PERTEMUAN KE 1
Dosen : Tri Gayuh Waluyati, S.Pd., M.Pd.
A. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian bahasa dan kedudukan bahasa Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami pengetahuan bahasa Indonesia
3. Mengetahui dan dapat membedakan bahasa baku dan tidak baku serta dapat membuat
kalimat dengan bahasa yang baik dan benar.
B. Petunjuk Pembelajaran
Dalam memmpelajari materi ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1. Pahamilah uraian materi yang disampaikan dosen pada saat perkuliahan,
2. Kerjakan soal-soal latihan yang telah diberikan. Apabila dalam mengerjakan soal
mengalami kesulitan, buka catatan atau pelajari kembali materi yang telah
disampaikan dosen pada saat perkuliahan. Bacalah referensi lain yang mengandung
materi terkait sebagai pengetahuan tambahan. Dan apabila mahasiswa masih
mengalami kesulitan, catat dan tanyakan kepada dosen pada saat kegiatan perkuliahan
berlangsung.
C. Uraian Materi
Berikut merupakan uraian materi yang akan digunakan pada saat perkuliahan.
Pengertian Bahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa kebanggaan warga negara tanah ibu Pertiwi yang menjadi
bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia sangat menarik jika
diulas lebih mendalam karena ternyata memiliki berbagai fakta-fakta menarik yang belum
tentu Anda ketahui. Berikut adalah beberapa informasi menarik tentang BAHASA
INDONESIA.
Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.
Bahasa (berasal dari bahasa Sanskerta भाषा, Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada
manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi yang kompleks,
serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut.
1. Menurut Gorys Keraf (1997), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Menurut Felicia (2001), bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi
sehari-hari, baik bahasa lisan atau pun bahasa tulis.
3. Menurut Sunaryo (2000), bahasa di dalam struktur budaya ternyata memiliki
kedudukan, fungsi serta peran ganda, bahasa sendiri adalah sebagai akar serta produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung
pertumbuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Menurut Owen, bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial
atau pun sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-
simbol yang dikehendaki serta kombinasi simbol-simbol yang telah diatur oleh
ketentuan.
5. Tarigan (1989) memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem
yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang mana suka atau pun simbol-simbol arbitrer.
6. Menurut Santoso (1990), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia secara sadar.
7. Menurut Mackey (1986), bahasa salah suatu bentuk serta bukan suatu keadaan
(Language may be Form and Not Matter) atau pun sesuatu sistem lambang bunyi
yang arbitrer, atau suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari
suatu tatanan atau pun suatu tatanan dalam sistem-sistem.
8. Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna serta
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai sifat arbitrer serta
konvensional, dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan perasaan serta pikiran.
9. Menurut Walija (1996), bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta suatu pendapat kepada orang
lain.
10. Syamsuddin (1986) juga memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa merupakan
alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-
perbuatan, serta alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan kedua, bahasa adalah
tanda yang jelas dari suatu kepribadian entah itu yang baik maupun yang buruk,
sebuah tanda yang jelas dari keluarga serta bangsa dan tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan.
11. Menurut Pengabean (1981), bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan serta
melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
12. Menurut Soejono (1983), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang
teramat penting dalam hidup bersama.
Bahasa mencerdaskan kehidupan bangsa dan kita semua sudah mengakui pentingnya
peranan bahasa Indonesia. Dalam perjalanan kehidupan bangsa, bahasa Indonesia telah
terbukti membawa bangsa Indonesia ini pada kemajuan peradaban. Lahirnya organisasi
perjuangan kemerdekaan, Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 mampu menumbuhkan
kesadaran beroganisasi dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sejak itu lahirlah
organisasi-organisasi perjuangan kemerdekaan di wilayah Nusantara ini. Pada masa itu
bahasa Melayu (yang menurut identifikasi kalangan ahli adalah bahasa Melayu
Pasar) berperan dalam konsolidasi internal organisasi ataupun dalam membangun sinergi
antarorganisasi menyusun kekuatan melawan penjajahan menuju kemerdekaan. Pada sisi
lain, penerbitan bacaan rakyat dalam bahasa Melayu dan penggunaannya dalam berbagai
bidang kehidupan telah mendorong para pejuang kemerdekaan mencetuskan pernyataan
sikap politik pengakuan terhadap tanah air, bangsa, dan bahasa persatuan pada 28 Oktober
1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Pada saat itu nama bahasa Indonesia
dicetuskan dan ditetapkan menjadi bahasa nasional atau bahasa kebangsaan.
Peran bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai kelompok etnis ke dalam satu kesatuan
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah menjadi sarana perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia, menumbuhkan dan memelihara rasa kesetiakawanan dan kenasionalan, dan
membangun peradaban baru tentang Indonesia. Sepuluh tahun kemudian diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia Pertama (1938) di Surakarta yang pada kongres itu diserukan
perlunya pengembangan bahasa Indonesia melalui penciptaan istilah-istilah baru.
Kemudian, puncak perkembangan peran bahasa terwujud setelah kemerdekaan karena
bahasa itu telah diangkat sebagai bahasa negara (UUD 1945 Pasal 36). Pengangkatan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menempatkan peran bahasa sebagai bahasa
resmi dalam menjalankan pemerintahan dan sebagai sarana mengembangkan ilmu dan
teknologi serta kebudayaan Indonesia.
Pada perjalanan selanjutnya bahasa Indonesia mengalami berbagai tampilan wajah dan
kondisi pemakaian di tengah berbagai situasi politik yang berbeda, mulai masa orde lama,
kemudian masa orde lama, sampai masa reformasi. Yang pasti peran bahasa Indonesia
tetap kokoh sebagai alat komunikasi nasional, alat persatuan dan pembangunan, dan
sebagai bahasa pengantar pendidikan anak bangsa. Peran itu dikukuhkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang di dalamnya
menyebutkan bahwa bahasa pengantar pendidikan nasional ialah bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa pengantar pendidikan, bahasa Indonesia mampu menjadi penghela
pengetahuan dan sebagai sarana pembentukan kepribadian dan pengembangan kecerdasan
spiritual, emosional, dan intelektual bagi anak bangsa sehingga bangsa Indonesia menjadi
lebih maju seperti sekarang ini.
Dalam kehidupan kebangsaan pada era globalisasi, digital, dan industri 4.0 saat ini yang
komunikasi dunia menjadi tidak berbatas ruang dan waktu dan bahasa adalah alat utama
komunikasi dan cerminan jati diri serta kedudukan, peran bahasa Indonesia harus semakin
dikukuhkan dan dimantapkan. Setelah UUD 1945, beberapa landasan untuk memperkuat
kedudukan bahasa Indonesia secara yuridis pun telah dikeluarkan, antara lain Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan; Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan,
Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa
Indonesia; Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia; dan Peraturan Mendikbud Nomor 42 Tahun 2018 tentang Kebijakan Nasional
Kebahasaan dan Kesastraan. Namun, karena kompleksitas manusia Indonesia,
pengukuhan dan pemantapan peran bahasa Indonesia harus terus dilakukan agar sumber
daya manusia Indonesia di masa depan tetap memiliki jati diri keindonesiaan di bumi ini.
Belum lagi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang mengamanatkan supaya bahasa
Indonesia menjadi bahasa internasional, perjuangan menjadi lebih berat. Meskipun
demikian, dengan modal dan sumber daya yang kita miliki, kita yakin perjuangan
peningkatan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional tersebut dapat tercapai.
Untuk itu, pengembangan bahasa kebangsaan dan pembinaan kepada penutur menjadi
kunci keberhasilan pengukuhan bahasa Indonesia dan pemantapan berbagai perannya.
Berbagai program pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia telah dilaksanakan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. Dalam konteks
pengembangan, percepatan pengembangan kosakata dan istilah menjadi prioritas agar
bahasa Indonesia terus berkembang. Sementara itu, dalam konteks pembinaan, penanaman
dan penumbuhan sikap positif penutur terhadap bahasa Indonesia menjadi syarat mutlak
supaya minimal Warga Negara Indonesia mempunyai rasa cinta, bangga, dan setia
terhadap bahasa Indonesia. Tanpa percepatan pengembangan kosakata dan penanaman
sikap positif tersebut bahasa kebangsaan kita dapat tergeser oleh bahasa internasional,
seperti bahasa Inggris. Di dalam negeri kondisi pemakaian bahasa di ruang publik, media
elektronik, dan media sosial sudah menunjukkan gejala ke arah pergeseran tersebut. Oleh
karena itu, pengukuhan dan pemantapan peran bahasa Indonesia di dalam negeri harus
lebih ditingkatkan secara maksimal.
Penguatan kedudukan dan peran bahasa Indonesia di dalam negeri secara maksimal
menjadi modal untuk meningkatkan peran dan fungsi bahasa Indonesia di dunia
internasional atau global. Namun, itu tidak berarti upaya peningkatan bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional harus menunggu kedudukan dan peran bahasa Indonesia di
dalam negeri harus maksimal terlebih dahulu. Penguatan peran di dalam negeri dan
peningkatan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional hendaknya dilakukan secara
simultan karena kita tidak bisa menunggu lama. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
yang mengamanatkan peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
sekarang ini sudah menempuh waktu 13 tahun. Belum lagi adanya usaha dari negara
“pesaing”, Malaysia yang gencar mengampanyekan bahasa Melayu menjadi bahasa global
dan bahasa resmi kedua (setelah bahasa Inggris) di kawasan ASEAN. Seperti pernyataan
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob, yang baru-baru ini
menginginkan bahasa Melayu menjadi bahasa resmi di kawasan ASEAN, bahkan meminta
dukungan Presiden Jokowi memperkuat maksud tersebut.
Kita sebagai Warga Negara Indonesia tentu saja menolak pernyataan PM Malaysia
tersebut. Penolakan kita tentu saja didasari alasan yang kuat. Salah satu alasannya adalah
bahwa bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu meskipun sumber bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Hal itu seperti ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, Ph.D., dalam beberapa kesempatan. Bahkan,
penolakan tersebut telah disampaikan secara tegas dalam siaran pers oleh
Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim. Mendikbudristek juga menegaskan bahwa
bahasa Indonesia lebih layak dikedepankan menjadi bahasa resmi ASEAN dengan
mempertimbangkan keunggulan historis, hukum, dan linguistik.
Menurut pandangan penulis, dari sisi historis, induk bahasa Indonesia memang bahasa
Melayu, khususnya Melayu Pasar. Namun, perkembangan bahasa Indonesia saat ini sudah
jauh pesat meninggalkan induknya. Dari sisi landasan hukum, kedudukan bahasa
Indonesia sudah kuat karena sudah mempunyai beberapa dasar hukum dalam bentuk
UUD, UU, serta PP seperti yang telah disebutkan di atas. Dari sisi linguistik, bahasa
Indonesia saat ini juga sudah berbeda dari bahasa Melayu, baik dari segi struktur dan tata
bahasa maupun dari jumlah kosakata dan status hubungan berdasarkan kajian lingustik
komparatif. Kalau dilihat dari kekayaan kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang saat ini kurang lebih mencapai sekitar 116 ribu lema, kosakata KBBI sudah
diperkaya dengan kosakata dari berbagai bahasa daerah di Indonesia, khususnya Jawa dan
Sunda. Pemerkayaan kosakata juga bersumber dari berbagai bahasa asing, seperti Inggris,
Arab, Belanda, Portugis, Spanyol, dan Cina. Sementara itu, bahasa Melayu Malaysia
hanya diperkaya dengan bahasa Arab klasik dan beberapa dialek Melayu. Jika dilihat
berdasarkan kajian lingustik komparatif dan leksikostatistik, bahasa Indonesia dan bahasa
Melayu dipastikan berbeda bahasa. Dengan demkian, dapat disimpulkan bahwa bahasa
Indonesia berbeda dengan bahasa Melayu. Pernyataan ini diperkuat oleh Prof. Dr.
Kamaruddin M. Said dari Malaysia dalam perbincangan langsung di forum Facebook
Majlis Profesor Negara tanggal 7 April 2022 yang menyatakan bahwa bahasa Melayu dan
bahasa Indonesia serumpun, tetapi tak serupa.
Soal keyakinan bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional dan lebih layak
dikedepankan untuk menjadi bahasa resmi di ASEAN seperti yang dikemukakan di atas
adalah hal yang masuk akal. Dengan statusnya sebagai bahasa modern dan ilmiah serta
bersifat fleksibel, ditambah dengan jumlah penutur bahasa Indonesia di dunia saat ini yang
mencapai 280-an juta, keyakinan tersebut bukanlah sebatas angan. Dikutip dari laman
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, jumlah penutur bahasa Indonesia sekarang
ini mencapai 269 juta di Indonesia, 2 juta penutur di Amerika dan Eropa, 2,4 juta penutur
di Asia Pasifik dan Afrika, serta 5,2 juta penutur di Asia Tenggara. Yang menggembirakan
adalah jumlah pemelajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) saat ini mencapai
142.484 orang dan jumlah lembaga penyelenggara program BIPA di dunia mencapai 428
lembaga. Selain kerja keras dan penguatan diplomasi di luar negeri, semua pencapaian
yang menunjukkan arah pergerakan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
tersebut harus ditingkatkan.
Gerakan penguatan peran bahasa Indonesia di dalam negeri dan penginternasionalan bahasa
Indonesia secara simultan harus didukung dengan penggalakan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam berbagai bidang kehidupan di seluruh lapisan masyarakat.
Penggalakan ini perlu diprioritaskan untuk mempertahankan eksistensi bahasa itu sebagai
lambang jati diri bangsa Indonesia dalam kehidupan global. Gerakan itu juga merupakan
upaya nyata menjadikan bahasa Indonesia berakar kokoh di bumi Indonesia sebagai bahasa
ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban modern di dalam kehidupan masyarakat
yang kita cita-citakan. Oleh karena itu, kerja keras dan kerja sama antara lembaga bahasa,
semua unsur pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan menjadi langkah
strategis untuk mewujudkan eksistensi dan peran bahasa Indonesia tersebut.
Di dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya
sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia
dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga tidak bergantung padai unsur-unsur bahasa
lain. Selain fungsi-fungsi di atas, bahasa Indonesia juga harus berfungsi sebagai alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam fungsi
ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian
hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu, kita dapat meletakkan kepentingan
nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.
Pada bagian terdahulu, secara sepntas, sudah dikatakan bahwai dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
Bahasa resmi kenegaraan
Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan
Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Termasuk ke
dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia di antaranya
berfungsi mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah
ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kata ‘menjunjung’ dalam
KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat, perintah, dan
sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda
bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan itu tidak
saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyatakan tekad
kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di atas
bahasa-bahasa daerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan
RI dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab
XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggaraan
administrasi negara, seperti bahasa dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya.
Bab 2
Ragam bahasa
Ragam Bahasa Indonesia adalah variasi kata-kata berdasarkan pemakaian, topik yang
dibicarakan, hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium
pembicara.Ragam bahasa (bahasa Inggris: linguistic style) adalah bentuk bahasa yang
bervariasi menurut konteks pemakaian (topik yang dibicarakan, hubungan antarpembicara,
medium pembicaraan).[1] Ragam bahasa tidak berfungsi sebagai atribut tetap seorang
pembicara – bahasawan yang kompeten biasanya menguasai berbagai-bagai jenis ragam
bahasa dan mampu menyesuaikan ragam yang dipakai dengan situasi dan tujuan berbahasa.
Dalam pengertian ini, ragam bahasa berkontras dengan dialek, yaitu varian dari sebuah
bahasa yang berbeda-beda menurut kelompok pemakai atau wilayah penuturan.[2][3]Dalam
literatur linguistik, istilah ragam bahasa dan laras bahasa tidak dibedakan secara konsisten.
Sebagaimana dimaknai oleh KBBI, kedua istilah tersebut merupakansinonim.[4] Istilah ragam
bahasa sering dibedakan dengan varietas bahasa, yaitu bentuk bahasa yang diperbedakan
tanpa menitikberatkan secara khusus pada karakter variasinya.[5]Ragam bahasa resmi adalah
ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana resmi atau formal, misalnya surat dinas,
pidato dan makalah atau karya tulis.Ciri-cirinya :1. Digunakan dalam situasi resmi.2. Nada
bicara yang cenderung datar3. Kalimat yang digunakan kalimat lengkapb. Ragam bahasa
tidak resmiRagam bahasa tidak resmi adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam
suasana tidak resmi, misalnya surat pribadi dan surat untuk keluarga atau yang berbentuk
lisan, contohnya dalam percakapan sehari-hari.
Ciri-cirinya :
1. Digunakan dalam situasi tidak resmi
2. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap
Kata baku adalah kata yang penggunaannya sudah sesuai ejaan dan aturan pedoman bahasa
Indoneisa yang baik dan benar. Ini bersumber kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Kata baku yang digunakan harus sesuai dengan EYD atau Ejaan yang
Disempurnakan. Biasanya kata baku digunakan dalam kegiatan atau hal-hal yang resmi,
seperti dalam bentuk surat maupun naskah pidato. Kata tidak baku adalah kata yang
penulisannya tidak sesuai pedoman Bahasa Indonesia. Kata tidak baku biasanya digunakan
pada kalimat-kalimat dalam percakapan sehari-hari karena terkesan santai dan tidak kaku.
Ciri-ciri kata baku 1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu. 2. Tidak dipengaruhi bahasa
asing. 3. Bukan bahasa percakapan. 4. Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit. 5.
Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat. 6. Kata baku bukan kata rancu. 7. Kata baku
tidak mengandung hiperkorek. 8. Tidak mengandung pleonase. Ciri-ciri kata tidak baku 1.
Umumnya digunakan dalam bahasa sehari-hari. 2. Dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa
asing tertentu. 3. Dipengaruhi dengan perkembangan zaman. 4. Bentuknya dapat berubah-
ubah. 5. Memiliki arti yang sama, meski terlihat beda dengan bahasa baku. Contoh kata baku
dan tidak baku 1. Fondasi - Pondasi. 2. Frasa - Frase. 3. Geladi - Gladi. 4. Gizi - Giji.
5. Gua - Goa. 6. Gubuk - Gubug. 7. Hektare - Hektar. 8. Hierarki - Hirarki. 9.
Higienis - Higenis. 10. Ijazah - Ijasah. 11. Durian - Duren. 12. Efektif - Efektip. 13.
Efektivitas - Efektifitas. 14. Ekosistem - Ekosistim. 15. Ekspor - Eksport. 16. Ekstra -
Extra. 17. Ekstrakurikuler - Ekstrakulikuler. 18. Ekstrem - Ekstrim. 19. Elite - Elit. 20.
Favorit - Pavorit. 21. Februari - Pebruari. 22. Abjad - Abjat. 23. Akhirat – Akherat 24.
Aksesori - Asesoris. 25. Aktif - Aktip. 26. Akuarium - Aquarium. 27. Aluminium -
Almunium. 28. Ambulans - Ambulan. 29. Analisis - Analisa. 30. Antena - Antene. 31.
Antre - Antri. 32. Anugerah - Anugrah. 33. Azan - Adzan. 34. Afdal - Afdol. 35.
Agamais - Agamis. 36. Ajek - Ajeg. 37. Adjektif - Ajektif. 38. Aktual - Aktuil. 39.
Balsam - Balsem. 40. Batalion - Batalyon. 41. Baterai - Batere. 42. Baka - Baqa. 43.
Barzakh - Barzah. 44. Batalion - Batalyon. 45. Batil - athil. 46. Bazar - Bazaar. 47.
Becermin - Bercermin. 48. Besok - Esok. 49. Blanko - Blangko. 50. Boks - Bok. 51.
Bosan - Bosen. 52. Bus - Bis. 53. Cabai - Cabe. 54. Capai - Capek. 55. Cedera -
Cidera. 56. Cendekiawan - Cendikiawan. 57. Cengkih - Cengkeh. 58. Cinderamata -
Cenderamata. 59. Cokelat - Coklat. 60. Daftar - Daptar. 61. Derajat - Derajad. 62.
Desain - Desaign. 63. Detail - Detil. 64. Detergen - Deterjen. 65. Diagnosis - Diagnosa.
66. Ikhlas - Ihlas. 67. Indera - Indra. 68. Jagat - Jagad. 69. Jemaah - Jamaah. 70.
Jenderal - Jendral. 71. Karier – Karir. 72. Kategori - Katagori. 73. Komplet - Komplit.
74. Kreativitas - Kreatifitas. 75. Kuitansi - Kwitansi. (OL-14)
BAB 3
Penggunaan tanda baca dalam tulisannya.
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan. Penggunaan tanda baca adalah
untuk menunjukkan struktur sebuah tulisan, menentukan intonasi, serta jeda pada saat
pembacaan.
Umumnya, tanda baca yang sering digunakan dalam penulisan adalah titik (.), koma (,), titik
dua (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda seru (!), dan tanda petik (").
Dilansir dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Kemdikbud, simak
penggunaan tanda baca tersebut yang benar dalam penjelasan di bawah ini.
1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Contoh: Mereka memerlukan peralatan tulis: pensil, penghapus, penggaris, dan bolpoin.
2. Tanda baca titik dua tidak digunakan apabila perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. Persiapan
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Pelaporan
Contoh:
Ketua: Ahmad Wirawan
Sekretaris: Siti Arya
Bendahara: Aulisa
4. Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
atau nama tokoh.
5. Dalam daftar pustaka, tanda titik dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, surah dan
ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit.
Contoh:
Contoh: Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu memasak di dapur; Kakak menulis cerpen.
Contoh:
Syarat penerimaan pegawai di perusahaan ini adalah
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Lulusan S1 Ilmu Komunikasi;
3. Fasih bahasa Indonesia dan Inggris.
1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari naskah, pembicaraan, atau
bahan tertulis lain.
Contoh: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo.
2. Digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Film "Habibie dan Ainun" diambil dari kisah nyata perjalanan B.J. Habibie dan sang
istri Ainun.
3. Digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kurang umum, maupun
yang memiliki arti khusus.
Contoh: Dilarang memberi "amplop" kepada petugas.
Pemakaian huruf kapital
Misalnya :
Apa maksudnya?
Tolong ambilkan buku itu!
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam 1 jam.
Dewi Sartika
André-Marie Ampère
James Watt
Mujair
Rudolf Diesel
Bapak Koperasi
Jenderal Kancil
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya : 5 ampere
15 watt
ikan mujair
mesin diesel
Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum,
dan rumus.
teori Darwin
hukum Archimedes
rumus Phytagoras
Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, kecuali dituliskan
sebagai awal nama atau huruf pertama kata tugas dari.
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut (sesuaikan dengan jumlah latihan soal/tugas)
Jawablah semua soal tugas yang diberikan pada pertemuan 1 ini. Kemudian lihat
hasilnya di aplikasi yang telah disediakan (edulearning). Apabila benar semua, maka
pemahaman saudara 100%. Apabila salah satu, maka pemahaman anda 75%. Apabila
salah dua, maka pemahaman anda 50%. Apabila salah tiga, maka pemahaman anda 25%,
dan apabila salah semua maka pemahaman anda 0%. Mahasiswa dinyatakan lulus jika
mendapatkan hasil minimal 75%. Jika mahasiswa mendapat hasil dibawah standar, maka
diminta membaca kembali dan memahami isi modul dengan menjawab latihan-latihan
soal terkait materi yang belum dikuasai.
F. Daftar Pustaka (referensi terbaru hanya dari buku, diktat atau jurnal)
1. https://andriant.staff.unri.ac.id/files/2018/09/KEDUDUKAN-BAHASA-
INDONESIA-converted.pdf
2. https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/3491/penguatan-peran-bahasa-
indonesia--sebagai-modal-menuju-bahasa-internasional#:~:text=Peran%20bahasa
%20Indonesia%20telah%20menyatukan,membangun%20peradaban%20baru
%20tentang%20Indonesia.
3. https://Ims.syam-ok.unm.ac.id >attachment>klp.
4. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/dari-mana-datangnya-bahasa-indonesia/
#:~:text=Bahasa%20Indonesia%20lahir%20pada%20tanggal,menjunjung%20bahasa
%20persatuan%2C%20bahasa%20Indonesia.
5. Purbohadiwijoyo MM.(1977);Menyusun Laporan –ITB Press,Bandung
6. Dr.Gorys Keraf (1979)Komposisi,Nusa Indah,Bandung
7. https://www.scribd.com/document/430240656/Pertanyaan-Seputar-Kedudukan-Dan-
Fungsi-Bahasa-Indonesia#
8. https://www.google.com/search?
q=ragam+bahasa+indonesia&rlz=1C1CHBD_enID915ID916&oq=ragam+bahasa+in
donesia&aqs=chrome..69i57j0i512l9.10370j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
9. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5797613/penggunaan-tanda-baca-yang-
benar-siswa-harus-tahu
10. Ringasan Bahasa dan sastra Indonesia,Ganesa Exact Bandung.