Anda di halaman 1dari 12

Man.usia dan Lingkungan, Vol. VIll, No. 3, Desember 2001, hal.

130-141
Pusat Studi Lingkungan Ilidup
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia

PEROMBAKAN SENYAWA HIDROKARBON AROMATIS POLISIKLIK


(NAFTALEN) PADA KADAR TINGGI OLEH Pseudomonas NY-I
(Biodegradation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (Naphthalene) at High
Concentration by Pseudomonas NY-I)

Yanisworo Wijayaratih
Jurusan 11mu Tanah, Fakultas Pertanian UPN "Veteran", Yogyakarta

Abstrak
Naftalen merupakan salah satu senyawa hidrokarbon aromatis polisiklik (HAP) yang banyak
dijumpai dalam minyak bumi, batu bara dan hasil alam lainnya. Meskipun bukan senyawa
xenobiotik, naftalen dapat menjadi persoalan yang serius karena penggunaannya yang luas dan
penanganan yang tidak hati-hati. Naftalen diketahui bersifat mutagenik. Penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan isolat bakteri yang dapat merombak naftalen dan mempelajari kemampuannya
merombak naftalen kadar tinggi dalam medium mineral (MM) cair. Tanah yang tercemari minyak
bumi dan sumber isolat diperoleh dari unit pengolah minyak Pertamina, Cilacap. Isolat diperoleh
melalui kultur diperkaya menggunakan naftalen. Jumlah naftalen yang ditambtmkan ke dalam MM
cair sebesar 907, 1362 dan 1813 ppm. Inkubasi dilakukan selama 28 hari dalam keadaan gelap.
Parameter yang diamati meliputi: jumlah sel hidup dengan metode drop plate dan kadar naftalen
sisa dengan menggunakan GC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri yang dipilih,
teridentifikasi sebagai Pseudomonas NY-I. Dalam MM cair, naftalen pada semua konsentrasi
terombak pada kecepatan yang nurip. Jumlah naftalen yang terombak adalah 777,3 ppm 728,6
ppm dan 837,2 ppm, dari konsentrasi awal berturut-turut sebesar 907, 1362, dan 1813 ppm.

Abstract

Naphthalene is one of the Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAlls), found in petroleum,


coal and other natural products. Although, it is nonxenobiotic, it could cause a serious problem
when improperly used and handled. It is concidered as a mutagenic compound. This study is
primarily concerned with the isolation of bacteria that could utilize naphthalene and the
investigation of its biodegradation ability of naphthalene in high concentration in liquid mineral
media (MM). The contaminated soil and isolates were obtained from oil treatment unit, Pertamina,
Cilacap. Bacterial isolation was conducted through enriched culture. Naphthalene was added to the
liquid MM at the concentration of "7, 1362, and 1813 ppm. The culture was incubated in the dark
for 28 days. Parameters examined were: the viable cells which was measured by drop plate method
and naphthalene residues which was analyzed using GC. The result showed that the isolated
bacteria was identified as Pseudomonas NY-I. The naphthalene at all concentrations were
degraded at relatively similar speed. The anzount of naphthalene degraded were: 777.3 ppm, 728.6
ppm and 837.2 ppmfor the initial concentration of 907 ppm, 1362 ppm, and 1813 ppm,
respectively.

130

1. PENDAHULUAN
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

Naftalen merupakan hidrokarbon Tiehm & Fritzscei, 1995; Volkering et


aromatis polisiklik (HAP) yang terdiri al., 1992), tetapi beberapa peneliti
atas dua cincin benzen. Dalam kadar menunjukkan bahwa mikroorganisme
tertentu, naftalen menghambat respirasi juga dapat merombaknya dalam bentuk
pada mitokondria sehingga tidak terlarut (Yoshida & Yamane cit.
mengakibatkan terhambatnya konsumsi Thomas et al., 1986; Zilber et al., 1980).
oksigen pada beberapa organisme Pemahaman tentang mekanisme atau
(Heitkamp et al., 1987). Karena karakter suatu jasad dalam merombak
merupakan derivat dari cincin bensen, senyawa sukar terlarut sangat penting.
maka senyawa HAP mempunyai energi Hal ini karena pada sistem perlakuan
resonansi yang tinggi. Hal ini limbah, atau bahkan dalam ekosistem
mengakibatkannya pada kondisi alami alami, pada umumnya kontaminan HAP
bersifat stabil dan persisten (Novak et al., terdapat dalam kadar yang lebih tinggi
1995). Sumber utama HAP adalah daripada nilai kelarutannya dalam air.
minyak bumi, batu bara, dan industri Penelitian ini bertujuan untuk
pengawetan kayu. Di alam, naftalen mendapatkan isolat bakteri yang dapat
terdapat dalam bentuk campuran dengan merombak naftalen dan mempelajari
senyawa HAP lainnya. kemampuannya dalam merombak naftalen
Pencemaran oleh senyawa HAP pada kadar yang tinggi. Isolat yang
perlu mendapat perhatian mengingat diperoleh diharapkan di samping mampu
penggunaannya yang luas dan merombak naftalen juga dapat merombak
pelepasannya di alam yang tinggi akibat senyawa HAP lainnya sehingga dapat
penanganannya yang kurang hati-hati. digunakan sebagai inokulan untuk
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa bioremediasi lingkungan yang tercemari
kadar HAP total sekitar 2000 ppm oleh senyawa HAP.
(mg/kg) sudah menimbulkan
pencemaran (Kilbane II, 1998; Meyer &
Hans, 2001). Bahkan Murygina et al., 11. TINJAUAN PUSTAKA
(2000) menganggap bahwa kadar
minyak bumi di perairan sebesar 400 Senyawa HAP merupakan senyawa
ppm sudah bersifat mencemari yang mempunyai struktur dasar berupa dua
lingkungan. Tergantung pada sumber atau lebih cincin aromatis terkondensasi
pencemarnya, kadar naftalen dalam HAP (benzen). Senyawa HAP banyak tersebar di
berkisar antara 5% dan• 50% (Kilban II, alam sebagai kontaminan. Naftalen
1998; Meyer & I-Ians, 2001; Kirchman merupakan HAP yang paling sederhana,
& Ewnetu, 1998). terdiri atas dua cincin benzen. Nilai
Naftalen sangat sesuai digunakan kelarutannya dalam air sebesar 30,6 mg/ I
sebagai model untuk mempelajari (Smith, 1994). Beberapa mikroorganisme
perombakan senyawa HAP. Hal ini diketahui dapat merombak naftalen. Di
karena naftalen merupakan HAP samping naftalen, mikroorganisme tertentu
yang paling sederhana sehingga juga diketahui dapat merombak senyawa
paling mudah Iarut dan mudah HAP lainnya seperti fenantren, antrasen
(Sansaverano et al., 1993).
terombak. Di samping itu, sistem
Beberapa faktor lingkungan
enzim perombak naftalen diketahui
mempengaruhi perombakan senyawa
berfungsi sebagai mediasi pada hidrokarbon. Pada umumnya, perombakan
perombakan senyawa HAP lainnya, hidrokarbon secara efektif oleh
seperti fenantren, antrasen dan mikroorganisme terjadi pada kondisi aerob
fluoren (Ahn et al., 1999). sehingga ketersediaan oksigen merupakan
Meskipun pada umumnya faktor penentu. Di samping itu karena
mikroorganisme hanya dapat hidrokarbon merupakan senyawa yang
menggunakan senyawa HAP dalam kaya akan karbon (C), tetapi sangat sedikit
bentuk terlarut (Thomas et al., 1986;

131
Yanisworo Wijayaratih

mengandung nitrogen (N) dan fosfor (P), Heitkamp dan Cerniglia (1988),
maka N dan P tersebut harus ditambahkan. berhasil mengisolasi bakteri yang dapat
Langkah awal perombakan merombak naftalen, fenantren,
hidrokarbon melibatkan pengikatan fluoranten, dan piren, berturut-turut
(kontak) substrat pada membran sebesar 60%, 50%, 90%, dan 63%. serta
sitoplasma. Karena HAP merupakan termineralisasi menjadi CO
senyawa hidrofobik, sedangkan Pseudomonas stutzeri P-16 dan P.
mikroorganisme memerlukan lingkungan saccharophila P- 15 yang diisolasi
yang berbentuk cairan untuk tumbuh dan menggunakan media yang diperkaya
beraktivitas secara optimal, maka langkah dengan fenantren dapat menggunakan
selanjutnya adalah pelarutan HAP oleh naftalen, metilnaftalen dan fenantren
surfaktan yang dihasilkan mil«oorgnaisme. sebagai satu-satunya sumber substrat dan
Selanjutnya adalah terjadinya transpor energi, sedangkan fluoren hanya dapat
naftalen ke dalam sel secara enzimatis digunakan secara kometabolisme
(Bossert & Compeau, 1995). (Stringfellow & Aitken, 1995).
Naftalen dirombak oleh sejumlah Sansaverino et al. (1993), dalam
enzim yang dikode oleh gen yang terdapat penelitiannya mendapatkan bahwa ketiga
dalam plasmid, yang dikenal dengan isolat galur Pseudomonas yang diuji
NAH7. Bakteri pada awalnya akan masing-masing membawa plasmid yang
mengoksidasi HAP menghasilkan mempunyai homologi tinggi dengan
dihidrodiol yang selanjutnya diubah NAH7. Seperti halnya plasmid NAH7,
menjadi senyawa hidroksi seperti katekol ketiga plasmid tersebutjuga membawa
dan hidroksi mukonat, serta beberapa gen penyandi pembentukan enzim yang
senyawa karboksilat (Grimm & Harwood, berperan dalam perombakan fenantren
1997; Mueller et al., 1996). Sistem enzim dan antrasen.
perombak naftalen berfungsi sebagai Peneliti lain, yaitu Whyte et al.
mediasi pada perombakan senyawa HAP (1997), menemukan galur Pseudomonas
lainnya, seperti fenantren, antrasen dan yang dapat merombak naftalen, alkana,
fluoren (Ahn et al. 1999). Lebih lanjut dan toluen melalui enzim yang disandi
Fought dan Westlake (1991), oleh gen yang terdapat pada plasmid yang
mengemukakan bahwa galur yang dapat berbeda. Frederickson et al. (1991),
menggunakan beberapa senyawa HAP mendapatkan isolat bakteri yang
mempunyai jenis enzim yang sama membawa dua plasmid (berukuran
yang.bertanggung jawab terhadap oksidasi masingmasing sekitar 100 kb) dapat
senyawa HAP tersebut pada tahap tertentu. menggunakan toluen, naftalen,
Naftalen sebagai kontaminan di alam dibensotiopiren, suksinat, benzoat dan xi
biasanya terdapat dalam bentuk campuran len sebagai sumber C dan energi.
dengan senyawa HAP lainnya. Dalam Perombakan naftalen oleh isolat tersebut
perombakan senyawa berbentuk campuran, diinduksi dengan adanya toluen.
umumnya terjadi interaksi antar-substrat
yang berupa penghambatan atau pemacuan.
Bauer dan Capone (1988), mendapatkan 111. CARA PENELITIAN
bahwa pada endapan lumpur laut,
pemaparan dengan benzen, fenantren dan A. Isolasi Bakteri Perombak Naftalen
antrasen meningkatkan perombakan Tahap awal untuk mendapatkan
naftalen, sedangkan keberadaan naftalen isolat bakteri adalah dengan
hanya meningkatkan perombakan menginokulasikan sumber isolat ke dalam
fenantren. Namun, pada Pseudomonas 25 ml Media Mineral (MM) Cair dalam
stutzeri P-16 dan P. saccharophila P-15, Erlenmeyer 125 ml yang mengandung
naftalen, metilnaftalen dan fluoren 341 ppm naftalen sebagai satusatunya
menghambat secara kompetitif terhadap sumber karbon dan energi. Sumber isolat
perombakan fenantren (Stringfellow & berasal dari unit pengolahan minyak
Aitken, 1995). Pertamina di Cilacap dan tanah yang

132
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

tercemar minyak bumi. Dari media yang ditentukan kekeruhannya pada OD 578.
menunjukkan pertumbuhan bakteri Jumlah sel ditentukan berdasarkan kurva
diambil 2,5 ml untuk ditumbuhkan standar antara kekeruhan dan jumlah sel
kembali pada 25 ml media yang • sama. hidup yang sudah dibuat sebelumnya.
Pemindahan ke media yang baru Bakteri lalu diinkubasikan selama 7
dilakukan lagi sampai empat kali. hari pada kondisi gelap, dengan
Adapun komposisi (per l) media mineral penggojogan pada kecepatan 115 rpm,
yang digunakan adalah sebagai berikut pada suhu 280C. Jumlah bakteri ditentukan
(Smith et al., 1997): 2 g 1 g (NH4)2S04, setiap 24 jam berdasarkan jumlah koloni
g yang tumbuh pada permukaan media
K2HP04, 0,2 g KH2P04 64 mg Nutrien Agar (viable count) menggunakan
MnC124H20, 64 mg znC12, 40 mg metode drop plate (Hoben & Somasegaran,
NBM0042H20, 40 mg H3B03, 32 mg 1982). Dalam metode ini media
cuC12 2H20, 32 mg coC12 61-120. dalampetridish dibagi menjadi delapan
Isolasi dilakukan dengan sektor. Pada masing-masing sektor
menumbuhkan beberapa seri pengenceran diteteskan 40 ul kultur dari tiap seri
kultur pada 10 ml MM padat pengenceran, kemudian diinkubasikan
dalampetridish. Seluruh permukaan selama I sampai 2 hari. Sebelum media
media ditambah dengan naftalen sehingga digunakan, didiamkan terlebih dahulu
mencapai kadar 341 ppm. Naftalen paling tidak selama 2 hari pada suhu 28 0C.
diambil dari stok pada kadar 52.000 ppm Kecepatan pertumbuhan spesifik (H)
dalam aseton, dan diratakan pada ditentukan berdasarkan pertumbuhan sel
permukaan media padat dalam petridish pada fase logaritmik, menggunakan
menggunakan drigalski. Isolasi dilakukan persamaan berikut (Pirt, 1975):
dengan metode goresan. Bakteri yang = 2,30(log xt -log xo)/t jam-l ,
tumbuh dengan kenampakan morfologi dengan adalah kecepatan pertumbuhan
koloni yang berbeda dipelihara dalam spesifik, x adalahjumlah sel setelah
MM cair yang mengandung 341 ppm inkubasi selama t jam, x adalah jumlah sel
naftalen. awal, dan t adalah waktu inkubasi.
Isolat bakteri diseleksi berdasarkan
B. Seleksi dan Identifikasi kemampuan tumbuh. Isolat dengan
Seleksi dilakukan berdasarkan kecepatan pertumbuhan spesifik yang
kecepatan pertumbuhan bakteri pada tinggi digunakan untuk penelitian lebih
MM cair yang ditambah naftalen. Bakteri lanjut. Isolat terpilih diidentifikasi
ditumbuhkan dalam 5 ml MM cair yang berdasarkan sifat morfologi dan
mengandung naftalen dalam tabung biokimianya.
reaksi yang ditutup kapas (untuk menjaga
agar suasana tetap aerob). Kadar naftalen C. Pengujian Kemampuan Perombakan
divariasi dari 341 ppm, 682 ppm, 1362 Naftalen dari Isolat Terpilih
ppm, 1813 ppm, sampai dengan 2724 Isolat yang mempunyai kecepatan
ppm. Kadar naftalen ditentukan pertumbuahn spesifik paling tinggi dipilih
berdasarkan kebutuhan unsur karbon untuk diuji kemampuannya dalam
bagi mikroorganisme. Kadar naftalen merombak naftalen. Lima belas ml MM
tersebut setara dengan jumlah karbon cair yang mengandung naftalen sebesar
yang terdapat dalam 0,3% glukose, yaitu 907, 1362 dan 1813 ppm, masing-masing
sebesar 1362 ppm, kemudian divariasi ditempatkan dalam tabung bervolume 75
terhadap kadar yang sudah ditentukan ml. Masing-masing tabung diinokulasi
tersebut. Media diinokulasi dengan dengan isolat bakteri hingga mencapai 106
masing-masing isolat, hingga mencapai sel /ml, kemudian diinkubasikan selama 28
106 sel/ml. Untuk penyiapan inokulum, hari pada suhu 280 C dalam inkubator
bakteri ditumbuhkan pada MM padat dengan penggojogan pada kecepatan 115
yang permukaannya ditambah dengan rpm. Pengambilan sampel dilakukan setiap
naftalen, dibuat suspensi, kemudian hari sampai inkubasi hari ke 10, kemudian

133
Yanisworo Wijayaratih

pada hari ke 12, 14, 21 dan 28. Setiap hari


tabung dibuka secukupnya secara aseptis
untuk menjaga ketersediaan oksigen.
Pengamatan dilakukan dengan tiga ulangan
terhadap jumlah sel dan kadar naftalen
dalam medium. Jumlah sel diamati dengan
metode drop plate pada permukaan media
Nutrien Agar (Hoben & Somasegaran,
1982). Sisa naftalen dalam kultur diekstrak
menggunakan DCM dengan volume I : I
(Whyte et al., 1997), kemudian ditentukan
kadamya menggunakan GC yang
dilengkapi dengan kolom SE 30 panjang 3
m, diameter luar kolom adalah 0,5 cm,
diameter dalam 0,4 cm, dengan detektor
berupa FID. Suhu kolom, detektor dan
injeksi berturut-turut sebesar 2000C, 2500C
dan 2500C, dan kecepatan aliran gas
pembawa (N2) adalah 35 ml/menit.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

A. Isolasi, Seleksi, dan Identifikasi


Isolat yang diperoleh dari tanah
yang tercemari minyak bumi serta dari
unit pengolahan minyak Cilacap,
berturut-turut sebanyak 3 dan 4 isolat.
Berdasarkan kecepatan pertumbuhan
koloni, maka dari sumber isolat tanah
tercemar diambil 2 isolat (NY-TI dan
NY-T2), sedangkan dari unit
pengolahan minyak Cilacap 2 isolat
(NY-l dan NY -2). Seleksi berdasarkan
kecepatan pertumbuh-annya pada MM
cair yang mengandung naftalen sebesar
341, 681, 1362, 1813, dan 2724 ppm
(mg/kg) dapat dilihat pada Gambar 1.
Isolat NY-l pada kadar naftalen yang
Iebih tinggi mempunyai kecepatan
pertumbuhan spesifik yang Iebih tinggi
daripada isolat yang

134
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

lainnya (Tabel 1) sehingga untuk penelitian satunya sumber C, tidak membutuhkan L-


selanjutnya digunakan isolat NY-I. Jumlah cystein dan faktor tumbuh dalam medium,
sel isolat NY-I yang tertinggi dicapai dalam tidak dapat tumbuh pada pH <4,5, tidak
waktu yang lebih cepat pada media dengan menghasilkan asam dari glukose, fruktose,
kadar naftalen yang lebih rendah sukrose dan galaktose, bersifat aerob, dan
dibandingkan dengan media dengan kadar menimbulkan warna coklat pada MM cair
naftalen yang lebih tinggi. Namun, jumlah yang mengandung senyawa aromatis,
sel paling tinggi dicapai pada media dengan dalam hal ini naftalen. Sifat-sifat di atas
kadar naftalen sebesar 1362 ppm. Pada sesuai dengan sifat bakteri genus
media dengan kadar naftalen 341 ppm, Pseudomonas (Krieg & Holt, 1982),
jumlah sel maksimum adalah sebesar 6,31 sehingga untuk selanjutnya isolat NY-I
x 109 sel/ml dicapai pada pengamatan hari disebut dengan isolat Pseudomonas NY- 1.
ke 3, sedangkan pada media dengan kadar B. Perombakan Naftalen dalam Media
naftalen sebesar 681, 1362, dan 1813 ppm, Mineral Cair oleh Isolat
jumlah sel maksimum berturut-turut Pseudomonas NY-I
sebesar 6,46x 10 10 sel/ml, 2,45x10 11 sel/ml,
1 , 17xl 010 sel/ml, dicapai pada
pengamatan hari ke 5, 5 dan 6 (gambar IA, 1. Perubahan kadar naftalen dalam
1B, IC dan ID). Kecepatan pertumbuhan MM cair
spesifik isolat NY- I , NY-T2, NY-I dan NY-2 Meskipun kadar naftalen awal sudah
dalam MM cair dapat dilihat pada Tabel 1. diatur sebesar 907, 1362, dan 1813 ppm,
Isolat NY-Tl, NY-T2, NY-I dan NY-2 tetapi setelah dilakukan ekstraksi, jumlah
pada media dengan kadar naftalen naftalen yang dapat diekstrak ( %
sebesar 2724 ppm tidak mengalami ekstraksi) dari media yang mengandung
pertumbuhan (Tabel 1). Pada kadar naftalen dengan kadar awal sebesar 907,
naftalen rendah (341 ppm), jumlah 1362 dan 1813 berturut-turut adalah 854,4
senyawa antara maupun energi yang ppm (94,2%), 1267 ppm (93,0%), dan
dihasilkan tidak mencukupi untuk 1725,6 ppm (95,1%). Perubahan kadar
pertumbuhan sel yang lebih tinggi, naftalen sisa dan perombakan naftalen
sedangkan pada kadar naftalen yang oleh isolat bakteri pada MM cair dapat
tinggi (2724 ppm) sel mengalami dilihat pada Gambar 2.
keracunan sehingga tidak ada Pola perombakan naftalen dalam
pertumbuhan. ketiga macam konsentrasi mirip, yaitu
Beberapa peneliti, masing-masing naftalen terombak dengan segera. Pada
menggunakan kadar naftalen yang umumnya, fase lag dicapai kurang dari 24
berbeda-beda, yang berkisar antara 100 jam. Sampai inkubasi 8 hari, pada media
dengan kadar naftalen awal sebesar
ppm dan 2000 ppm untuk mendapatkan
907ppm, naftalen terombak sebesar 772,3
aktivitas sel yang baik (Bauer & Capone,
ppm, yaitu dari 854,4 ppm pada awal
1988, Frederickson et al., 1991, Kastner& inkubasi menjadi 77,1 ppm.
Mahro, 1996, Liu al., 1995, Stringfellow &
Aitken, 1995, Whyte et al., 1997).
Gambar 1 menunjukkan bahwa isolat
NY1 mempunyai kemampuan tumbuh yang
lebih baik pada naftalen dengan kadar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan isolat
yang lainnya. Oleh sebab itu, maka isolat
NY- 1 dipilih untuk diamati lebih lanjut
kemampuannya dalam merombak naftalen
Isolat NY-I mempunyai sifat morfologi
dan fisiologi sebagai berikut: bentuk sel
batang (3,7 x 1, 1) mm, bentuk koloni
bulat, gram negatif, katalase positif, nitrat
reduktase negatif, metana bukan satu-

135
Yanisworo Wijayaratih

2006

1756

1500

1250 1000 750

500

250

Pada media dengan kadar naftalen


awal sebesar 1362 dan 1813
ppm, naftalen terombak sebesar 728,6
ppm dan 837,2 ppm, yaitu dari 1263,9
ppm pada awal inkubasi menjadi 535,3
ppm dan dari 1725,6 ppm pada awal
inkubasi menjadi 888,4 ppm pada akhir
inkubasi. Pengamatan hari ke-21
menunjukkan bahwa naftalen dalam
media yang berkadar awal sebesar 907
dan 1362 ppm sudah tidak terdeteksi,
sedangkan dalam medium yang berkadar
awal sebesar 1813 ppm masih terdapat
sisa naftalen sebesar 647 ppm. Sampai
dengan pengamatan hari ke-28 dalam
media tersebut masih terdapat sisa
naftalen sebesar 306,3 ppm. Perbedaan
kadar naftalen sisa pada masingmasing
media bukan disebabkan oleh perbedaan
kecepatan perombakan, tetapi karena
jumlah naftalen awal yang berbeda.
Media yang mengandung naftalen
dengan kadar awal sebesar 907 ppm pada
setiap pengamatan menunjukkan nilai
naftalen sisa yang paling rendah
dibandingkan dengan kedua media
Iainnya. Hal ini karena jumlah naftalen
yang ditambahkan juga paling rendah.
Begitu pula sebaliknya pada media yang
mengandung

136
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

naftalen dengan kadar awal sebesar 1813 Pada media dengan kadar naftalen
ppm. Perombakan naftalen pada kadar awal awal 1813 ppm, setelah inkubasi 8 hari,
yang berbeda oleh Isolat NY-I ııwskipun masih terdapat naftalen, tetapi
menunjukkan pola yang mirip. Kemiripan naftalen tidak dirombak lebih lanjut. Ada
pola perombakan ini bahwa isolat kemungkinan bahwa hal ini terjadi karena
Pseudomonas NY-1 hanya dapat selama metabolisme naftalen dihasilkan
menggunakan naftalen dalam bentuk senyawa yang menghambat perombakan
terlarut. Jumlah naftalen terlarut pada naftalen. Dalam lintasan metabolisme
ketiga media relatif sama, sedangkan naftalen salah satu hasil antaranya adalah
naftalen yang ditambahkan pada masing- senyawa fenolik berupa dihidroksi naftalen
masing kultur jauh di atas nilai dan katekol (Grim dan Hawood, 1997;
kelarutannya dalam air, yaitu sebesar 30,6 Sütherıand el al., 1995). Pada umumnya,
ppm. Thomas et al. (1986), dalam peneliti senyawa fenolik bersifat reaktif sehingga
annya mendapatkan bahwa penambahan justru bersifat menghambat metabolisme
substrat padat pada kultur jenuh tidak akan sel Kemungkinan I ai n adalah pada kadar
mempengaruhi kecepatan perombakan naftalen yang tinggi komposisi nutrisi
yang berarti. Meskipun demikian, selama (perbandingan C:N:P) media nıenjadi tidak
inkubasi berlangsung, kenaikan kelarutan seimbang. Senyawa hidrokarbon sangat
naftalen dapat terjadi sebagai akibat dari kaya akan C, tetapi tidak mengandung
penggojogan atau surfaktan yang makro lain seperti N dan P yang
dihasilkan oleh bakteri. Bakteri yang dibutuhkan mikroorganisme
ditumbuhkan pada substrat hidrofobik
biasanya akan menghasilkan surfaktan. 2. Pertumbuhan sel isolat Pseudomonas
Pseud.omonas diketahui dapat NY-ı dalam MM cair
menghasilkan surfaktan dari kelompok
rhamnolipid (Willumsen & Karlson, 1977).
Smith el al. (1997), dalam
penelitiannya nwnggunakan empat isolat
bakteri mendapatkan bahwa keempat
isolat pada medium mineral cair yang
mengandung 500 ppm naftalen yang
ditambah dengan ekstrak khamir dan
pepton serta jumlah inokulum yang
tinggi (108 sel/ml), tumbuh secara
sigmoid, dan naftalen terombak
seluruhnya dalam waktu 0,7 hari. Peneliti
lain (Bauer & Capone, 1988)
mendapatkan isolat bakteri yang dapat
memineralişasi sekitar 40% dari 100 ppm
naftalen dalam waktu 7 hari, sedangkan
Frederickson el al. (1991), menunjukkan
bahwa isolat bakteri yang digunakannya
dapat merombak sebanyak 30% dari
2000 ppm naftalen, selama 7 hari. Hasil
penelitian Smith el al. tersebut berbeda
dengan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini. Perbedaan ini dapat terjadi
karena dalam penelitian mereka jumlah
naftalen yang ditambahkan lebih sedikit,
jumlah inokulum yang digunakan lebih
banyak serta jenis medium lebih
kompleks dari pada yang digunakan
dalam penelitian ini.

137
Yanisworo Wijayaratih

Pertumbuhan bakteri yang terombak banyak, tetapi secara


menyertai perubahan kadar naftalen di kualitatiftidak diketahui perombakan yang
dalam media cair dapat dilihat pada terjadi sampai pada tahap yang mana. Pada
gambar 5. Pertumbuhan isolat perombakan yang tidak sempurna jumlah
energi dan metabolit yang dihasilkan tidak
Pseudomonas NY-I dalam medium
mencukupi untuk pertumbuhan sel, bahkan
yang mengandung naftalen dengan
akan terjadi akumulasi senyawa metabolit
kadar awal sebesar 907 dan 1362 ppm tertentu yang dapat menghambat
berbentuk logaritmik sampai pada pertumbuhan sel bakteri bersangkutan.
pengamatan hari ketiga, kemudian Pertumbuhan sel isolat bakteri pada
mengalami penurunan. Jumlah sel media dengan kadar naftalen awal 907 darl
maksimum yang dicapai pada media di 1362 ppm yang tinggi terjadi sampai hari
atas berturut turut sebesar 6,9x10 10 ke-3, dan pada media dengan kadar
sel/ml dan 2,6x1010 sel/ml. Isolat naftalen awal 1813 ppm terjadi sampai hari
Pseudonıonas N Y -I pada media yang ke-4, tetapi kecepatan perombakan naftalen
mengandung naftalen dengan kadar tetap tinggi sampai hari ke-8. Penelitian
yang dilakukan oleh Kellog et al. (Cit.
awal 1813 ppm menunjukkan pola
Atlas & Bartha, 1993), menggunakan
pertumbuhan yang berbeda. Jumlah sel
P. cepacia untuk merombak 2,4,5-T
maksimum tercapai pada hari kelima, menunjukkan pola yang sama. Meskipun
yaitu sebesar I x 10 8 sel/ml. Hasil jumlah sel sudah mengalami penurunan,
penghitungan menunjukkan bahwa tetapi perombakan senyawa persisten
kecepatan pertumbuhan spesifik İsolat tersebut masih berlangsung. Hal ini
Pseudomonas N Y- l , yang mungkin karena terjadi akumulasi
ditumbuhkan dalam media yang dioksigenase naftalen atau surfaktan
mengandung naftalen dengan kadar yang bersifat ekstraseluler. Kappeli dan
awal sebesar 907, 1362, dan 1813 ppm, Finnerly (Cit. Miller, 1995)
berturut-turut adalah 0,19 janr 0,17 menunjukkan bahwa Acinetobacter spp.
yang ditumbuhkan pada hidrokarbon
jam I dan 0,03 jam l .
akan menghasilkan surfaktan secara
Isolat Pseudomonas NY-I dalam
ekstraselluler. Pseudontonas sp.
medium yang mengandung naftalen dengan
diketahui pula dapat menghasilkan
kadar awal sebesar 1813 ppm mempunyai
surfaktan dari kelompok rhamnolipids.
kecepatan pertumbuhan yang rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Namun, penurunan kadar naftalen pada
Pseudonwnas NY- I tidak dapat
media relati ftinggi. Selama inkubasi 28
menggunakan naftalen dalam bentuk
hari terjadi penurunan kadar naftalen pada
tidak terlarut. Dengan demikian, untuk
media dari 1725,6 ppm pada awal inkubasi
melakukan bioremediasi lingkungan
menjadi 306,3 ppm pada akhir inkubasi.
yang tercemari HAP dengan kadar yang
Ada kemungkinan bahwa konsentrasi
tinggi, aplikasi/inokulasi bakteri tersebut
naftalen yang tinggi menyebabkan
harus dibarengi dengan perlakuan lain,
perombakannya menjadi tidak sempurna.
seperti pengambilan kontaminan secara
Secara kuantitatif jumlah naftalen yang
fisik atau pengenceran untuk mengurangi
12

-c

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
L'aktu inkubasi (hari)
138
Gambar 3. Pertumbuhan sel isolat Pseudomonas NY-I dalam MM cair dengan kadar
naftalen awal sebesar 907 ppm ( ), 1362 ppm ( ), dan 1813 ppm ( - )
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

kadarnya. Meskipun Pseudomonas NY-I DAFTAR PUSTAKA


dapat merombak naftalen murni, tetapi
untuk mengaplikasikannya ke dalam Ahn, Y; Sansaverano, J. & G.S Sayler.
skala yang lebih luas perlu dilakukan 1999. Analysis of Polycyclic
penelitian lebih lanjut. Hal ini mengingat Aromatic Hydrocarbon-Degrading
bahwa senyawa naftalen sebagai Bacteria Isolated from Contaminated
kontaminan di alam biasanya terdapat Soil. Biodegradation. 10:149-157.
dalam bentuk campuran dengan senyawa Bauer, J.E. & D. G Capone. 1988. Effect of
HAP lain-nya. Karena terdapat interaksi Co-Occuring Aromatic Hydrocarbons
antarsubstrat dalam perombakan senyawa on Degradation of Individual
HAP campuran, maka pengujian Polycyclic Aromatic Hydrocarbon in
kemampuan isolat Pseudomonas NY-I Marine Sediment Slurries. Appl.
dalam menggunakan .senyawa HAP Environ. Microbiol. 54: 1649-1655.
selain naftalen perlu dikembangkan. Bossert, I.D. & G.C Compeau. 1995.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa "Cleanup of Petroleum Hydrocarbon
ada kecenderungan suatu galur bakteri Contamination in Soil", dalam:
dapat merombak lebih dari satu jenis Microbiol Transformation and
senyawa HAP. Hal tersebut didukung Degradation of Toxic Organic
oleh hasil pengamatan yang Chemicals. L.Y Young & C.E
menunjukkan bahwa pada umumnya Cerniglia (eds.). Willey-Liss, New
jalur perombakan senyawa HAP York (hal: 77-121).
menghasilkan senyawa antara yang Fought, J.M. & D.W.S Westlake. 1991.
mempunyai struktur mirip, serta Cross Hybridization of Plasmid and
dihasilkannya senyawa antara utama Genomic DNA from Aromatic and
berupa asam salisilat dan katekol. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon
Degra-ding Bacteria. Can. J.
Microbiol. 37:924-932.
KESIMPULAN Frederickson, J.K., F.J Brockman, D.J
Workman, S.W Li & T.O Stevens.
Kesimpulan dari penelitian ini ialah: 1991. Isolation and Characterization of
isolat bakteri yang dipilih berasal dari Subsurface Bacterium Capable of
unit pengolahan minyak Pertamina, Growth on Toluen, Naphthalene, and
Cilacap, teridentifikasi sebagai Other Aromatic Compound. Appl.
Pseudomonas NY- I , mampu merombak Environ. Microbiol. 57:796-803.
naftalen dalam media cair. Perombakan Grim, A. C. & C. S. Harwood. 1997.
naftalen pada media cair dengan kadar Chemotaxis of Pseudomonas spp. To the
naftalen awal yang tinggi dan bervariasi polyaromatic hydrocarbon Naphtha-lene.
menunjukkan kecepatan yang mirip. Appl. Environ. Microbiol. 63:4111-4115.
Heitkamp, M.A., Freeman, J. P., and
Cerniglia, C. E. 1987. Naphthalene Bio-
UCAPAN TERIMAKASIH degradation in Environmental Microcosms
Estimates of Degradation Rates and
Penulis mengucapkan terimakasih Characterization of Metabolites. Appl.
kepada Dr Ir Siti Syamsiah dan Dr Ir Environ. Microbiol. 53:129-139.
Irfan Dwidya Prijambada yang telah Heitkamp, M.A. & C.E. Cerniglia. 1988.
memberi saran. Dana penelitian ini Mineralization of Polycyclic Aromatic
sebagian diperoleh dari Lembaga Ilydrocarbons by a Bacterium Isolated
Penelitian UPN "Veteran" Yogyakarta from Sediment Below on Oil Field.
Appl. Environ. Microbiol. 54: 1 612-
1614.
Hoben, H.J. & P. Somasegaran. 1982.
Comparison of Pour, Spread and Drop
Plate Methods for Enumeration of

139
Yanisworo Wijayaratih

Rhizobiunt spp. In Inoculants Made Bioremediation: Science and


from Presterilized Peat. Appl. Environ. Applications. Soil Science Society of
Microbiol. 44:12461247. America, Inc., USA (ha). 13-31).
Kastner, M. & B. Mahro. 1996. Microbial Pirt, S.J. 1975. Principles ofMicrobe and
Degradation of Polycyclic Aromatic Cell Cultivation. Blackwell Scientific
Hydrocarbons in Soils Affected by the Publications, Oxford (hal. 4-14).
Organic Matrix of Compost. Appl. Rosenberg, E. & Ron, E.Z. 1996.
Microbiol. Biotechnol. 44:668-675. "Bioremediation of Petroleum
Kilbane Il, J.J. 1998. Extractability and Contamination" dalam:
Subsequent Biodgradation of PAHs Bioremediation : Prin-ciples and
from Contaminated Soil. Water, Air Applications. R.L. Crawford, & D. L.
and Soil Pollution. 104:285-304 Crawford. (eds.). Cambridge
Kirchmann, H. & W. Ewnetu. 1998. Univercity Press, Idaho (hal. 100-
Biodegradation of Petroleum-Based 123).
Oil Wastes through Composting. Sanseverano, B.M. Applegale, J.M King
Biodegradation. 9:151-156 & G.S. Sayler. 1993. Plasmid-
Krieg, N.R. and Holt, J.G. (eds.). 1982. mediated Mineralization of
Bergeys 's Manual of Systematic Naphthalene, Phenanthrene, and
Bacteriology. Vol. I. Williams & Anthracene. Appl. Environ.
Wilkens, London (140-307). Microbiol. 59:1931-1937.
Meyer, S. & S. Hans. 2001. Fate of PAHs smith, M.J., G. Lethbridge & R.G. Bums.
and Hetero-PAHs during 1997. Bioavailability and Biode-
Biodegradation in a model gradation of Polycyclic Aromatic
Soil/Compost-System: Formation of Hydrocarbons in Soils.
Extractable metabolits. Water, Air FEMSMicrobi01. Letters.
and Soil Pollution. 152:141147.
Mueller, J.G., C.E. Cerniglia. & P.H. Stringfellow, W.T. & M.D. Aitken. 1995.
Pritchard. 1996. Bioremediation of Competitive Metabolism of
En-vironments Contaminated by Naphthalene, Methylnaphthalenes,
Polycyclic Aromatic and Fluorene by Phenanthrene-
degrading Pseudo-monads. Appl.
Hydrocarbons. Dalam: Crawford,
Environ. Microbiol. 61:357-362.
R.L. and Crawford, D. L. (eds.).
Bioremediation . Principles and Thomas, J. M., J. R. Yordy, J. A.
Applications. Cambridge Univercity Amador, J. A. Amador, & M.
Press, Idaho. (hal. 125-128). Mueller, J.G., Alexander. 1986. Rates of
Capman, P.J. and Pritchard, P.H. 1989. Dissolution and biodegradai ion of
Action of a Fluoranthene-utilizing water-lnsoluble Organic Compounds.
Bacterial Community on Polycyclic Appl. Environ. Microbiol. 52:290-
Aromatic Hydrocarbon Compo-nents of 296
Creosote. Appl. Environ. Microbiol. Tiehm, A. & C. Fritzcshe. 1995.
55:30853090. Utilization of Solubilized and
Murygina, V.; Arinbasarov, M.; Crystalline mixture of polycyclic
Kalyuzhnyi, S. 2000. Bioremediation aromatic Hidrocarbons by a
of Oil Polluted Aquatic System and Mycobanterium sp. Appl. Microbiol.
Soil with Novel Preparation Biotechnol. 42.964-968
"Rhoder". Biodegradation. 1 1:385- Volkering, F. , A. M. Breure, A.
389 Sterkerburg, & J. G. van Andel.
Novak, J.M., K. Jayachandran, T.B. 1992. Microbial Degradation of
Moorman & J.B. Weber. 1995. Polycyclic hydrocarbons: Effect of
Sorption and Binding of Organic Substrat Availability on Bacterial
Compounds in Soils and Their Growth Kinetics. Appl. Microbiol.
Relation to Bioava-ilabiliy. Dalam: Biotechnol.36:548-552.
Skipper, H.D., and Turco, R.F. (eds.).

140
Perombakan Senyawa Hidrokarbon

Whyte, L.G., L. Bourbonniere & L. W.


Greer. 1997. Biodegradation of
Petroleum Hydrocarbons by
Psychrotrophic Pseudomonas Strains
Posses-sing Both Alkane (alk) and
Naphthalene (nah) Catabolic Pathway.
Appl. Environ. Microbiol. 63•.2719-
2723.
William, P.A. & J.R. Sayers. 1994. The
Evoluation of Pathway for Aromatic
Hydrocarbon Oxidation in
Pseudomonas. Biodegradation. 5:
195-217.
Willumsen, P.A. & U. Karlson. 1992.
Screening of Bacteria, Isolated from
PAH-Contaminated Soil for
Production of Biosurfactan and
Bioemulsifiers. Biodegradation
17:415-423
Zilber, I. K., E. Rosenberg & D. Gutnick.
1980. Incorporation of 32 P and
Growth of pseudomonad UP-2 on n-
tetracosane. Appl. Environ.
Microbiol. 40:1086-1093.

141

Anda mungkin juga menyukai