Anda di halaman 1dari 4

Bahasa Indonesia

Bahasa adalah separangkat bunyi yang sistematik. Hal ini berarti bahwa bahasa
memiliki seperangkata sistem tertentu yang dikenal oleh penuturnya. Perangakat inilah yang
menentukan struktur apa yang akan di ucapkan. Bahwa bahasa itu sistematik juga dapat
dibuktikan dengan pemakaian bahasa dan kebiasaan berbahasa yang tidak diatur oleh
lembaga perumusan tertentu. Bahsa itu arbitrer aritinya bahasa di sussecara manusaka sesuai
dengan konversi para penggunanya. Arbitrer juga dapat diartikan secara kebetulan. Jadi
bahasa lahir ecara kebetulan akibat adanya intraksi komunikasi oleh para penuturnya
tentunya mengadung makna. Bahasa itu universal artinya semuanya bahasa memiliki
kesamaaan secara umumu. Bahasa merupakan ujaran manusia, memnmiliki struktur,
konvensional, di gunakan sebahagai alat komunikasi oalh manuasia dan potensinya sejak
lahir. Bahasa merupakan ujaran bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucapan manusia yang
berpungsi untuk berkomunikasi antara sesamananya dalam masyarakat.

Indonesia secara etimologi berasal dari kata indos (hindu) yang berarti ‘kepulauan’
(hindu) dan nesos yang berarti ‘sebelah timur’. Dari dua kata ini kemudian dapat
didefenisikan bahwa indonesia secara geografis merupakan bagian tertimur dari peta dunia.
Pengertian indonesia kemudian berkembang menjadi nama negara, nama bahasa yang
merupakan salah satu bahasa dari rumpun melanisia.

A. Historis

Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional. Nah, Bahasa Indonesia lalu dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Berdasarkan keputusan
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
berdasarkan sejarah, bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai
bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun
686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya
dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti
berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.
Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun para pedagang yang
datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar
agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan
Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra pada
abad ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang
dan bertambah kukuh keberadaannya.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya


dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Meskipun bahasa dari daerah
masing-masing masih dipakai, namun untuk mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia
antar suku menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.

B. Yuridis
Secara yuridis Bahasa Indonesia lahir pada 18 Agustus 1945 ketika UUD 1945 resmi
diundangkan yaitu pada pasal 36 UUD 1945 telah disebutkan bahwa bahasa negara adalah
Bahasa Indonesia. Kemudian pada saat itulah perkembangan Bahasa Indonesia dimulai
dengan sangat pesat, setelah kemerdekaan barulah dibuat sistem ejaan sendiri yaitu ejaan
republik yang hingga saat ini berkembang menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
( PUEBI ). Hal ini menjadikan Bahasa Indonesia memiliki ciri  yang berbeda dengan bahasa
melayu meskipun secara sejarah bahasa melayu merupakan satu rumpun dengan Bahasa
Indoesia.

C. Fungsional
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa
padadasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai
anggotamasyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat.
Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.Bahasa Indonesia
memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu
a. Fungsi Pemersatu, bahasa Indonesia memersatukan suku bangsa yang berlatar budaya 
dan bahasa yang berbeda-beda.· 
b. Fungsi Pemberi Kekhasan, bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa ya
ng lain·
c.  Fungsi Penambah Kewibawaan, bagi orang yang mahir berbahasa Indonesia dengan 
baikdan benar·
d.  Fungsi Sebagai Kerangka Acuan, bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang me
njaditolok ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa
atau ragam bahasa.
D. etimologis
E. terminologis

Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Kurikulum Merdeka Fase A Dan B


1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun
2. sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
negara Republik Indonesia
3. kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio,
audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks
4. kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritiskreatif) dalam belajar
dan bekerja
5. kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong
royong, dan bertanggung jawab kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan
sekitarnya; dan kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan dunia
yang demokratis dan berkeadilan.

b. Kurikulum 2006
Adapun tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP (Depdiknas, 2006,
hlm. 22) adalah sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta
kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.

c. kurikulum 2013
1. Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai perwujudan iman dan takwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, dan berbudipekerti yang luhur
2. Menguasai Bahasa Indonesia sebagai perwujudan individu yang intelek, kecerdasan
berpikir, berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif
3. Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai perwujudan individu yang normal, sehat,
mansiri, dan percaya diri
4. Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai perwujudan sikap peka sosial, toleran,
tanggung jawab, dan demokratis.

Aspek Pembelajajaran Bahasa Indonesia


Secara umum menurut Gipayana (dalam Ismiasih, 2009:12) tujuan pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca
dan menulis. Penjelasan ke empat aspek tersebut sebagai berikut.
1.  Aspek mendengar yaitu siswa mampu memahami wacana lisan berbentuk perintah,
penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan
benda di sekitar, serta karya sastra.
2. Aspek berbicara yaitu siswa dapat menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan
benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan,
pemahaman isi buku dan karya sastra.
3. Aspek membaca siswa dapat menggunakan kemampuan membaca untuk memahami
bacaan berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra.
4.  Aspek menulis diharapkan siswa dapat melakukan berbagai jenis kegiatan menulis
untuk mengungkapkan pikiran, pesan, dan informasi dalam bentuk karangan
sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks, pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai