Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN BAHASA DAERAH YANG SEMAKIN PUNAH

Nabilatul Amaliyah

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jl. Jenderal Ahmad Yani 117, Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya

E-mail : nabilaamaliyah0@gmail.com

Abstrak

Sama seperti bahasa-bahasa yang lain, bahasa daerah juga memiliki fungsi sebagai
lambang identitas etnik sebagai sarana komunikasi dan sebagai pemerkaya bahasa bangsa.
Namun, lama-kelamaan fungsi-fungsi ini mengalami pengurangan, terutama pada generasi
saat ini. berbagai upaya telah dilakukan untuk mempertahankannya, seperti menjadikan
bahasa daerah sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal pada masa sekolah. Hal ini
diharapkan agar peserta didik dapat memahami bahwa Indonesia memiliki banyak bahasa
daerah yang dipergunakan. Sehingga mereka juga akan memiliki pengetahuan dan
keterampilan di dalam menggunakan bahasa daerah. Adapun beberapa faktor yang menjadi
penyebab kepunahan bahasa daerah, seperti faktor ekonomi, disorientasi kurikulum
pendidikan, crossbreeding, dan masih banyak lagi. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis
identitas budaya, mulai dari budaya etnik sampai dengan budaya kebangsaan.

Keywords : Bahasa daerah, kebudayaan, kepunahan bahasa daerah, pelestarian


bahasa daerah.

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keanekaragaman suku,


agama, ras, budaya, serta bahasa (mutikultural). Dengan banyaknya keanekaragaman
tersebut, dalam praktek kontak sosial sehari-harinya, posisi bahasa daerah selalu
berdampingan dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing yang lain yang dalam hal ini
tentu saja bahasa yang satu dengan bahasa lain saling mempengaruhi. Bahasa yang
kuat akan bertahan sedangkan bahasa-bahasa lain yang lebih lemah akan semakin
terbatasi ruang geraknya.

1
Menurut penghitungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tercatat ada sebanyak
652 bahasa daerah yang ada di Indonesia yang, yang menurut UNESCO akan ada
kepunahan setiap 15 hari. Penghitungan tersebut diperoleh dari hasil verifikasi dan
validasi data di 2.452 daerah pengamatan. Beberapa laman internasional juga telah
memetakan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Seperti Summer Institute of
Linguistics yang menyebut jumlah bahasa di Indonesia sebanyak 719 bahasa daerah
san 707 di antaranya masih aktif digunakan. Sedangkan itu, UNESCO baru menatatkan
sebanyak 143 bahasa daerah di Indonesia berdasarkan pada status vitalitas atau daya
hidup bahasa. Sayangnya, setidaknya tercatat sebanyak 13 bahasa daerah di Tanah Air
telah mengalami kepunahan atau tidak digunakan lagi. Hal ini ditemukan pada 11
bahasa daerah di Maluku dan dua bahasa daerah di Papua.

Adapun 11 bahasa daerah di Maluku yang telah dinyatakn punah dan tidak
digunakan lagi adalah Bahasa Kajeli/Kayeli, Palumata, Serua, dan Nila di kawasan
Maluku Tengah, Bahasa Piru di Kabupaten Seram Barat, Bahasa Moksela di
Kepulauan Sula, Bahasa Ternateo di Kota Ternate, Bahasa Hukumina di Pulau Buru,
dan Bahasa Hoti di Seram Timur.

Sedangkan dua bahasa yang telah punah di Papua adalah Bahasa Tandia yang
merupakan bahasa asli penduduk Tandia, Distrik Raisei di Kabupaten Teluk
Mondama, Papua Barat. Serta bahasa Mawes yang digunakan oleh masyarakat
kampung Maweswares di Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.

menurut Kepala Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebusayaan,


Dadang Sunendar menyatakan bahwa terdapat sebanyak 11 bahasa daerah di Tanah Air
dikategorikan punah. empat bahasa kritis, 22 bahasa terancam punah, dua bahasa
dalam kondisi rentan punah, dan 1 bahasa berstatus aman.

2. Metode Penelitian

Pada jurnal ini, jenis penelitian yang saya gunakan adalah penelitian deskriptif,
yaitu jenis penelitian yang berusaha memberikan gambaran terhadap suatu fenomena
yang terjadi. Sedangkan metode penelitian yang saya gunakan berupa kajian pustaka

2
dari beberapa sumber jurnal, artikel, survei, dan halaman situs terkait yang kemudian
dirangkum

3. Hasil dan Pembahasan


A. Pengertian Bahasa Daerah dan fungsinya

Bahasa daerah adalah suatu bahasa atau media komunikasi yang


digunakan di suatu wilayah atau daerah dalam sebuah negara dan merupakan
bahasa yang lazim dipakai di suatu wilayah. Sedangkan definisi bahasa daerah
dalam hukum internasional, bahasa daerah diartikan sebagai bahasa-bahasa
yang secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga
negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang
lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut dan berbeda dari bahasa
resmi negara tersebut.

Adapun fungsi dari bahasa daerah adalah sebagi berikut:

1) Sebagai lambang kebanggan suatu daerah


2) Sebagai lambang identitas suatu daerah
3) Sebaga alat penghubung di antara warga masyarakat tingkat
daerah.

Sedangkan fungsinya jika dikaitkan dengan bahasa bahasa nasional atau


bahasa Indonesia adalah:

1) Sebagai pendukung bahasa nasional


Dalam perkembangannya, bahasa daerah dan bahasa Indonesia
saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain. Bahasa
daerah sebagai pendukung bahsa nasional merupakan sumber
pembinaan bahasa Indonesia.
2) Sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar.
Di beberapa daerah, penggunaan bahasa daerah sebgai bahasa
pengantar pada tingkat sekolah dasar masih giat dilakukan guna
melestarikan penggunaannya dilakukan sampai pada tiga tahun.
Setelah itu harus menggunakan bahasa Indonesia.

3
3) Sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa
Indonesia
4) Sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dalam penyelenggaraan
pemerintah pada tingkat daerah
Bahasa daerah menjadi sangatpenting di dalam tatanan
pemerintah daerah karena kebanyakan masyarakat daerah
biasanya masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
Sehingga pemerintah daerah harus bisa dijadikan sebagai
pelengkap dalam penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat
daerah tersebut.

B. Penyebab Punahnya Bahasa Daerah

Sejauh ini, bahasa daerah lebih banyak digunakan oleh orang-orang


lanjut usia. Sedangkan generasi muda dan anak-anak cenderung menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai media komunikasi mereka. Apalagi
sejak bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa utama dalam kehidupan
rumah tangga yang berpretise, yakni bahasa yang memiliki nilai kebudayaan
tinggi. sehingga membuat orang-orang terdorong untuk menggunakan bahsa ini
dengan sebaik-baiknya. Karena hal ini, masyarakat menilai derajat sosial
mereka melalui penggunaan bahasa-bahasa tersebut. Sebagai akibatnya,
masyarakat bersikap positif pada bahasa Indonesia dan bersikap negatif pada
bahasa daerah. Sehingga lama-kelamaan bahasa daerah tak lagi diperlukan
sebagai lambang identitas kebudayaan dan kedaerahan atau etnik.

Secara garis besar, terdapat dua faktor yang menjadi penyebab


terjadinya kepunahan pada bahasa daerah, yaitu:

1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri yang biasanya berupa sifat yang melekat
pada diri seseorang.
Ada beberapa faktor yang termasuk dalam faktor internal dari
penyebab punahnya bahasa daerah antara lain:
a) Faktor ekonomi

4
Karena kemiskinan yang terjadi di daerah pedesaan,
masyarakat desa akan berpindah ke daerah perkotaan
yang memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik.
Yang pada mulanya mereka menggunakan bahasa daerah
sebagai alat komunikasi, mau tak mau setelah berpindah
ke kota, mereka harus meninggalkan kebiasaan lama dan
bealih menggunakan bahasa nasional agar mereka dapat
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dengan tujuan
untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
b) Faktor disorientasi kurikulum pemdidikan
Kuriklum pendidikan yang smakin menjnjung tinggi
bahasa nasioal dan bahasa internasional membuat bahasa
daerah semakin tersisih keberadaannya dan
menyebabkan kedudukan serta fungsinya semakin
berkurang.
c) Melemahnya sosialisasi dalam keluarga
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
keluarga. Apalagi dalam pengembangan budaya dan
bahasa daerah anaknya. Namun, kebanyakan orang tua
sat ini, apalagi yang tinggal di daerah perkotaan lebih
memilih menggunakan bahasa Indonsia sebagai bahasa
sehari-hari mereka dan tak lagi menggunakan bahasa
daerah mereka.
d) Kurangnya kesadaran generasi muda
Generasi muda saat ini cenderung lebih menggunakan
bahasa Indonesia, bahasa gaul, dan bahasa asing sebagai
bahasa keseharian mereka dibandingkan dengan bahasa
daerahnya sendiri. Hal ini tentu saja membuat nilai-nilai
budaya yang berlaku semakin melemah. Kesan mereka
yang beranggapan bahwa bahasa daerah adalah bahasa
kuno, membuat mereka semakin gengsi untuk
menggunakan bahasa daerah. Secara tidak sadar mereka
telah membunuh budaya kebahasaan mereka secara
perlahan.

5
e) Faktor dominasi budaya oleh masyarakat mayoritas
Keberadaan buku-buku bacaan seperti novel, majalah,
cerpen, puisi, buku cerita dalam bahasa daerah yang
masih terbatas ketersediaannya dan arsip-asrip berbahasa
daerah yang tidak terdokumentasi dengan baik membuat
generasi millenial semakin asing dengan bahasa daerah
mereka sendiri. Mereka yang menganggap Indonesia
sebagai identitas pribadi mereka dan merasa bangga
dengan hal itu, namun kebanyakan dari mereka tidak
tahu bahasa daerahnya sendiri.
2) Faktor eksternal
Ada beberapa aspek yang termasuk dalam faktor eksternal
penyebab bahasa daerah yang semakin punah, di antaranya :
a) Modernisasi dan globalisasi
Modernisasi dan globalisasi memiliki peran yang sangat
besar dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi dan
informasi banyak menghasilkan produk yang sangat
bermanfat dan memudahlan masyarakat. Salah satunya
adalah smartphone. Dengan adanya smartphone kita
dapat bertukar informasi dengan siapa saja menjadi lebih
mudah. Namun, smartphone juga bisa membawa dampak
negatif karena para phubbing dapatberpendapat dengan
bebas, bahkan menebar hoax. Perlu kita sadari bahwa
sebenarnya dengan adanya kemudahan dalam akses
komunikasi dan informasi ini merupakan implikasi dari
modernisasi dan globaliasi yang bisa saja mempengaruhi
bahasa-bahasa daerah di Tanah Air.
b) Crossbreeding atau perkawinan campur antar suku
Perkawinan antar suku mayoritas degan suku minoritas
akan menjadi ancaman bagi bahasa-bahasa daerah di
Nusantara karena ketika mereka nanti mempunyai
keturunan, maka yang banyak terjadi dalam keluarga
tersebut adalah mereka akan menggunakan satu bahasa
daerah saja, bahasa daerah asal ibunya atau bahasa

6
daerah asal ayahnya. Atau yang leih potensial, mereka
akan menggunakan bahasa nasional sebagai bahasa
mereka agar bisa saling mamahami dengan lebih mudah.
Akibatnya, si anak tidak akan mengerti dan memahami
bahasa daerah si ayah maupun si ibu. Kemudian, gaya
hidup yang seperti ini akan memprcepat kepunahan
bahasa daerah mereka
c) Eksistensi bahasa asing di Indonesia
Akibat lebih lanjut dari modernisasi dan globalisasi
semakin menuntut masyarakat untuk menguasai bahasa-
bahasa asing agar dapat bersaing di dunia internasional,
baik dalam aspek sosial, budaya, bisnis, pendidikan,
ekonomi, ataupun politik. Ini merupakan hal yang baik.
Namun tanpa kita sadari, semakin besar keinginan kita
untuk menguasai bahasa-bahasa asing, maka semakin
besar pula peluang kepunahan bahsa daerah kita sebagai
harta warisan bangsa karena semakin terlupakan.
d) Dominasi kultural
Adanya globalisasi membuat budaya barat semakin
merajalela di berbagai belahan dunia. Tentu saja hal ini
menyebabkan terjadinya asimilasi budaya lokal dan
budaya global.dominasi kultural ini semakin mengikis
penggunaan bahasa-bahasa daerah masyarakat.
Masyarakat akan memandang bahasa daerah dengan
derajat yang lebih rendah dibandingkan dengan bahasa
asing.

C. Cara Melestarikan Bahasa Daerah

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan bahasa


daerah di Nusantara, antara lain sebagai berikut:

1) Memasukkan pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum sekolah


Dengan memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran
dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah, peserta didik

7
diharapkan dapat mengenal, mempelajari, memahami, dan
menguasai bahasa daerah yang merupakan budaya bangsa.
2) Menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari
Penerapan berbahasa daerah dalam percakapan sehari-hari
dilakukan agar masyarakat semakin terbiasa menggunakan
bahasa daerah dalam kehidupan mereka.
3) Menghidupkan bahasa daerah melalui lomba-lomba, misalnya
lomba pidato bahasa daerah, lomba menulis puisi bahasa daerah,
dan lain sebagainya.
Sastra selalu memiliki daya tarik bagi masyarakat. Salah satu
cara lain untuk melestarikan bahsa daerah dapat dilakukan
melalui lomba-lomba sastra berbahasa daerah. Selain melatih
kemampuan berbahasa, kegiatan ini juga dapat melatih
kemampuan mereka berkreasi dalam hal sastra.
4) Menggiatkan acara TV lokal yang menggunakan bahasa daerah
sebagi bahasa utama
Di zaman sekarang ini, media elektronik mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Adanya acara televisi menarik yang
berbahasa daerah, kita dapat mengenalkan bahsa daerah pada
masyarakat dengan lebih mudah. Sehingga mereka juga dapat
mempelajari bahasa daerah dengan lebih leluasa.
5) Memperkenalkan sejak dini kepada generasi muda
Sebelum mengenal bahasa lain, ada baiknya jika anak-anak
diperkenalkan bahasa daerah sejak diri. Karena bahasa
merupakan jati diri bangsa, maka harus kita jaga dengan sebaik
mungkin sejak dini.

4. Kesimpulan

Bahasa daerah adalah suatu bahasa atau media komunikasi yang digunakan di
suatu wilayah atau daerah dalam sebuah negara dan merupakan bahasa yang lazim
dipakai di suatu wilayah yang memiliki fungsi sebagai lambang kebanggan suatu
daerah, sebagai lambang identitas suatu daerah, seerta sebagai alat penghubung di
antara warga masyarakat tingkat daerah. Sedangkan fungsinya jika dikaitkan dengan

8
bahasa bahasa nasional atau bahasa Indonesia adalah sebagai pendukung bahasa
nasional, ssebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar, sebagai
sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia, dan sebagai pelengkap
bahasa Indonesia di dalam penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah.

Secara garis besar, terdapat dua faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kepunahan pada bahasa daerah, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari faktor ekonomi, disorientasi kurikulum pendidikan, melemahnya
sosialisasi dalam keluarga, kurangnya kesadaran generasi muda, dan faktor dominasi
budaya oleh masyarakat mayoritas. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal
adalah modernisasi dan globalisasi, crossbreeding atau perkawinan campur antar suku,
eksistensi bahasa asing, dan dominasi kultural.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah di
Nusantara, antara lain dengan memasukkan pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum
sekolah, menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari, menghidupkan
bahasa daerah melalui lomba-lomba, misalnya lomba pidato bahasa daerah, lomba
menulis puisi bahasa daerah, dan lain sebagainya, menggiatkan acara TV lokal yang
menggunakan bahasa daerah sebagi bahasa utama, serta memperkenalkan sejak dini
kepada generasi muda.

Daftar Pustaka

Fanny Henry Tondo. 2009. Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor Penyebab dan
Implikasi Etnolinguistis. Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2: 277-296.

Nandita Wana Putri. 2018. Pergeseran Bahasa Daerah Lampung pada Masyarakat Kota
Bandar Lampung. Journal Of Linguistics. Vol. 3, Number 1: 83-97.

Astuti Rahman. 2016. Pengaruh Bahasa Daerah Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Peserta
Didik Kelas 1 SD Inpres Maki Kecamatan Lamba-Leda Kabupaten Manggarai Timur.
Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 3 No. 2: 71-79.

I Wayan Pastika. 2012. Pengaruh Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa
Daerah: Peluang atau Ancaman?. Jurnal Kajian Bali, Volume 02, Nomor 02: 141-164.
Pinky Annisa.

Anda mungkin juga menyukai