru. Kedua cerita yang kami amati itu menyimpulkan
bahwa pada bagian konflik dari keduanya sangat berbeda.

 Klimaks :
Klimaks atau puncak dari suatu hal dalam kedua cerita tersebut menurut kami memiliki
kesamaan, kesamaan yang kami maksud itu terdapat pada jalan cerita yang mengisahkan
para tokoh yang ada meningalkan wilayah mereka atau tempat asal mereka dengan latar
belakang cerita yang berbeda. Pada cerita pertama, dikisahkan penduduk meninggalkan
wilayah asal mereka untuk menyelamatkan diri, sedagkan cerita kedua mengisahkan
seorang Pangeran yang meninggalkan wilayah asalnya karena sebuah keputusan yang
didapatnya dari ketentuan yang ada di sebuah kerajaannya.
 Penyelesaian :
Setelah mengetahui puncak dari kedua cerita tersebut, selanjutnya adalah mengenai alur
penyelesaian dari kedua cerita tersebut. Alur penyelesaian yang ada di kedua cerita
tersebut itu sama. Kesamaan itu terbukti saat kedua cerita tersebut sama-sama
mengisahkan sebuah cerita yang berakhir dengan penemuan tempat atau wilayah baru
yang dijadikan sebagai tempat keberlangsungan hidup mereka. Namun, tak hanya itu
saja. Kami juga menemukan sedikit perbedaan diantara keduanya, yakni pada cerita
kedua berakhir membangun sebuah kerajaan baru di wilayah yang baru, namun pada
ceritaasal mula pertama itu dikisahkan ada sebagian penduduk yang berada di wilayah
baru itu memutuskan untuk menengok keadaan wilayah lama yang telah mereka
tingalkan itu.

3. Latar cerita/setting

Peta Perbandingan latar tempat

Cerita
Latar Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
tempat
 Kampung Nagur, Sumatera a) Kerajaan Ujung Gading yang terdapat
Utara. di wilayah Pasaman
 Tanah Sihili Misir atau yang b) Hulu Ranah Nan Data cikal bakal
dikenal sebagai pulau Samosir Natal (Lingga Bayu). kini berada di
yang terletak ditengah danau Kabupaten Mandailing Natal, Pantai
Toba. Barat Sumatera Utara.
Deskripsi
 Latar tempat dari dua cerita rakyat tersebut sama-sama berada di Sumatera Utara, namun
cerita rakyat tersebut berada di wilayah yang berbeda. Pada cerita rakyat Asal mula
Simalungun, latar tempat dalam cerita itu berada di Kampung Nagur. Hal itu dibuktikan
saat penggambaran awal cerita. Lalu, di dalam cerita asal mula Simalungun ini juga
terdapat latar tempat lain, yaitu di Tanah Sihili Misir atau yang dikenal sebagai pulau
Samosir yang terletak ditengah danau Toba. Hal itu digambarkan dalam cerita saat para
penduduk mulai resah karena pederitaan yang dialaminya hingga menemukan tempat
atau wilayah baru yang akan dijadikan tempat keberlngsungan hidupnya.

Peta Perbandingan latar waktu

Cerita
Latar Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
waktu
 Di suatu waktu kerajaan a) Suatu hari di istana Indrapura
Tanah Djawo mendapat kabar berlangsung rapat penting.
bahwa kerajaan Majapahit b) sengaja aku kumpulkan hari ini
akan menyerang kerajaan karena ada satu hal penting yang
Tanah Djawo. ingin kusampaikan berkaitan dengan
 Di suatu ketika ribuan tentara suksesi Kerajaan Indrapura.
menyerang ketiga kerajaan c) Cuaca di pesisir Minangkabau begitu
secara bergantian. cerah
d) Berminggu-minggu kapal berlayar
mengarungi gelombang. Pangeran
Indra Sutan mengamati sekaliling dan
seperti melihat sesuatu.
Deskripsi
Pada cerita di atas Asal mula Simalungun latar waktu yang ditampilkan hanya keterangan waktu
lampau dan keterangan waktu saat itu, yakni ketika kerajaan Majapahit akan menyerang kerajaan
Tanah Djawo dan saat ribuan tentara menyerang ketiga kerajaan secara bergantian. Sedangkan
pada cerita rakyat asal mula kota Natal latar waktu yang digambarkan pada saat berlangsungnya
rapat penting di kerajaan Indrapura. Lalu keadaan pada waktu itu saat sang raja dari kerajaan
Indrapura ingin menyampaikan hal yang berkaitan dengan suksesi kerajaan. Latar waktu
selanjutnya tergambar saat cuaca Minangkabau terlihat cerah. Selanjutnya latar waktu
berminggu-minggu pangeran berlayar.

Peta Perbandingan latar suasana

Cerita
Latar Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
suasana
 Menegangkan a) Bingung
Saat ketiga kerajaan itu “Kalian para putera mahkota dan

diserang oleh ribuan tentara punggawa kerajaan, sengaja aku

secara bergantian kumpulkan hari ini karena ada satu hal


penting yang ingin kusampaikan
 Resah
berkaitan dengan suksesi Kerajaan
Saat para penduduk mulai
Indrapura. Aku sudah tua, karena itulah
menderita berbagai penyakit
saatnya putera mahkota akan
 Haru menggantikan kepemimpinanku di
Saat sebagian penduduk Indapura, Segera atur rencana upacara
melihat tempat tanah penobatannya,”kata raja.
kelahiran mereka menjadi b) Sedih
sunyi sepi dan ditumbuhi Saat pangeran Indra Suttan merasa
semak belukar. prihatin dengan keadaan yang melanda
Ujung Gading.
Deskripsi
Latar suasana yang terdapat pada cerita rakyat asal mula Simalungun ini adalah menegangkan,
resah, dan haru. Suasana menegangkan ini tergambar saat ketiga kerajaan diserang oleh ribuan
tentara secara bergantian. Lalu suasana resah pada cerita ini dapat kita ketahui saat para
penduduk mulai menderita berbagai penyakit yang dilanda pasca ketiga kerajaan itu ditakl,ukan
oleh ribuan tentara yang tidak diketahui itu. Sedangkan suasana haru yang terdapat dalam cerita
tersebut itu digambarkan saat sebagian penduduk melihat tanah kelahiran mereka ditumbuhi
semak belukar dan suasana di sana sangat sunyi sepi. Pada cerita asal mula kota Natal ini
suasana yang tergambar adalah bingung, dan juga sedih. Gambaran suasana bingung pada cerita
asal mula kota Natal ini pada saat para putera mahkota dan punggawa kerajaan dikumpulkan
karena ada suatu hal penting yang akan disampaikan oleh raja. Sedangkan suasana sedih pada
cerita ini terdapat saat pangeran Indra Suttan merasa prihatin dengan keadaan yang melanda
Ujung Gading.
4. Penokohan

Peta Perbandingan penokohan

Cerita

Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal

Penokohan

- Raja Tanah Djawo memiliki sifat - Raja dari kerajaan Indrapura sebagai
adil dan bijaksana, raja tanah ayah dari indra sutan dan indra
djawo sebagai seorang raja bagindo yang memiliki sifat bijaksana
dikerajaan tanah djawo sifat nya dalam menggantikan
yang adil dan bijaksanalah yang kepemimpinanya kepada anaknya
membuat dia dapat menjalankan sehingga indra bagindo pun terpilih
tugas pemerintahan sehingga sebagai putra mahkota dikerajaan
kerajaan aman dan tentram. indrapura
- Indra Sutan memiliki sifat yang
- Tuan sesepuh memiliki sifat penurut dia sebagai putra bungsu dari
peduli sebagai pemimpin raja indraputra dan saat itu lah indra
musyawarah dengan memiliki sutan mulai merantau sehingga
sifat yang peduli karena ia menemukan kerajaan baru
mengajak warga untuk sekadar - Pangeran indra Bagindo ( anak
melepas rindu terhadap tanah sulung)
kelahiran para penduduk. - Juru mudi memiliki sifat penurut dia
sebagai pengemudi yang selalu
menemani indra sutan kemanapun
indra sutan pergi.
- Datuk Imam memiliki sifat ramah dan
bijaksana sebagai seorang raja
dikerajaan ujung gading dengan
sifatnya yang ramah dia menerima
kedatangan pangeran indra sutan
sebagai tamu kehormatan dan
diizinkan untuk tinggal beberapa hari
dikerajaan ujung gading

Deskripsi :
Dari perbandingan penokohan, pada cerita asal mula simalungun tokoh Raja Tanah Djawo
memiliki sifat adil dan bijaksana. Tokoh tersebut merupakan sosok pemimpin yang baik terhadap
warga dan juga terhadap rekan dari kerajaan-kerajaan lain yang memiliki hubungan baik dengan
kerajaan tanah djawo. Tuan sesepuh pada cerita asal mula simalungun merupakan sosok tokoh
yang digambarkan memiliki sifat yang baik karena ia peduli dengan keadaan tanah kelahiran
para penduduk yang telah lama ditinggalkan dan bermaksud mengajak para penduduk untuk
melepas rindu akan tanah kelahiran mereka. Selanjutnya tokoh dari cerita asal mula kota natal
adalah sosok raja dari kerajaan indrapura yang dapat kita ketahui memiliki sifat bijaksana. Hal
itu dapat kita temukan pada cerita yang menggisahkan bagaimana perlakuan seorang raja
sekaligus ayah dari 2 orang anak ini menghargai keputusan dari ketentuan tradisi kerajaan. Lalu
tokoh indra sutan memiliki sifat yang penurut, karena ia menerima dengan lapang dada tanpa ada
rasa kecewa atau bahkan dendam karena keputusan yang didapatnya. Tokoh indra sutan ini juga
memiliki peran penting dari cerita rakyat asal mula kota natal karena dengan sifatnya yang baik
dan penurut itu membuat ia bertemu dengan datuk imam dan cerita asal mula kota natal itu
bermula dari pengembaraan pangeran indra sutan. Lalu sifat juru mudi dalam cerita asl mula kota
Natal itu adalah sebagai sosok yang penurut dan setia karena ia yang menemani pangeran indra
sutan dan menuruti segala perintah dari indra sutan. Tokoh datuk imam memiliki sifat ramah dan
juga bijaksana karena ia menyambut baik kedatangan pangeran indra sutan dan memimpin
rakyatnya dengan bak.
5. Sudut pandang

Peta Perbandingan sudut pandang

Cerita
Sudut Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
pandang
Orang ketiga orang ketiga

Deskripsi
Dalam cerita asal mula simalungun dan asal mula Kota Natal memiliki kesamaan dalam sudut
pandang yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga karena di dalam cerita, penulis
menyebutkan nama tokoh yang berarti salah satu pengertian dari sudut pandang orang ketiga.

6. Amanat

Peta Perbandingan amanat

Cerita
Asal Mula Simalungun Asal Mula Kota Natal
amanat
bahwa kerjasama dan saling
membantu termasuk sifat terpuji yang kita ini menceritakan dua kisah seorang
patut diteladani. Sifat ini ditunjukkan sahabat yang bekerja sama dalam
oleh ketiga kerajaan tersebut di atas. memperjuangkan atau mempertahankan
Meskipun berbeda marga, mereka kekuasaan daerah yang akan menjadi
senantiasa saling membantu kemakmuran bagi kerajaan. Ketika
manakala salah satu di antaranya tengah mengalami masalah dan kesulitan,
tertimpa musibah. Selain itu, cerita di tak jarang kamu akan berusaha mencari
atas juga mengajarkan kepada kita tempat untuk menumpahkan segala hal
tentang cinta terhadap kampung yang menghimpit dada. Salah satu orang
halaman. Kita tidak boleh melupakan yang bisa kamu jadikan tempat mengeluh
siapa diri kita dan darimana kita adalah sahabatmu. Hal ini dikarenakan
berasal. kamu percaya, sahabat yang baik tak
akan meninggalkanmu dan akan selalu
mendukungmu. Ia akan selalu berada di
sampingmu hingga kamu bisa kembali
berdiri tegak dan tegar seperti sedia kala.

Deskripsi
Dalam cerita di atas Asal mula simalungun dan asal mula Kota Natal yaitu mengajarkan kita
bahwa dengan bekerja sama dalam melakukan segala hal dapat teratasi dengan ringan. Dalam
mengerjakan sesuatu di dasari dengan usaha dan doa pasti semua akan berhasil dan sesuai
dengan apa yang kita inginkan

B. Kajian Pengaruh

Menurut Mahayana (1995a: 213) kajian pengaruh yang mempengaruhi dunia sastra
merupakan hal yang wajar. Adanya kesamaan tema, gaya, maupun bentuk pada dua karya sastra,
mungkin hanya akibat pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya yang lain. Tetapi dengan
ini tidak harus mutlak demikian. Boleh jadi kesamaan itu suatu kebetulan saja. Dan
kemunculannya pun bisa pada saat yang bersamaan atau dalam kurun waktu yang berbeda.
Dengan demikian, bisa jadi terjadi kemiripan antara karya sastra di suatu wilayah dan wilayah
lain, serta bisa juga antara karya sastra suatu negara dan karya sastra di negara lain. Kemiripan
tersebut bisa dikaji dengan kajian sastra bandingan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mahayana
(1995b: 61) yang menyatakan bahwa membandingkan dua karya sastra atau lebih dari sedikitnya
dua negara yang berbeda, dalam studi sastra, termasuk ke dalam wilayah sastra bandingan.

Sastra banding dapat dianalisis dengan 3 kajian pengaruh yaitu:

(1) analogi, yaitu cerita asli yang memiliki kesamaan karena adanya unsur yang sama (unsur
Intrinsik) antar dua cerita atau lebih;

(2) afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur
struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya sastra) dan lain-lain, yang
dijadikan bahan penulisan karya sastra; dan

(3) tradisi, yaitu unsur yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.

Dalam cerita di atas dapat dilihat, bahwa kedua cerita tersebut terletak di geografis yang
sama yaitu dari Provinsi Sumatera Utara. Cerita asal mula nama Simalungun dan cerita asal mula
kota Natal dapat dianalisi dengan kajian analogi, yaitu memiliki kesamaan karena ada unsur yang
sama, seperti tema yaitu sama-sama menceritakan tentang kerajaan, antara asal mula nama
Simalungun yaitu menceritakan tentang kerajaan Tanah Djawo, sedangkan asal mula kota Natal
yaitu menceritakan tentang kerajaan Indrapura. Lalu pada bagian alur cerita, diketahui bahwa
pada sub bagian klimaks dalam permasalahan kedua cerita juga memiliki kisah yang sama yaitu,
salah satu tokoh meninggalkan tempat tinggalnya dan membuat kerajaan. Pada penyelesain salah
seorang tokoh dalam cerita menemukan suatu wilayah, tetapi ada perbedaan disini yaitu pada
cerita Simalungun beberapa tokoh kembali ke tanah kelahiran untuk sekadar melihat situasi atau
melepas rindu akan tempat asal mereka, sedangkan pada Cerita Pulau Natal tokoh menetap
diwilayah tersebut. Namun, ada beberapa unsur yang berbeda seperti pada awal konflik, karena
pada cerita asal mula nama Simalungun berawal dari penyerangan kerajaan Majapahit terhadap
kerajaan Tanah Djawo, dan cerita asal mula kota Natal konflik bermula dari tradisi kerajaan
yaitu mengangkat anak sulung menjadi penerus kerajaan serta memerintahkan anak kedua dari
seorang raja untuk merantau guna membangun sebuah kerajaan yang baru.
KESIMPULAN
Dari kedua cerita tersebut memiliki kisah yang sama. Kesamaan itu terbukti saat kedua cerita
tersebut sama-sama mengisahkan sebuah cerita yang berakhir dengan penemuan tempat atau
wilayah baru yang dijadikan sebagai tempat keberlangsungan hidup mereka. Cerita tersebut juga
mengajarkan kita untuk memiliki kepedulian kepada orang dan bekerja sama dalam membantu
yang lain ketika dalam masalah hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
changeindonesian.blogspot.com/2018/09/cerita-rakyat-asal-mula-nama-simalungun
/histori.id/asal-mula-nama-simalungun/
elib.unikom.ac.id/files/disk1/728/jbptunikompp-gdl-roseildare-36376-4-unikom_r-i
pemkomedan.go.id/artikel-18410-asal-mula-kota-natal
daerah.sindonews.com/read/1284994/29/sejarah-berdirinya-kerajaan-natal-di-sumatera utara-
1519545620

Anda mungkin juga menyukai