2022
Wulandari Fitriani
Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Desain Kreatif, Universitas Budi Luhur
e-mail: wulandarifitriani17@gmail.com
PENDAHULUAN
Fenomena kepunahan bahasa daerah di Indonesia telah menjadi persoalan yang sangat
menarik perhatian banyak kalangan ilmuan dan para linguis. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
rangka menyelamatkan Bahasa daerah yang cenderung mengarah pada proses kepunahan. Ada
alasan mendasar mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan
yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Karena begitu eratnya
jalinan antara bahasa dan budaya. Tanpa bahasa, budaya kita pun akan mati. Hal ini bisa terjadi
karena, sebagaimana dikatakan oleh Purwo (2000:3) bahasa adalah penyangga budaya, sebagian
158 Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015 besar budaya terkandung di dalam
bahasa dan diekspresikan melalui bahasa, bukan melalui cara lain. Ketika kita berbicara tentang
bahasa, sebagian besar yang kita bicarakan adalah budaya.
Kebahasaan masyarakat Indonesia menunjukkan adanya gejala perubahan bahasa dari
ekabahasawan yang berbahasa ibu bahasa daerah menjadi dwibahasawan dengan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Tidak lancar dan tidak berhasilnya pewarisan Bahasa daerah antargenerasi
penutur memang memprihatinkan. Pada era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini,
berbicara tentang Bahasa daera yang umumnya merupakan bahasa ibu di Nusantara ini
kemungkinan bukan sesuatu yang menarik dan menantang apalagi bagi generasi muda. Jikaada
orang tua yang berpikir bahwa Bahasa daerah tidak ada manfaatnya bagi masa depan anak-anaknya
dengan tidak bersedia mewariskan bahasa ibunya kepada mereka.
Dalam Ethnologue: Language of The World (2005) dikemukakan bahwa di Indonesia terdapat
742 bahasa, 737 bahasa di antaranya merupakan bahasa yang masih hidup atau masih digunakan
oleh penuturnya. Sementara itu, terdapat dua bahasa yang berperan sebagai bahasa kedua tanpa
penutur bahasa ibu (mother-tongue), sedangkan tiga bahasa lainnya telah punah. Beberapa di antara
Bahasa-bahasa yang masih hidup tadi diperkirakan berada di ambang kepunahan. Ada yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah penuturnya karena penutur aslinya tinggal beberapa orang
saja, tetapi ada pula bahasa-bahasa yang terdesak oleh pengaruh bahasa-bahasa daerah lain yang
lebih dominan. Tak bisa dilupakan pula akan halnya pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional terutama dalam berbagai ranah resmi (formal) seperti pemerintahan dan pendidikan, yang
seringkali menyebabkan frekuensi pemakaian bahasa daerah semakin berkurang. Selain itu, kondisi
masyarakat Indonesia yang multietnik dengan bahasa dan kebudayaannya masing-masing sudah
tentu membuka peluang terjadinya kontak melalui komunikasi dan interaksi antaretnik yang
berbeda bahasa dan kebudayaan tersebut.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi berbagai pihak yang
berkepentingan terutama bagi para penutur bahasa daerah agar lebih memperhatikan lagi kehidupan
dan kelangsungan bahasa daerahnya. Selain itu, tulisan ini diharapkan agar budaya daerah terutama
bahasa ibu tidak punah. Selain itu dibahas bagaimana upaya konkrit yang bisa dilakukan generasi
muda untuk mencintai dan mempertahankan bahasa ibu sebagai bagian dari kekayaan budaya
bangsa. Untuk itu Bahasa Daerah sebagai salah satu budaya Indonesia perlu dipertahankan dan
ditingkatkan penggunaannya.
1
Eksistensi dan Urgensitas Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Ketahanan Budaya
2022
PEMBAHASAN
2
Eksistensi dan Urgensitas Pemertahanan Bahasa Daerah di Tengah Ancaman Kepunahan
2022
3
Eksistensi dan Urgensitas Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Ketahanan Budaya
2022
Dengan demikian, maka dalam pemerolehan kebudayaan setempat oleh seseorang yang menjadi
anggota masyarakat di tempat tertentu ketika mereka mempelajari bahasa ibunya berlangsung pula secara
intuitif dan simultan. Seseorang yang menjadi anggota masyarakat telah dibentuk cara pandang, nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat bahasa dan budaya setempat. Untuk itu nilai-nilai budaya suatu daerah
harus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan dalam hal ini khususnya bahasa daerah agar nilai-nilai yang
terkandung di dalam BD tetap terjaga.
PENUTUP
Mengingat urgensi dan peran BD yang biasanya merupakan bahasa ibu, selain sebagai sarana
komunikasi internal tetapi juga sebagai medium pembangunan, pengembangan, dan pewarisan budaya
komunitas pemilik bahasa tersebut pada setiap anggota komunitasnya, maka sebaiknya penggunaan BD
ditanamkan pada anak sejak kecil.
Orang tua harus menanamkan dan menumbuhkan kepada anak rasa bangga menggunakan BD. BD
akan memudahkan kita bergaul dengan antargenerasi dan menanamkan budaya yang tidak dapat
disamakan dengan bahasa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, R. (2013). Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Upaya Meningkatkan Ketahanan Budaya.
International Seminar “Language Maintenance and Shift III”, Semarang, July 2-3, 2013.
Tondo, F. H. (2009). Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor Penyebab Dan Implikasi Etnolinguistis.
Volume 11 No. 2 Tahun 2009.
Coulmas, Florian. (ed.). 1997. The Handbook of Sociolinguistics. Oxford: Blackwell.
Crystal, David. 2000. Language Death. United Kingdom: Cambridge University Press.
Dixon, R.M.W. 1997. The Rise and Fall of Languages. United Kingdom: Cambridge University Press.
Kemendikbud.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.