Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 2A

FOLKLOR LISAN (KEPERCAYAAN RAKYAT, TEATER DAN TARI)

Anggota :

1. Siti Nurhasanah (1813033003)


2. Hermia Wati (1813033023)
3. Christine Amellia Putri (1813033025)
4. Salsabila Az Zahra (1813033037)
5. Eki Tirta Prambudi (1813033053)

Mata Kuliah : Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan

Dosen Pengampu : Drs. Ali Imron, M.Hum./Nur Indah Lestari, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Diskusi


Masyarakat Indonesia memiliki keragaman budaya dengan karakteristik serta
keunikan yang berbeda di setiap daerahnya. Keragaman ini kemudian membentuk
corak budaya yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi saat ini dan
generasi yang akan datang, salah satunya melalui tradisi lisan. Menurut Pudentia
dalam Anton (2015: 3), tradisi berasal dari bahasa Latin, yaitu tradition yang
berarti diteruskan atau kebiasaan. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang
paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi baik tertulis maupun lisan. Sedangkan dalam Takari (2013: 3) lisan
diartikan yang pertama lidah, yang kedua kata-kata yang diucapkan, ketiga
berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan, keempat dengan mulut bukan
dengan surat.
Danandjaja, mengatakan bahwa folklor adalah kebudayaan dalam suatu
kelompok yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk
lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat (mnemonic device).Folklor terbagi dalam tiga kelompok besar
berdasarkan tipenya, yakni 1) folklor lisan (verbal folklore), 2) folklor sebagian
lisan (partly verbal folklore), dan 3) folklor bukan lisan (non verbal folklore).
Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan, artinya bentuk
folklor tersebut hanya memiliki unsur lisan. (Anton, 2015: 3).
Tradisi lisan mencakup semua unsur kebudayaan manusia, baik itu sistem
religi, bahasa, teknologi, ekonomi, seni, organisasi, dan pendidikan. Tradisi lisan
juga dapat berbentuk gagasan-gagasan, kegiatan, sampai juga artefak-artefak.
Pada dasarnya tradisi lisan adalah ekspresi dari kebudayaan manusia yang
menggunakannya. Tradisi lisan ini dapat berwujud bahasa komunikasi sehari-hari,
bahasa formal, seni musik, seni tari, teater, upacara, sirkus, kabaret, dan lainnya.
Inti makna istilah ini adalah bahwa kebudayaan yang bersangkutan diwariskan
terutama melalui kelisanan, karena disampaikan secara lisan, maka biasanya
hanya dapat diingat melalui memori orang-orang yang melakukannya. Istilah
tradisi lisan berkait erat dengan folklor atau cerita rakyat, yaitu cerita rakyat dan
adat istiadat tradisional yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak
dibukukan. Oleh karena itu, supaya dapat terjaga di tengah perubahan zaman,
tradisi lisan perlu didokumentasikan secara saintifik, disertai juga kajian melalui
perspektif multidisiplin ilmu (Takari, 2013: 2-3).

1.2 Tujuan Diskusi


1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian folklore lisan.
1.3.2 Untuk mengetahui Fungsi folklore lisan.
1.3.3 Untuk mengetahui Folklor lisan sebagai kepercayaan rakyat.
1.3.4 Untuk mengetahui Folklore lisan sebagai teater.
1.3.5 Untuk mengetahui Folklore lisan sebagai tari.

1.3 Materi Yang Didiskusikan


1.4.1 Pengertian folklore lisan.
1.4.2 Fungsi folklore lisan.
1.4.3 Folklor lisan sebagai kepercayaan rakyat.
1.4.4 Folklore lisan sebagai teater.
1.4.5 Folklore lisan sebagai tari.

1.4 Tempat, Waktu, Jumlah Peserta Didik dan Pengenalan Anggota


a. Diskusi mengenai Folklor Lisan (Kepercayaan Rakyat, Teater Dan Tari)
Berlangsung Secara Daring di Webpage VClass Universitas Lampung
pada tanggal 16 Desember 2020 pukul 07.30 – 08.40 WIB.
b. Pemateri dalam diskusi ini terdiri dari 5 orang, sebagai berikut:
1. Siti Nurhasanah (1813033003) sebagai Pemateri
2. Hermia Wati (1813033023) sebagai Pemateri
3. Christine Amellia Putri (1813033025) sebagai Pemateri
4. Salsabila Az Zahra (1813033037) sebagai Pemateri dan Notulen
5. Eki Tirta Prambudi (1813033053) sebagai Moderator
BAB II

URAIAN DISKUSI

2.1 Pertanyaan, Jawaban, Sanggahan, dan Tambahan


Pertanyaan langsung di jadikan 1 Sesi
1. Agus Triyoga NPM 1813033041
Bagaimana Perspektif Folklor dalam Kehidupan Masyarakat Modern
sekarang ini, dan bagaimana implementasi bentuk folklor teater khususnya
pewarisnya dalam melestarikan nilai budaya leluhur ?

Dijawab oleh :
Siti Nurhasanah NPM 1813033003
Folklore yang sudah berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak masa
lampau, sesuangguhnya masih layak dipertahankan dan dilestarikan dalam
kehidupan saat ini, disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Terlepas dari unsur-unsur mistis yang ada di dalamnya, folklor memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang sangat relevan untuk mendukung
kehidupan masyarakat secara kolektif, dan menjadi filter terhadap
pengaruh-pengaruh negatif akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi atau era globalisasi. Nilai-nilai dan norma-norma itu menjadi ciri
khas dari kelompok masyarakat, mengatur tentang perilaku dan hubungan
antarindividu dalam kelompok tersebut. Nilai-nilai dan norma-norma
kemudian dikembangkan menjadi adat-istiadat dari suatu kelompok
masyarakat pendukungnya. Adat kebiasaan tidak selamnya mecerminkan
kekolotan atau keterbelakangan suatu kelompok masyarakat. Dalam
kehidupan masyarakat modern sekarang ini, adat-istiadat tersebut justeru
dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan kolektif. Nilai-nilai kearifan
lokal suatu masyarakat dapat memberikan keseimbangan dan ketertiban
atay keharmonisan hidup, melestarikan alam atau lingkungan hidup, dan
lain-lainnya.

Teater adalah seluruh pertunjukan yang berlangsung di sebuah tempat dan


disaksikan penonton melalui gerak dan dialog dari para pemainnya.
Keberadaan teater tradisional saat ini harus tetap dipertahankan. Semakin
berubahnya zaman, kebudayaan tradisional semakin ditinggalkan. Padahal,
teater tradisional memiliki makna dan budaya yang manarik. Meskipun
sudah mulai ditinggalkan, nyatanya teater masih sering digunakan
masyarakat sebagai hiburan dan penyampai pesan moral. Teater masih
dilestarikan dalan suatu masyarakat yang memegang Teguh peninggalan
leluhur, seperti pada masyarakat Jawa Timur yang masih sering
menampilkan kesenian teater dan sering di siarkan melalui televisi Jawa
dan teater yang dikenalkan lebih banyak berupa teater modern.

Ditambahkan oleh:
Anita Dwi Hidayati NPM 1813033035
Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, adat-istiadat tersebut
justeru dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan kolektif. Nilai-nilai
kearifan lokal suatu masyarakat dapat memberikan keseimbangan dan
ketertiban (keharmonisan) hidup, melestarikan alam atau lingkungan
hidup, dan lain-lainnya. Pewarisannya pada generasi penerus, juga sangat
bermanfaat dalam rangka memperkecil adanya kesenjangan budaya pada
generasi muda. Pewarisan yang efektif dapat dilakukan melalui
pendidikan.
Implementasi bentuk foklore teater khususnya pewarisnya dalam
melestarikan nilai leluhur. Sastra lisan merupakan bagian dari suatu
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
dan diwariskan secara turun temurun secara lisan sebagai milik bersama.
Sastra lisan merupakan pencerminan situasi, kondisi, dan tata krama
masyarakat pendukungnya. Pertumbuhan dan perkembangan sastra lisan
dalam kehidupan masyarakat merupakan pertumbuhan dari gerak dinamis
pewarisnya dalam melestarikan nilai budaya leluhur. Dalam hal ini, sastra
lisan berperan sebagai modal apresiasi sastra yang telah membimbing
anggota masyarakat ke arah pemahaman gagasan-gagasan berdasarkan
cerita yang ada. Apresiasi sastra itu telah menjadi tradisi selama berabad-
abad sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam arti
komunikasi ciptaan yang berdasarkan sastra lisan.
Cerita lisan lahir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh
tradisi lisannya. Cerita rakyat merupakan manifestasi kreativitas manusia
yang hidup dalam kolektivitas masyarakat yang memilikinya, dan
diwariskan turun temurun secara lisan dari generasi ke generasi. Cerita
rakyat biasanya orientasi penyebarannya terbatas pada daerah tertentu dan
merupakan muatan lokal yang menyatu sekaligus sebagai kebanggaan
daerah yang bersangkutan. Tokoh-tokoh dalam cerita dianggap merupakan
orang yang bersifat dewa atau didewakan atau kultus cerita pada tokoh
atau masyarakat pendukungnya.
Folklor bermula dari sebuah pola kehidupan masyarakat yang pada
awalnya menekankan budaya lisan. Budaya lisan sebagai alat pertukaran
informasi memberi keleluasaan seseorang untuk menggunakannya. Dalam
hal ini, budaya lisan memberi ruang eksistensi folklor untuk dapat
berkembang di masyarakat.

Yohana Lestari NPM 1813033005


Perspektif Folklor dalam kehidupan masyarakat modern saat ini yaitu
folklor yang berkembang di masyarakat dapat menjadi modal dasar dalam
kehidupan kolektif. Nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat dapat
memberikan keseimbangan dan ketertiban (keharmonisan) hidup,
melestarikan alam atau lingkungan hidup, dan lain-lainnya. Pewarisannya
pada generasi penerus, juga sangat bermanfaat dalam rangka memperkecil
adanya kesenjangan budaya pada generasi muda. Pewarisan yang efektif
dapat dilakukan melalui pendidikan.
Implementasi bentuk teater contohnya Dadung Awuk yang merupakan
salah satu bentuk teater rakyat yang tumbuh dan berkembang di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dadung Awuk berbentuk dramatari, yaitu bentuk
pertunjukan yang memadukan antara lakon, drama, tari, dan iringan
musik. Dadung Awuk tumbuh dan berkembang sebagai salah satu teater
rakyat yang memiliki fungsi utama memberikan hiburan kepada
masyarakat. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai media
perekat nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Dadung Awuk juga berfungsi
sebagai sistem kontrol sosial dan media penerangan yang efektif bagi
masyarakat. Sebagai seni pertunjukan yang bersifat fleksibel, Dadung
Awuk sesungguhnya mampu mengakomodir perkembangan zaman tanpa
harus menghilangkan nilai-nilai tradisisi yang melekat. Oleh karena itu,
Dadung Awuk penting dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi
yang layak diketahui oleh masyarakat.

2. Delia Mulniyati NPM 1813033019


Apakah foklore lisan masih eksis sampai saat ini? Jika iya bukti apa yang
menjadikan foklore lisan eksis sampai saat ini?

Dijawab oleh:
Salsabila Az Zahra NPM 1813033037
Masyarakat Indonesia sejak masa lampau telah memiliki kebudayaan.
Salah satu bentuk kebudayaan yang telah dihasilkan adalah folklor. Tradisi
lisan dalam suatu masyarakat diwariskan secara turun-temurun, sehingga
jejaknya masih ditemukan sampai sekarang. Perkembangan folklor dalam
kehidupan masyarakat, merupakan perwujudan dari usaha dan cara-cara
kelompok tersebut dalam memahami serta menjelaskan realitas
lingkungannya, yang disesuaikan dengan situasi alam pikiran masyarakat
di suatu zaman tertentu.
Salah satu bukti folkore lisan masih eksis adalah adanya berupa bahasa
rakyat, ungkapan tradisional, teka-teki (pertanyaan tradisional), sajak dan
puisi rakyat, cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng
(lelucon dan anekdot), nyanyian rakyat yang masih kita kenal sampai saat
ini.

Ditambahkan oleh :
Ida Ayu Komang Fitri Yani NPM 1813033045
Tradisi lisan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan
masyarakat tradisional yang begitu menjaga dan memilihara Indonesia dari
berbagai aspek kehidupan. Hal ini terkait dengan adanya pesan moral,
kepercayaan, norma yang dipatuhi masyarakat demi keteraturan sistem
sosial, serta nilai pendidikan yang dapat dijumpai di dalam tradisi lisan.
Terlepas dari unsur-unsur mistis yang ada di dalamnya, folklor memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang sangat relevan untuk mendukung
kehidupan masyarakat secara kolektif, dan menjadi filter terhadap
pengaruh-pengaruh negatif akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi atau era globalisasi. Dalam kehidupan masyarakat modern
sekarang ini, adat-istiadat justru dapat menjadi modal dasar dalam
kehidupan kolektif. Nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat dapat
memberikan keseimbangan dan ketertiban (keharmonisan) hidup,
melestarikan alam atau lingkungan hidup, dan lain-lainnya.

Ayu Fitri Anggraini NPM 1813033049


Tradisi lisan yang sudah berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak
masa lampau, sesuangguhnya masih layak dipertahankan (dilestarikan)
dalam kehidupan dewasa ini (masa kini), disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Terlepas dari unsur-unsur mistis yang
ada di dalamnya, folklor memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
sangat relevan untuk mendukung kehidupan masyarakat secara kolektif,
dan menjadi filter terhadap pengaruh-pengaruh negatif akibat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi atau era globalisasi. Nilai-nilai dan
norma-norma itu menjadi ciri khas dari kelompok masyarakat, mengatur
tentang perilaku dan hubungan antarindividu dalam kelompok tersebut.
Nilai-nilai dan norma-norma kemudian dikembangkan menjadi adat-
istiadat dari suatu kelompok masyarakat pendukungnya. Adat kebiasaan
tidak selamnya mecerminkan kekolotan atau keterbelakangan suatu
kelompok masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini,
adat-istiadat tersebut justeru dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan
kolektif. Nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat dapat memberikan
keseimbangan dan ketertiban (keharmonisan) hidup, melestarikan alam
atau lingkungan hidup, dan lain-lainnya. Pewarisannya pada generasi
penerus, juga sangat bermanfaat dalam rangka memperkecil adanya
kesenjangan budaya pada generasi muda. Pewarisan yang efektif dapat
dilakukan melalui pendidikan. Bukti lain bahwa folklore lisan masih eksis
pada saat ini, yaitu cerita rakyat masih berkembang dimasyarakat,
kemudian upacara adat, dll.

Siska NPM 1813033007

Eksistensi folklore tentunya masih ada, namun di era globalisasi saat ini
keberadaan folklore lisan mulai mengalami pergeseran di kalangan
generasi muda, sebab di kehidupan modern saat ini, kebudayaan asli
bangsa Indonesia secara perlahan mengalami pergeseran nilai-nilai oleh
masuknya arus globalisasi yang membuka peluang negara tanpa batas.
Sementara disisi lain, kemandirian sebuah bangsa tidak dapat terlepas dari
kemampuannya mempertahankan nilai-nilai luhur dan budaya bangsanya.
Oleh sebab itu maka eksistensi nilai kearifan budaya lokal nusantara
sebagai bagian terintegrasi dari kebudayaan nasional sangat diperlukan.
Sehingga masyarakat perlu membangun kesadaran diri bahwa terdapat
nilai-nilai kearifan lokal yang harus tetap dipertahankan dengan mengkaji
secara ilmiah tradisi-tradisi yang ada di daerah misalnya Gawai Dayak.

Novi Handayani NPM 1813033009

Setuju dengan pendapat saudari Siska. Folklore lisan tentu saja masih ada
hingga sekarang, tapi keberadaannya tidak se eksis dulu, karena adanya
peregeseran nilai-nilai, serta adanya pengaruh dari kebudayaan asing atau
kebudayaan luar yang membuat folklore sekarang ini tidak terlalu
berkembang lagi. Sehingga diperlukan pewarisan dengan memperkenalkan
folklore pada generasi selanjutnya dan masyarakat luar.

3. Novita Trisnawati NPM 1813033027


Pada zaman modern sekarang ini, foklore lisan kepercayaan rakyat sudah
mulai hilang dan ditinggalkan karena kebanyakan tidak terbukti dan
bertentangan dengan agama. Yang ingin saya tNPManyakan, apa dampak
dari mulai hilangnya foklore lisan kepercayaan rakyat di tengah
masyarakat dan bagaimana menanggulanginya agar foklore tersebut tidak
hilang?
Dijawab oleh:
Christine Amellia Putri NPM 1813033025
Benar adanya bahwa pada masa sekarang ini folklore lisan mulai hilang
dari pandangan masyarakat, tak terkecuali folklore lisan kepercayaan
rakyat. Foklore lisan kepercayaan rakyat atau disebut juga takhayul
merupakan suatu kebudayaan yang telah turun temurun ada pada
kehidupan masyarakat. Tahayul ini mengajak orang untuk memahami
fenomena alam, dalam hal ini perilaku binatang, yang mungkin
mempunyai kaitan dengan kejadian alam lainnya atau dengan kepentingan
manusia. Diakui atau tidak, pada masyarakat tertentu, tahayul bertahan
sangat kuat, bahkan ada tahayul yang pengaruhnya begitu luas.
Melihat dari pengaruhnya yang sedemikian vital, apabila folklore satu ini
hilang dari kehidupan masyarakat maka akan menimbulkan adanya
degradasi budaya dan norma pada masyarakat. Hal ini dikarenakan
tahayul ini memiliki kekuatan sebagai pengontrol norma didalam
masyarakat. Tahayul tidak hanya berisi hal hal mistis saja, namun juga
memberikan suatu pembelajaran bagi kehidupan untuk selalu melakukan
kegiatan yang positif. Misalnya saja terdapat tahayul pada masyarakat
Jawa mengenai ibu hamil yang hanya diperkenankan untuk melihat barang
barang yang bagus saja agar anaknya dapat lahir normal. Hal ini
sebenarnya berkaitan dengan kondisi psikis, ketika wanita sedang hamil,
biasanya ia berada pada situasi yang sedang sensitif dan mudah tertekan,
oleh karena itu, perlu menghindari hal hal yang kurang baik agar kondisi
psikis nya tidak terpengaruh.
Hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi agara folklore ini tidak
hilang adalah dengan tetap melestarikannya dalam kehidupan sehari hari.
Bukan ditujukan untuk menakut nakuti, namun digunakan sebagai
pedoman masyarakat dalam bertingkah laku sekaligus melestarikan
budaya yang ada sejak lama. Selain itu, kita juga dapat mengenalkan
berbagai macam tahayul kepada orang lain, bukan juga untuk menakut
nakuti, namun sebagai bentuk rasa peduli kita dalam upaya
mempertahankan kebudayaan asli Indonesia.

Hermia Wati NPM 1813033023


Folklore lisan hadir di tengah-tengah masyarakat tradisional yang masih
menjaga dan melestarikan berbagai aspek kehidupan. Meski
masyarakat yang menjaga folklore lisan (kelisanan) terkesan hidup
dalam ketertinggalan, namun dalam tatanan nilai hakiki kemanusiaan,
masyarakat “kelisanan” menjadi ikon kebudayaan. Hal ini karena pesan
moral, kepercayaan, dan norma selalu “diarak” bersama sastra lisan demi
keharmonisan sistem sosial dan kemasyarakatan. Sebagai hasil budaya di
masa lampau yang ikut membentuk peradaban nusantara, foklore lisan
sudah mulai surut bersama ketidaksadaran masyarakat tentang
pentingnya nilai-nilai luhur. Surutnya kecintaan generasi penerus pada
sastra lisan karena tradisi tersebut sudah dianggap tidak sesuai
dipraktikan dalam dunia modern. Padahal kalau direfleksi ke dalam
pengetahuan sejarah, foklore lisan merupakan tradisi yang dikenal lebih
awal oleh masyarakat Indonesia, sehingga usaha sadar dalam
mempertahankan foklore lisan menjadi bagian dari sikap patriotisme.
Salah satu bentuk folklore lisan yang berkembang dalam masyarakat
adalah nyanyian rakyat. Jika kita cermati nyanyian rakyat berisikan nilai
da norma serta pesan dari para leluhur untuk kita sebagai penerusnya agar
bertingkah laku sesuai dengan norma yang ada. Upaya yang dapat kita
lakukan untuk melestarikan foklore lisan adalah meningkatkan kesadaran
kita terhadap pentingnya folklore lisan tersebut. Karena dengan adanya
folklore lisan dapat memengaruhi masyarakat untuk berperilaku sesuai
dengan tatanan kehidupan yang ada dalam artian foklore lisan dapat
digunakan untuk mengendalikan tingkah laku masyarakat. Selain itu kita
juga harus terus menyampaikan folklore lisan daerah kita kepada generasi
penerus.

Ditambahkan oleh:
Erika Sukma Lestari NPM 1813033021
Dampak dari hilangnya foklor lisan adalah terputusnya pemahaman
generasi muda terhadap foklor rakyat. Ketika foklor yang bersifat sebagai
kontrol sosial hilang maka didalam kehidupan bermasyarakat akan
kehilangan kontrol dalam bermasyarakat. Generasi muda jadi tidak
mengetahui mengenai foklor yang berkembang di daerahnya sendiri,
sehingga kecintaan terhadap budaya sendiri mulai luntur dan tergantikan
dengan budaya asing. Selain itu daya kreativitas anak mulai menurun
akibat tergesernya foklor ditengah masyarakat, karena sesungguhnya
sastra dapat memengaruhi daya emosi, imajinasi, kreativitas, dan
intelektual siswa sehingga berkembang secara maksimal. Agar foklor tidak
hilang, maka diperlukan pemertahanan budaya lokal. Fenomena anak usia
sekolah yang senang dengan budaya asing menjadikan kewaspadaan untuk
mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar menjadi bagian integratif
dalam pemelajaran sastra di sekolah. Mengintegrasikan budaya lokal ke
dalam pemelajaran sastra mungkin bisa menjadi alternatif pilihan untuk
melestarikan foklor agar tidak tergeser oleh zaman.

Roni Hermawan NPM 1813033011


Menurut saya hilangnya Foklore lisan tentu akan berdampak pada nilai-
nilai yang diwariskan yang tentunya terkandung di dalam Foklore lisan itu
sendiri, dalam hal ini misalnya pada Foklore lisan masyarakat Lampung
"si pahit lidah dan si mata empat", foklore ini diceritakan secara turun
temurun dari generasi ke generasi yang tentunya memiliki nilai sosial yang
mampu mengedukasi nilai dalam diri generasi muda seperti jangan
sombong, karena kesombongan akan menghancurkan diri kita sendiri,
hiduplah untuk rukun dan saling membantu antar sesama..dan untuk upaya
mengatasi agar Foklore lisan dapat tetap eksis diera globalisasi yakni
dengan diantisipasi dengan memperkenalkan segala bentuk tradisi lisan
kepada generasi muda. Seperti dengan Mendongeng yang nantinya mampu
dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang
hampir hilang dimulai sedini mungkin.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:


1. Folklor Lisan dapat disebut pula Tradisi Lisan. Dalam pengertian yang
paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi baik tertulis maupun lisan.
2. Melalui folklore, terutama folklore lisan, orang dapat menyisahkan nilai-
nilai, gagasan dan keyakinan yang bersifat informatif sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga melalui folklore lisan bukan hanya akan
dapat dikukuhkan nilai-nilai tradisional, melainkan juga akan disisipkan
rangsangan pemacu kearah pembaharuan yang kreatif.
3. Ungkapan kepercayaan rakyat merupakan bagian dari tradisi masyarakat
yang penyebarannya dilakukan secara lisan. Kepercayaan rakyat umumnya
diwariskan melalui media tutur kata. Tujuan dari ungkapan kepercayaan
rakyat ini salah satunya adalah untuk mendidik.

4. Teater Indonesia berada dalam ketegangan antara identitas teater istana


dan teater rakyat, serta teater daerah dan teater kota. Perkembangan watak
masyarakat di kalangan istana dan rakyat serta perkembangan wilayah
desa/daerah menjadi kota sekaligus menunjukkan perkembangan dan
perubahan sifat pertunjukan teater yang tradisi menjadi pertunjukan teater
bersifat modern bahkan kontemporer.

5. Tradisi lisan telah dimanfaatkan oleh seniman-seniman tari Jawa dalam


proses kreatifnya. Bagong Kussudiardjo adalah seniman tari yang banyak
melakukan penjelajahan terhadap budaya etnis/ lokal di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai