A. Pengertian Kebudayaan
A.L, Kroeber dan Clyde Kluckhohn mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang
kebudayaan (Musa Asy’ ari, 1992). Akan tetapi definisi klasik mengenai kebudayaan yang
hingga kini menjadi sumber rujukan dikemukakan oleh E.B Tylor, antropologi terkemuka,
dalam bukunya Primitive Culture, yang terbit tahun 1924, “kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan , keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
1. Krober dan Klukhon (1950) memandang kebudayaan terdiri atas berbagai pola,
bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan diturunkan
oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-
kelompok manusia.
2. Linton dalam bukunya The Cultural Background of Personality menyatakan bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-
unsur pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
3. Herskovits memandang kebudayaan sebagai bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganik.
4. Bronislaw Malinowski mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kehidupan
manusia yang integral yang terdiri atas berbagai peralatan dan barang-barang
konsumen, berbagai peraturan untuk kehidupan masyarakat, ide-ide dan hasil karya
manusia, keyakinan dan kebiasaan manusia.
5. C. Klukhuahn dan W.H. Kelly mencoba memutuskan definisi kebudayaan sebagai
hasil tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psikologi yang
implisit, eksplisit, rasional, irasional, terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman
yang potensial bagi tingkah laku manusia.
6. Dawson dalam buku Age of The Gods mengatakan bahwa kebudayaan adalah cara
hidup bersama (Culture is common way of life).
7. J. P. H. Drivendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa
manusia sebagai yang beragam berlaku dalam masyarakat tertentu. Koentjaraningrat
mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia
dengan belajar.
8. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai “buah budi manusia, yaitu
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
9. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan cara belajar.
10. Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan kebudayaan adalah manifestasi dari cara
berpikir.
11. Selo Soeleman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
12. Kebudayaan dapat dimaknai sebagai berarti kumpulan segala usaha dan upaya manusia
yang dikerjakan dengan mempergunakan hasil pendapat untuk memperbaiki
kesempurnaan hidup (Sidi Gazalba, 1998: 35).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Seseorang yang berusaha berkommunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, dan ini
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya yang turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan sulitnya
seseorang dalam berkomunikasi dengan orang dari budaya laian terlihat dalam definisi
budaya bahwa budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh
suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Citra yang
memaksa “itu mengambil bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “Individualisme
kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan
kolektif” di Cina . Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna
dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Sebelum memahami kebudayaan, ada baiknya kta meninjau dahulu wilayah kajiaaan
kebudayaan, atau lebih tepatny ilmu pengetahuan budaya. Jika menilik pembagian
keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm Dilthy dan Heinrich Rickert yang
membagi ilmu pengetahuan kedalam dua bagian, pertama, naturwissenschaften (ilmu
pengetahuan alam) yang dalam proses penelitiannya berupaya untuk menemukan hukum-
hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam. Sekali hukum ditemukan, ia dianggap
berlaku secara universal untuk fenomena itu dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
fenomena itu tanpa kecuali. Dalam naturwissenschafthen, yang ingin dicari adalah
penjelasan (erklaren) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan nomotetis.
Kedua, geisteswissenschafthen (ilmu pengetahuan batin) atau oleh Rickert di sebut dengan
kulturwissenshaften (ilmu pengetahuan budaya) yang lebih menekankan upaya mencari
tahu apa yang ada dalam diri manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun makhluk
individu, terutama yang berkaitan pada faktor-faktor yang mendorong manusia untuk
berprilaku dan bertindak menurut pola tertentu. Upaya memperoleh penetahuan
berlangsung melalui empati dan simpati guna memproleh pemahaman (verstehen) suatu
fenomena dengan menggunakan pendekatan ideografis.
Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan, terutama yang berkenaan
dengan peristilahan human science dan humanities. Pada masa Yunani dan Romawi,
pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang berkaitan dengan pemberian
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan agar seseorang
mempunyai kemampuan untuk memngembangkan potensi dirinya tentang kemanusiaan
yang berbudi dan bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang diberikan untuk
mencapai hal itu adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (reotrika, gramatika), seni rupa, dan
sejarah. Berdasarkan penjelasan ini, humanities atau humaniora mendekatiimu
pengetahuan budaya.