Anda di halaman 1dari 5

MINI RISET TARI ANGKOLA MANDAILING

“TARI KETABO”

DOSEN PENGAMPU :

Dra.DILINAR ADLIN,M.Pd

DISUSUN OLEH :

Adnan Aziz (2191141006) Chofifah Chairuna (2191141003)


Alfandi Putra Siregar (2191141010) Sitti Rahmalia (2191141001)
Aldi Alfiansyah Sinaga (2192141002) Gomu Sri Rahma Dewi (2193141003)

PRODI S1 PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian ini membahas bahasa Angkola dengan menggunakan konsep teoretis Tata
Bahasa Fungsional. Bahasa Angkola adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan
penuturnya sebagai alat komunikasi di daerah Tapanuli bagian Selatan dan sekitarnya.
Setelah pemekaran wilayah penutur bahasa Angkola secara geografis tersebar di wilayah
Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Kabupaten
Padang Lawas, dan Kabupaten Mandailing Natal. Bahasa Angkola menjadi salah satu alat
interaksi sosial di wilayah ini selain penggunaan bahasa nasional Bahasa Indonesia. Dalam
interaksi sosial manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahasa untuk mengomunikasikan
pikiran, perasaan, dan kebutuhannya kepada orang lain. Bahasa menjadi alat yang sangat
penting sehingga selalu menarik untuk menjadi pusat kajian, meskipun banyak orang
cenderung tidak tertarik menganalisis dan memperhatikan penggunaan bahasa itu dalam
konteks sosial. Pada kenyataannya, bila merujuk kepada fakta di lapangan bahasa sering kali
membuat kita berpikir, bergembira, sedih. Hal ini terjadi karena terdapat unsur-unsur
pembentuk bahasa sehingga apa yang ingin disampaikan dapat dimaknai sedemikian rupa.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki daya tarik yang luar biasa bagi
orang-orang yang secara spesifik memerhatikan penggunaannya. Secara filosofis kita dapat
melihat bahwa sebenarnya kajian terhadap bahasa masih merupakan hamparan yang
sangat luas untuk dieksplorsi. Plato dalam Kaelan (1998: 34-35) telah memberikan dasar
pijakan yang sangat jelas dalam pengembangan ilmu bahasa, yang menyatakan bahwa di
dalam ungkapan yang disampaikan seseorang selalu terkandung ‘onomata’ dan ‘rhemata’.
‘Onomata’ (‘onoma’ dalam bentuk jamak) merupakan subjek dalam kaitan dengan subjek
logis, sedangkan ‘rhemata’ (jamaknya ‘rhema’) merujuk kepada verba dalam tata bahasa
dan predikat dalam hubungannya dengan makna logis. Ini berarti bahwa Plato telah
memberikan dasar penganalisisan bahasa yang bermanfaat dalam perkembangan bahasa
pada abad modern ini. Dengan demikian, kajian-kajian terhadap bahasa dari berbagai sudut
pandang dan aliran dapat dilakukan secara komprehensif sehingga kajian tentang predikasi
bahasa Angkola menempatkan dirinya pada salah satu ranah yang sangat strategis karena
selain mencoba menerapkan teori-teori bahasa yang sudah ada, pada saat bersamaan,
menjadi alat untuk mengangkat bahasa daerah ini ke permukaan dan mempertahankannya
dalam gejolak persaingan pemakaian bahasa yang terjadi saat ini. Menurut sejarah
linguistik, terdapat beragam aliran tentang bahasa yang secara komprehensif
mendefinisikan, mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bahasa sehingga berlaku bagi
bahasa-bahasa di dunia.
Sebagai akibat dari intervensi bahasa Indonesia di wilayah pemekaran akibat otonomi
daerah, bahasa daerah semakin hari kian tersudut, dan tentu saja dari sudut pandang
linguistik dan budaya hal ini sangat mengecewakan. Padahal, bahasa daerah adalah salah
satu warisan sejati yang dapat diturunkan kepada generasi penerus sebuah suku bangsa.
Tidak dipungkiri bahwa terjadinya perkawinan antar etnis juga secara perlahan membuat
tersisihnya bahasa daerah di antara generasi yang ada saat ini. Akhir-akhir ini, balai-balai
bahasa di Indonesia mulai mencoba menelaah dan menyadarkan khalayak umum akan
gejala-gejala tertinggalkannya bahasa daerah.
Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam
etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.
Masing-masing etnik memiliki bermacam kebudayaan dan tradisi yang berbeda-beda pula,
baik dibidang Adat istiadat. Salah satu dari hasil kebudayaan yang menonjol dari tiap daerah
adalah musik dan tari. Tarian sudah ada sejak manusia mengenal peradaban. Setiap budaya
di dunia ini memiliki tarian yang khusus dipertunjukkan berdasarkan peristiwa-peristiwa
bersejarah dalam perjalanan hidup setiap anggota masyarakat. Tari juga merupakan unsur
utama untuk melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai
budaya. Pada kelompok masyarakat tertentu secara tradisional, tarian berperan sebagai
medium dalam melaksanakan ritual tertentu baik yang bersifat religi, adat istiadat, maupun
hiburan. Tari telah mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Sejak zaman dulu mayoritas masyarakat menganut paham Animisme dan
Dinamisme, Sehingga dalam melakukan ritual pemujaan kepada dewa yang disembah,
masyarakat jaman dahulu menggunakkan tari sebagai sarana komunikasi dengan dewa yang
disembah, tidak hanya sebagai media penghubung kepada dewa. Tari juga digunakan
masyarakat apabila masyarakat sedang merayakan adanya panen. 2 Aktivitas atau menang
dalam berburu. Tari pada zaman dahulu mempunyai gerak yang sangat sederhana dan ada
juga tarian yang mengikuti gerak-gerak binatang. Ruang lingkup musik mencakup beberapa
aspek yaitu kemampuan untuk menguasai olah vocal, kemampuan memainkan alat musik,
dan kemampuan mengapresiasikan karya musik yang dibuat. Musik merupakan media
untuk pengungkapan ide atau gagasan melalui bunyi yang berbentuk unsur dasarnya
berupa irama, melodi dan harmoni. Tapanuli Selatan adalah salah satu provinsi yang berada
di Sumatera Utara, Kabupaten ini di diami oleh dua etnis, yaitu etnis Angkola dan etnis
Mandailing yang memiliki bentuk kesenian yang berbeda. Etnis Angkola dan Etnis
Mandailing memiliki bahasa yang berbeda. Bahasa Batak Angkola adalah bahasa yang paling
mirip dengan bahasa Batak Toba, dan bahasa Batak Angkola meliputi daerah Padang
Sidempuan, Sipirok. Mata pencaharian masyarakat di Tapanuli Selatan adalah bertani, salah
satunya yaitu menanam salak. Ketika mereka mulai musim panen, mereka menyuruh para
gadis untuk memanen dan menjual hasil panen para petani di daerah Padang Sidempuan
tersebut. Mata pencaharian itu menggugah seorang seniman untuk membuat tarian untuk
mengiringi para perkerja atau anak perempuan yang sedang panen salak dan terciptalah tari
Ketabo. Musik iringan tari Ketabo muncul pertama kali pada tahun 1937.. Gerak-gerak yang
dialakukan dalam tari Ketabo ini seperti mengayun-ayunkan (dulang), sedangkan alat yang
digunakan untuk tarian ini adalah keranjang (bakul), serta busana yang sangat sederhana.
Ketertarikan penulis untuk mengangkat Mini Riset Tarian Mandailing ini dikarenakan penulis
melihat adanya kesenian daerah Mandailing yang harus dipertahankan, seperti yang
dilakukan masyarakat Mandailing yang menjaga identitas kesenian Mandailing, dan tetap
menjaga kesenian tersebut agar tidak pernah punah.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penetian ini, peneliti perlu membuat identifikasi
masalah, untuk memperoleh gambaran yang luas terhadap apa yang akan diteliti. Dalam
penelitian perlu diadakan identifikasi masalah agar penelitian ini menjadi lebih terarah serta
cakupan masalah tidak terlalu luas. Menurut pendapat Sugiyono (2008:385) : “Untuk dapat
mengidentifikasikan masalah dengan baik, maka penelitian perlu melakukan penelitian studi
pendahuluan ke objek yang akan diteliti, melakukan observasi dan wawancara ke berbagai
sumber, sehingga semua permasalahan dapat di identifikasi”. Identifikasi masalah meliputi
adanya observasi dan wawancara yang bertujuan untuk mengidentifikasikan setiap masalah
yang muncul. 1. Bagaimana asal-usul tarian Ketabo ? 2. Bagaimana keberadaan tarian ? 3.
Bagaimana musik iringan yang digunakan pada tari Ketabo ?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan waktu, dana
dan kemampuan teoritis, maka peneliti perlu mengadakan pembatasan masalah untuk
memudahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian. Hal ini 5 dilakukan agar dalam
proses penelitian, pembahasan tidak meluas, sehingga penelitian yang dilakukan lebih
terarah. Sesuai dengan pendapat Surakhmad (2000:31) yang menyatakan, bahwa: “Sebuah
masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas, tidak pernah dapat dipakai sebagai
masalah penyelidikan, oleh karena itu tidak jelas batas-batas masalahnya

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ialah usaha yang dilakukan peneliti untuk menyatukan secara
tersurat, pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan keluar.
Dalam menentukan masalah, peneliti berpedoman pada pendapat Maryaeni (2005:14) yang
menjelaskan bahwa : Rumusan masalah merupakan jabatan detail fokus penelitian yang
akan digarap, rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti, karena penelitian
merupakan upaya dalam menentukan jabatan pertanyaan sebagaimana terpapar dalam
rumusan masalah.
Menurut pendapat diatas, sekaligus berdasarkan uraian latar belakang masalah,
identifikasi masalahdan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah sebagai berikut.
“Bagaimana asal-usul, bentuk, fungsi dan makna musik iringan tari Ketabo. \

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian harus mempunyai pemikiran mengenai apa yang hendak
dicapai dalam setiap kegiatan penelitian tersebut. Tujuan yang jelas akan selalu
menghasilkan ide-ide baru merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan dalam setiap
masalah yang timbul pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Pendapat Margono
(1997:112) “penelitian bertujuan untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-
masalah, kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencapai jawaban permasalahan itu
dengan penelitian. ”Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas kegiatan sebuah penelitian
menjadi terarah dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul.
Tujuan yang dicapai penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikanbentuk penyajian tari Ketabo.
2. Mendeskripsikan fungsi iringan Tari Ketabo Pada Masyarakat Mandailing Angkola 3.
Mendeskripsikan makna musik iringan tari Ketabo pada masyarakat Mandailing Angkola.

F. Manfaat Penelitian
Setia penelitian sudah pasti memiliki manfaat atau kegunaan yang dapat dijadikan
sumber informasi didalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Sebuah
penelitian diharapkan dapat menambah kesadaran dan membangkitkan rasa cinta terhadap
kebudayaan daerah. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini yaitu :
1. Sebagai masukkan dalam menambah wawasan terhadap musik iringan tari Ketabo pada
masyarakat Mandailing Angkola.
2. Sebagai informasi mengenai kesenian yang ada di masyarakat.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya pembaca yang menekuni bidang
seni.
4. Menambah kajian pustaka bagi Universitas Negeri Medan, khususnya kepustakaan Seni
Tari.
5. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti bentuk kesenian.

Anda mungkin juga menyukai