Anda di halaman 1dari 20

TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN KONSTRUKTIVISTIK

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Eliza (A1F020006)
2. Aulia Asriani (A1F020024)
3. Nina Kurnia (A1F020032)

Dosen Pengampu : Prof.Dr. Bambang Sahono, M.Pd.


TEORI BELAJAR HUMANISTIK

• Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang individu diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses
belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu.
Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu
pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu. Belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses
pembelajaran Humanisme harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran
dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.

• Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik
yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
• Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif,
misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan
interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Selain
menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat
pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai
pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas
mengenai perilaku manusia.
TOKOH TEORI HUMANISTIK

3
1. Pandangan Kolb mengenai belajar, yang teorinya terkenal dengan “Belajar Empat Tahapnya” ;

• Tahap Pengalaman Konkret


Tahap Pengalaman Konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu ataudapat mengalami suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya. Iadapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuaidengan apa yang
dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut.
• Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif
Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai
berupaya untuk mencari jawabandan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yangdialaminya,
dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itubisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi.
Pemahamannya terhadapperistiwa yang dialaminya semakin berkembang
• Tahap Konseptualisasi
Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkansuatu teori, konsep atau hukum dan prosedur
tentang sesuatu yang menjadiobyek perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk memuaskan suatuaturan umum
atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya
• Tahap Eksperimentasi Aktif
Seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atauaturan-aturan ke dalam situasi yang nyata.
Berpikir deduktif banyak digunakanuntuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan.Ia mampu
menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalahyang dihadapinya
2. Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar, menggolong – golongkan orang yang
belajar kedalam empat macam atau golongan, yaitu:
• Kelompok Aktivis ,Kelompok Orang-orang yang tergolong dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri
dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang
tipe ini mudah untuk diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain dan mudah percaya. Namun
dalam melakukan tindakan sering kali kurang mempertimbangkan secara matang dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya
untuk melibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan
baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru. Namun mereka cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya
memakan waktu lama.
• Kelompok Reflector ,Mereka yang termasuk kelompok ini kecendrungan berlawanan dengan kelompok Aktivis. Dalam
melakukan tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-
rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi,
sehingga cenderung bersifat konservatif.
• Kelompok Teoris, Orang-orang tipe theorist memiliki kecenderungan yang sangat kritis. Mereka suka menganalisis, berpikir
rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum.
Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Dalam melakukan memutuskan sesuatu kelompok teoris
penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
• Kelompok Pragmatis, Orang-orang tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. Mereka tidak suka berpanjang lebar dengan
teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis. Sesuatu hanya
bermanfaat jika dipraktikkan. Bagi mereka, sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat dalam
kehidupan.

5
3. Pandangan Habermas Terhadap Belajar. Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan
social, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tiga tipe
balajar menjadi tiga, yaitu :
a. Belajar Teknis (Technical Learning)Yang dimaksud dengan belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinterkasi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dan perlu
dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik.
b. Belajar Praktis (Practical Learning)Yang dimaksud dengan belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar lebih
mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara sesama manusia. Pemahaman dan ketrampilan seseorang
dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Interaksi
yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan
kepentingan manusia
c. Belajar Emansipatoris (Emancipatory Learning)Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai
suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan
sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk
mendukung terjadinya transformasi kultur tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural inilah
yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan
pendidikan yang paling tinggi.

6
4. Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom,
sebagai berikut:
1. Domain Kognitif, terdiriatas 6 tingkatan, yaitu:
• Pengetahuan ; mengingat, menghafal
• Pemahaman ; menginterprestasikan
• Aplikasi ; menggunakan konsep untuk memecahkan masalah
• Analisis ; menjabarkan suatu konsep
• Sintesis ; menggabungkan bagian – bagian konsep menjadi suatu konsep utuh
• Evaluasi ; membandingkan nilai – nilai, ide, metode
2. Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :
• Peniruan : menirukan gerak
• Penggunaan : menggunakan konsep untuk melakukan gerak
• Ketepatan : melakukan gerak dengan benar
• Perangkaian : melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar
• Naturalisasi :melakukan gerak secara wajar
3. Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
• Pengenalan ; ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu
• Merespon ; aktif berpartisipasi
• Penghargaan ; menerima nilai – nilai, setia kepada nilai – nilai tertentu
• Pengorganisasian ; menghubung – hubungkan nilai – nilai yang dipercayai
• Pengalaman ; menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari pola hidupnya

7
Prinsip-Prinsip Teori Humanistik:

1. Manusia mempunyai keinginan belajar alamiah dimana memiliki rasa ingin tahu untuk
mengeksplorasi pengalaman baru
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
7. Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan

8
IMPLEMENTASI TEORI
HUMANISTIK

Implementasi teori humanistik dalam proses pembelajaran. Dalam praktek teori humanistik cenderung
mengarahkan siswa untuk dapat berfikir induktif, mementingkan pengalaman, dan membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif didalam proses pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah dalam
pembelajaran dengan pendekatan humanistik:
 Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.Menentukan materi-materi pembelajaran.
 Mengidentifikasi kemampuan awal dari peserta didik atau siswa.
 Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa untuk dapat belajar
secara aktif.
 Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran.
 Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata.
 Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar.
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Implikasi teori humanistik pada pembelajaran siswa

Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal,
manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri.
Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.
Implikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan.

Implikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan.
Dalam teori ini :
• Peran guru menjadi fasilitator dan memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa.
• Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
• Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi
para peserta didik dan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
peserta didik.

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif
sendiri
Proses Pelaksanaan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran :

1. Memperhatikan kondisi kelas apakah sudah siap atau belum untuk memulai
pelajaran.
2. Guru merespon perasaan peserta didik.
3. Siswa menyampaikan pendapat yang mereka ketahui dan guru merespon
dengan baik.
4. Guru berdialog dan berdiskusi dengan siswa tanpa ada rasa takut.
5. Siswa merespon dengan baik saat diskusi di kelas berlangsung dan
menyimpulkan apa yang di pahami ketika temannya menjelaskan materi di
depan kelas.
6. Guru tersenyum pada siswa.
TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME
Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan
konseptual pembelajar. Seorang konstruktivis percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika ada pemrosesan informasi secara aktif sehingga
mereka meminta pembelajar untuk membuat motif mereka sendiri dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan motif
tersebut.Konstruktivis percaya bahwa pembelajar membangun pengetahuan untuk dirinya. Peran seorang pengajar sangat penting dalam
teori pembelajaran konstruktivisme. Ketimbang memberikan ceramah, seorang pengajar berfungsi sebagai fasilitator dimana yang
membantu pembelajar dengan pemahamannya.
Tokoh dalam teori Konstruktivisme
1. John Dewey
Bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam Kurikulum harus saling terintegrasi bukan terpisah
atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif,langsung terlibat, berpusat pada Siswa (SCL= Student Centered
Learning ) dalam konteks pengalaman sosial.
2. Jean Piaget
bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan
pengetahuan yang baru diperolehnya melalui 2 cara yaitu :
a. Asimilasi yaitu integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang dimiliki.
b. Akomodasi terbentuknya konsep baru pada anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya.
3. Lev Vygotsky
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu
a. Zone of Proximal Development (ZPD)
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sejawat yang lebih mampu
b. Scaffolding
pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya

14
Tujuan Teori Belajar Konstrutivistik

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab


siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejutkan pertanyaan
dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Prinsip-Prinsip
Konstruktivisme
Prinsip-Prinsip Konstruktivisme Secara garis besar yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
5. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
6. Mencari dan menilai pendapat siswa.
7. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Karakteristik konstruktivisme
Menurut Konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik,
dll. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang.
Karakteristik konstruktivisme:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami.
Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki.Konstruksi arti merupakan proses yang terus
menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu mengadakan
rekonstruksi.
2. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membentuk
suatu pengertian yang baru. Belajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, yang
menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu
skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
3. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya.Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, yaitu konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Karakteristik pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell :

• siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
• belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
• pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal,
• pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan,
• kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran,
materi, dan sumber.

18
IMPLEMENTASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode
belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dll.
Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan tentang suatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui
apa yang akan dipelajarinya.
• Pada teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan siswa dapat
melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang
dimilikinya.
• Pada teknik diskusi, siswa mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut.
• Metode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada
siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya.
Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini juga dapat
dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.

19
IMPLIKASI TEORI
KONSTRUKTIVISME

Implikasi teori konstruktivistik Yaitu :


(a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau
anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
(b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan
memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis
masalah dalam kehidupan sehari-hari
(c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

20

Anda mungkin juga menyukai