OLEH:
Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan benungkapan
pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan bentuk atau
wujudnya karya sastra terdiri dari aspek isi dan aspek bentuk. Aspek isi merupakan pengalaman
tentang hidup manusia. Aspek bentuk merupakan hal-hal yang terkait cara pemakaian, cara
pengarang memanfaatkan bahasa untuk mewadahi isi dari karya sastra tersebut. Berdasarkan
pengertian dari aspek bentuk atau wujudnya, sastra dapat disampaikan secara lisan dan tulisan.
Penyampaian sastra secara lisan, langsung diungkapkan dari mulut ke mulut sedangkan
penyampaian sastra secara tulisan diungkapkan melalui bahasa tulis.Sastra lisan merupakan
bagian kebudayaan yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Sastra lisan
merupakan milik bersama, bersifat anonim pada suatu daerah tertentu. Sastra lisan adalah salah
satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum terpelajar.
Ragamnya pun sangat banyak dan masing-masing ragam mempunyai variasi yang banyak pula.
Isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau kebudayaan masyarakat pemilik
sastra tersebut (Finnegan dalam Armina, 2012:1).
Kehidupan sastra lisan di masyarakat mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan
masyarakat pemiliknya. Ada sebagian sastra lisan di Indonesia yang telah hilang sebab tidak
sempat didokumentasikan. Sastra lisan yang masih ada, baik yang diselamatkan melalui
penelitian masa dahulu dan masa kini maupun yang belum diteliti, ada yang masih bertahan
tetapi ada pula yang mengalami perubahan. Ada contoh bentuk sastra lisan yang masih
dipertahankan terus tanpa perubahan, tetapi tidak kurang contoh yang membuktikan bahwa sastra
lisan yang telah berubah karena dinamika intrinsik ataupun akibat pengaruh sastra asing (Teeuw,
1984:330).
Telah dikatakan pula bahwa di Indonesia sastra lisan pun dari dahulu terus berubah
walaupun beberapa ragam dasar barangkali bertahan lama. Perubahan itu bisa terjadi karena
pengaruh perkembangan masyarakat dalam berbagai segi seperti pendidikan, ekonomi, politik,
soial, dan kepercayaan. Keberadaan sastra lisan perlu dipertimbangkan dari hal-hal yang
menyangkut geografi, sejarah, kepercayaan dan agama, serta semua aspek kebudayaan lain
(Finnegan dalam Armina, 2013:2).Selain itu, pengaruh teknologi modern juga mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam segala segi kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut tercermin
pada perubahan pandangan masyarakat yang menganggap sastra lisan dahulu sebagai hal yang
kuno/tradisional (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:4). Hal ini perlu
diantisipasi agar keberadaan sastra lisan tidak punah. Usaha melestarikan sastra lisan sebagai
kekayaan budaya perlu dilaksanakan karena perubahan dan hilangnya ragam sastra lisan tidak
pernah akan berhenti. Haltersebut dapat mengakibatkan punahnya sastra lisan di suatu daerah.
Bersamaan dengan punahnya sastra lisan itu maka kekayaan budaya yang terkandung di
dalamnya akan punah pula. Sastra lisan dapat diungkapkan dari segi bentuk dan isinya untuk
memperkaya khasanah kebudayaan bangsa Indonesia. Pengungkapan sastra-sastra lisan di
Indonesia itu mempunyai keuntungan, yaitu dapat memperlihatkan keanekaragaman kekayaan
budaya dan menimbulkan saling memahami antarsuku bangsa di Indonesia melalui nilai-nilai
yang terdapat dalam sastra lisan tersebut. Sastra lisan di suatu daerah berfungsi sebagai sarana
pengungkapan tata nilai sosial budaya dan kehidupan di daerah tersebut (Pusat Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, 1998:1).
Sastra lisan merupakan salah satu bentuk kreativitas masyarakat yang sayang jika diabaikan
keberadaannya. Berbagai nilai kehidupan seperti nilai kemanusiaan, keindahan, moral, budaya,
pendidikan, sejarah, ekonomi, dan politik dapat diungkapkan melalui sastra lisan sehingga
penting untuk dilakukan penelitian yang terkait dengan sastra lisan tersebut. Dengan
dilakukannya penelitian, hasil penelitian sastra lisan dapat bermanfaat untuk melestarikan sastra
lisan tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga bermanfaat untuk perkembangan dan pelestarian
sastra lisan yang sudah ada.Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra
merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan bentuk atau wujudnya karya sastra terdiri dari aspek isi dan aspek
bentuk. Aspek isi merupakan pengalaman tentang hidup manusia. Aspek bentuk merupakan hal-
hal yang terkait cara pemakaian, cara pengarang memanfaatkan bahasa untuk mewadahi isi dari
karya sastra tersebut. Berdasarkan pengertian dari aspek bentuk atau wujudnya, sastra dapat
disampaikan secara lisan dan tulisan. Penyampaian sastra secara lisan, langsung diungkapkan
dari mulut ke mulut sedangkan penyampaian sastra secara tulisan diungkapkan melalui bahasa
tulis.Sastra lisan merupakan bagian kebudayaan yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah
masyarakat.Sastra lisan merupakan milik bersama, bersifat anonim pada suatu daerah tertentu.
Sastra lisan adalah salah satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan
yang belum terpelajar. Ragamnya pun sangat banyak dan masing-masing ragam mempunyai
variasi yang banyak pula. Isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau
kebudayaan masyarakat pemilik sastra tersebut (Finnegan dalam Armina, 2012:1).Kehidupan
sastra lisan di masyarakat mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat
pemiliknya.
Ada sebagian sastra lisan di Indonesia yang telah hilang sebab tidak sempat
didokumentasikan. Sastra lisan yang masih ada, baik yang diselamatkan melalui penelitian masa
dahulu dan masa kini maupun yang belum diteliti, ada yang masih bertahan tetapi ada pula yang
mengalami perubahan. Ada contoh bentuk sastra lisan yang masih dipertahankan terus tanpa
perubahan, tetapi tidak kurang contoh yang membuktikan bahwa sastra lisan yang telah berubah
karena dinamika intrinsik ataupun akibat pengaruh sastra asing (Teeuw, 1984:330).Telah
dikatakan pula bahwa di Indonesia sastra lisan pun dari dahulu terus berubah walaupun beberapa
ragam dasar barangkali bertahan lama. Perubahan itu bisa terjadi karena pengaruh perkembangan
masyarakat dalam berbagai segi seperti pendidikan, ekonomi, politik, soial, dan kepercayaan.
Keberadaan sastra lisan perlu dipertimbangkan dari hal-hal yang menyangkut geografi, sejarah,
kepercayaan dan agama, serta semua aspek kebudayaan lain (Finnegan dalam Armina,
2013:2).Selain itu, pengaruh teknologi modern juga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam
segala segi kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut tercermin pada perubahan pandangan
masyarakat yang menganggap sastra lisan dahulu sebagai hal yang kuno/tradisional (Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:4). Hal ini perlu diantisipasi agar keberadaan sastra
lisan tidak punah. Usaha melestarikan sastra lisan sebagai kekayaan budaya perlu dilaksanakan
karena perubahan dan hilangnya ragam sastra lisan tidak pernah akan berhenti. Haltersebut dapat
mengakibatkan punahnya sastra lisan di suatu daerah. Bersamaan dengan punahnya sastra lisan
itu maka kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya akan punah pula. Sastra lisan dapat
diungkapkan dari segi bentuk dan isinya untuk memperkaya khasanah kebudayaan bangsa
Indonesia. Pengungkapan sastra-sastra lisan di Indonesia itu mempunyai keuntungan, yaitu dapat
memperlihatkan keanekaragaman kekayaan budaya dan menimbulkan saling memahami
antarsuku bangsa di Indonesia melalui nilai-nilai yang terdapat dalam sastra lisan tersebut. Sastra
lisan di suatu daerah berfungsi sebagai sarana pengungkapan tata nilai sosial budaya dan
kehidupan di daerah tersebut (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:1).Sastra lisan
merupakan salah satu bentuk kreativitas masyarakat yang sayang jika diabaikan keberadaannya.
Berbagai nilai kehidupan seperti nilai kemanusiaan, keindahan, moral, budaya, pendidikan,
sejarah, ekonomi, dan politik dapat diungkapkan melalui sastra lisan sehingga penting untuk
dilakukan penelitian yang terkait dengan sastra lisan tersebut.
Dengan dilakukannya penelitian, hasil penelitian sastra lisan dapat bermanfaat untuk
melestarikan sastra lisan tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga bermanfaat untuk
perkembangan dan pelestariansastra lisan yang sudah ada.
Masyarakat desa Lambusa Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu dari masyarakat yang ada di Indonesia yang memiliki
bahasa dan adat budaya tersendiri yang memiliki sastra lisan. Masyarakat desa Lambusa
Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan mempunyai peran penting dalam peradatan,
pandangan hidup, pergaulan, dan lain-lain. Banyak nilai budaya yang terkandung di
dalamnya.Nilai-nilai ini belum terungkap secara mendalam dalam suatu kegiatan penelitian.
Kurangnya kegiatan penelitian yang dilakukan dapat membuat perubahan bahkan hilangnya
sastra dalam masyarakat desa Lambusa Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Gejala
perubahan dan penghilangan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya juga terjadi dalam
pertumbuhan sastra lisan di desa Lambusa Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah (1)Ada ragam yang terancam punah.
Ragam semacam ini kehilangan perannya dalam kehidupan masyarakat karena pergeseran
fungsinya.
Pergeseran fungsi ragam tersebut dipengaruhi oleh pola hidup dan cara berpikir
masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan. Misalnya, karena kemajuan pendidikan maka
masyarakat tidak lagi terikat pada berbagai dogma yang tidak sesuai. Sebagai contoh, orang tidak
lagi menggunakan ragam sastra lisan waktu mengambil kayu dari hutan dan menanam padi
karena mereka telah menggunakan alat-alat pengangkut dan pupuk penyubur tanah. (2) Rata-rata
masyarakat penghuni desa lambusa Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan bukan
merupakan masyarakat penghuni asli (transmigrasi Jawa) dari desa Lambusa Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan sehingga kurangnya data yang didapat dari penelitian. (3)faktor
kemudaran penutur, terdapat pula faktor suasana, faktor tempat, dan keahlian penutur turut
memengaruhi munculnya kreasi dan versi baru.
1.2 Rumusan masalah:
1. Apa saja yang menjadi penyebab menghilangnya cerita rakyat pada masyarakat di desa
lambusa?
2. Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk mempertahankan cerita rakyat atau sastra daerah
lainnya di masyarakat, khususnya di desa lambusa?
Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang merupakan warisan budaya
yang mestinya harus di lestarikan utamanya di zaman modern seperti saat ini. Perkembangan
teknologi dan modernisasi yang terjadi pada masyarakat saat ini telah membawa dampak bagi
tradisi dan budaya. Saat ini kesadaran masyarakat akan
pentingnya mempertahankan nilai-niai budaya melalui tradisi lisan seperti
bercerita/mendongeng telah banyak berkurang. Bukan saja karena berkembangnya teknologi
yang membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan berbagai macam gadget untuk
menemani anak-anaknya daripada menceritakan dongeng disela-sela waktu senggangnya, namun
juga karena semakin sedikitnya literasi dongeng yang ada saat ini. Pada era modern ini, buku-
buku cerita anak-anak memang banyak sekali, namun kebiasaan membaca dikalangan orangtua
dan anak semakin menurun yang akhirnya berakibat pada kebiasaan mendongeng dikalangan
orangtua tidak lagi sebanyak dulu. Perkembangan mendongeng saat ini mengalami kemunduran.
Hilangnya cerita rakyat pada masyarakat desa lambusa kec. Konda, kab. Konawe selatan
yaitu di sebabkan karena mayoritas masyarakat yang mendiami desa lambusa merupakan
transmigran dan merupakan suku jawa. Dimana masyarakat daerah tersebut tidak mengetahui
cerita rakyat yang ada di daerah itu sendiri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya
cerita rakyat di desa lambusa kec. Konda yaitu, pertama masyarakat pribumi tidak lagi
menceritakan cerita/dongeng rakyat. Kedua, yaitu karena perkembangan teknologi yang pesat.
Pudarnya cerita rakyat di desa lambusa dipengaruhi oleh orang tua terdahulu sudah tidak
pernah lagi menceritakan cerita rakyatnya lagi dan hal tersebut sudah mulai pudar. Sehingga
seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi masyarakat yang mengetahui mengenai cerita rakyat
baik cerita rakyat pribumi atau penduduk asli Sulawesi tenggara maupun cerita rakyat dari
daerah asal para transmigran di desa Lambusa. Ditambah lagi kurangnya rasa ingin tahu dari
para pemuda mengenai sastra daerah yang ada di desa lambusa sehingga sadar atau tidak cerita
rakyat itu mulai hilang.salah satu penyebab nya juga di sebabkan
4.2 Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk mempertahankan cerita rakyat atau
sastra daerah lainya di masyarakat, khususnya di desa lambusa?
Upaya yang pertama adalah sebagai mahasiswa yang berasal dari fakultas ilmu budaya
kita dapat melakukan sosialisasi dengan memperkenalkan kepada masyarakat sekitar cerita
rakyat di daerah tersebut misalnya cerita populer rakyat suku tolaki di Sulawesi tenggara yang
masih eksis di daerah lain dengan memperkenalkan cerita rakyat di daerah tersebut harapannya
agar masyarakat kembali mengenal cerita rakyat di masa lalu selanjutnya mengajak remaja di
daerah tersebut agar mereka terus melestarikan budaya mereka.
4.2 DOKUMENTASI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Cerita rakyat merupakan salah satu budaya yang sangat perlu dilestarikan, karena cerita
rakyat syarat akan nilai-nilai moral dan kearifan lokal yang bisa menjadi salah satu sarana
pembelajaran karakter anak dan mengajarkan nilai-nilai tentang kehidupan. Namun pesatnya
perkembangan Jaman dan beragamnya kesibukan yang dialami oleh para orang tua anak
menjadikan cerita rakyat semakin lama semakin tergantikan peranannya. Sehingga banyak anak-
anak yang tidak mengetahui cerita rakyat yang ada di Indonesia. Ketidaktahuan anak-anak
tentang cerita rakyat ini menjadi salah satu faktor Indonesia mengalami kekurangan budaya
ataupun bisa disebut krisis identitas. Sehingga kalangan amak muda atau generasi muda
khususnya anak-anak semakin kehilangan karakternya dan menjadi tidak terarahkan dengan
benar. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah media yang cocok dengan anak-anak untuk
mengangkat cerita rakyat, sehingga mampu menarik minat anak terhadap cerita rakyat serta
mengembangkan karakter anak untuk diajarkan kembali makna dari pembelajaran karakter.
5.2 saran
Penulis menyatakan bagi para sesame akademika yang ingin mengangkat cerita rakyat dalam
penelitian mereka, terutama mahasiswa Universitas HaluOleo diharapkan agar memilih cerita
rakyat yang berkualitas, dan memiliki lebih pesan positif, dibandingkan sekedar cerita yang
popular dan disukai anak-anak. Sangat disarankan pula untuk mencari hal dalam berkomik.
Penulis juga berharap agar semakin banyak komikus lokal yang mengangkat tema budaya dan
cerita rakyat untuk mengangkat kembali budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Http://Imajeri:jurnal-pendidikan-bahasa-dan-sastra-indonesia-vol.02,No.2,pp.175-181;Maret-
2020-EISSN-2654-4119
Http://Anafiah,sitti(2015).pemanfaatan-cerita-rakyat-sebagai-alternative-bacaan-bagi-anak-
pemanfaatan-cerita-rakyat
Http://Gusnetty,syofiani-dan-romi-isnanda(2015)-struktur-dan-nilai-nilai-pendidikan-dalam-
cerita-rakyat-kabupaten-tanah-datar-provinsi-sumatra-barat-jurnal-pragmatik-V12i(183-272)
Http://digilib.unimed.ac.id
Https://anzdoc.com
Http://digilib.isi.ac.id
Lestariningsih, Ani. 2009. Cerita Rakyat Sendang Senjaya di Desa Tegalwaton Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, Provinsi Jateng (Sebuah Tinjauan Folklor). Skripsi. Sastra
Daerah. Fakultas Sastra. UNS.
Mawarmi, Iga. 2014. Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Blora. Skripsi. Bahasa dan Sastra
Jawa. FBS. Unnes.
Mesut dan Mehmet Emin. 2013. The Role of Education as a Tool in Transmitting Cultural
Stereotypes Words (Formal’s):The Case of “Kerem and Asli” Story, Vol. 3, No. 15. USA:
Center for Pormoting Ideas.
Mugi Handayani, Pipit. 2008. Cerita Rakyat Kitab Blawong bagi Masyarakat Desa Pringapus
Kabupaten Semarang. Skripsi. Undip