Anda di halaman 1dari 10

PEMERTAHANAN BAHASA MUNA

DI KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA

Zalili Sailan
FKIP Universitas Halu Oleo Kendari
email: zalilisailan5@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemertahanan bahasa Muna di Kabupaten
Muna Sulawesi Tenggara. Pengumpulan data menggunakan metode etnografi dengan
teknik observasi dan wawancara tidak terstruktur. Analisis berdasarkan acuan teori
mikro dan makrososiolinguistik. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, pertambahan
penduduk tidak mendukung pemertahanan bahasa Muna karena meningkatnya
masyarakat pendatang multietnik. Kedua, tingkat mobilitas yang dilakukan generasi
muda semakin memberi ruang gerak pemakaian bahasa Indonesia. Keti­ga, pemertahanan
bahasa Muna menguat pada orang tua di pedesaan dan se­ba­liknya me­lemah pada ranah
keluarga berpendidikan, keluarga dwisuku, kalangan elit, dan ling­kungan sekolah.
Keempat, secara demografi tampak bahwa pada penduduk usia 0 - 19 tahun mulai kurang
aktif berbahasa Muna, usia 20 - 49 tahun tidak peduli dengan penggunaan bahasa Muna,
dan usia 50 tahun ke atas masih mampu berbahasa Muna secara aktif.

Kata kunci: pemertahanan, mobilitas, demografi, bahasa Muna

THE MAINTENANCE OF THE MUNA LANGUAGE


IN MUNA REGENCY, SOUTHEAST SULAWESI

Abstract
This study aims to describe the maintenance of the Muna language in Muna Regency,
Southeast Sulawesi. The data were collected using the ethnographic method by means
of observations and unstructured interviews. The analysis was referred to micro and
macrosociolinguistic theories. The findings are as follows. First, the population growth
does not support the survival of the Muna language because of the increasing number of
multiethnic newcomers. Second, the young generation’s mobility gives more space to the
use of Bahasa Indonesia. Third, the maintenance of the Muna Language is supported by
elder people in villages but it is not supported by educated families, multiethnic families,
elite groups, and school environments. Fourth, demographically, people aged 0 - 19 are not
active enough in using the Muna language, those aged 20 - 49 do not care about the use
of the Muna language, and those aged 50 or more still use the Muna language actively.

Kata kunci: maintenance, mobility, demography, Muna language

PENDAHULUAN kembang menjadi masyarakat bilingual


Masyarakat Indonesia pada umumnya atau multilingual, karena di samping me-
berawal dari masyarakat monolingual, nguasai bahasa ibu juga menguasai ba-
yakni terlebih dahulu menguasai bahasa hasa Indonesia atau bahasa lain.
daerah (BD) sebagai bahasa pertama atau Dampak dari penguasaan dua bahasa
bahasa ibu. Selanjutnya masyarakat ber- atau lebih (bilingual atau multilingual),

191
192

masyarakat Indonesia senantiasa diper- Sidiknas tersebut ditetapkan penggunaan


hadapkan dengan pilihan bahasa dalam bahasa daerah sebagai bahasa pengantar
hal berkomunikasi. Gejala itu menimbul- pada kelas permulaan sekolah dasar di
kan persaingan antara dua bahasa atau daerah-daerah tertentu. Bahkan, saat ini
lebih dan pada umumnya bahasa kecil hampir semua daerah menjadikan bahasa
(bahasa ibu) selalu kalah bersaing dari ba- daerah sebagai mata pelajaran muatan
hasa besar. Akibatnya terjadi pergeseran local.
hingga pada kepunahan bahasa. Meskipun ada jaminan secara yuridis
UNESCO memperkirakan separuh formal, para ahli bahasa tetap khawatir
dari enam ribu bahasa yang ada di dunia akan terjadinya ketersendatan pewarisan
saat ini terancam punah. Menurut catat-an bahasa daerah (bahasa kecil). Kekha-
UNESCO dari keseluruhan bahasa ter- watiran tersebut sangat berasalasan se-
sebut hanya 300 bahasa yang tergolong makin berkurangnya peranan orang tua
bahasa besar dan 5700 bahasa kecil, ter- serta orang dewasa lainnya dalam hal
masuk di dalamnya 726 bahasa kecil yang pelestarian dan pemertahanan bahasa
ada di Indonesia. Bahasa-bahasa kecil ini- daerah. Dalam catatan Sugono saat ini
lah yang terancam punah sebagaimana ada beberapa bahasa daerah yang berada
disampaikan oleh Matsuura, Direktur di Indonesia bagian timur telah punah.
Jenderal UNESCO, pada saat peringatan, Bahasa yang mengalami kepunahan di
“Hari Bahasa Ibu Sedunia di Jakarta”. antaranya adalah bahasa Bapu, Darbe,
Ditambahkan oleh Arief Rachman, Ketua Wares (Kabupaten Sarmi), bahasa Taworta
Harian Komisi Nasional Indonesia untuk dan Waritai (Jayapura), bahasa Murkim
UNESCO, saat ini terdapat 6000 bahasa di dan Walak (Jayawijaya), bahasa Meoswas
dunia dan 50 persen dari jumlah ini akan (Manokwari), dan bahasa Loegenyem
punah (Kompas, Selasa 22 Februari 2007). (Rajaampat) (Republika, Kamis 05 Maret
Dalam hasil surveinya yang lain, se- 2009).
perti yang dikutip oleh Lauder (2001:124- Salah satu bahasa daerah yang dikha-
126) UNESCO pun menegaskan bahwa watirkan mengalami kepunahan adalah
pewarisan bahasa daerah sampai pada bahasa Muna yang ada di Kabupaten
kondisi memprihatinkan. Dari 90 bahasa Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Pe-
kecil yang disurvei di sejumlah negara mertahanan bahasa Muna dimungkinkan
disimpulkan bahwa 36% terwaris secara akan semakin melemah dengan beberapa
mulus dan 64% tidak terwaris. Fakta lain alasan. Pertama, masyarakat Muna ter-
juga menunjukkan bahwa sejumlah 32% masuk masyarakat terbuka dan pada
bahasa berfungsi dan 68% bahasa tidak umumnya bilingual. Kedua, masyarakat
berfungsi. Menyadari hal tersebut, sejak Muna termasuk masyarakat urban (suka
tahun 1991 UNESCO menetapkan setiap meninggalkan kampung halaman). Ke-
tanggal 21 Februari diperingati sebagai tiga, posisi dan wilayah pemakaian ba-
Hari Bahasa Ibu Sedunia. Lewat kegiatan hasa Muna yang meliputi pulau Muna
ini diharapkan semua pihak merasa ikut dan pantai barat pulau Buton menjadi
bertanggung jawab dalam hal pelestarian pertemuan antaretnis dan daerah tujuan
dan pemertahanan bahasa yang ada di transmigrasi dengan latar belakang ba-
dunia ini. hasa daerah berbeda-beda. Keempat,
Khusus masalah bahasa-bahasa daerah bahasa Muna diapit-apit oleh bahasa-ba-
di Indonesia, secara yuridis formal telah hasa daerah lain, yakni bahasa Kulisusu,
termaktub dalam undang-undang, sep- Lasalimu, Wolio, Cia-cia, Bajau, Jawa, dan
erti dalam UUD 1945 dan UU Sisdiknas Bugis (Depdiknas, 2008:86). .
nomor 20/2003. Dalam undang-undang

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


193

Beberapa gejala dan kondisi geografis Pemertahanan bahasa mengacu pada


di atas tidak menguntungkan dalam hal kajian sosiolingustik, yakni suatu ilmu
pelestarian dan pemertahanan bahasa yang merupakan perpaduan antara dua
Muna. Kondisi tersebut memberi ruang disiplin ilmu yaitu sosiologi dan linguis-
seluas-luasnya terhadap pemakaian ba- tik. Sosiologi objek kajiannya pada manu-
hasa Indonesia sebagai alat komunikasi sia dan masyarakat, sedangkan linguistik
utama dalam kehidupan sehari-hari mulai mengambil bahasa serta bidang ilmu
dari kalangan anak usia dini hingga orang lain yang objek penelaahannya pada ba-
dewasa. Apalagi tak ada larangan bagi hasa. Jadi pertautan antardisiplin ilmu
masyarakat pendatang atau komunitas itu bertugas menelaah berbagai macam
lain menggunakan bahasa daerah asalnya penggunaan bahasa di masyarakat yang
selama ia berada dan menetap di Kabu- diwujudkan dalam bentuk verbal tertentu
paten Muna. dalam berbagai interaksi sosial. Karena
Fakta menarik berkaitan dengan pe- itu, sosiolinguistik melibatkan berba-
mertahanan bahasa Muna diungkapkan gai macam faktor yang terdapat dalam
Andersen, ahli bahasa dari Summer In- masyarakat seperti latar belakang budaya,
stitut of Linguistics (SIL) Australia. An- keluarga, pendidikan, usia, jenis kelamin,
dersen melakukan survei bahasa-bahasa situasi, dan sebagainya.
daerah di Sulawesi Tenggara sejak tahun Hymes (1964:18) berpendapat bahwa
1991 hingga saat ini. Hasil penelitiannya penelaahan bahasa tidak dapat dipisah-
menunjukkan adanya perubahan pola pe- kan dari masyarakat pemakainya teru-
makaian bahasa Tolaki dan bahasa Muna. tama yang berkaitan dengan norma serta
Pergeseran penggunaan bahasa Tolaki nilai-nilai yang dimiliki dan dianut oleh
dan bahasa Muna dengan bahasa Indone- warga masyarakat tersebut. Jika unsur
sia semakin tampak di desa-desa tertentu sosial diintegra­si­kan ke dalam penelaahan
yang dihuni oleh orang Tolaki dan orang linguistik maka sosiolinguistik menjadi
Muna. Ia memperhatikan semakin banyak identik dengan linguistik.
orang yang berbahasa Indonesia kepada Sejalan dengan itu, Holmes (1992:1)
anaknya dan semakin banyak anak ber- memandang sosiolinguistik sebagai studi
bicara bahasa Indonesia satu dengan tentang hubungan antara bahasa dan
lainnya. Hal itu amat dikhawatirkan oleh masyarakat. Objek kajian sosiolinguistik
Andersen sehingga ia menegaskan bahwa adalah pengkajian perbedaan tutur setiap
ancaman mengenai semakin melemah- orang dalam konteks atau kondisi sosial
nya pemertahanan bahasa Muna saat ini yang berbeda. Berkaitan dengan perbe-
memang secara jelas belum dirasakan daan sosial, fungsi sosial bahasa menjadi
oleh masyarakat penuturnya, akan tetapi amat penting dan harus diperhatikan
sesungguhnya ia laksana suatu penyakit karena melalui penggunaan bahasa akan
yang berkembang pelan-pelan dan pada tercermin identitas sosial masyarakat
akhirnya dapat menyebabkan kematian yang menggunakan bahasa itu.
pasien (Andersen, 2010:2). Satu hal yang patut disadari bahwa da-
Penjelasan di atas menjadi indikasi lam tatanan masyarakat, seseorang akan
kuat akan adanya ancaman pemertahanan terikat dengan nilai-nilai sosial dan nilai-
bahasa Muna. Ancaman tersebut khusus- nilai budaya masyarakatnya, termasuk
nya di kalangan anak-anak mulai dari nilai-nilai ketika seseorang menggunakan
anak usia dini hingga dewasa termasuk bahasa. Nilai selalu terkait dengan apa
di dalamnya anak-anak pedesaan yang yang baik dan apa yang tidak baik yang
selama ini sangat setia menggunakan ba- diwujudkan dalam kaidah-kaidah, baik
hasa Muna dalam hal berkomunikasi. kaidah dalam bentuk lisan (namun di-

Pemertahanan Bahasa Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara


194

patuhi oleh warga masyarakatnya), mau- komunitas. Lebih jauh dijelaskan bahwa
pun yang diwujudkan dalam kaidah ver- yang pertama pembahasannya berkisar
bal. Pengkajian bahasa yang dihubungkan pada bentuk dan struktur bahasa dalam
dengan aspek kemasyarakatan itulah yang kaitannya dengan komunikasi antarperse-
menjadi objek kajian sosiolinguistik. orangan, sementara yang kedua memba-
Wardhaugh (2006:4) menjelaskan bah- has perihal masyarakat dalam hubungan-
wa sosiolinguistik pada hakekatnya meng- nya dengan bahasa. Dalam hal ini yang
kaji hubungan bahasa dan masyarakat dibahas menyangkut masalah diglosia,
dengan mengaitkan dua bidang yang kedwibahasaan, sikap bahasa, perenca-
dikaji secara terpisah, yaitu struktur for- naan bahasa, dan lain-lain.
mal bahasa oleh linguistik dan struktur Dalam tataran makrososio-linguistik
masyarakat oleh sosiologi. Pendapat yang pemertahanan bahasa (language main­
sama dikemukakan pula oleh Hudson tenance) lazimnya tertuju pada masyarakat
(1996:2) yang memandang sosiolinguis- bahasa bilingual. Hal tersebut berlaku pa-
tik sebagai suatu ilmu dengan bidang da realitas bahasa ibu atau bahasa etnis
kajiannya berorientasi pada seluk beluk seperti bahasa Muna berhadapan dengan
penggunaan bahasa dalam berbagai la- bahasa utama seperti bahasa Indonesia.
pisan masyarakat pemakai bahasa, baik Dalam penelitian ini, konteks pemerta-
menyangkut tindak tutur, kesantunan, hanan bahasa Muna, titik tekannya pada
maupun variasi. kedua-duanya (mikro dan makrososio-
Terdapat perbedaan titik tekan antara linguistik).
ahli satu dengan ahli lainnya. Ada yang
lebih menekankan pada masalah keba- METODE
hasaan dan memandang faktor sosial Penelitian ini menggunakan pendekat-
sebagai variabel saja. Ada pula yang ber- an kualitatif dengan metode etnografi
pikir sebaliknya yakni lebih memberi (Spradley, 1997:123). Prosedur penelitian
penekanan pada aspek sosial dan fak- dilaksanakan dengan menempuh lang-
tor bahasa hanya berfungsi menjelaskan kah-langkah yang telah dirancang sebe-
fenomena kemasyarakatan. Oleh karena lumnya. Data bersumber dari informan
itu lahirlah dua titik tekan yang berbeda, yang berasal dari masyarakat tutur bahasa
yakni sosiolinguistik untuk bidang yang ti- Muna yang menetap di Kabupaten Muna.
tik tekannya pada bidang kebahasaan dan Mengingat wilayah Kabupaten Muna
sosiologi bahasa yang titik tekannya pada yang begitu luas serta kondisi geografis
masalah sosial (kemasyarakatan). Selan- yang sulit dijangkau, sumber data di-
jutnya sosiolinguistik lalu dipandang batasi pada wilayah dan daerah yang
sebagai subdisiplin dari studi linguistik dapat dijangkau. Jumlah informan yang
dan sosiologi bahasa dipandang sebagai dipilih terbatas karena perilaku linguistik
subdisiplin dari sosiologi. masyarakat tutur relatif homogen.
Dengan mengacu pada berbagai ar- Informan yang ditetapkan dapat me-
gumentasi di atas, selanjutnya Mahsun wakili kategori kelompok sosial masya-
(2005) menjelaskan bahwa sosiolinguis- rakat yang bersangkutan. Ada dua kelom-
tik dapat dikelompokkan menjadi dua pok informan yang ditetapkan dalam
subbidang yaitu mikrososiolinguistik dan penelitian ini, yakni (1) kelompok infor-
makrososiolinguistik”. Mirkolinguistik man yang dirancang dengan sengaja,
mengacu pada kajian bahasa pada ko- baik jumlah, usia, status sosial, jenjang
munikasi antarpersonal, sedangkan mak- pendidikan, status perkawinan, maupun
rolinguistik mengacu pada tingkat yang jenis kelamin, dan (2) kelompok informan
lebih tinggi, yakni komunikasi tingkat yang sifatnya tidak direncanakan secara

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


195

sistematis dan hanya berdasarkan hasil Muna dipaparkan pada subbab berikut.
temuan di lapangan secara tidak sengaja.
Kelompok informan yang pertama ciri Latar Belakang Sosiolinguistik
demografisnya terukur, karena itu pene- Berdasarkan data demografi, pertam-
liti dengan sengaja berhadapan langsung bahan penduduk Kabupaten Muna dari
dengan informan dan metode pengumpul- tahun ke tahun cukup signifikan. Data
an data yang digunakan adalah metode sensus penduduk tahun 1990 menunjuk-
etnografi dengan teknik observasi dan kan penduduk Kabupaten Muna tercatat
wawancara tidak terstruktur. Terdapat lima sebesar 191.020 jiwa, sensus penduduk
ciri demografis informan tipe pertama tahun 2010 bertambah menjadi 248.462
yang dapat dikembangkan dalam peneli- jiwa. Data penduduk sesuai sensus pen-
tian ini, yakni (1) jenis kelamin (laki-laki- duduk tahun 1990 tersebut tampak bahwa
perempuan), (2) usia 0 – 19 tahun, usia masyarakat yang mengaku menguasai
2 - 49, usia 50 th ke atas, (3) pendidikan dan bahkan menggunakan bahasa Indo-
(tidak sekolah, SD, SLTP/A, PT), (4) kelas nesia dalam kehidupan sehari-sehari ber-
sosial (tokoh adat/agama, petani/nelayan, jumlah 160.394 jiwa (83.97%) dan sisanya
pegawai swasta/negeri, dan tidak kerja), 30.626 jiwa (16.03%) mengaku tidak tahu
dan (5) status perkawinan (kawin-belum berbahasa Indonesia. Situasi penggunaan
kawin). Sementara itu, informan tipe bahasa sehari-hari disajikan pada Tabel 1.
kedua ciri demografisnya tidak terukur Memperhatikan Tabel 1 tampak bah-
dan teknik pengumpulan data hanya wa dalam hal penguasaan bahasa, masya-
dilakukan dengan teknik observasi tanpa rakat Muna adalah masyarakat dwibaha-
wawancara karena informan yang di- sawan (bilingual). Artinya, di samping me-
hadapi adalah anak anak usia lima tahun ngusai bahasa Muna sebagai bahasa ibu
ke atas. juga mengusai bahasa Indonesia. Bahkan,
menurut catatan lapangan masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN Muna juga menguasai bahasa daerah
Pemertahanan bahasa Muna dapat lain seperti bahasa Bugis, bahasa Wolio,
dikaji secara eksternal dan internal. Se- bahasa Bajau. Dengan demikian, dapat di-
cara eksternal berhubungan dengan latar nyatakan bahwa masyarakat Muna tidak
belakang sosiolinguistik masyarakat hanya menguasai dua bahasa (bilingual)
tutur meliputi demografis, dan mobilitas tetapi juga mengusai lebih dari dua ba-
penduduk. Secara internal penekanannya hasa (multilingual).
pada ranah pemakaian bahasa Muna. Ber- Tabel 1 menunjukkan bahwa dari jum-
dasarkan temuan dan pembahasan, secara lah penduduk 191.020 jiwa. penduduk usia
umum gambaran pemertahanan bahasa 5 tahun ke atas yang menjadikan bahasa

Tabel 1. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas Menurut Kab./Kota Bahasa yang Digunakan
Sehari-hari dan Jenis Kelamin

(Sumber: Biro Pusat Statistik, 1990)

Pemertahanan Bahasa Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara


196

Indonesia sebagai alat komunikasi uta- ngan individu, etnis, dan ras lain dengan
manya sebesar 26.429 jiwa (13,83%), tahu menggunakan bahasa Indonesia. Dengan
berbahasa Indonesia sebesar 133.965 jiwa demikian semakin tinggi mobilitas, baik
(70.13%), dan hanya 30.626 jiwa (16.03%) frekuensi maupun ruang jangkaunya
yang tidak tahu berbahasa Indonesia. Jika semakin berpeluang anak-anak dan gene-
kelompok masyarakat yang mengguna- rasi muda meninggalkan bahasa perta-
kan bahasa Indonesia sehari-hari disatu- manya, sehingga akhirnya mengancam
kan dengan kelompok masyarakat yang pemertahanan bahasa Muna itu sendiri.
tahu berbahasa Indonesia, maka jum- Hasil pengamatan dan wawancara tidak
lahnya menjadi 160.394 jiwa (83.96%). terstruktur menunjukkan bahwa alat ko-
Inilah masyarakat Muna yang bilingual munikasi utama di daerah tujuan (daerah
ataupun multilingual. Sementara sisanya, pertemuan antaretnis) adalah bahasa In-
sejumlah 30.626 jiwa (16.03%) merupakan donesia, terutama bagi penduduk berusia
masyarakat monolingual, dengan hanya muda. Dengan demikian pemertahanan
menguasai bahasa Muna. Yang termasuk bahasa Muna menurut sudut pandang
dalam kelompok ini adalah orang-orang latar belakang sosiolinguistik (demografi
pedesaan yang jarang meninggalkan kam- dan mobilitas penduduk) semakin me-
pung halamannya. lemah.
Kondisi di atas berdampak pada se- Hasil pengamatan dan wawancara
makin melemahnya pemertahanan bahasa tidak terstruktur di lapangan menunjuk-
Muna (Muna language maintenance). Hasil kan bahwa pada usia 0-19th umumnya
pengamatan dan wawancara tidak ter- mulai tidak peduli dengan penggunaan
struktur disimpulkan bahwa bagi masya- bahasa Muna, usia 20-49th kurang aktif
rakat tutur bahasa Muna yang dwibaha- berbahasa Muna, dan hanya usia 50th ke
sawan atau multibahasawan jika diper- atas masih aktif berbahasa Muna. Jika
hadapkan dengan pilihan bahasa, maka ditarik benang merah antara hasil sensus
lebih memilih bahasa yang lebih mengun- penduduk tahun 1990 dan hasil sensus
tungkan dirinya yakni bahasa Indonesia. penduduk tahun 2010, tampak jumlah
Pilihan penggunaan bahasa Indonesia penduduk yang tahu dan bisa berbahasa
tersbuet dengan pertimbangan ekonomi Indonesia (sensus, 1990) berbanding sama
maupun prestise atau gengsi. dengan jumlah penduduk yang tak peduli
Selanjutnya, data sensus penduduk dan tidak aktif berbahasa Muna (sensus,
tahun 2010, dari total penduduk sejumlah 2010). Demikian pula halnya usia 50 th
248.462 jiwa, tercatat penduduk berusia ke atas (sensus 2010) juga berbanding
0-19 sebesar 118.297 jiwa (47.61%), usia sama dengan yang tidak tahu berbahasa
20-49th 91.740 jiwa (36.92%). Jumlah usia Indonesia, (sensus 1990). Tentu usia 50
anak-anak ditambah usia generasi muda tahun ke atas ini lama kelamaan akan
sebesar 210.036 jiwa (84.53%) dari total terus berkurang. Data sensus 1990 tam-
penduduk Kabupaten Muna sebesar pak bahwa persentase penduduk usia 50
248.462 jiwa. Sisanya yakni usia 50th ke tahun ke atas yang tak tahu berbahasa
atas hanya sebesar 38.425 jiwa (15.47%) Indonesia sebesar 16.03%. Kelompok usia
(Biro Pusat Statistik Tahun 1990 dan tersebut semakin berkurang, yakni dari
Badan Pusat Statistik Tahun 2010). Ren- 16.03% tahun 1990 turun menjadi 15.47%
tang usia anak-anak dan generasi muda tahun 2010.
tersebut sangat rentan meninggalkan Pada umumnya gejala pergeseran
bahasa ibu (bahasa Muna). Secara faktual suatu bahasa berawal dari masyarakat
semakin banyak anak dan generasi muda bilingual dan multilingual karena jika
penutur bahasa Muna berinteraksi de- diperhadapkan dengan pilihan bahasa

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


197

mereka lebih memilih menggunakan ba- kegiatan ritual, adat istiadat, seni dan
hasa besar daripada bahasa kecil. Kondisi budaya tradisonal setempat. Akibatnya
tersebut mengakibatkan bahasa kecil se- banyak kosakata dan istilah khusus dalam
lalu kalah dari bahasa besar. Data di atas bahasa Muna yang selama ini sulit dicari-
semakin memperkuat asumsi tentang se- kan padanannya ke dalam bahasa Indone-
makin melemahnya pemertahanan bahasa sia mulai terlupakan oleh anak-anak dan
Muna, khususnya di kalangan anak-anak generasi muda sehingga kosakata dan
dan generasi muda termasuk generasi istilah tersebut lama kelamaan terancam
muda pedesaan yang selama ini sangat punah.
setia menggunakan bahasa daerah bahasa Kalangan orang berpendidikan pun
Muna. Data sensus penduduk seperti te- semakin menunjukkan ketidakpedulian-
lah dipaparkan sebelumnya, penduduk nya terhadap pemakaian bahasa Muna,
usia kanak-kanak hingga dewasa jumlah- baik dalam situasi formal, tidak formal,
nya amat besar (mayoritas), yakni 84.53% santai, dan lain sebagainya. Hal yang
dari jumlah total penduduk. Kelompok sama terjadi pula dalam kegiatan kea-
usia seperti ini sangat berpotensi mening- gamaan, karena semua pesan-pesan kea-
galkan bahasa pertamanya (BM) apalagi gamaan, baik berupa pengajian, ceramah
dilatarbelakangi oleh pendidikan dan per- agama, khotbah baik di dalam masjid/
gaulan global. Karena itu, pemertahanan gereja maupun luar masjid/gereja selalu
bahasa Muna pada generasi tersebut amat menggunakan bahasa pengantar bahasa
mengkhawatirkan. Indonesia.
Dipandang dari posisi dan letak geo-
grafis, pemertahanan bahasa Muna se- Ranah Pemakaian Bahasa Muna
makin tidak menguntungkan. Bahasa Pemertahanan bahasa Muna masih
Muna hidup berdampingan begitu erat menguat pada titik-titik tertentu seperti
dengan bahasa-bahasa daerah lain (Ku- pada masyarakat pedesaan terutama pada
lisusu, Jawa, Bajo, Wolio, Lasalimu-Kama- masyarakat tutur bahasa Muna, yang (1)
ru, Cia-cia) sehingga semakin memberi usia 50th ke atas, (2) keluarga satu etnis
ruang seluas-luasnya bagi penggunaan tidak berpendidikan, (3) pemangku adat,
bahasa Indonesia. Sementara itu, dilihat (4) anak-anak dan generasi muda pede-
dari aspek mobilitas penduduk frekuensinya saan yang jarang bepergian ke kota. Ke-
semakin tinggi terutama dari Kabupaten nyataan tersebut dibuktikan dengan masih
Muna ke ibu kota Provinsi. Dalam hal dominannya penggunaan bahasa Muna
mobilitas, tampaknya kegiatan ini lebih dalam pergaulan sehari-hari dalam berba-
banyak dilaksanakan oleh anak-anak gai ranah seperti ranah (a) keluarga dan
dan generasi muda termasuk di dalam- ketetanggaan, (b) balai desa dan baruga,
nya generasi muda pedesaan, sementara (c) terminal, (d) warung, (e) posyandu, (f)
alat komunikasi utama di daerah tujuan puskesmas, (g) pangkalan ojek, (h) pasar
(daerah pertemuan antaretnis) adalah tradisional, (i) tempat beribadah, (j) tem-
bahasa Indonesia. Dengan demikian pe- pat kerja (k) tempat pengajian tradisional,
mertahanan bahasa Muna menurut sudut (l) pos ronda (m) tempat belajar peserta
pandang latar belakang sosiolinguistik pendidikan keaksaraan fungsional (PKF)
(demografi dan mobilitas penduduk) dan pusat kegiatan belajar masyarakat
semakin melemah. (PKBM).
Pemertahanan bahasa Muna semakin Pemertahanan bahasa Muna mulai me-
melemah di kalangan anak-anak dan lemah pada masyarakat perkotaan, mulai
generasi muda karena kelompok usia ini dari (1) keluarga berpendidikan, (2) anak-
semakin tidak peduli, khususnya pada anak dan generasi muda berpendidikan,

Pemertahanan Bahasa Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara


198

dan (3) keluarga dwisuku. Kenyataan ter- Bugis, masyarakat penutur bahasa Muna
sebut dibuktikan dengan semakin domi- selalu berusaha menyesuaikan diri de-
nannya dan bervariasinya penggunaan ngan lawan tutur. Artinya, jika masyarakat
bahasa campur (Muna-Indonesia) dalam penutur bahasa Muna berkomunikasi
pergaulan sehari-hari. Misalnya dalam dengan etnis lain, maka pilihan bahasa
ranah (a) kantor dan balai desa, (b) ling- yang digunakan yakni bahasa Indonesia
kungan sekolah, (c) puskesmas dan pos- atau bahasa daerah dari etnis lain itu,
yandu, (d) kantor dharmawanita dan bukan bahasa Muna. Karena itu, tidak
PKK, (e) tempat beribadah, (f) pangkalan mengherankan jika etnis atau penutur
ojek, (g) tempat pertunjukan, (h) warung, bahasa Muna yang berprofesi sebagai
(i) lapangan olahraga, dan (j) terminal. pedagang kaki lima, penjual sayur, atau
Pemertahanan bahasa Muna juga me- penjual ikan di pasar menawarkan jualan-
lemah bahkan memprihatinkan, khusus- nya dengan menggunakan bahasa Bugis.
nya di kalangan (1) masyarakat multietnis, Hal tersebut tentu menjadi gejala lain
(2) pendatang, baik yang berdomosili per- bagi kemungkinan semakin melemahnya
manen maupun temporer, (3) pejabat pemertahanan bahasa Muna. Apalagi hal
dan kalangan elit lainnya, (4) kalangan tersebut tidak hanya terjadi di daerah lain
berpendidikan dan yang berstatus sosial tempat masyarakat penutur bahasa Muna
menengah ke atas, (5) anak-anak berpen- itu berdomisili, tetapi terjadi pula bagi
didikan mulai dari usia nol tahun dan se- etnis dan penutur bahana Muna yang me-
terusnya, khususnya anak-anak di per- netap dalam wilayah kabupaten Muna.
kotaan, (6) generasi muda kota dan pe- Dalam ranah sekolah pun ternyata
desaan. Kenyataan tersebut tergambar tidak memberi kontribusi yang berarti
dalam berbagai aktivitas keseharian mere- dalam hal pemertahanan bahasa Muna.
ka dengan penggunaan bahasa Indonesi Hal tersebut terbukti (1) tidak semua se-
dominan dalam berbagai ranah. Misalnya, kolah di pedesaan menjadikan bahasa
ranah keluarga yang bermukim di peru- Muna sebagai bahasa pengantar pada
mahan elit, Perumnas, pasar modern atau kelas permulaan sekolah dasar, (2) peneta-
swalayan. pan bahasa Muna sebagai mata pelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan di lo- muatan lokal belum didukung oleh kuri-
kasi penelitian ternyata di kalangan anak- kulum, (3) tidak ada inisiatif di kalangan
anak dan generasi muda termasuk gene- sekolah yang memungkinkan anak-anak
rasi muda pedesaan yang selama ini sa- terdorong mempelajari bahasa Muna, (4)
ngat setia menggunanakan bahasa Muna, pembelajaran bahasa Muna sebagai mata
mulai menampakkan perilaku menjauhi pelajaran muatan lokal masih berorientasi
penggunaan bahasa Muna. Anak-anak pada kaidah-kaidah linguistik, sementara
berusia 0-19 tahun (47.61%) dan generasi aspek ketrempilan berbahasa, baik resep-
muda usia 20 tahun ke atas (36.92%) ter- tif maupun ekspresif masih terabaikan,
kategori sebagai kelompok yang semakin (5) lingkungan sekolah tidak ikut men-
menjauhi penggunaan bahasa Muna atau dukung bagi pembinaan bahasa Muna,
semakin tidak peduli dengan bahasa mulai dari taman kanak-kanak hingga ke
Muna. Kondisi tersebut dapat menjadi jenjang yang lebih tinggi.
salah satu penyebab pewarisan bahasa Pemertahanan bahasa Muna dalam
Muna benar-benar semakin mempriha- konteks yang lain juga masih mempri-
tinkan. hatikan. Hal itu tampak pada semakin
Gejala menarik hasil pengamatan tam- dominannya penggunaan bahasa Indo-
pak bahwa dalam berkomunikasi dengan nesia dalam berbagai aktivitas seperti
suku atau etnis lain, seperti etnis Jawa dan percakapan (1) jarak jauh melalui seluler

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


199

(HP), baik berbicara langsung maupun (Kulisusu, Bajo, Cia-cia, Wolio, Lasalimu-
melalui Short Message Service (SMS), (2) Kamaru), (d) anak-anak dan generasi
antaretnis, (3) masyarakat yang memi- muda mulai dari usia dini dan seterusnya,
liki kebiasaan menggunakan dua bahasa (e) kalangan masyarakat terdidik dan
(bilingualisme), dan bukan mereka yang yang berstatus sosial menengah ke atas.
memiliki kemampuan menggunakan dua Kalangan generasi muda pedesaan pun
bahasa (bilingualitas). yang selama ini sangat setia mengguna-
Terkait dengan sikap bahasa tampak- kan bahasa Muna, mulai ada gejala ingin
nya seluruh masyarakat penutur bahasa meninggalkan bahasa Muna dan berke-
Muna, mulai dari anak-anak, orang de- cenderungan menggunakan bahasa Indo-
wasa, orang tua bersikap positif terhadap nesia terutama bagi mereka yang suka
bahasanya. Hal tersebut terbukti misalnya bepergiaan meninggalkan kampung ha-
adanya keinginan anak-anak jika di seko- laman, sementara masyarakat pedesaan
lahnya diadakan lomba menggunakan usia 50th ke atas semakin termarginalkan.
bahasa Muna dalam bentuk (a) pidato, (b) Kedua, dilihat dari faktor usia, tampaknya
mendongeng (c) cipta lagu, dan sebagain- usia 0-19th umumnya mulai tidak peduli
ya. Di kalangan orang dewasa pun setuju dengan penggunaan bahasa Muna, usia
jika dalam berbagai reklame di-iringi 20-49th kurang aktif berbahasa Muna, dan
dengan menggunaan bahasa Muna, atau hanya usia 50th ke atas yang masih aktif
acara kesenian daerah dihidupkan kem- berbahasa Muna.
bali dalam berbagai momen dan kesem- Terkait dengan hasil penelitian ini di-
patan. Sayang sekali sikap positif itu tidak sampaikan rekomendasi sebagai berikut.
diperkuat dengan perhatian dan dukung- Pertama, bahasa Muna patut dilestarikan,
an pemerintah setempat karena hingga didayagunakan, dan diwariskan demi
saat ini belum ada satu pun Perda yang kepentingan generasi berikutnya. Kedua,
mengatur penggunaan bahasa Muna ter- perlu ada penekanan khusus agar dalam
masuk Perda yang menyangkut penetap- berbagai momen dan ranah penggunaan
an bahasa Muna sebagai mata pelajaran bahasa Muna lebih dimaksimalkan, misal-
muatan lokal. Keinginan mempertahan- nya dalam acara kebudayaan dan ritual
kan bahasa Muna dalam kehidupan ber- keagamaan seperti dalam upacara perka-
masyarakat belum didukung dengan ke- winan, acara kesenian yang bernuansa
bijaksanaan pemerintah. kedaerahan. Ketiga, mendorong Pemda
setempat mengeluarkan Perda yang berisi
PENUTUP penetapan bahasa Muna sebagai mata
Ada beberapa butir pokok yang men- pelajaran wajib (bukan sekedar muatan
jadi simpulan penelitian ini. Pertama, pe- lokal) untuk semua jenjang pendidikan,
mertahanan bahasa Muna masih menguat sekaligus menjadikan bahasa Muna se-
pada titik-titik tertentu saja, sebaliknya bagai bahasa pengantar kelas permulaan
mengalami pelemahan pada aspek lain sekolah dasar.
yang lebih luas. Penguatan pemertahanan
bahasa Muna terjadi pada masyarakat UCAPAN TERIMA KASIH
pedesaan, khususnya di kalangan orang- Ucapan terima kasih ditujukan ke-
orang tua dan tokoh adat. Sementara itu, pada tokoh adat dan para informan yang
pemertahanan bahasa Muna melemah telah membantu proses penelitian. Ucap-
pada: (a) lingkungan masyarakat multi- an terima kasih ditujukan pula kepada
etnis, (b) lingkungan perumahan elit, Rektor dan Dekan Fakultas keguruan
(c) wilayah yang bersentuhan dengan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu
masyarakat penutur bahasa daerah lain Oleo Kendari yang telah mengizinkan

Pemertahanan Bahasa Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara


200

saya untuk sementara meninggalkan tu- Departemen Pendidikan Nasional, 2008.


gas mengajar guna pengumpulan data di Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia.
lapangan. Harapannya hasil penelitian ini Jakarta: Pusat Bahasa.
bermanfaat bagi masyarakat pendukung Holmes, Janet. 1992. An Introduction to
dan pengambilan kebijakan terkait den- Sociolinguistics. New York: Longman.
gan pemertahanan bahasa Muna. Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. Lon-
don: Cambridge University Press,
DAFTAR PUSTAKA Hymes, Dell. (Ed.) 1964. Language in Cul-
Andersen, T. David. 2010. “Pelestarian dan ture and Society. New York: Harper
Pengembangan Bahasa Moronene”. and Row.
Makalah pada Kongres Internasional Lauder, R.M.T. 2001. “Upaya Menjajaki
Bahasa-bahasa Daerah Sulawesi Situasi Kebahasaan di Seluruh Dunia
Tenggara, 18 - 20 Juli 2010. Bau-Bau dalam Ida Sundari Husen et. al. Mereta
Sulawesi Tenggara. Ranah. Halaman 118-137.
Badan Pusat Statistik. 2000. Penduduk Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa:
Sulawesi Tenggara, “Hasil Sensus Pen- Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
duduk”. Jakarta Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Matsuura, Koiciro. 2007. “Bahasa Daerah
dan Badan Pusat Statitstik. 2000. Data terancam Punah”.Kompas, Selasa 22
Base Kependudukan dan Perumahan Februari.
Kabupaten Muna, “Hasil Sensus Pen- Sugono, Dendy. 2009. “Ancaman Punah-
duduk”. Kabupaten Muna. nya Bahasa Dunia” Republika, Kamis
Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten 05 Maret.
Muna dalam Angka. Kabupaten Muna. Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi.
Biro Pusat Statistik. 1990. Penduduk Sula- (Penerjemah: Misbah Zulfah Eliza-
wesi Tenggara, “Hasil Sensus Penduduk”. beth,) Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Jakarta-Indonesia. Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduc-
tion to Sociolinguistics. Oxford: Basil
Blackwell.

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014

Anda mungkin juga menyukai