PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Orang pada umumnya memahami bahwa kebudayaan sebagai suatu hal yang biasa
dalam manusia dan kelompok masyarakat, padahal bagian yang berkebudayaan
berikut ini adalah ada beberapa unsur yang terkait dengan kebudayaan.
A. Pengertian Kebudayaan
Isi kebudayaan ini juga disebut unsur-unsur kebudayaan. Yang ketika berada
disuatu kehidupan masyarakat akan melebur. Karena di kalangan Antroplog
khususnya, menggali terhadap ketujuh budaya tersebut. ²⁾
B. Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan fisik berupa hasil dari aktivitas perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat, berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
dari wujud kebudayaan.
Menurut Ralph Linton, kebudayaan adalah warisan sosial dari anggota suatu
masyarakat. Melihat kebudayaan, suatu nilai dan harapan-harapan normatif
yang menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menghadapi masalah-
maslahnya. Kebudayaan menerangkan dan menjadi ketersediaan makanan,
pakaian, bahasa, nilai-nilai kepercayaan, dan praktek-praktek untuk
masyarakatnya. Secara sederhana, kebudayaan memberi bentuk dan struktur
pada kehidupan sosial.
Kebutuhan dan fasilitas rumah tangga yang mereka miliki tak jauh berbeda
dengan mereka yang hidup di kota. Meskipun demikian, mereka masih tetap
mempertahankan adat budaya dari adat mereka sebagai orang Irarutu.
D. Pengertian Agama
Tentu di kalangan suku Irarutu adalah agama yang dianut oleh masyarakat
asli pribumi orang Irarutu adalah menganut agama :
a. Kristen Protestan
b. Islam
c. Katolik
Mereka adalah kehidupan terjawab dari hubungan agama mereka. Setiap hari
hidup kerukunan beragama selalu tercipta baik dalam hubungan satu dengan
yang lain sama-sama merasa.
Lagu Ambon katakan “ Ale rasa, beta rasa, saya susah kamu pun susah “.
Sama pula, agama yang menurut orang Fakfak agama keluarga dalam
pergaulan setiap hari, baik itu Hari Raya Natal dan Idul Fitri. Tentu saja
bersalaman satu dengan yang lain saling minta maaf. Tetapi juga pergaulan
hidup setiap hari adik dengan kakak , yang kakak Kristen Protestan dan adik
di Islam atau sebaliknya, sudah lahir dan terjalin dari orang-orang tua
sehingga dipertahankan sampai sekarang. ⁵⁾
E. Sebagai Ibadah
Tentu umat manusia rasa bersyukur pada Tuhan, tentu ada saja karena
bersyukur pada Tuhan adalah hal yang diajarkan oleh agama karena suatu
keyakinan dan bersyukur hal yang umat percaya baik Kristen maupun agama-
agama yang lain.
Salah satu unsur menjadi dasar seluruh bangunan keagamaan :
Bangunan / tempat ibadah gereja Kristen Protestan
Kristen Katolik
Budha
Hindu
Islam (muslim)
F. Tujuan Agama
Sebagai umat beragama tentu kita harus bersyukur pada Tuhan atas berkat
yang diberikan setiap saat. Oleh sebab itu tujuan agama dapat
memperdekatkan dengan Tuhan, sehingga lebih memahami akan tujuan
agama tersebut di kalangan orang atau lingkungan yang hidup di tengah-
tengah masyarakat yang berbeda agama.
G. Kontekstual
Sebenarnya adat dan kebudayaan suatu bangsa yang tak terpisahkan dari
kehidupan agama. Secara menarik dalam bahasa, yakni antara kata-kata
cultural bertani adalah cara menuju beribadah dan culture (mengolah tanah,
mengerjakan tanah).
Dengan kata lain bagi masyarakat konon zaman dahulu hal bertani, beribadah
dan berbudaya adalah hal-hal yang saling terkait satu sama lain dan tidak
saling dipertentangkan. Jadi sejak dahulu kala tidak ada masalah menyangkut
hubungan antara agama dan kebudayaan. Agama dengan adat istiadat,
masalahnya baru muncul suatu tatanan nilai yang lain baru menjadi acuan
sikap hidup dan yang baru dipatuhi.
Dalam tahap ini muncullah pertanyaan mengenai apa ya boleh, apa yang tidak
boleh dan dipraktekkan yang asal dari kebudayaan atau adat yang selama ini
dianut. Dalam hubungan dengan agama yang baru maka persoalannya muncul
maka persoalannya muncul, manakah hal-hal dari adat yang lama itu yang
masih dapat dipergunakan dan manakah yang tidak dapat dipergunakan lagi
atau dilarang dalam kalangan Kristen, terutama Kristen Protestan, kembali
mempertanyakan sikap Al Kitab. Masalah semacam itu banyak adat istiadat
Israel kuno yang disebut di dalam perjanjian dipertanyakan ulang, dapatkah
adat istiadat dalam masyarakat sekarang dalam sejarah pengkabaran Injil di
tanah Papua. Dahulu banyak kepala suku atau anggota masyarakat yang tetap
mempertahankan adat perkawinan poligami (kawin ipar) dengan alasan
bahwa perjanjian sendiri memperbolehkan hal semacam itu
Bukankah Abraham dan Yakub sendiri mempunyai istri lebih dari satu?
Bukankah di dalam Ulangan 25 : 10 – 14 terdapat pula perintah untuk
perkawinan levirat ?
Dalam pembahasan berikut ini akan disoroti dua hal saja sebagai contoh
masalah hubungan antara adat sitiadat dengan firman Tuhan sebagai tatanan
teologi kontekstual yakni adat istiadat di bidang perkawinan dan adat
perbudakan (perhambaan).