Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PENELITIAN

PENELITIAN SEDERHANA SOSIOLINGUISTIK


(Penelitian Perubahan, Pergeseran Dan Pemertahanan Bahasa
Masyarakat Etnis Jawa Di Jakarta)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sosiolinguistik

Dosen Pengampu

Endang Wiyanti, S. Hum., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 7:

Fauziah Fatma Safitri (201921500263)

Devy Eristia Octaviani (201921500285)

Sandika Aditya (201921500281)

FAKULTAS BAHASA INDONESIA DAN SENI


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TB. Simatupang, Jl. Nangka Raya No. 58C RT.5/RW.5 Tj. Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Telp: (021)7818718, Email: kampus@unindra.ac.id

2021
ABSTRAK
Masyarakat bilingual seperti masyarakat etnis Jawa yang ada di Jakarta merupakan
masyarakat menguasai bahasa ibu (B1 dan juga menguasai bahasa Indonesia yang
sesungguhnya. Namun, dalam kehidupan sosial sehari-hari, masyarakat etnis Jawa, lebih
memilih meninggalkan bahasa ibunya dan beralih menggunakan bahasa Indonesia. Sikap
berbahasa dari masyarakat etnis Jawa tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Tak
hanya hal menarik, adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yakni (1) faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di Jakarta (2)
dampak dari pergeseran bahasa masyarakat etnis tersebut..
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori,
mendeskripsikan realitas dan kompleksitas sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Pertama, faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa ada tiga,
yaitu faktor migrasi, faktor sosial, dan faktor ekonomi, Kedua, dampak pergeseran bahasa ada
dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya, yaitu 1)
mempermudah masyarakat etnis Jawa berkomunikasi dengan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal mereka yang baru; 2) meningkatkan status sosial; dan 3) memberikan
keuntungan sebagai sarana mencari nafkah. Dampak negatif dari pergeseran bahasa adalah
dapat menyebabkan terjadinya kepunahan bahasa Jawa. Namun, pergeseran bahasa yang
terjadi pada masyarakat etnis Jawa yang berada di Jakarta tersebut tidak sampai
menyebabkan punahnya bahasa karena pergeseran bahasa itu berlangsung bukan di tempat
bahasa ibu digunakan.
Kata kunci: pergeseran bahasa, etnis Jawa, Jakarta

1. PENDAHULUAN
2
Bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah usai untuk dibicarakan. Hal ini
disebabkan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Secara umum, fungsi
bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, bahkan bahasa digunakan untuk
menyampaikan ide, gagasan, informasi ataupun pesan kepada komunikan/lawan tutur.
Ketika seseorang berbicara dengan komunikan, tentu komunikasi antara keduanya harus
menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti dan dipahami, jika keduanya memiliki
pemahaman bahasa yang berbeda, hal tersebut akan membuat komunikasi terhambat dan
putus, karena isi pembicaraan atau pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh lawan
tutur
Kartomiharjo dalam (Ernawati, 2018) mengemukakan bahwa bahasa juga dapat
mengikat anggota masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan menjadi masyarakat
yang kuat, bersatu, dan maju. Di samping itu, keadaan sosial yang menjadi corak
sebagian masyarakat akan tampak dalam bahasa. Oleh karena itu, hubungan antara bahasa
dan masyarakat sangat erat. Jika masyarakat berkembang, kebudayaan ikut berkembang
karena kebudayaan merupakan cerminan dari masyarakat.
Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dan merupakan pulau terluas ke-13 di dunia.
Dengan jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta, pulau ini adalah pulau berpenduduk
terbanyak dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya
menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Angka
ini turun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6%
dari seluruh penduduk Indonesia. Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase
diakibatkan perpindahan penduduk (transmigrasi) dari pulau Jawa ke seluruh
Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bagian Barat Laut.
Sebagian besar penduduknya bertutur bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa
ibu dari 100 juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di Pulau
Jawa. Sebagian besar penduduk adalah orang-orang dwibahasa, yang berbahasa
Indonesia baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Dua bahasa penting lainnya
adalah bahasa Sunda dan bahasa Betawi. Sebagian besar penduduk Pulau Jawa
beragama Islam namun tetap terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok
etnis, serta budaya di pulau ini. Pulau ini secara administratif terbagi menjadi
enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua
wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan Yogyakarta.

3
Suku Jawa memiliki dua jenis bahasa yaitu Bahasa Jawa: Ngoko (Wong Jawa),
Krama (Tiyang Jawi). Ngoko adalah bahasa Jawa kasar sedangkan Krama adalah bahasa
Jawa halus. Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten
Indramayu (Jawa Barat), dan Kabupaten/Kota Serang–Cilegon (Banten). Pada tahun
2010, setidaknya 40,22% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.
Manusia pasti ada kalanya akan berpindah-pindah dari tempat satu ketempat yang lain
atau pergi ke negeri atau kota lain untuk tujuan mencari penghidupan atau ekonomi yang
lebih baik, mencari ilmu yang lebih luas dan sebagainya. Hal tersebut akan membawa
manusia kepada hal-hal yang baru, seperti berbaur dengan masyarakat lain yang baru,
mengenali budaya yang baru, bahkan bahasa yang baru. Pergeseran penggunaan bahasa
terjadi secara aktif karena anggota masyarakat terpisah dari kelompok besarnya, lalu
berpindah ke tempat lain. Tetapi perubahan itu juga sangatlah diperlukan karena
sebagaimana pentingnya bahasa untuk alat berkomunikasi kepada orang lain, bahkan
sampai sering terjadi alih kode, seperti :
A. : “Tak ewangi nyirami kembange yo?”
B. : ‘Wis ora usah, malah ngrepotake awakmu”
C. : “Ada apaan sih?”
D. : “Ooh enggak, ini si A mau bantu aku nyiram bunga”
Dan campur kode (campuran bahasa asing) seperti; (“By the way kalian ga ke kantin?”,
“guys, kita jalan-jalan yuk?”) sehingga bahasa yang digunakan akan semakin santai dan
nonformal dan juga sangat mendukung perubahan dan pergeseran bahasa. Tetapi memang
tanpa kecocokan antara penutur dengan lawan tutur saat bebicara proses melamar
pekerjaan, jual beli, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar.
Masyarakat etnis Jawa yang bermigrasi di Jakarta merupakan masyarakat yang
bilingual, Selain menguasai bahasa ibu (B1), mereka juga menguasai bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sosial sehari-hari, masyarakat etnis Jawa lebih memilih meninggalkan
bahasa ibunya (B1) untuk menyesuaikan kehidupan baru dan beralih dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi tergantung komunikan, jika penutur (etnis Jawa)
bertemu dengan lawan tutur (etnis Jawa) mereka akan berbicara dengan bahasa ibunya.
Masyarakat etnis Jawa yang telah mengalami pergeseran bahasa karena bermigrasi ke
Jakarta, bukan berarti mereka telah lupa dengan budayanya. Walaupun begitu ada kalanya
disetiap tutur bahasanya terdapat dialeknya yang masih sangat menempel ketika

4
berbicara, kebudayaan atau kepercayaannya ditanah jawa seperti mitos, cerita legenda dan
sebagainya, sehingga masyarakat yang lain tahu, jika orang tersebut adalah imigran dari
pulau Jawa.
Jika sikap berbahasa masyarakat demikian atau memang sengaja dilupakan dan tidak
mau memakainya lagi, tidak menutup kemungkinan generasi penerus bahasa Jawa akan
hilang. Akibatnya, lambat laun bahasa tersebut akan tergeser oleh bahasa lain atau bahkan
bisa mengalami kepunahan. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Krauss
(Ibrahim, 2011) yang menyebutkan bahwa salah satu ciri dari bahasa yang terancam
punah/mati adalah bahasa tersebut tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa ibu oleh anak-
anak.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif
memandang fakta tergantung pada cara peneliti menginterpretasikan data. penelitian
kualitatif bisa dipahami sebagai prosedur riset yang memanfaatkan data deskriptif, berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, dinamika
sosial, sikap kepercayaan dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap sesuatu.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang karena
sama-sama meneliti tentang pergeseran bahasa. Perbedaannya adalah terletak pada objek
penelitian saja. Pihak A menjadikan bahasa Jawa (penutur) sebagai objek penelitiannya,
pihak B menjadikan bahasa Jawa (lawan tutur) sebagai objek penelitiannya, dan pihak C
menjadikan bahasa Indonesia (penutur/lawan tutur) sebagai objek penelitiannya. Hal ini
sebagai meneliti bahasa masyarakat etnis Jawa yang berada di Jakarta sebagai objek
penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan meneliti tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di Jakarta dan dampak
dari pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa dan
dampak dari pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di Jakarta

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, ditemukan beberapa faktor
penyebab pergeseran bahasa tersebut, antara lain : tingkat pendidikan seseorang,
pemilihan bahasa yang lugas dan sopan dalam bersosialisasi, usia seseorang,
stratifikasi sosial seseorang, kurangnya pembelajaran bahasa ibu (B1) yang digunakan
dalam berkomunikasi, wilayah pemukiman seseorang, serta sikap seseorang terhadap
bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam komunikasi sosial di Jakarta
didominasi oleh bahasa Indonesia nonformal yang disertai dengan gejala alih kode
dan campur kode.
Pengertian sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari
hubungan antara bahasa dan masyarakat sosial. Dengan kata lain, sosiolingusitik
mempelajari pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, ragam serta
waktu pemakai ragam bahasa, tata tingkat berbahasa, berbagai akibat dari kontak
berbahasa dua atau lebih, bahasa dalam sosial budaya. Selain itu, sosiolinguistik
menjelaskan mengapa masyarakat berbicara secara berbeda dengan konteks sosial
yang berbeda.
Dalam poin-poin sosiolingusitik, terdapat materi tentang perubahan, pergeseran
dan pemertahanan bahasa. Seperti yang dialami pada zaman sekarang, memang
bahasa bersifat dinamis, tetapi bukan berarti bahasa akan selalu mengalami
pembaruan (upgrade) kata, melainkan sang penutur akan menggunakan bahasanya
secara berganti-ganti, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi
berbahasanya.
Pengertian dari perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa, perubahan;
soal bahasa sebagai kode, sifatnya dinamis, sebagai akibat persentuhan terhadap kode-
kode lain bahasa itu bisa berubah, pergeseran; menunjukkan adanya
suatu bahasa yang benar-benar ditinggalkan oleh komunitas penuturnya atau mobilitas
penutur, pemertahanan; masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa.
a) Perubahan Bahasa
Perubahan bahasa berkenaan dengan perubahan bahasa sebagai kode, sesuai
dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode
lain, bahasa itu bisa berubah. Perubahan bahasa pada dasarnya adalah alami,
normal, dan tak terhindarkan. Namun, para ahli linguistik lainnya berpendapat
bahwa perubahan dalam bahasa merupakan pertanda kemerosotan. Terjadinya
perubahan bahasa menurut para ahli tidak dapat diamati, hal ini karena proses

6
perubahan terjadi berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga tidak
mungkin diobservasi oleh peneliti. Namun demikian, bukti adanya perubahan
bahasa itu, dapat diketahui. Terutama pada bahasa-bahasa yang telah memiliki
tradisi tulis dan mempunyai dokumen tertulis dari masa lampau
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah
kaidahnya itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru, dan
semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik, seperti: fonologi,
morfologi, sintaksis, kosakata, semantik, maupun leksikon. Holmes dalam
bukunya “An Introduction to Sociolinguistics” membahas perubahan bahasa atas
empat fokus perhatian, yakni; 1) variasi dan perubahan, 2) bagaimana perubahan
itu menyebar, 3) bagaimana kita mempelajari perubahan bahasa yang terjadi, dan
4) alasan-alasan sehingga perubahan bahasa terjadi.
1. Bagaimana perubahan bahasa bisa menyebar? Dari kelompok ke kelompok, dari
gaya bahasa ke gaya bahasa, dari kata ke kata – difusi lexical (Perubahan suara
biasanya menyebar melalui kata-kata yang berbeda satu per satu yang disebut
difusi leksikal)
2. Bagaimana kita mempelajari perubahan bahasa? Studi masa perubahan bahasa,
perubahan bahasa secara Real Time (Metode real time dapat mempelajari
perubahan dengan tidak menunggu sekitar dua puluh tahun untuk melihat apa
yang terjadi secara real time. Terkadang, melalui karya ahli bahasa sebelumnya
dapat mempelajari perubahan bahasa)
3. Apa saja alasan-alasan perubahan bahasa? Status sosial dan perubahan bahasa,
gender dan perubahan bahasa, interaksi dan perubahan bahasa

b) Pergeseran Bahasa
Bahasa sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Masyarakat yang umumnya
dwibahasawan sangat mungkin menciptakan konflik kebahasaan. Konflik-konflik
kebahasaan ini dapat menimbulkan gejala-gejala kebahasaan, seperti campur
kode, alih kode, pergeseran bahasa, bahkan dapat menyebabkan kepunahan
bahasa. Pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benar-benar
ditinggalkan oleh komunitas penuturnya. Hal ini juga merupakan hasil pemilihan
bahasa dalam waktu jangka panjang.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang
penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan
7
dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. Kalau seseorang atau
sekelompok orang penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan bahasa lain
dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadilah pergeseran bahasa. Tetapi
seringkali terjadi kesalahpahaman akan pergeseran bahasa yang disebabkan
karena hanyalah masyarakat mampu berbahasa dua atau kedwibahasaan
(bilingualisme), walaupun memang kedwibahasaan termasuk kedalam penyebab
pergeseran bahasa, tetapi bukan itu faktor penyebabnya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan pergeseran dan kepunahan bahasa.
beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran bahasa yaitu: migrasi atau
perpindahan penduduk, faktor ekonomi, sosial dan faktor pendidikan.

c) Pemertahanan Bahasa
Peristiwa pergeseran bahasa bisa terjadi dimana-mana karena arus mobilitas
masyarakat yang luas, sehingga hal tersebut memiliki dampak dari pergeseran
bahasa. Dampak terburuk yang bisa ditimbulkan dari pergeseran bahasa adalah
kematian bahasa atau punahnya bahasa. Di samping itu terdapat dampak positif,
karena dirasa fungsi bahasa adalah alat komunikasi, jadi pergeseran bahasa
sangat membantu untuk alat berkomunikasi di wilayah baru, sebagai sarana
berkomunikasi/sarana mencari nafkah, pendidikan, maupun sebagai alat integrasi
suatu masyarakat/bangsa.
Salah satunya merupakan ciri dari bahasa yang terancam punah/mati yang
sering disebut endangered language. Ketiga kategori bahasa tersebut adalah (1)
moribund, bahasa yang tidak lagi dipelajari sebagai bahasa ibu (B1) oleh anak-
anak, (2) endangered, bahasa yang akan berhenti dipelajari oleh anak-anak dalam
kurun waktu yang tidak lama, jika tidak ada upaya pemertahanan, dan (3) safe,
bahasa yang mendapat dukungan dari Negara sebagai bahasa resmi dan
digunakan secara luas oleh penuturnya.berkomunikasi dan sarana mencari nafkah
maupun sebagai alat integrasi suatu masyarakat/bangsa.
Berbicara mengenai pemertahanan bahasa, kita tidak lepas dari sikap terhadap
bahasa atau sikap bahasa (language attitude). Sikap tersebut bisa positif dan bisa
negatif. Pada suatu negara, sikap pemertahanan bahasa tidaklah hanya
ditanggung secara perorangan/individu, tetapi dilakukan secara umum yang
artinya pejabat negara, ahli bahasa, masyarakat dunia harus mempertahankan
bahasa. Bagaimana caranya? Caranya dengan selalu menunjukkan sisi positif
8
bahasa ibu, tidak memandang sebelah mata bahasa ibu, cinta terhadap bahasa ibu
karena bahasa tersebut adalah bahasa daerah yang diturunkan dari nenek moyang
untuk generasi berikutnya, dan mempunyai niat ingin menjadi masyarakat yang
bilingual bahkan multilingual (mempunyai rasa tidak puas jika paham satu
bahasa). Jika sikap bahasa adalah sebaliknya, maka tidak menutup kemungkinan
bahasa akan mengalami endangered language, lalu sampai benar-benar
mengalami punahnya bahasa dengan waktu yang sangat cepat.
Garvin dan Mathiot mengemukakan tiga ciri-ciri dari sikap
positif terhadap bahasa, yaitu; kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan
kesadaran  bahasa akan adanya norma bahasa.

B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian diuraikan sesuai dengan masalah yang ditentukan.
Permasalahan yang dimaksud adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pergeseran bahasa dan dampak dari pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di
Jakarta. Faktor-faktor terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di Jakarta
ada tiga, ketiga faktor tersebut adalah faktor migrasi, faktor sosial dan faktor
ekonomi.

a) Faktor Migrasi
Berdasarkan hasil penelitian, faktor migrasi atau perpindahan penduduk
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa
masyarakat etnis Jawa di Jakarta. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut.
1) A : “Darimana kamu nak?”
B : “Pulang dari pasar budeh”

2) A : “ayuk, dimakan dulu kuenya”


B : “oalah piye yo buk? ngapunten, aku ora gelem buk ora doyan”

Dari data kesatu tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat etnis Jawa
menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Hal
tersebut terjadi karena bahasa ibu mereka tidak dapat berfungsi di daerah tempat
tinggal yang baru. Sedangkan data kedua adalah ketidakcocokan interaksi ketika
masyarakat etnis Jawa berbicara menggunakan bahasa ibunya kepada lawan tutur

9
masyarakat di Jakarta, karena akan timbul ketidakpahaman. Solusi agar bisa terus
hidup berdampingan dengan masyarakat Jakarta, masyarakat etnis Jawa mau tidak
mau harus mempelajari bahasa masyarakat di lingkungan tersebut. Akhirnya,
dalam sehari-hari, mereka pun hampir tidak pernah lagi menggunakan bahasa
ibunya. Lambat laun, tanpa mereka sadari bahasa ibunya sudah digeserkan oleh
bahasa Indonesia.

b) Faktor Sosial
Selain faktor migrasi, faktor sosial juga dapat menyebabkan terjadinya
pergeseran bahasa. Masyarakat etnis Jawa di Jakarta memandang sangat perlu
untuk mempelajari bahasa kedua. Dalam hal ini, bahasa yang perlu mereka
pelajari adalah bahasa yang hidup dan dipergunakan oleh masyarakat Jakarta
yaitu Bahasa Indonesia. Ketika berinteraksi dengan masyarakat setempat,
masyarakat etnis Jawa selalu menggunakan bahasa Indonesia, terkadang secara
berselang-seling dan masih dengan dialek atau aksen yang sangat kental. Lama-
lama bahasa ibu mereka sudah tidak terdengar lagi. Semua itu dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan status sosialnya dan memperlancar kegiatan sosialnya
di tengah masyarakat. Sebab, jika mereka tidak mempelajari bahasa masyarakat
daerah tempat mereka tinggal dan lebih memilih mempertahankan bahasa
asalnya, secara tidak langsung mereka akan terisolasi dari pergaulan dan
kehidupan sosial karena merasakan susahnya berbahasa Indonesia dengan lancar.

c) Faktor Ekonomi
Pergeseran bahasa masyarakat etnis jawa juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi. Masyarakat memandang bahwa mempelajari bahasa kedua sangat
penting. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi. Berikut ini adalah
data yang ditemukan saat penelitian,
1) A : “Pakdeh, ikan tongkol sekilo harganya berapa?”
B : “kalau ini sekilonya 35 ribu”
A : “ga bisa kurang pakdeh? Saya beli 30 ribu ya?”
B : “Belum dapat untungnya” (sambil tersenyum dan memperlihatkan
ekspresi sedih).

2) A : “Pakdeh, ikan tongkol sekilo harganya berapa?”

10
B : “kalo iki sekilonya 35 ewu”

Berdasarkan data kesatu tersebut, dapat dilihat bahwa dalam bidang


perdagangan pun, masyarakat etnis Jawa di Jakarta memilih menggunakan
bahasa Indonesia Hal tersebut dilakukan karena mereka menganggap bahwa
kedua bahasa tersebut mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bahasa ibu mereka. Artinya, bahasa ibu tidak dipandang perlu dalam
bidang perdagangan, sebab tidak dapat menarik minat para pembeli. Tanpa
mereka sadari, bahasa ibu mereka sudah digeserkan posisinya oleh bahasa lain.
Sedangakan data kedua, sering terjadi penjual mencampurkan kedua
bahasanya karena saat berdagang ia harus mengguanakan bahasa Indonesia,
tetapi masih fasih sekali bahasa ibunya. Pembahasan di atas memberikan
gambaran bahwa pergeseran dan perubahan bahasa memiliki dampak positif dan
dampak negatif, damapak positif karena mempermudah masyarakat etnis Jawa
berkomunikasi dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka yang
baru, 2) meningkatkan status sosial, dan 3) memberikan keuntungan sebagai
sarana mencari nafkah/ meningkatkan nilai ekonomi. Selain itu pergeserab
bahasa juga memiliki dampak negatif yaitu bahasa ibu akan terancam mengalami
kepunahan jika berhenti dipelajari oleh anak-anak dalam kurun waktu yang tidak
lama, tetapi jika tidak ada upaya untuk mempertahankan bahasa ibu, bahasa
tersebut akan benar-benar punah dan mati.

4. SIMPULAN
Faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Jawa di
Jakarta adalah faktor migrasi, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Dampak pergeseran
bahasa masyarakat etnis Jawa di Jakarta ada dua, yaitu dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positifnya yaitu 1) mempermudah masyarakat etnis Jawa
berkomunikasi dengan masyarakat dilingkungan tempat tinggal mereka yang baru, 2)
meningkatkan status sosial, dan 3) memberikan keuntungan sebagai sarana mencari
nafkah/ meningkatkan nilai ekonomi. Dampak negatif atau dampak terburuk dari
pergeseran bahasa adalah dapat membuat bahasa ibu mereka mengalami kematian
atau kepunahan (language death/language loss). Namun, pergeseran bahasa yang
terjadi pada masyarakat etnis Jawa tersebut tidak sampai menyebabkan punahnya

11
bahasa ibu. Hal tersebut disebabkan pergeseran bahasa itu berlangsung bukan di
tempat bahasa ibu (B1) digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.upy.ac.id/index.php/skripta/article/view/811/0
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolinguistik
https://ejournal.unkhair.ac.id 
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/531/1/An_Introduction_to_Language_and_Ling
uistics
file:///C:/Users/user/Downloads/2775-7278-2-PB
https://bagawanabiyasa.wordpress.com
https://tirto.id/mengenal-penelitian-kualitatif-pengertian-dan-metode-analisis-f9vh

12

Anda mungkin juga menyukai