PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu kesatuan dari rangkaian wujud dan unsur yang saling berkaitan satu sama
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kata
sansekerta: “buddayah”, yaitu bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti
“budi atau akal”, dalam konteks ini “ke-budaya-an” dapat diartikan sebagai
perbuatan atau hal-hal yang berlandaskan/berkaitan dengan akal budi. Ada tokoh
lain berpendapat bahwa kata budaya suatu perkembangan dari kata majemuk
budi-daya yang berarti “daya dari budi”. Oleh karena itu mereka membedakan
1
2
“budaya” dan “kebudayaan”. Maka “budaya” berarti daya dari budi yang berupa:
cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, kata budaya di sini
merupakan singkatan dari kata kebudayaan sehingga yang benar mestinya ditulis
mengerjakan tanah dengan kata lain bertani. Jadi culture atau kebudayaan secara
sederhana berarti segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan
Dari ketiga wujud kebudayaan itu jelas bahwa wujud pertama dan wujud
kedua adalah buah dari akal budi manusia, sedangkan wujud yang ketiga adalah
sebenarnya dari budaya manusia yang terdiri dari 7 (tujuh) unsur, yang
1982: 2).
3
Unsur-unsur itu yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada
3) Sistem pengetahuan.
4) Bahasa.
5) Kesenian.
Sebagai ide gagasan, sekarang ini “ungkapan tradisi” sudah banyak yang tidak
dipahami oleh generasi muda penerus cita-cita bangsa. Mereka banyak yang
belum memahami apa yang tersirat dari apa yang tersurat pada ungkapan tradisi
norma yang harus diturunkan dari leluhur atau nenek moyang kepada generasi
dan budaya erat kaitannya dengan ritual yang urutan tindakannya telah
ditentukan dan secara periodik diulang ketika mengadakan upacara yang sama,
ritual tersebut memberikan arti religi dan sosial yang meliputi penggunaan
seseorang atau sekelompok masyarakat, tetapi tradisi ini dilakukan dengan serius
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa latin “religio” dan berakar pada kata kerja “re-ligare” yang berarti
kepada Tuhan.
5
dikatakan bahwa kepercayaan atau religi tidak bisa lepas dari unsur gaib yang
religi berdasarkan atas getaran jiwa yang biasanya disebut emosi keagamaan
sebagai prinsip memberikan sorotan tersendiri serta tekanan khusus atas apa
yang dilihat dari agama. Agama dipandang sebagai suatu bentuk yang lain, yang
mengemban tugas (fungsi), agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam
yang dipentingkan ialah daya guna, dan pengaruh agama terhadap masyarakat,
1. Sistem keyakinan.
Setiap kepercayaan memiliki ritual yang menjadi tradisi dan secara turun-
kesemuannya itu memiliki berbagai tujuan baik. Ritual adalah rangkaian prosesi
atau terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa telah dianugrahi panen yang
penting dalam agama maupun negara, dan dilakukanlah suatu prosesi tradisi
ritual selamatan yang bersifat religi atau ritual yang bersifat sosial kebudayaan,
ada di Jawa, tradisi memperingati datangnya tahun baru Islam Hijriah (bulan
Muharram) yang disebut bulan Sura dalam masyarakat Jawa, memiliki makna
sebagainya. Begitu juga tradisi yang selalu diadakan setiap tahunnya ketika
bertepatan dengan datangnya tahun baru Islam (Hijriyah) dan bulan Muharram
(bulan Sura dalam penanggalan kalender Jawa), yaitu tradisi Suran sendang
berlangsung pada hari Sabtu Wage (pasaran Jawa) tanggal 1 (satu) Oktober
2016. Hal ini merupakan suatu bentuk perpaduan antara kebudayaan Islam dan
kebudayaan Jawa yang menghasilkan tradisi baru dengan corak 2 (dua) budaya
yang tentunya tidak lepas dari tradisi sosial budaya masyarakat Jawa salah
yang asasnya timbal balik, bersifat spontan “tanpa pamrih”, dan untuk
Sesungguhnya obyek kegiatan itu sendiri bersifat fisik yang bisa dilihat, diamati
oleh para peserta kegiatan. Seperti penulis disamping melihat, mengamati juga
berperan sebagai panitia yang ikut berpartisipasi demi kelancaran acara upacara
tidak efektif karena orang kota sekarang menganggap lebih baik swadaya
dalam bentuk uang dari pada jasa dalam mengerjakan sesuatu hal dalam
lingkungan sosialnya sebab dengan cara ini dinilai lebih efektif dan efisien
pengerjaannya dalam hal tenaga dan hasil kerja serta lebih hemat waktu
pengerjaannya.
Seperti kutipan dari informan yang diteliti oleh Sagimun M. D. Dalam bukunya
Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat Desa Daerah Jawa Tengah (1982:
untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Tradisi Suran Sendang Sidukun
Kabupaten Temanggung.
B. Perumusan Masalah
3. Apa makna yang terkandung dalam tradisi upacara malam satu Sura?
9
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
khususnya.
b. Manfaat Praktis
Temanggung.