Kekhawatiran akan punahnya bahasa daerah diawali dengan banyaknya individu yang
meninggalkan bahasa daerah karena adanya tuntutan tertentu. Masyarakat Desa Sawarna,
Kecamatan Bayah, Kabupaten lebak merupakan masyarakat multibahasa. Bahasa lokal
masyarakat Sawarna adalah bahasa sunda dialek Banten. Desa Sawarna memiliki tempat
pariwisata yang terkenal sehingga banyak masyarakat dari daerah lain yang berdatangan.
Untuk kelancaran berkomunikasi, masyarakat desa Sawarna kerap memilih Bahasa Indonesia
sebagai jalan keluar. Hal itulah yang menjadi faktor terjadinya fenomena bilingual dan
multilingual.
Eksistensi bahasa daerah dalam sebuah keluarga multietnis perlu juga dipertanyakan.
Individu yang terancam mengalami permasalahan dalam pemilihan sebuah bahasa biasanya
terdapat dalam keluarga multietnis. Untuk kelancaran berkomunikasi, bahasa daerah dalam
keluarga multietnis bisa saja ditinggalkan. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian.
Kesetiaan berbahasa daerah keluarga multietnis perlu mendapat perhatian lebih. Bagaimana
pun, kekhawatiran UNESCO akan kepunahan bahasa daerah pasti diawali dari keputusan
seorang individu dalam memilih suatu bahasa yang digunakan.
BAB 3
Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif etnografi (Spradley, 1970 dan
Muhadjir, 1996), yakni dengan melibatkan peneliti dalam pergaulan dengan penduduk asli
desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. Penelitian dalam pandangan etnografi
bermakna memahami gejala yang bersifat alamiah atau wajar sebagaimana adanya tanpa
dimanipulasi dan diatur dengan eksperimen atau tes (Muhadjir, 1996:96). Gejala yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah fenomena kesetiaan berbahasa dalam keluarga
multietnis desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan dilakukan di lingkungan masyarakat Desa
Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Pemilihan tempat di desa Sawarna
ini karena pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan tempat pariwisata yaitu dekat
dengan pantai Sawarna yang selalu ramai pengunjung dari berbagai daerah sehingga banyak
terjadi pernikahan multietnis.
3. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan jadi penelitian, bukannya
bahan mentah penelitian. Dengan demikian, metode dan teknik analisis data dapat diterapkan
kepada bahan jadi penelitian tersebut (Subroto, 1992; Sudaryanto, 1993; Djadjasudarma,
1993).
Data penelitian ini meliputi berbagai macam tuturan dalam berbagai peristiwa tutur
yang dilakukan oleh masyarakat desa Sawarna. Tuturan yang dimaksud dibatasi pada tuturan
lisan. Dasar pertimbangannya adalah bahwa tuturan lisan merupakan tuturan yang dominan
terjadi dalam hampir semua peristiwa tutur yang berlangsung di berbagai ranah pemilihan
bahasa di masyarakat desa Sawarna. Perlu dicatat bahwa kejatian tuturan yang menjadi data
penelitian ini tampak dengan jelas apabila tuturan itu muncul bersama konteks situasi tutur
bagi tuturan tersebut. Konteks yang dimaksud dapat berupa (1) konteks sosial; (2) konteks
budaya; dan (3) konteks situasional.
4. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
beserta masing-masing ragamnya yang terjadi di dalam masyarakat desa Sawarna.
Penggunaan bahasa itu terjadi secara alami dari peristiwa tutur yang wajar di dalam
masyarakat dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Peristiwa tutur yang diangkat sebagai
sumber data adalah peristiwa tutur yang terjadi di dalam berbagai ranah sosial (domain)
pemilihan bahasa sebagaimana diajukan oeh Gumperz dengan sedikit modifikasi sesuai
dengan situasi kebahasaan masyarakat desa Sawarna.Ranah sosial yang diajukan oleh
Gumperz (dalam Fishman, 1975:33) ialah: (1) rumah (home); (2) sekolah dan kebudayaan
(school and culture); (3) pekerjaan (work); (4) pemerintahan (goverment); dan (5) gereja
(church). Rokhman (2003:37) membuat modifikasi menjadi (1) ranah keluarga; (2) ranah
pendidikan; (3) ranah upacara adat; (4) ranah pemerintahan; (5) ranah keagamaan; dan (6)
ranah pergaulan dalam masyarakat.
5. Metode Penyajian Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam metode penyajian data, yakni (1) metode
simak dan (2) metode cakap (Sudaryanto, 1993). Metode simak dilakukan dengan cara
mencatat dan merekam hasil simakan yang diperoleh dari informan. Dalam metode yang
pertama ini peneliti tidak terlibat dalam percakapan. Sementara itu, dalam metode cakap,
peneliti langsung terlibat dalam percakapan bersama-sama dengan informan.
6. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan metode
penyajian formal dan informal. Metode formal digunakan pada pemaparan hasil analisis data
yang berupa kaidah-kaidah atau lambang-lambang formal dalam bidang linguistik. Lambang-
lambang formal seperti lambang dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis disajikan
dengan metode formal. Sementara itu, metode informal digunakan pada pemaparan hasil
analisis data yang berupa kata-kata atau uraian biasa tanpa lambang-lambang formal yang
sifatnya teknis.
7. Alur Penelitian
Untuk memperjelas paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada bagian ini
akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut (adaptasi model Miles
dan Huberman, 1984).