Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

PENGERTIAN, FUNGSI, WUJUD DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Orang pada umumnya memahami bahwa kebudayaan sebagai suatu hal yang biasa
dalam manusia dan kelompok masyarakat, padahal bagian yang berkebudayaan
berikut ini adalah ada beberapa unsur yang terkait dengan kebudayaan.

A. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan dipandang dari sudut adat isitiadat adalah kumpulan tata


kelakuan yang paling tinggi kedudukannya, karena bersifat kekal dan
terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat
disebut kebudayaan abstrak atau sistem nilai. Pelanggaran terhadap
pelaksanaan upacara-upacara tradisional, kebudayaan dalam perspektif
evolusionisme, didasari atas pandangan bahwa proses perubahan dari waktu
ke waktu itu secara evolusi dan dalam bentuknya yang seperti sekarang.
Proses perubahan tidak secara tiba-tiba, tetapi bermekanisme perlahan tetapi
pasti.

Kebudayaan dalam konsepsi antropolgi mengandung tiga hal utama, yaitu


kebudayaan sebagai sistem cultural. Sistem yang berupa gagasan, pikiran,
konsep nila-nilai, norma, pandangan, undang-undang dan sebagainya yang
berbentuk abstrak, yang dimiliki oleh pemangku ide (ideas). Sistem budaya
itu disebut juga “tata budaya kelakuan”. Kemudian berbagai aktivitas
(activities) para pelaku seperti tingkah laku berpola, upacara-upacara yang
wujudnya kongkret dan dapat diamati yang disebut sistem sosial
kemasyarakatan. Yang berwujud benda (artificial) yaitu, benda-benda baik
dari hasil karya manusia maupun hasil tingkah lakunya yang berupa benda,
yang disebut material atau hasil karya. ¹⁾

Selanjutnya Koentjoroningrat, 1985, menegaskan sebagai sebuah sistem


kebudayaan maupun mempunyai isi atau disebut sebagai isi kebudayaan yang
selanjutnya disebut sebagai Cultural Universal sebagai :
a. Peralatan dan perlengkapan hidup
b. Sistem mata pencaharian hidup
c. Sistem kemasyarakatan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem pengetahuan
g. Sistem religi

Isi kebudayaan ini juga disebut unsur-unsur kebudayaan. Yang ketika berada
disuatu kehidupan masyarakat akan melebur. Karena di kalangan Antroplog
khususnya, menggali terhadap ketujuh budaya tersebut. ²⁾

B. Wujud Kebudayaan

Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola dari


manusia dalam masyarakat itu. Wujud sering pula disebut dengan sistem
sosial. Ini adalah aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat, tata kelakuan yang sifatnya konkret, terjadi di
sekeliling kita sehari-hari. Diamati, foto dan didokumentasikan.

Wujud kebudayaan fisik berupa hasil dari aktivitas perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat, berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
dari wujud kebudayaan.

¹⁾ Soekiman, Karya Kelakuan (2004) hal. 40-41


²⁾ Ina U. Samosir Lefaan dan Heppy Leonard Lelapary
Dalam kehidupan bermasyarakat antara wujud kebudayaan yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan wujud kebudayaan yang lain. Wujud kebudayaan
yang ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia.

Pendapat Kluckhohin menggolongkan unsur-unsur pokok yang ada pada tiap-


tiap kebudayaan dunia, antara lain sebagai berikut :
1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi sosial
4) Sistem peralatan hidup dan teknologi
5) Sistem mata pencaharian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian.

Kebudayaan dan kepribadian kebudayaan merupakan karakter suatu


masyarakat, bukan karakter individu. Semua yang dipelajari dalam kehidupan
sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan
kebudayaan.

Menurut Ralph Linton, kebudayaan adalah warisan sosial dari anggota suatu
masyarakat. Melihat kebudayaan, suatu nilai dan harapan-harapan normatif
yang menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menghadapi masalah-
maslahnya. Kebudayaan menerangkan dan menjadi ketersediaan makanan,
pakaian, bahasa, nilai-nilai kepercayaan, dan praktek-praktek untuk
masyarakatnya. Secara sederhana, kebudayaan memberi bentuk dan struktur
pada kehidupan sosial.

M. J. Herskovitas memandang budaya sebagai sesuatu yang super organic,


karena budaya bersifat turun temurun. Meskipun masyarakat senantiasa silih
berganti, disebabkan oleh kematian dan kelahiran, kemudian budaya langsung
mempengaruhi perilaku dan kepribadian individu. Karena individu tinggal
dalam lingkungan masyarakat yang memiliki budaya itu. ³⁾

Theodore M. Newcomb mengatakan, kepribadian menunjuk pada organisasi,


sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan.
Secara khusus apabila dia berhubungan dengan lain atau menanggapi suatu
keadaan kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu
proses belajar yang panjang. Dalam proses belajar disebut sosialisasi
kepribadian atau watak. Watak tiap-tiap individu pasti juga mempunyai
pengaruh oleh nilai-nilai dan norma dalam sistem budaya dan juga oleh
sistem sosial yang telah internalisasi diserap ke dalam dirinya. Melalui proses
sosialisasi dan proses pembudayaan masa selam hidup, sejak masa
kecilnya.⁴⁾

Kebudayaan daerah adalah citra kebudayaan nasional yang tumbuh dan


berkembang berdasarkan pola hidup masyarakat sebagai pemilik. Setiap etnis
memiliki corak / kebudayaan yang bervariasi dan unik. Ini menunjukkan
kehadiran kebudayaan alamiah. Latar belakang kehidupan para etnis
menyangkut tradisi adalah turun-temurun, kesadaran dalam komunikasi hidup
masyarakat (1995 – 04) menyatakan tradisi memiliki karakter luas, karena
meliputi segala kompleksitas kehidupan, sehingga sukar dijelaskan dengan
perincian yang tetap dan pasti. Ia bukanlah obyek yang mati, melainkan alat
yang dihidupkan manusia untuk saling menghargai. Sebagai kesadaran
kolektif tradisi merupakan mekanisme yang dapat memperlancar
pertumbuhan pribadi anggota masyarakat.

Selanjutnya antropologi, budaya dikatakan bahwa tradisi adalah cerita suci.


Agar tradisi dan kebudayaan dalam masyarakat dapat tumbuh berkembang
perlu ada campur tangan dari berbagai pihak, seperti yang ditegaskan dalam

³⁾ Edianto M. , Sosiologi, Penerbit Airlangga.


⁴⁾ Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian, No. R3
Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, bahwa “ Pemerintah wajib
melindungi, membina dan mengembangkan kebudayaan asli papua”.

Selanjutnya pasal 58 diamanatkan lagi bahwa pemerintah provinsi


berkewajiban membina, mengembangkan keragaman bahasa dan sastra
daerah guna memperhatikan dan mempertahankan jati diri orang papua.

C. Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian Hidup

Sebagian besar masyarakat di Teluk Arguni memiliki mata pencaharian


sebagai petani dan nelayan. Mereka tidak setiap hari mencari ikan, hanya saat
musim ikan dan harga ikan tinggi yang dibeli oleh kapal penampung ikan.
Masyarakat bergantung pada situasi tertentu. Musim ikan masyarakat di sini
boleh dikatakan telah modern.

Kebutuhan dan fasilitas rumah tangga yang mereka miliki tak jauh berbeda
dengan mereka yang hidup di kota. Meskipun demikian, mereka masih tetap
mempertahankan adat budaya dari adat mereka sebagai orang Irarutu.

D. Pengertian Agama

Tentu di kalangan suku Irarutu adalah agama yang dianut oleh masyarakat
asli pribumi orang Irarutu adalah menganut agama :
a. Kristen Protestan
b. Islam
c. Katolik

Mereka adalah kehidupan terjawab dari hubungan agama mereka. Setiap hari
hidup kerukunan beragama selalu tercipta baik dalam hubungan satu dengan
yang lain sama-sama merasa.

Lagu Ambon katakan “ Ale rasa, beta rasa, saya susah kamu pun susah “.

Sama pula, agama yang menurut orang Fakfak agama keluarga dalam
pergaulan setiap hari, baik itu Hari Raya Natal dan Idul Fitri. Tentu saja
bersalaman satu dengan yang lain saling minta maaf. Tetapi juga pergaulan
hidup setiap hari adik dengan kakak , yang kakak Kristen Protestan dan adik
di Islam atau sebaliknya, sudah lahir dan terjalin dari orang-orang tua
sehingga dipertahankan sampai sekarang. ⁵⁾

E. Sebagai Ibadah

Tentu umat manusia rasa bersyukur pada Tuhan, tentu ada saja karena
bersyukur pada Tuhan adalah hal yang diajarkan oleh agama karena suatu
keyakinan dan bersyukur hal yang umat percaya baik Kristen maupun agama-
agama yang lain.
Salah satu unsur menjadi dasar seluruh bangunan keagamaan :
 Bangunan / tempat ibadah gereja Kristen Protestan
 Kristen Katolik
 Budha
 Hindu
 Islam (muslim)
F. Tujuan Agama

Sebagai umat beragama tentu kita harus bersyukur pada Tuhan atas berkat
yang diberikan setiap saat. Oleh sebab itu tujuan agama dapat
memperdekatkan dengan Tuhan, sehingga lebih memahami akan tujuan
agama tersebut di kalangan orang atau lingkungan yang hidup di tengah-
tengah masyarakat yang berbeda agama.

G. Kontekstual

Masalah hubungan antara adat / kebudayaan dengan iman kepada Allah


ternyata sudah menjadi pergumulan teologi sejak zaman dulu. Pergumulan

³⁾ Jamiru, Perjalanan Spiritual orang Irarutu. Editor : Umar Werfete.


yang dijalani di dalam perjanjian lama memberikan contoh yang dalam
merumuskan, hubungan yang tepat antara Injil, adat, dan kebudayaan di masa
kini.

Sebenarnya adat dan kebudayaan suatu bangsa yang tak terpisahkan dari
kehidupan agama. Secara menarik dalam bahasa, yakni antara kata-kata
cultural bertani adalah cara menuju beribadah dan culture (mengolah tanah,
mengerjakan tanah).

Dengan kata lain bagi masyarakat konon zaman dahulu hal bertani, beribadah
dan berbudaya adalah hal-hal yang saling terkait satu sama lain dan tidak
saling dipertentangkan. Jadi sejak dahulu kala tidak ada masalah menyangkut
hubungan antara agama dan kebudayaan. Agama dengan adat istiadat,
masalahnya baru muncul suatu tatanan nilai yang lain baru menjadi acuan
sikap hidup dan yang baru dipatuhi.

Dalam tahap ini muncullah pertanyaan mengenai apa ya boleh, apa yang tidak
boleh dan dipraktekkan yang asal dari kebudayaan atau adat yang selama ini
dianut. Dalam hubungan dengan agama yang baru maka persoalannya muncul
maka persoalannya muncul, manakah hal-hal dari adat yang lama itu yang
masih dapat dipergunakan dan manakah yang tidak dapat dipergunakan lagi
atau dilarang dalam kalangan Kristen, terutama Kristen Protestan, kembali
mempertanyakan sikap Al Kitab. Masalah semacam itu banyak adat istiadat
Israel kuno yang disebut di dalam perjanjian dipertanyakan ulang, dapatkah
adat istiadat dalam masyarakat sekarang dalam sejarah pengkabaran Injil di
tanah Papua. Dahulu banyak kepala suku atau anggota masyarakat yang tetap
mempertahankan adat perkawinan poligami (kawin ipar) dengan alasan
bahwa perjanjian sendiri memperbolehkan hal semacam itu

Bukankah Abraham dan Yakub sendiri mempunyai istri lebih dari satu?
Bukankah di dalam Ulangan 25 : 10 – 14 terdapat pula perintah untuk
perkawinan levirat ?
Dalam pembahasan berikut ini akan disoroti dua hal saja sebagai contoh
masalah hubungan antara adat sitiadat dengan firman Tuhan sebagai tatanan
teologi kontekstual yakni adat istiadat di bidang perkawinan dan adat
perbudakan (perhambaan).

Anda mungkin juga menyukai