Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMERSATU


KEANEKARAGAMAN BANGSA
Disusun untuk Memenuhi Ulangan Tengah Semester

Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia

disusun oleh :

Nama : Alvina Neratania

NIM : 4201420016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
akan selalu membutuhkan bantuan dari manusia lain. Oleh sebab itu, manusia
melakukan interaksi untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dalam
berinteraksi, manusia memerlukan suatu alat atau sarana yang mampu menjadi
penghubung sehingga proses interaksi dapat berlangsung. Sarana yang sejak
dahulu hingga kini selalu dipakai dalam berinteraksi adalah bahasa. Bahasa
telah menjadi sarana paling efektif yang mampu mengambil peran penting
dalam proses interaksi. Bahasa telah menjadi sarana komunikasi utama
antarmasyarakat. Bahasa yang digunakan tentunya telah disepakati dan mampu
dipahami oleh seluruh anggota masyarakat agar antarpihak mampu memahami
maksud dari bahasa yang telah diucapankan lawan bicaranya sehingga proses
interaksi akan terlaksana dengan baik.
Bahasa adalah suatu alat dan simbol yang digunakan manusia dalam
berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa juga merupakan sarana
penyampaian ide, gagasan, informasi, ungkapan, dan berbagai pernyataan dari
satu pihak kepada pihak lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Selain itu, Dendy Sugono (2015: 1), menyatakan bahwa bahasa mampu
menyimpan sejarah, mengabadikan hasil pemikiran, menerobos batas ruang
dan waktu, serta menjembatani kehidupan dari generasi masa lalu hingga
generasi masa kini. Berbagai peristiwa dalam kehidupan ini dapat disimpan,
bahkan didokumentasikan dengan bahasa, baik dalam bentuk cetak karya
ilmiah, karya sastra, buku sejarah maupun dalam bentuk elektronik.
Tidak hanya itu, bahasa juga menjadi identitas kelompok masyarakat
dalam suatu daerah. Bahasa menjadi wujud kebudayaan bahkan dianggap
sebagai warisan turun-temurun yang senantiasa dilestarikan penggunanya.
Bahasa yang berkembang di suatu daerah disebut bahasa daerah. Setiap daerah
tentunya memiliki ciri khas bahasa yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti keadaan geografis suatu wilayah yang terpecah,
kehidupan masyarakat yang berkelompok, proses mobilitas sosial, dan migrasi.
Perbedaan bahasa tidak hanya tejadi antardaerah tetapi juga antarsuku yang
mendiami suatu daerah. Oleh karena itu, semakin banyak suku yang mendiami
suatu daerah maka semakin beragam pula bahasa daerahnya.
Salah satu negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak di dunia adalah
Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena Indonesia merupakan negara
kepulauan yang setiap daerahnya terpisah oleh wilayah perairan. Berdasarkan
data sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Republik Indonesia tahun 2010, diketahui jumlah suku bangsa di Indonesia
sebanyak 1.340 suku bangsa. Akan tetapi, jumlah tersebut dapat bertambah
mengingat luasnya wilayah Indonesia (Farida Rahmawati dkk, 2017: 66).
Keanekaragaman suku bangsa tersebut tentunya melahirkan kekayaan bahasa
daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari Yohanes Widodo (2012)
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara multilingual kedua di dunia
setelah Papua Nugini dengan 742 bahasa (Ethnologue, 2005). Ini berarti 10
persen dari 7.000 bahasa di dunia berada di Indonesia (Antara, 2012/09/04).
Akan tetapi, keberagaman bahasa daerah ini dapat memicu
pertentangan dan perpecahan antardaerah sehingga menjadi ancaman keutuhan
bangsa. Perbedaan bahasa pada setiap daerah di Indonesia akan menyulitkan
masyarakat antardaerah untuk saling berinteraksi. Oleh sebab itu, perlu adanya
bahasa yang disepakati dan mampu dipahami oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Bahasa ini akan mempersatukan dan memudahkan komunikasi
masyarakat antardaerah sehingga mampu menumbuhkan rasa persaudaraan dan
rasa cinta terhadap bangsa Indonesia. Bahasa ini akan mampu membaurkan
keanekaragaman pada bangsa Indonesia. Bahasa pemersatu ini adalah bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu tentu memiliki sejarah
panjang sehingga mampu mempersatukan keanekaragaman di Indonesia.
Sejarah ini perlu dipahami agar bahasa Indonesia senantiasa kokoh sebagai
pemersatu bangsa. Selain itu, peran penting bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu beserta keberlangsungannya hingga kini juga perlu dikaji untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mempertahankan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, hal-hal tersebut akan dikaji lebih lanjut dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara
lain sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah lahirnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu?
2. Bagaimana peran penting bahasa Indonesia dalam mempersatukan
keanekaragaman bangsa?
3. Bagaimana keberlangsungan bahasa Indonesia hingga kini?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan tercapai dari pembahasan makalah ini, antara
lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu.
2. Untuk mengetahui peran penting bahasa Indonesia dalam mempersatukan
keanekaragaman bangsa.
3. Untuk mengetahui keberlangsungan bahasa Indonesia hingga kini.
BAB II

PEMBAHASAN

Bahasa nasional yang telah mempersatukan bangsa Indonesia adalah


bahasa Indonesia. Bahasa ini telah resmi ditetapkan sebagai bahasa nasional
sebagaimana tercantum dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Bahasa ini telah menjadi identitas bangsa di tengah peradaban dunia. Namun,
sebelum resmi menjadi bahasa negara, bahasa Indonesia telah melalui sejarah
yang panjang. Sejarah lahirnya bahasa Indonesia tidak dapat lepas dari
keberadaan bahasa Melayu dimasa lampau. Esti Pramuki (2014: 1.3),
menyatakan bahwa bahasa Indonesia yang kini digunakan sebagai bahasa resmi
di negara Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang digunakan
tersebut merupakan bahasa Melayu tua yang sampai sekarang masih dapat
diselidiki sebagai peninggalan sejarah.

Bahasa Melayu telah dipakai sebagai lingua franca (bahasa


perhubungan atau perdagangan) selama berabad-abad sebelumnya di seluruh
kawasan tanah air (Tridays Repelita, 2018: 46). Pada awalnya, bahasa ini
berkembang di Pesisir Pulau Sumatera bagian tenggara. Hal tersebut dibuktikan
dengan penemuan aksara pertama berbahasa Melayu atau Jawi yang dikenal
dengan sebutan bahasa Melayu Riau. Kemudian, bahasa Melayu menyebar
dengan pesat. Penyebaran bahasa Melayu didukung oleh Kerajaan Sriwijaya
yang menjadi pusat perdagangan Nusantara pada zaman tersebut. Hal ini
menyebabkan bahasa Melayu dengan mudah menyebar ke pelosok negeri dan
dipergunakan untuk mempermudah interaksi masyarakat antarpulau, antarsuku,
dan antarkerajaan terutama dibidang perdagangan. Hal tersebut telah dibuktikan
dengan ditemukannya beberapa prasasti. Dikutip dari Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan
bahwa bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuna. Bukti-bukti tersebut menandakan bahwa bahasa
Melayu berkembang dengan subur di wilayah Nusantara. Hakikatnya ada
beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu mampu menyebar dan
mudah diterima masyarakat di Nusantara. Faktor-faktor tersebut, seperti
keterbukaan bahasa Melayu untuk menerima pengaruh bahasa lain, sistem
bahasa Melayu yang sederhana, dan potensi yang dimiliki bahasa Melayu untuk
menjadi bahasa IPTEK bahkan bahasa budaya.

Meskipun bahasa Melayu telah ada sejak ratusan tahun silam, akan
tetapi bahasa ini masih dipergunakan hingga kini. Namun, bahasa Melayu yang
dipergunakan dahulu dengan sekarang tentu berbeda. Hal tersebut menandakan
bahwa bahasa Melayu telah mengalami perkembangan. Perkembangan bahasa
Melayu meliputi Bahasa Melayu Purba, Bahasa Melayu Kuno, Bahasa Melayu
Klasik, Bahasa Melayu Peralihan, Bahasa Melayu Baru, Bahasa Melayu
Modern, hingga kini menjadi Bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangannya pula, bahasa Melayu menyerap
berbagai kosakata bahasa daerah, bahasa Sansekerta, bahasa Persia, bahasa
Arab, bahkan bahasa Eropa. Hal ini menyebabkan lahirlah beranekamacam
variasi dialek dan logat di setiap daerah.

Perkembangan bahasa Melayu telah memengaruhi dan mendorong


lahirnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dikutip dari Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan
bahwa komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa pergerakan
nasional menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung
dalam perkumpulan tersebut secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 atau Sumpah Pemuda.
Dengan ini, secara sosiologis bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi
negara. Menurut Nur Khasanah, dkk (2019: 154-155), menyatakan bahwa
Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang penting bagi berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa tersebut merupakan momentum
berharga bagi sejarah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda ini mendorong pesatnya perkembangan


bahasa Indonesia di tanah air. Berbagai bidang dan kegiatan, seperti politik,
perdagangan, sosial budaya, pergaulan, bahkan surat kabar dan majalah mulai
memodernkan bahasa Indonesia. Kondisi ini tentunya semakin mempererat rasa
persaudaraan masyarakat pribumi dimasa itu. Hal ini berdampak pula pada
keberhasilan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945. Dengan demikian, bahasa Indonesia dikukuhkan secara
yuridis dan konstitusional sebagai bahasa negara, pemersatu Indonesia yang
telah merdeka. Kini, Bahasa Indonesia senantiasa dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

Beberapa peristiwa sejarah tersebut menandakan bahwa bahasa


Indonesia berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran nasionalisme dan
menyatukan beragam latar belakang budaya di Indonesia. Menurut Ben
Anderson (dalam Eko Sulistyo, 2018), dalam Kuasa Kata: Jelajah Budaya-
Budaya Politik di Indonesia, bahwa fungsi publik utama bahasa Indonesia
terletak dalam perannya sebagai pemersatu.

Peran bahasa Indonesia dalam pemersatu bangsa tidak hanya terasa


pada era Sumpah Pemuda dan Proklamasi saja. Akan tetapi, peran bahasa
Indonesia dalam mempersatukan keanekaragaman masih dirasakan hingga kini.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam
kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa
formal dalam bisnis dan perkantoran, bahasa pers dan media massa, serta
digunakan pula dalam berbagai bidang lain seperti politik, ekonomi, dan sosial
budaya. Selian itu, bahasa Indonesia juga digunakan dalam pembuatan karya.
Karya-karya tersebut diantaranya, seperti jurnal, kajian ilmiah, karya sastra dan
lain sebagainya. Bahasa Indonesia telah memudahkan komunikasi antarsuku dan
antardaerah di Indonesia. Bahasa ini juga telah memberi identitas dan sebuah
kebanggaan kepada rakyat Indonesia sehingga semakin mencintai tanah airnya.
Bahasa Indonesia juga sangat berperan penting dalam keberlangsungan negeri
ini karena tanpa bahasa Indonesia segala proses penyampaian informasi
antardaerah tidak akan berlasungsung. Namun, meskipun bahasa Indonesia telah
mengambil peran penting dalam segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia,
bahasa ini tidak pernah menggeser atau melunturkan bahasa-bahasa daerah di
Indonesia. Setiap bahasa daerah tetap dilestarikan dan menjadi bahasa ibu bagi
setiap kelompok masyarakat untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Akan
tetapi, bahasa Indonesia justru terbuka dan banyak menyerap kosakata bahasa
daerah untuk memperkaya kosakatanya. Bahasa Indonesia terus berkembang
subur di tengah peradaban dunia.

Menurut Eko Sulistyo (2018), Deputi Komunikasi Politik dan


Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, menyatakan bahwa sebagai sebuah
produk sosial-budaya yang bhineka, bahasa Indonesia mempunyai beberapa
karakter. Karakter tersebut, seperti inklusif dan terbuka terhadap serapan dari
bahasa daerah dan bahasa asing, pluralis dengan menerima perbedaan dan
keragaman sebagai sebuah kekayaan bangsa, demokratis dan egaliter sehingga
dapat digunakan oleh semua orang dari berbagai latar belakang budaya yang
berbeda tanpa memandang kelas sosial, dan bersifat sebagai pemersatu bangsa.
Dengan demikian, kehadiran bahasa Indonesia dapat diterima disemua daerah,
wilayah, lintas agama dan lintas etnis, penduduk desa dan penduduk kota,
perempuan maupun laki-laki. Dengan karakter tersebut maka sikap anti pluralis,
anti inklusivitas, anti kesetaraan, etnosentrisme, egois, individualis, dan sikap
lain yang mencadi pemecahbelah persatuan bangsa dapat diatasi. Dengan
demikian, menurut Susetyo (2015: 17), sebagai bangsa Indonesia sepatutnya
menyadari bahwa kedudukan bahasa Indonesia ada dua, yaitu pertama sebagai
bahasa negara atau resmi dan kedua sebagai bahasa nasional atau persatuan.
Kedudukan sebagai bahasa negara tertuang dalam undang-undang dan
kedudukan sebagai bahasa pemersatu tertuang dalam Sumpah Pemuda.

Dengan berbagai peran tersebut, masyarakat Indonesia senantiasa


menjaga keberlangsungan bahasa Indonesia. Berbagai cara untuk terus
mempertahankan keberlangsungan peran bahasa Indonesia sebagai pemersatu
terus diupayakan. Menurut Susetyo (2015: 16), menyatakan bahwa usaha
pemerintah sejak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
untuk mempertahankan bahasa Indonesia sesuai dengan perannya sebagai
bahasa negara, bahasa resmi, bahasa persatuan, dan bahasa kesatuan secara terus
menerus dilakukan, seperti mencantumkan di dalam UUD 1945, Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, Undang-Undang Bahasa tahun
2009, Peraturan Pemerintah, termasuk Pemerintah Daerah, dan peraturan-
peraturan pemerintah yang lain. Pendirian Badan Bahasa dan Kantor Bahasa di
seluruh Indonesia juga bertugas untuk mempertahankan dan memperkukuh
bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Indonesia.

Meskipun telah banyak diupayakan, namun berbagai tantangan akan


keberlangsungan bahasa Indonesia mulai muncul terutama di era globalisasi ini.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kosakata bahasa
Indonesia mulai dipengaruhi istilah-istilah asing. Menurut Zainal Muttaqien
(2012), istilah-istilah seperti internet, browsing, download, dan access tidak
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia sehingga istilah-istilah asing tersebut
sering dipakai dalam penggunaan bahasa Indonesia. Jika istilah yang dipakai
terlalu banyak tentu akan mengaburkan identitas bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang mandiri. Selain itu, bahasa asing dari mancanegara juga mulai
memengaruhi penggunaan tutur bahasa Indonesia. Jika terus diabaikan tanpa
pengendalian, penggunaan bahasa Indonesia akan semakin memudar. Menurut
Susetyo (2015: 16), menyatakan bahwa sampai saat ini, secara kasat mata dapat
dilihat penggunaan bahasa asing masih tetap ditulis pada berbagai papan nama,
seperti kantor, hotel, toko, perumahan, perusahaan, kampus, dan sekolah.
Bahkan iklan di televisi, surat kabar, internet, baliho, dan sebagainya cenderung
menggunakan istilah asing meskipun produknya merupakan produk lokal.

Selain itu, ancaman keberlangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa


pemersatu juga terjadi akibat penggunaannya yang tidak sesuai dengan kaidah.
Di era modern ini, masyarakat cenderung menggunakan bahasa Indonesia tanpa
memperhatikan tutur bahasanya yang baik dan benar. Hal ini diperkeruh dengan
munculnya beragam bahasa tidak baku yang digunakan kaum muda. Bahasa
tersebut lebih dikenal dengan sebutan bahasa gaul dan alay, seperti rempong,
kuy, lebay, mantul, lola, gaje, gabut, mager, bete, dan lain sebagainya dalam
pergaulan sehingga merusak penggunaan bahasa Indonesia.

Jika berbagai ancaman tersebut terus diabaikan tentunya kemurnian


bahasa Indonesia akan memudar. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggungjawab
seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu bangsa dengan senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perjalanan sejarah bahasa Indonesia merupakan proses perjuangan
para pendiri bangsa dengan cita-citanya yang mulia untuk mempersatukan
keanekaragaman di Indonesia. Bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa
Melayu ini telah menjadi buah hasil perjuangan para pendiri bangsa. Bahasa
Indonesia tidak hanya mampu mempersatukan bangsa pada Sumpah Pemuda
dan Proklamasi, akan tetapi telah menjadi pemersatu bangsa hingga kini.
Bahasa Indonesia sangat berperan dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terutama dalam mempersatukan
keanekaragaman di Indonesia. Indonesia adalah negeri yang kaya akan
keberagaman yang biasanya memicu perpecahan, tetapi perpecahan ini
mampu diatasi oleh bahasa pemersatu, bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
telah menjadi bahasa ibu kedua setelah bahasa daerah masing-masing. Bahasa
ini telah menghubungkan masyarakat antardaerah di Indonesia. Dengan
demikian, bahasa Indonesia mampu menumbuhkan rasa persaudaraan dan
meningkatkan jiwa nasionalisme bagi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, nilai
keberlangsungan bahasa Indonesia ialah mutlak dan harus senantiasa terjaga.
Namun, kini keberlangsungan bahasa Indonesia mulai terancam oleh berbagai
istilah asing dan bahasa baru atau bahasa gaul. Hal ini tentunya tidak dapat
diabaikan dan sudah menjadi kewajiban serta tanggungjawab seluruh rakyat
Indonesia untuk terus menjaga kemurnian bahasa Indonesia.

B. Saran
Berbagai ancaman yang merongrong kemurnian bahasa Indonesia
harus segera diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi ancaman yang timbul
akibat maraknya bahasa asing yang masuk dalam penggunaan bahasa
Indonesia ialah dengan memperkenalkan istilah-istilah baru dalam bahasa
Indonesia untuk menggantikan istilah-istilah asing yang sering digunakan.
Beberapa istilah sudah dilakukan pemadanan bahasa Indonesia, seperti kata
browsing yang diganti dengan “menjelajah atau mengunjungi”, download
menjadi “unduh”, access menjadi “akses”, scan menjadi “pindai”, hack
menjadi “retas”, dan sebagainya. Istilah-istilah ini perlu disosialisasikan
kepada masyarakat untuk mengembalikan kemurnian bahasa Indonesia.
Selain itu, untuk mengatasi dan mencegah perkembangan bahasa baru
yang disebut bahasa gaul, perlu adanya kesadaran pada setiap individu untuk
mengurangi dan menghilangkan penggunaan bahasa tersebut dalam pergaulan
sehingga tidak perlu dikenalkan kepada generasi selanjutnya. Upaya lain ialah
penggunaan tutur bahasa pada berbagai media, baik media cetak maupun
elektronik, dan berbagai tontonan di televisi semestinya lebih memperhatikan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian,
keberlangsungan bahasa Indonesia akan tetap terjaga.
Daftar Pustaka

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Batang Tubuh.

Bahasa (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.web.id/bahasa, 20 November 2020.

Kemdikbud.go.id. (2020). “Sekilas tentang Sejarah Bahasa Indonesia”. Diakses


pada 21 November 2020, dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/
Sekilas%20Tentang%20Sejarah%20Bahasa%20Indonesia#

Khasanah, Nur, dkk. 2019. “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”. Klaten:


Intan Pariwara.

Muttaqien, Zainal. (2012, 25 September). “Ancaman terhadap Bahasa Indonesia”.


Diakses 22 November 2020, dari
https://www.kompasiana.com/zainaldo/5517d8a5a333113007b66223/anc
aman-terhadap-bahasa-indonesia

Pramuki, Esti. 2014. “Bahasa Indonesia”. Tanggerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Rahmawati, Farida, dkk. 2017. “Sosiologi Peminatan Ilmu-Imu Sosial”. Klaten:


Intan Pariwara.

Repelita, Tridays. (2018). “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”. Jurnal


Artefak:History and Education 5(1): 46.

Sugono, Dendy. 2015. “Peran Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu dalam
Negara Kesatua Republik Indonesia”. Prosiding Seminar Nasional Bulan
Bahasa UNIB, Bengkulu: 22 Oktober 2015. Hal. 1.
Sulistyo, Eko. (2018, 1 November). “Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa”. Diakses
pada 21 November 2020, dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/2756/bahasa-
sebagai-pemersatu-bangsa

Susetyo. 2015. “Peran Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu dalam Negara
Kesatua Republik Indonesia”. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa
UNIB, Bengkulu: 22 Oktober 2015. Hal. 16.

Widodo, Yohanes. (2012, 9 Oktober). “Bahasa dan Ancaman Kepunahan”.


Diakses pada 21 November 2020, dari
https://fisip.uajy.ac.id/2012/10/10/bahasa-dan-ancaman-kepunahan/

Anda mungkin juga menyukai