Anda di halaman 1dari 19

Tradisi dalam

Khasanah Sastra
Nusantara
KELOMPOK 2
ANGGOTA
Cherry Ajeng Andrea (1210623101)
Putri Helma Dwiarti (1210623082)
Susan Agnesia (1210623095)
Syahla Kamilah (1210623041)
Fadhilla Salsa A (1210623104)
Konsep Tradisi
Pengertian Tradisi
Tradisi berasal dari bahasa Latin 'traditio' yang berarti kebiasaan. Dalam pengertian
sederhana, tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi, baik tertulis maupun lisan.
Tanpa adanya pewarisan ini, suatu tradisi dapat punah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-
temurun yang masih dijalankan di masyarakat dengan anggapan bahwa cara-cara
tersebut adalah yang paling baik dan benar. Jadi secara garis besar, tradisi
merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih berlangsung di masyarakat dan
dianggap sebagai sesuatu yang baik dan benar untuk dijalankan. Secara etimologi,
tradisi berarti sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, serta ajaran dan
sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang.
Pengertian Tradisi
Menurut Soerjono Soekamto tradisi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat dengan secara langgeng (berulang). Menurut Van Reusen,
tradisi merupakan warisan atau moral adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta.
Tetepi, tradisi bukan suatu yang tidak bisa berubah. Tradisi justru perpaduan
dengan perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.

Tradisi menurut Menurut Mohammad Nur Hakim adalah seluruh sesuatu yang
melekat pada kehidupan dalam masyarakat yang dijalankan secara terus
menerus, seperti: adat, budaya, kebiasaan dan kepercayaan. Sedangakan
menurut Hasan Hanafi, Tradisi yakni segala warisan masa lampau yang masuk
pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Maka dengan
demikian, bagi Hanafi tradisi tidak hanya merupakan persoalan peninggalan
sejarah, tetapi sekaligus merupakan persoalan kontribusi zaman kini dalam
berbagai tingkatannya.
Jenis dan Karakteristik Tradisi
Dalam khasanah sastra Nusantara, terdapat beberapa jenis tradisi sastra
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Di antaranya:

1. Tradisi Sastra Lisan: Merupakan warisan lisan yang disampaikan secara


turun temurun melalui lisan. Ciri khasnya adalah penggunaan bahasa yang
kaya akan metafora dan perumpamaan, serta penggunaan ritme yang khas.
Contoh dari tradisi sastra lisan di Nusantara adalah pantun, syair, dan
tembang.

2. Tradisi Sastra Tertulis: Merupakan sastra yang dituangkan dalam bentuk


tulisan. Ciri khasnya adalah penggunaan bahasa yang lebih formal dan
struktur yang lebih terorganisir. Contoh dari tradisi sastra tertulis di
Nusantara adalah hikayat, gurindam, dan kitab suci seperti Qur'an dan Kitab
Suci Hindu.
Contoh tradisi sastra di antaranya :
1. Pantun: Sebuah bentuk puisi pendek yang terdiri dari empat baris, dengan pola a-b-
a-b, yang sering kali digunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia.

2. Gurindam: Sebuah bentuk puisi yang terdiri dari dua baris, yang pertama bersifat
nasihat dan yang kedua berisi penjelasan atau konsekuensi dari nasihat tersebut.

3. Hikayat: Cerita panjang yang sering kali berlatar belakang sejarah atau mitos,
sering kali dihubungkan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara.

4. Lagu Daerah: Lirik-lirik lagu tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, yang
sering kali berisi tentang kehidupan sehari-hari, alam, atau kebudayaan lokal.

5. Pantun Betawi : Pantun khas daerah Betawi yang memiliki ciri khas tersendiri
dalam bahasa dan tema yang digunakan.

6. Syair: Puisi berirama yang sering kali berisi kisah-kisah tentang kepahlawanan,
cinta, atau petualangan.

7. Puisi Sunda: Puisi yang berasal dari masyarakat Sunda dengan bahasa dan tema
yang khas.
Fungsi Tradisi
Tradisi yang dimiliki masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia kaya
akan budaya dan nalai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan menciptakan
kehidupan yang harmonis. Namun hal tersebut akan terwujud hanya apabila
manusia menghargai, menghormati dan menjalankan suatu tradisi secara baik dan
benar serta sesuai aturan. Menurut Piotr Sztompka “manusia tak mampu hidup
tanpa tradisi meski mereka sering merasa tidak puas terhadap tradisi mereka”.
Maka Piotr Sztompka menegaskan, suatu tradisi itu memiliki fungsi bagi
masyarakat antara lain:

a. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun temurun.


Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut kini,
serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun menyediakan
fragmen warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi seperti
onggokan gagasan dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini
dan untuk membangun masa depan.
Fungsi Tradisi
b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranat, dan
aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat
mengikat anggotanya.

c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat


loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan kelompok. Tradisi daerah,
kota dan komunitas lokal sama perannya yakni mengikat warga atau
anggotanya dalam bidang tertentu.

d. Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, kekecewaan dan


ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu yang
lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat
berada dalam krisis.
Fungsi Tradisi
Fungsi tradisi menurut Soerjono Soekanto (2011:82) yaitu sebagai berikut:
1. Tradisi berfungsi sebagai penyedia fragmen warisan historis yang kita pandang
bermanfaat. Tradisi yang seperti onggokan gagasan dan material yang dapat
digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun masa depan berdasarkan
pengalaman masa lalu. Contoh: peran yang harus diteladani (misalnya, tradisi
kepahlawanan, kepemimpinan karismatis, orang suci, atau nabi).

2. Fungsi tradisi yaitu untuk memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup,


keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan
pembenaran agar mengikat anggotanya. Contoh: wewenang seorang raja yang
disahkan oleh tradisi dari seluruh dinasti terdahulu. Tradisi berfungsi menyediakan
simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap
bangsa, komunitas dan kelompok. Contoh tradisi nasional : dengan lagu, bendera,
emblem, mitologi, dan ritual umum.
Fungsi Tradisi
3. Fungsi tradisi ialah untuk menyediakan tempat pelarian dan keluhan,
ketidakpuasan, dan kekecewaan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan
masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila
masyarakat dalam kritis. Tradisi kedaulatan dan kemerdekaan di masa lalu
membantu suatu bangsa bertahan hidup ketika dalam penjajahan. Tradisi
kehilangan kemerdekaan, cepat atau lambat akan merusak sistem tirani atau
kediktatoran yang tidak berkurang di masa kini.

Jadi dari ketiga fungsi di atas tradisi merupakan suatu identitas yang dimiliki oleh
masyarakat yang hidup atau bertempat tinggal di dalam suatu daerah.
Tradisi dan Masyarakat
Pendukung Kebudayaan
Peran dan Hubungan
Masyarakat dengan Tradisi
Peran masyarakat dengan tradisi sangatlah penting karena tradisi
merupakan bagian dari identitas masyarakat dan membentuk pola-pola
hubungan sosial. Masyarakat dengan tradisi memiliki beberapa peran dalam
melestarikannya, seperti memelihara, mengembangkan, dan menjaga nilai-nilai
yang terkandung dalam tradisi.

Masyarakat memiliki peran penting dalam melakukan upaya pelestarian


tradisi kebudayaan yang ada di Indonesia. Perkembangan teknologi sangatlah
berpengaruh pada tradisi dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Maka,
kita sebagai bangsa Indonesia menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya tradisi budaya yang kita miliki sebagai jati diri bangsa, dengan
mempelajari tradisi budaya budaya daerah yang ada di Indonesia, ikut
berpartisipasi dikegiatan budaya daerah sekitar, kita juga dapat
memnafaatkan kemajuan teknologi untuk melestarikan, mempelajari dan
memberikan dukungan untuk mempertahankan kebudayaan yang kita miliki.
Peran dan Hubungan
Masyarakat dengan Tradisi

Masyarakat tradisi adalah sekumpulan individu yang saling berhubungan antara


satu sama lainnya, di mana dalam setiap kegiatannya didasarkan atas ikatan
nilai-nilai dan norma norma sosial yang berlaku di lingkungan daerah setempat.
Dalam kehidupan kelompok pada masyarakat tradisi biasanya didasarkan atas
ikatan hubungan batin dan perasaan yang tumbuh secara alami. Segala
sesuatunya dinilai atas dasar rasa cinta dan kepuasan batin.

Hubungan antara masyarakat dan tradisi adalah penting karena tradisi menjadi
bagian dari identitas masyarakat dan membentuk pola-pola hubungan sosial.
Tradisi memiliki hubungan dengan masyarakat karena ia merupakan bagian dari
sistem kebudayaan yang membentuk identitas masyarakat. Masyarakat dengan
tradisi bertanggung jawab untuk mempertahankan tradisi dan mengembangkannya
sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan. Dalam perubahan sosial, tradisi
juga mungkin akan berubah, namun masih memiliki nilai-nilai yang penting bagi
masyarakat.
Contoh Tradisi
Tradisi Lisan
Buleng - Buleng adalah tradisi lisan masyarakat Betawi. Buleng berasal dari nama seorang
penutur cerita atau pendongeng yang berada di wilayah Betawi. Nama pribadi menjadi nama
jenis keahlian yang dimilikinya. Ada kebiasaan masyarakat Betawi yang menamai jenis
keahliannya dengan nama pembawa atau penutumya (Wiguno, 2017), seperti halnya Pak
Buleng yang kesehariannya berprofesi sebagai penutur cerita atau pendongeng maka jenis
keahlian mendongengnya disebut Buleng. Tradisi bercerita Buleng disinyalir mulai punah pada
tahun 1978. Namun, menurut seorang informan, beliau ketika dikhitan pada tahun 1977, orang
tuanya nanggap Buleng di rumahnya, nama juru cerita Pak Daud.

Menurutnya, sempat pada tahun 1980-an temannya mengajak nonton Buleng di Cisalak, namun
karena orang tuanya tidak mengizinkan, maka dirinya tidak jadi ikut nonton Buleng di Cisalak.
Tidak lama kemudian tradisi lisan ini punah. Punahnya tradisi lisan di Betawi disebabkan oleh
beberapa faktor: pertama, Buleng hilang bersamaan dengan meninggalnya Sang Pebuleng.
Ketika diketahui pebuleng meninggal pada tahun 1977, maka mulai saat itu pula khasanah
budaya tradisi lisan Buleng hilang dari masyarakat Betawi. Kedua, hilangnya Buleng dari
masyarakatnya dikarenakan tidak adanya dukungan dari masyarakat setempat. Ketiga
hilangnya Buleng disebabkan kurang menariknyamata budaya tersebutsehinggamasyarakat
tidak merasa tertarik untuk menikmati dan menjadikannya sebagai hiburan (Purnama, 2017)
Contoh Tradisi
Tradisi Lisan
Contoh Tradisi
Tradisi Tertulis
Naskah Bujangga Manik - Naskah Bujangga
Manik merupakan naskah kuno berbahasa sunda
yang ditulis pada akhir abad 15 atau awal abad
16 oleh seorang pangeran dari kerajaan Pakuan,
Pajajaran yang bergelar Jaya Pakuan. Pangeran
Jaya Pakuan meninggalkan tahta kerajaan dan
memilih menjadi seorang resi (Brahmana).
Perkiraan tahun penulisan ini dapat dilihat dari
keterangan waktu yang tertulis di naskah ini:
”Ku ngaing gues kaideran lurah-lerih Majapahit
palataran alas Demak” (Aku berkelana, melewati
wilayah-wilayah berbeda di Majapahit dan derah
dataran Demak). Baris ini menunjukkan bahwa
perjalanan Bujangga Manik didlakukan pada era
Majapahit dan Demakk.
Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 1208
Mohammad Nur Hakim, Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme Agama
dalam Pemikiran Hasan Hanafi, (Malang: Bayu Media Publishing, 2003) hal. 29
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasan Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1976), 1088.
Juraidah, J. (2013). Kelompok Sosial Dalam Tradisi Modernitas Sosial
Masyarakat. Jurnal Cemerlang, 1(1).
Kiswahni, A. (2022). Peran Masyarakat Majemuk dalam Melestarikan
Keanekaragaman Budaya di Indonesia. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(6), 235-243.
Teeuw, A. (1980). Sastra Indonesia: dalam Kritik dan Kajian..
Wijaya, A. (2010). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia.
Purnama, Y. (2017). Raja Tanpaingan, Kajian Nilai dalam Tradisi Lisan Buleng.
Patrawidya, Vol. 18, No. 3.
Wigono, T. (2017). Kearifan Lokal Masyarakat Betawi dalam Tradisi Lisan
Buleng. Univeritas Negeri Jakarta.
Soerjono Soekanto (2011)
THANK YOU!
any question?

Anda mungkin juga menyukai