Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

SEJARAH BAHASA INDONESIA

Oleh :
Muh. Anugrah Ainul Yaqin
220701502173

(Dibawakan dalam rangka tugas Mata pelajaran Bahasa indonesia)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia. Dengan bahasa orang
bisa berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Bahasa dapat digunakan
jika saling memahami atau saling mengerti satu sama lain. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain ketika berbicara apabila kita
mendengarkan dengan baik serta dapat meahami apa yang dikatakan.1
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri sehingga memerlukan adanya suatu interaksi. Salah satu alat untuk
berinteraksi dan berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa digunakan untuk
mempermudah manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan, ataupun
perasaan. Bahasa lahir berbeda-beda sesuai dengan daerahnya sehingga
muncul bahasa yang beraneka ragam.1
Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa
daerah. Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki
banyak pulau, sehingga terdiri atas banyak suku dan adat istiadat. Walaupun
memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa persatuan,
yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir sebagai identitas bangsa
Indonesia. 2
Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa
asing dan bahasa pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini.
Tentu hal ini menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai
alat komunikasi sehari-hari. Dengan demikian lambat laun, penggunaan
bahasa baku menjadi berkurang. 2
Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa
Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa
Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci
mengenai sejarah terbentuknya bahasa Indonesia sampai perkembangannya
saat ini, termasuk perkembangan ejaannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa definisi Bahasa Indonesia ?
2. Apa saja fungsi Bahasa Indonesia ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan?
4. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
5. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan?
6. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan
bahasa Indonesia?
7. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan)?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa definisi Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui Apa saja fungsi Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa
Indonesia pada masa prakemerdekaan
4. Untuk mengetahui Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia
5. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa
Indonesia pada masa pascakemerdekaan
6. Untuk mengetahui Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkermbangan bahasa Indonesia
7. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan
Yang Disempurnakan)
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari tulisan ini adalah memberikan
kontribusi informasi kepada masyarakat mengenai sejarah bahasa Indonesia
dari asal-usul munculnya bahasa Indonesia hingga perkembangan ejaan
bahasa Indonesia saat ini. Dengan demikian masyarakat Indonesia dapat
melestarikan dan mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Bagi penulis sendiri, tulisan ini merupakan sarana yang baik
untuk bertukar pikiran antar anggota akademisi dalam membahas materi
sejarah bahasa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI BAHASA INDONESIA

Menurut KBBI Daring, Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang


arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang
baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi –nya

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia.


Ini merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah dan
digunakan untuk disiarkan di media elektronik dan digital. Sebagai negara
dengan tingkat multilingual (terutama trilingual) teratas di dunia,
mayoritas orang Indonesia juga mampu bertutur dalam bahasa daerah atau
bahasa suku mereka sendiri, dengan yang paling banyak dituturkan adalah
bahasa Jawa dan Sunda yang juga memberikan pengaruh besar ke dalam
elemen bahasa Indonesia itu sendiri

B. FUNGSI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia memiliki fungsi sejalan dengan kedudukannya yaitu:
1. Bahasa Nasional Kedudukannya diatas bahasadaerah. Hasil Perumusan
Seminar Politik Bahasa yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-
28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai
bahasa , bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan . Seluruh bangsa Indonesia patut berbangga
dengan adanya satu bahasa diantara berbagai daerah dengan etnis
yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia juga memanggarkan nilai-
nilai sosial budaya luhur bangsa. Dengan keluhurannya, bahasa
Indonesia harus menjadi kebanggaan dengan cara menjunjungnya,
merealisasikannya, mempertahankannya da mengembangkannya.
b. Lambang identitas Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnis atau
suku bangsa, sehingga dengan kondisi ini bahasa Indonesia
berfungsi sebagai lambang identitas. Sebagai lambang identitas ,
bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Ini berarti,
dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahuisiapa kita, yaitu sifat,
perangai dan watak kita sebagai orang Indonesia.
c. Alat pemersatu berbagai suku bangsa Artinya, bahasa Indonesia
merupakan alat yang memungkinkan untuk menyatukan berbagai
suku bangsa dengan latar sosial dan bahasa dalam kebangsaasn
Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia yang berbeda suku
bangsa tersebut bisa menyatukan cita-cita dan rasa dengan perantara
bahasa Indonesia.
e. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya Jika bangsa kita
tidak memiliki satu bahasa, maka masalah utama yang muncul
adalah hambatan komunikasi diantara suku bangsa.

2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Memiliki empat fungsi sebagai berikut:

a. Bahasa resmi kenegaraan Seluruh kegiatan kenegaraan dan


penyelenggaraanya harus menggunakan bahasa Indonesia seperti:
kegiatan acara kenegaraan, pidato kenegaraan,dan lain sebagainya.

b. Bahasa pengantar di dunia pendidikan Kegiatan belajar mengajar di


dunia pendidikan baik sekolah ataupun perguruan tinggi dan
gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.

c. Alat perhubungan pada tingkat Bahasa Indonesia sebagai alat


perhubungan untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan
serta kepentingan pemerintah. d. Alat pengembangan kebudayaan
dan IPTEK Indonesia kaya akan kebudayaan yang sesuai dengan
sukunya, sehingga kebudayaan itu perlu dikembangkan dan
dikomunikasikan kepada berbagai suku bangsa.
C. SEJARAH BAHASA INDONESIA PRA KEMERDEKAAN
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar
suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas
dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada
tahun 1380

2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:


1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-
aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang
dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di
terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai


bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang
kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung
Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda


melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu
administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai
terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian
digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu
itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu
masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di


bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki
suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling
elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang
paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka
adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun
1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen
sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan
Wilkinson.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAHASA MELAYU
DIANGKAT MENJADI BAHASA INDONESIA.
Ada pun beberapa faktor pendukung bahasa Melayu diterima
sebagai bahasa Indonesia adalah:

1. Luasnya pemakaian bahasa Melayu.


Dilihat dari bahasa Melayu yang diterima karena bahasa Melayu
ternyata sudah dipakai sebelum Abad ke-20 sebagai bahasa perantara
(lingun praca) yang tidak hanya dipakai di Nusantara, tetapi juga
digunakan di sebagian besar daerah Asia Tenggara.
2. Diterimanya penggunaan bahasa Melayu dalam sastra.
Faktor ke dua diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia
karenabanyak digunakan dalam hasil-hasil sastra baik bahasa Melayu
rendah maupuntinggi. Rosadi mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19
sudah banyak hasil-hasil satra bahasa Melayu yang ditulis orang-orang
yang berasal dari kepulawan Riau dan Sumatra.Hasil-hasil sastra itu
kebanyakan ditulis dengan bahasa Melayu tinggi.
3. Penggunaan bahasa Melayu dalam persurat kabaran.
Faktor ketiga penyebab diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia adalah telah digunakannya bahasa Melayu dalam surat kabar
Nusantara. Prosadi mengungkapkan bahwa pada akir abad ke-19 banyak
surat kabar yang dicetak menggunakan bahasa Melayu. Faktor lainnya
yang menyebabkan bahasa Melayu diterima sebagai bahasa Indonesia
adalah:
a. Letak goegrafis yang istimewa, karena kediaman Bangsa melayu itu
terletak di Selat Malaka yang menjadi lokasiperhubungan dan
perdagangan yang sangat penting antara Barat dan Timur di
lingkungan Asia Tenggara.
b. Sifat bangsa Melayu yang perantau, pelayar dan penjajah pulaupulau.
c. Menjadi bahasa penghubung bagi kekuasaan politik kerajaankerajaan.
Tidak kalah pentingnya bahasa Melayu dijadikan sebagai alat
pengembangan agama Islam yang dibawa oleh para pedagang.
E. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA MASA
PASCAKEMERDEKAAN

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara


bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa
Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi


dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu,
para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para
pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.


Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia.
Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu
Undang- Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa
“Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh
berbagai lapisan masyarakat indonesia.

F. PERESMIAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa


persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia tepatnya
sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di
Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut
pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad
ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat


penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial
dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
“Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.

Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini


dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup,
yang terus menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan
di tuturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga
indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia
sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan
versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek
Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian, bahasa Indonesia di gunakan sangat luas di


perguruan- perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-
menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga
indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara
serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam
pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam


berbagai variasi dan dialek.Perkembangan bahasa Melayu diwilayah
nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia.Komikasi rasa persaudaraan dan
persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh
bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang
cukup panjang dan penuh dengan tantangan.

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek


temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya
sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal
terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.
Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang
ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa
diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi
dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi
bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia


resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928.Hal ini
juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.”Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal
18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

G. PERISTIWA – PERISTIWA YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBAHAN BAHASA INDONESIA
1. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang
bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya
kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-
syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan
permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan
keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda
merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran menambang
ilmu pengetahuan barat.
2. Sarikat Islam.
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya
bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan
politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non
kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna
mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan
ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka.

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De
Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai
pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga
menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap


perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :

✓ Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa


Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
✓ Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk
membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.

✓ Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat


sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang
dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita
bangsanya.
✓ Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu
sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan
yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa
melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya,
yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak
semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga
bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan
bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih
kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo,
sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama
diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan
berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan


bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres
pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah
yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan
bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan
bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.

Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia


yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol
kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa
pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri
bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak
hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi
bahasa sastra indonesia baru.

H. PERKEMBANGAN EYD

Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut
disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-
aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah
dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari.
Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa
Indonesia terdiri dari:

1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.


Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada
tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama
ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun
1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

✓ Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan


karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti
mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
✓ Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
✓ Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
✓ Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
2. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa


Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga
disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu
Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

✓ Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.


✓ Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata
tak, pak, rakjat, dsb.
✓ Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2,
ber-jalan2, ke- barat2-an.
✓ Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya.
3. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia


yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972,
sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua
negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57,
Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa
Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di
Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa


Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan
buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih
luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah”.
I. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA MASA REFORMASI

Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):


1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam
surat kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata


dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni,
konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan
sebagainya.

Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua


setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula
oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang
merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia
maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini,
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus berkembang
dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun
melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad
keM5 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa
Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Pada zaman penjajahan Belanda pada
awal abad - 20, pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa
Melayu untuk mempermudah komunikasi dengan berpatokan pada
bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab - kitab rujukan. Pada
16 Juni 1927 dalam sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja
Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Bahasa
Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada
saat Sumpah Pemuda. Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah
kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab
XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa Indonesia ialah bahasa
negara. Selanjutnya, sehubungan dengan perkembangan ejaan, setelah
bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia.
B. SARAN
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan
menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga
kita sebagai generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan
bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna
dengan baik oleh pihak luar
DAFTAR PUSTAKA

1. MAKHLUK, M. S. I. D. (2020). BAB 3 MANUSIA SEBAGAI


INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar: Berbasis General Education, 33.
2. Kristianto, A. W. (2020). Peran Generasi Penerus Bangsa Dalam
Mempertahankan Budaya Bangsa Indonesia (The Role of the
Nation's Next Generation in Defending Indonesian Nation's
Culture). Available at SSRN 3628399.
3. Rusdisunhaji, M. A. (2019). Bahasa Pendidikan Indonesia dan Akar
Politik Pendidikan Nasional Pra-Kemerdekaan. Dalam Jurnal
Lingua Scientifica, 4(1).
4. Arifin, M. (2018). Mempertahankan Bahasa Indonesia Sebagai Jati
Diri Bangsa.
5. Repelita, T. (2018). SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA (Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa
Indonesia). Jurnal Artefak, 5(1), 45-48.
6. Susiati, S., Iye, R., & Suherman, L. O. A. (2019). Hot Potatoes
Multimedia Applications in Evaluation of Indonesian Learning In
SMP Students in Buru District. ELS Journal on Interdisciplinary
Studies in Humanities, 2(4), 556-570.
7. Susiati, S., Iye, R., & Suherman, L. O. A. (2019). Hot Potatoes
Multimedia Applications in Evaluation of Indonesian Learning In
SMP Students in Buru District. ELS Journal on Interdisciplinary
Studies in Humanities, 2(4), 556-570.
8. Halimi Hadibrata, M. P. BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU
MENUJU BAHASA DUNIA.

Anda mungkin juga menyukai