Anda di halaman 1dari 43

MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) BAHASA INDONESIA

Visi dan Misi Matakuliah Bahasa Indonesia 1. Visi Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu instrumen (sarana) pengembangan kepribadian mahasiswa menuju terbentuknya (terwujudnya) insan terpelajar yang mahir berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan santun. 2. Misi 1. Membina mahasiswa agar merasa bangga dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai forum dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara bahasa nasionalnya dengan sungguh-sungguh. 2. Mendorong mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bahasa persatuannya melalui kehidupan sehari-hari. 3. Membina proses pembelajaran bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi agar semakin berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 4. Melalui pembelajaran yang bermutu mendorong tercapainya kemahiran mahasiswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia yang berkepribadian mulia (berakhlak mulia).

1. Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa 1.1 Sejarah Bahasa Indonesia 1.1.1 Sebelum Kemerdekaan Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sudah berabad-abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan penduduk setempat.

Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7, seperti di bawah ini: a. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683 b. Prasasti Talang Tua di Palembang tahun 684 c. Prasasti Kota Kapur di Bangka tahun 686 d. Prasasti Karang Brahi di Jambi tahun 688 e. Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah tahun 832 f. Prasasti Bogor tahun 942

Pada waktu itu (zaman Sriwijaya) bahasa Melayu berfungsi sebagai: 1. Bahasa Kebudayaan 2. Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di nusantara 3. Bahasa perdagangan di sepanjang pantai 4. Bahasa resmi kerajaan

Pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 dalam Kongres Pemuda yang dihadiri aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa Nasional. Sebagai wujud perhatian terhadap bahasa Indonesia maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo Tahun 1938. Pada Pemerintah Jepang, diberlakukan pelarangan penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan ini berdampak positif terhadap bahasa Indonesia, karena BI dipakai dalam berbagai aspek kehidupan termasuk politik dan pemerintahan.

Alasan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia : 1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca, bahasa perdagangan dan bahasa perhubungan di Indonesia. 2. Sistem bahasa Melayu yang sederhana. 3. Suku-suku bangsa di Indonesia rela menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional. 4. Kesanggupan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa kebudayaan dalam arti luas. 1.1.2 Sesudah Kemerdekaan Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, BI dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintah dan negara. Sesudah kemerdekaan, BI mengalami perkembangan pesat dengan ditandai oleh: Setiap tahun jumlah pemakai BI bertambah. Kedudukan BI sebagai bahasa nasional dan bahasa negara semakin kuat. Perhatian Pemerintah dan masyarakat terhadap BI semakin baik dan sangat besar Perhatian Pemerintah Orla dan Orba terhadap BI sangat besar dengan dibentuknya lembaga yang mengurus masalah kebahasa yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggara Kongres BI. Perubahan ejaan BI dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga EYD selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

Peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia: 1. Tahun 1901Ch.A. Van Ophuijsen menyusun ejaan resmi bahasa Melayu dalam kitab Logat Melayu. 2. Tahun 1908 Pemerintah mendirikan Taman Bacaan Rakyat kemudian tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka 3. Tahun 1928 Bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional 4. Tahun 1933 berdiri angkatan Pujangga Baru 5. Tahun 1938 diadakan Kongres Bahasa Indonesia I 6. Tahun 1945 dalam UUD tegas bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Negara 7. Tahun 1947 diresmikan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) 8. Tahun 1954 Kongres bahasa Indonesia II bahasa Indonesia secara terus menerus disempurnakan 9. Tahun 1972 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diresmikan oleh presiden RI melalui sidang kenegaraan. 10. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan PUEyD dan PUPI 11. Tahun 1978 Kongres bahasa Indonesia III di Jakarta yang berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. 12. Tahun 1983 Kongres bahasa Indonesia IV (pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia maksimal). 13. Tahun 1988 kongres bahasa Indonesia V meluncurkan KBBI . Fungsi Bahasa Indonesia Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, antarbudaya dan, (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai berbagai suku bangsa dengan latar belakang berbeda ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. harus lebih ditingkatkan agar

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dicapai secara

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai : (1)Bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar pendidikan, (3) alat perhubungan teknologi. 1.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 1.2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Sebagai bahasa nasional, BI berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa, alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, (4) alat pengembangan budaya, pengetahuan dan

1.2.1.1 Bahasa Indonesia sebagai lambang Kebanggaan Nasional Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada.

1.2.1.2 Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan diantaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut.

1.2.1.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda akan mengalami masalah besar dalam melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa tersebut. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh semua suku bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karena suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia, yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan bangsa.

1.2.1.4 bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi. Diperlukan sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah lama memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad bahasa ini menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.

1.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

1.2.2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini, pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat-surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak diharuskan. Tidak dipakainya bahasa Indonesia dalam hal ini dapat mengurangi kewibawaan negara karena ini merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945.

1.2.2.2 Bahasa Indonesia Pendidikan

sebagai Bahasa pengantar dalam Dunia

Dunia pendidikan di sebuah negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu. Pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan akan mengganggu keefektifan pendididkan. Biaya pendidikan menjadi lebih hemat. Peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling berhubungan. Bahasa Indonesia merupakan satusatunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan pemakaiannya sudah tersebar luas. Pemakaian bahasa Indonesia dalam dunia pendidikan bukan hanya terbatas pada bahsa pengantar, bahan-bahan ajar juga memakai bahasa Indonesia.

1.2.2.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional untuk Kepentingan Pembangunan dan pemerintahan Untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasional diperlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang dipakai sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan tergganggu karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa indonesia dapat mengatasi hambatan ini.

1.2.2.4 Bahasa Innonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi diperlukan bahasa yang bisa dipakai untuk keperluan tersebut dan bahasa tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa bahasa seperti ini, pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi akan mengalami hambatan karena proses pengembangannya akan memerlukan waktu yang lama dan hasilnya pun tidak akan tersebar secara luas. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia yang memenuhi syarat sebagai alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh sebagian masyarakat Indonesia.

3. Membaca Kritis untuk Menulis Untuk menunjang pengembangan daya nalarnya, mahasiswa biasanya dilibatkan dalam praktis menulis ilmiah, yang harus didukung oleh referensi yang memadai. Untuk hal ini, mereka wajib membaca bahan-bahan rujukan secara kritis. Maka para mahasiswa peserta dilibatkan dalam kegiatan yang mendukung berkembangnya pemahaman tentang membaca Kritis, dan kemudian dilibatkan dalam praktik membaca kritis tulisan/artikel ilmiah, tulisan/artikel populer, dan buku ilmiah, serta bahan-bahan yang tersaji dalam internet. Produk dari praktik membaca kriris ini adalah rangkuman bahan yang dibaca dan komentar kritis mahasiswa terhadap gagasan dan konsep dalam bacaan terkait, dan kutipankutipan yang relevan. Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak membaca, kita akan mempunyai banyak informasi dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan dari pengalaman sehari-hari. Dengan banyak membaca, kita juga akan mendapat banyak gagasan yang berguna untuk tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi pembacanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menghasilkan tulisan yang baik, kita perlu banyak membaca. Tidak mengherankan bahwa penulis yang baik umumnya banyak membaca. 3.1 Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan. Dengan demikian, kegiatan membaca kritis untuk menulis harus dikaitkan dengan informasi seperti apa yang ingin kita masukkan dalam tulisan kita, apakah informasi umum, khusus, atau informasi yang terperinci. Jenis tulisan yang kita baca berisi informasi yang berbeda. Informasi yang kita dapatkan dari tulisan populer, misalnya, berbeda dengan informasi yang kita dapatkan dari tulisan ilmiah. Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran informasi yang kita dapatkan. Kita selalu bersikap skeptis, bertanya

terus-menerus, dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut. Pengujian itu bisa dilakukan dengan mencari informasi pada sumbersumber yang lain. Oleh karena itu, membaca kritis memerlukan ketekunan dan kesabaran. 3.2 Ragam Membaca Kritis Ada berbagai ragam membaca kritis tergantung pada jenis informasi seperti apa yang kita inginkan. 3.2.1 Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik Kadang-kadang kita membaca bukan untuk mencari informasi yang rinci. Kita hanya ingin mengetahui secara umum apa yang dibicarakan dalam tulisan yang kita baca. Dalam hal ini, kita tidak perlu memfokuskan perhatian kita pada bagian-bagian yang tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat/secara sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini kita akan mendapat ide tentang topik tulisan yang kita baca. 3.2.2 Membaca cepat untuk informasi khusus Membaca cepat juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi khusus dari sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian yang kita inginkan. Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak kita inginkan tidak mendapat perhatian kita. 3.2.3 Membaca teliti untuk informasi rinci Kita mungkin juga ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal. Dalam hal ini, kegiatan memmbaca kita akan difokuskan pada bagian yang mengandung informasi yang ingin kita ketahui secara rinci. Begitu kita sampai pada bagian tersebut, kita membacanya dengan teliti sampai kita benar-benar memahami informasi yang ingin kita dapatkan. Bagian-bagian lain yang kita tidak perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut. 3.3 Membaca kritis tulisan/artikel ilmiah Membaca tulisan/artikel ilmiah berbeda dengan membaca jenis tulisan lain karena jenis informasinya berbeda. Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang informasinya bisa berupa pendapat atau kesan pribadi yang belum dibuktikan

melalui penelitian atau prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah. 3.3.1 Mengenali tesis/pernyataan masalah Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya bisa diungkapkan dengan sebuah kalimat pernyataan. Dengan mengenali tesis sebuah tulisan, kita akan mudah memahami isi tulisan dan menilai apakah penulisnya berhasil atau tidak dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan. 3.3.2 Meringkas butir-butir penting setiap artikel Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataanpernyataan yang kita buat. Dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi tertentu dari artikel yang bersangkutan. 3.3.3 Menyitir konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan teori) Menyitir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir penting dan tesis tulisan kita. Dengan memahami konsepkonsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga akan dapat lebih memahami konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita. 3.3.4 Menentukan bagian yang akan dikutip Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah, kita perlu memerhatikan relevansi bagian tersebut untuk tulisan kita. Butir-butir yang dianggap tidak relevan tidak perlu dikutip. 3.3.5 menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari implikasinya. Apakah kutipan itu akan mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita atau sebaliknya?

3.3.6 Menentukan posisi penulis sebagai pengutip Dalam mengutip pernyataan yang ada dalam sebuah artikel, kita perlu secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujui pernyataan yang kita kutip? 3.4 Membaca kritis tulisan/artikel populer Tulisan yang kita buat dapat memanfaatkan informasi dari tulisan/artikel populer. Kegiatan membaca kritis tulisan populer sedikit berbeda dengan kegiatan membaca kritis tulisan ilmiah karena kedua jenis tulisan tersebut mempunyai sifat yang berbeda.

Untuk memahami suatu bacaan, kita perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menguasai atau memahami isi bacaan. Jadi, usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami dan (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang Anda hadapi. Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu perlu: (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa). Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan. Ada beberapa cara membaca efesien dengan sistem sebagai berikut: 1) SQ3R (Survei-Question-Read- Recite- Review) 2) SQ4R (Survey- Question-Read- Recite-Rite- Review) 3) POINT (Purpose-Overview-Interpret-Note-Test) 4) OK4R (Overview- Key Ideas-Read-Ricite, Review-Reflect), dll. Salah satu yang banyak dikenal dan dipraktekkan orang adalah SQ3R. Secara umum sistem-sistem yang dikemukakan oleh para ahli itu memakai pendekatan yang sama yang membuat kita aktif dan bertujuan dalam menghadapi bacaan. Teknik-teknik yang diberikan dimaksudkan untuk menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta mengingatnya lebih lebih lama. SQ3R Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941, merupakan sistem membaca yang semakin populer digunakan orang SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: -Survey

-Question -Read -Ricite (Recall) -Review Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan. Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang penting, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. Langkah 1: Survei (S) Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1. mempercepat menangkap arti, 2. memdapat abstrak, 3. mengetahui ide-ide yang penting 4. melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5. mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,dan 6. memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Langkah 2: Question (Q) Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, dimana, atau mengapa. Sebagai contoh, subjudul Kekurangan Tenaga Ahli Ilmiah dan Teknik, dapat diubah dengan bertanya: Mengapa kekurangan tenaga ahli ilmiah dan Teknik? Atau Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang memadai? Apa akibatnya terhadap perkembangan Iptek?, dan seterusnya.

Dengan adanya berbagai pertanyaan itu cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya membaca asal membaca. Langkah 3: Read (R) Membaca merupakan langkah ketiga bukan langkah pertama atau bukan pula satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membacanya pun tidak seperti membaca novel, hanya mengikuti apa yang sedang berlangsung, melainkan membaca secara kritis. Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagianbagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang Anda bentuk berdasarkan juduljudul bagian bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu. Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat Anda dalam membaca. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frasa tertentu. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting. Langkah 4: Recite (R) Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebut hal-hal yang penting dari bacaan. Pada kesempatan itu, Anda dapat juga menbuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bacaan itu sekali lagi. Langkah 5: Review (R) Daya ingat kita terbatas, oleh karena itu janganlah Anda lewatkan langkah terakhir ini: review. Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus dibaca, ulangi untuk menelusuri kembali judul-judul dan subjudul dari bagianbagian yang penting lainnya dengan menemukan pokok-poko penting untuk diingat kembali.

2. Ragam Bahasa Indonesia


Pentingkah bahasa Indonesia ? Untuk melihat penting atau tidaknya bahasa Indonesia dilihat dari 3 indikator sebagai berikut : 7. Jumlah penuturnya, 8. Luas daerah penyebarannya, 9. Dipakai tidaknya bahasa tersebut sebagai sarana ilmu, sastra dan budaya. Beberapa Istilah Ragam Bahasa Ragam tulis dan ragam lisan Perbedaan : Ragam lisan : - Menghendaki hadirnya orang kedua, - Fungsi gramatikal tidak selalu hadir - Sangat waktu, - Dapat dibantu oleh unsurunsur suprasegmental. Ragam baku dan tidak baku Ragam baku adalah ragam yang dikembangkan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. ditentukan oleh kondisi, situasi, ruang dan Ragam Tulis : Tidak bicara Fungsi Tidak Harus tanda gramatikal terikat oleh mutlak kondisi, dengan dan diperlukan situasi, ruang dan waktu dilengkapi baca, ejaan menghendaki lawan

ketepatan diksi.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Sifat ragam baku a. Kemantapan dinamis b. Cendekia c. Seragam Ragam baku tulis dan ragam baku lisan Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai secara resmi dalam bukubuku pelajaran atau buku ilmiah lainnya Ragam baku lisan dapat dinilai dari besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya. Ragam sosial dan ragam fungsional Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial biasanya dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Ragam fungsional (professional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja dll. Bahasa Indonesia yang baik dan benar Pengertian benar mengacu pada kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Bentuk kata dianggap benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Sedangkan pengertian baik pada kata atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan pada pilihan katanya yang selanjutnya akan berpengaruh pada makna kata. Penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian bahasa. Simpulan : bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah secara konsisten sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang memiliki nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.

Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Pengertian Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah : Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya , bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah baik secara lisan dan tertulis.
Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah: 1. Bahasa Indonesia bersifat Cendekia artinya bahasa Indonesia mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir secara logis sehingga mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama. 2. Bahasa Indonesia bersifat lugas dan jelas artinya bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. 3. Menghindari penggunaan kalimat fragmentaris, yaitu kalimat yang belum selesai/ terpotong-potong. Kalimat ini terjadi antara lain karena adanya keinginan penulis mengungkapkan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

4. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah mempunyai sifat bertolak

dari Gagasan, artinya penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal


yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif. 5. Bahasa

Indonesia Ragam Ilmiah bersifat formal dan

objektif, ditandai oleh pilihan kosakata, bentuk kata, dan struktur


kalimat. Kosakata yang digunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap. 6. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah bersifat ringkas dan padat , direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Konsisten, artinya dalam penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuannya digunakan secara konsisten.

BAHASA INDONESIA YANG SALAH DAN YANG BENAR 1. Subjek Berkata Depan Kalimat terdiri dari unsur-unsur funsional yang sisebut Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). Kelima unsur itu tidak selalu hadir. Ada kalimat yanh hanya terdiri atas S dan P, ada yang terdiri dari S,P, dan O, ada yang terdiri dari S,P, dan Pel, ada yang terdiri S,P, dan K atau ada yang lengkap seperti S,P,O,Pel, dan K. Contoh: (1) Seorang eksekutif membawa laporan keuangan perusahaan ke sebuah kantor akuntanpublik. (2) Cara ini merupakan salah satu alat managemen waktu yang paling efektif. (3) Produktivitas berhubungan erat dengan masalah balas jasa. (4) Tanda-tanda perkembangan yang baik mulai tampak. Kalimat (1) berpola S-P-O-K; kalimat (2) berpola S-P-Pel;kalimat (3)S-PPel; dan kalimat (4) berpola S-P. Bila dicermati ternyata sebuah kalimat minimal terdiri atas fungsi S dan P sebagai unsur inti sehingga kalimatnya disebut kalimat lengkap (sempurna), bila salah satu fungsi tidak hadir disebut sebagai kalimat tidak lengkap. Dalam pemakaian bahasa sering dijumpai kalimat-kalimat berbentuk sebagai berikut. (1) Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk. (2) Di dalam keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan masyarakat umum. (3) Dari penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya. (4) Dalam pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi responden menjadi dua kelompok.

Sepintas lalu kalimat (1)-(4) di atas termasuk kalimat yang benar, tetapi jika diamati dengan seksama ternyata kalimat-kalimat itu mengandung kesalahan. Kesalahan tersebut berkaitan dengan pengisi fungsi S yang dianggap penulis dalam kalimat-kalimat tersebut yaitu semua yang ditulis tebal dan miring sebagai pengisi fungsi S. Namun frasa-frasa tersebut bukan frasa nomina melainkan frasa depan sehingga bukan sebagai fungsi S melainkan fungsi K, dengan kata lain keempat kalimat tersebut tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia karena fungsi S nya tidak diisi oleh kata atau frasa benda. Pembetulan terhadap kalimat-kalimat tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan kata depan dari, di dalam, dari, dan dalam sehingga kalimatnya berbentuk sebagai berikut: (5) Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk. (6) Keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan masyarakat umum. (7) Penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya. (8) Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi responden menjadi dua kelompok. Penghilangan kata depan yang terdapat pada fungsi S bukanlah satusatunya cara untuk membetulkan kalimat-kalimat itu. Kalimat (1-4) dapat dibetulkan dengan cara mengubah predikat yang berawalan meN- menjadi predikat kata kerja berawalan di-, seperti dalam kalimat berikut: (9) Dari pengalaman selama ini ditunjukkan bahwa program KB belum dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk. (10) Di dalam keputusan itu ditunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan masyarakat umum. (11) Dari penelitian ini kelak akan dapat ditingkatkan fungsi dan kedudukan bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.

2. Objek Berkata Depan Kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dapat diikuti oleh unsur lain yang disebut Objek (O). Yang dimaksud Objek adalah unsur kalimat yang terletak di belakang P yang dapat dijadikan S jika dalam kalimat dipasifkan. Contoh: (1) Kita akan menemui tujuh macam air hangat yang letaknya di sebelah barat. (2) Kita juga akan menjumpai bungalow dan hotel. (3) Para pedagang menjajakan berbagai macam kerajinan dan makanan di Pantai Manggar. Frasa Nomina yang dicetak miring dalam kalimat (1)-(3) merupakan satuan yang mengisi fungsi O, bila dipasifkan maka satuan tersebut akan mengisi fungsi S dalam kalimat berikut: (4) Tujuh macam air hangat yang letaknyadi sebelah barat akan kita temui. (5) Bungalow dan hotel juga akan kita jumpai. (6) berbagai macam kerajinan dan makanan dijajakan oleh para pedagang di pantai Manggar. Kesalahan yang sering dilakukan adalah objek berkata depan, seperti dalam kalimat berikut: (7) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan. (8) Keajaiban menyinari ke angkasa dan ke seluruh penjuru dunia. (9) Vegetasi (10) liar. Kalimat (7-10) di atas memiliki Objek yang berupa frasa depan,yaitu frasa yang didahului kata depan seperti satuan-satuan bahasa yang dicetak miring di atas. Menurut kaidah bahasa Indonesia Objek kalimat tidak boleh didahului kata depan, sehingga keempat kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut: yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam mempengaruhi terhadap tingkat kelongsoran tanah. Skripsi ini akan menitikberatkan pada masalah penambangan

(11) (12) (13) (14)

Banyak

anggota

masyarakat

belum

menyadari

pentingnya

kesehatan lingkungan. Keajaiban mengitari angkasa dan seluruh penjuru dunia. Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam Skripsi ini akan menitikberatkan masalah penambangan liar.

mempengaruhi tingkat kelongsoran tanah.

3. Kalimat Pasif Bentuk Diri Dalam berbagai tulisan sering kita jumpai kalimat yang susunannya sebagaiberikut: (1) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya kamu harus perhatikan. (2) Masalah pelebaran jalan kita akan bicarakan nanti. (3) Masalah itu bapak telah jelaskan kepada ibu. Sepintas lalu kalimat (1-3) di atas merupakan kalimat yang benar, tetapi jika diperiksa dengan teliti, ternyata kalimat itu salah. Kesalahan itu terletak pada bagian-bagian yang dicetak miring. Kesalahan ini dapat dibetulkan seperti dalam kalimat berikut ini: (4) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya harus kamu perhatikan. (5) Masalah pelebaran jalan akan kita bicarakan nanti. (6) Masalah itu telah bapak jelaskan kepada ibu. 4. Pemakaian Bentuk-Bentuk dimana, dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Contoh dalam kalimat berikut: (1) Rumah di mana ia tinggal sangat luas. (2) Karmila membuka-buka album dalam mana ia menyimpan foto barunya. (3) Ia membuka almari di dalam mana ia meletakkan kunci sepeda motornya. (4) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil dari mana suara gamelan yang lembut dapat terdengar.

(5) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. (6) The house where he lives is very large. (7) Karmila opened the album in which she had kept her new photogragh. (8) He opened the cupboard in which he had put the key of his motorbike. (9) If I have no class, I stay at small building from where the sound of gamelan be heard smoothly. (10) The Tourism sector which is the economical back bone of the Dalam bahasa Indonesia karena sudah ada penghubung yang lebih tepat, yaitu tempat dan yang, seharusnya contoh (1-5) diubah menjadi: (11) (12) (13) (14) (15) Rumah tempat ia tinggal sangat luas. Karmila membuka-buka album tempat ia menyimpan foto barunya. Ia membuka almari tempat ia meletakkan kunci sepeda motornya. Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil tempat suara Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian Dalam bahasa Indonesia memang terdapat bentuk dimana, dari mana, dan yang mana, tetapi tidak lazim digunakan sebagai kata penghubung melainkan untuk menandai kalimat tanya. 5. Penghilangan Kata Depan (Preposisi) Kata depan adalah kata yang menandai pertalian makna antara kata atau frasa yang mengikutinya dengan kata atau frasa lain dalam suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam kata depan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, dalam bahasa Indonesia terdapat 115 kata depan, di antaranya adalah di, ke, dari, daripada. Misalnya: (1) Ledakan bom atom pertama diperingati di Hirosima. country must always be intensified.

gamelan yang lembut dapat terdengar. negara harus senantiasa ditingkatkan.

(2) Ia belum pernah ke Jakarta (3) Karung goni berasal dari Delanggu. Pemakaian kata depan di dalam kalimat sangat penting sebab pemakaian itu untuk menandai makna kata atau frasa yang mengikutinya. Dalam (1) di atas kata depan di menandai makna tempat berada. Kata depan ke dalam kalimat (2) menandai makna tempat yang dituju. Kata depan dari dalam kalimat (3) menandai makna asal. Meskipun pemakaian kata depan tersebut sangat penting namun pemakaiannya sering dihilangkan. Hal demikian misalnya terlihat pada kalimat berikut ini: (4) Kejernihan penalaran tampak baris-baris puisi di atas. (5) Membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih menghargai sesama umat Tuhan yang Mahakuasa. Apabila diperhatikan secara teliti, akan dapat diketahui bahwa pada kalimat (4) terdapat penghilangan kata depan pada dan pada kalimat (5) terdapat penghilangan kata depan dengan, sehingga kalimat-kalimatnya menjadi: (6) Kejernihan penalaran tampak pada baris-baris puisi di atas. (7) Dengan membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih menghargai sesama umat Tuhan yang Mahakuasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata depan yang di satu pihak harus dipakai dan di lain pihak boleh dipakai secara manasuka. Kata depanyang dimaksud adalah kata depan oleh. Perhatikan contoh berikut ini: (8) Bukuku dipinjam (oleh) Mimin. (9) Dipinjam (oleh) Mimin bukuku. (10) (11) (12) Oleh Mimin bukuku dipinjam. Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya oleh ketiga Perumnas yang harganya sangat mahal itutidak terjangkau oleh

adiknya. masyarakat kelas rendah.

Kehadiran kata depan oleh pada kalimat (8) dan (9) bersifat manasuka, tetapi pada kalimat (10-12) pemakaian kata depan oleh wajib, karena apabila dihilangkan maka kalimatnya menjadi terganggu. *(13) Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya ketiga adiknya. *(14) Mimin bukuku dipinjam. *(15) Perumnas yang harganya sangat mahal itu tidak terjangkau masyarakat kelas rendah. Uraian di atas memberi petunjuk bahwa pemakaian kata depan oleh sebagai penanda pelaku bersifat manasuka apabila pelaku perbuatan itu terletak langsung di belakang kata kerja pasif bentuk di-. Apabila tidak demikian, misalnya terletak di muka kata kerja atau terletak berjauhan dari kata kerjanya, maka pemakaian kata depan oleh itu bersifat wajib. 6. Penghilangan Afiks (imbuhan) Situasi pemakaian bahasa menentukan bentuk bahasa seseorang. Dalam situasi resmi orang cenderung menggunakan bahasa secara lengkap, sedangkan dalam situasi tidak resmi atau santai orang cenderung menggunakan bahasa secara tidak lengkap. Ketidaklengkapan itu misalnya karena adanya penghilangan unsur-unsur tertentu. Salah satu unsur yang sering dihilangkan ialah afik (imbuhan). Dalam kenyataan berbahasa Indonesia dewasa ini situasi itu cenderung tidak diperhatikan oleh para penutur. Baik dalamsituasi resmi maupun situasi tidak resmi para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks yang sering dihilangkan ialah ber- dan meN- seperti terlihat pada contoh berikut: (1) Dalam makalah ini saya akan bicara tentang kerja keahlian. (2) Pagi ini pemerintah berangkatkan lima puluh kepala keluarga ke lokasi transmigrasi. Pada contoh (1) terdapat penghilangan afiks ber- pada kata bicara, sedangkan pada kalimat (2) terdapat penghilangan afiks meN- pada kata berangkatkan. Kedua contoh di atas digunakan dalam ragam santai atau situasi tidak resmi. Dalam situasi resmi, kalimat (1-2) menjadi kalimat berikut ini:

(3) Dalam makalah ini saya akan berbicara tentang kerja keahlian. (4) Pagi ini pemerintah memberangkatkan lima puluh kepala keluarga ke lokasi transmigrasi. 7. Pemilihan Kata Setiap kata memiliki makna tertentu yang berbeda dengan kata yang lain. Kendatipun ada beberapa kata yang secara sekilas tampaknya memiliki makna yang hampir sama, tetapi jika diteliti lebih seksama lagi akan tampaklah bahwa masing-masing kata itu memiliki perbedaan. Kata-kata yang bersinonim, biasanya memiliki persamaan makna yang tidak bersifat bersifat menyeluruh (total). Kesamaan itu hanya bersifat sebagian. Jadi, kata-kata bersinonim yang di dalam konteks tertentu saling dapat disubtitusikan, dalam konteks yang lain pensubtitusiannya kadang-kadang tidak memungkinkan. Untuk jelasnya dapat diperhatikan pemakaian kedua kata bersinonim bakal dan calon di bawah ini: (1) Ani sedang berbincang-bincang dengan calon mertuanya. (2) Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum menampakkan bakal buahnya. (3) *Ani sedang berbincang-bincang dengan bakal mertuanya (4) *Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum menampakkan calon buahnya. Dengan contoh (1) dan (2) serta (3) dan (4) di atas jelaslah bahwa kata bersinonim calon dan bakal memiliki ranah pemakaian yang berbeda. Kata calon biasanya berkolokasi dengan kata benda insani sedangkan kata bakal berkolokasi dengan kata benda noninsani. Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian. Sebelum menggunakannya pemilihan kata kiranya perlu diperhatihan ketepatan makna dan kelaziman pemakaiannya. 8. Pemakaian Bentuk yang Mubazir Dalam berbagai tulisan sering dijumpai kalimat seperti ini: (1) Bahasa adalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting. Bila dilihat dari segi tatabahasa, kalimat tersebut sudah benar. Kata bahasa menduduki fungsi Subjek, sedangkan adalah merupakan sarana

komunikasi yang sangat penting menduduki fungsi Predikat. Kan tetapi, bila dilihat dari segi kehematan kalimat tersebut mengandung unsur yang mubazir. Istilah mubazir terlampau banyak, berlebih-lebihan sehingga sia-sia saja atau tidak berguna. Pemakaian bentuk yang mubazir artinya pemakaian bentuk bahasa yang tidak diperlukan apabila dipandang dari segi informasi yang hendak disampaikan. Maksudnya dengan atau tanpa pemakaian bentuk yang mubazir itu informasi yang hendak disampaikan tetap dapat diterima dengan jelas oleh pihak lain, tanpa ada kemungkinan salah tafsir. Kemubaziran yang terdapat pada kalimat (1) disebabkan oleh penggunaan kata adalah dan merupakan sekaligus. Kata adalah sama atau hampir sama artinya dengan kata merupakan. Dengan kata lain, kedua kata tersebut bersinonim. Bila dilihat dari segi fungsinya, kedua kata itu juga sama yaitu menandai permulaan predikat. Berdasarkan alasan itulah, pemakaian adalah, merupakan dianggap mubazir karena penggunaan salah satu dari keduanya sudah cukup. Dengan demikian, kemungkinan perbaikan kalimat tersebut ialah: (2) Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting (3) Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting 9. Latihan-latihan: Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini agar masing-masing menjadi kalimat yang benar: (1) Bagi mereka yang bukan anggota koperasi, dengan berbelanja di koperasi lebih menghemat biaya daripada kalau rakyat pedesaan berbelanja di kota, misalnya mengeluarkan banyak biaya transformasi. (2) Hampir di setiap bidang kehidupan selalu berhubungan dengan hukum sehingga kesadaran hukum masyarakat pun semakin ditingkatkan. (4) Dari beberapa pendapat para ahli gizi asupan makanan yang baik dapat digunakan untuk dasar penentu pertumbuhan dan perkembangan anak. (5) Orang tua wajib mengawasi tentang perilaku anaknya. (6) Seminar ini akan membahas mengenai masalah lingkungan hidup.

(7) Banyak anggota masyarakat kita belum menyadari mengenai betapa pentingnya segi pariwisata. (8) Saya menjadi bingung, lalu saya mencoba untuk menjelaskan tentang hal ini kepadanya. (9) Tahun yang telah kita lewati dapat mencerminkan pada kekurangan kita dalam hidup ini. (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) Majelis hakim menjelaskan tentang faktor-faktor yang memberatkan Tersangka korupsi. Tingkah laku adiknya yang menyimpang dari ajaran agama kakak Kita wajib amalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Masalah keadilan sosial ia selalu kemukakan dalam pidatoSebagaimana kita sudah katakan di depan, semua manusia Persetujuan itu adalah persetujuan yang mana sangat longgar. Para pekerja merasa senang di dalam melakukan tugas-tugas yang Terdapat pula masyarakat di mana orang sukar untuk menerima Saya sangat tertarik pada matakuliah matematika dan kimia yang Masa sekarang ini pemerintah baru menggalakan penghijauan. Buku initerdiri lima bab. Dia lahir tahun 1964. Peristiwa Bandung Lautan Api telah menimbulkan efek psikologis Presiden terima bekas Dubes Kerajaan Belanda. Gelombang laut ancam bangunan SD Sarang Meduro. Guru SD diminta tak perlu takut laporkan nasibnya.. Ketrampilan bicara jelas kita pelajari secara sosial. sering pikirkan.

pidatonya. mempunyai bahasa.

mana dibebankan oleh pimpinan kepadanya. apa yang disebut bahasa baku. mana biasanya dibenci orang.

dunia internasional waktu itu.

(27) (28) (29) (30) (31) (32)

Polisi itu tangkap pencuri. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, penghayatan , dan Tampak melintang berbentukkan empat persegi panjang. Kapolres menugaskan stapnya untuk menuntaskan masalah itu. Pengrusakan terhadap hutan merupakan tindakan yang tidak Pemerintah pusat mengingatkan Gubernur Kalimat Timur agar

penataan terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.

bertanggung jawab. berhati-hati dalam menangani permukiman kembali masyarakat terasing di daerah itu. (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) Pengarang yang baik dengan tegas membedakan antara fakta dan Karena kesalahpahaman, kedua sahabat itu akhirnya saling jauh Semua ini merupakan kendala hambatan bagi kita semua. Menjaga lingkungan sekitar supaya tetap bersih, sehat, dan berseri Meskipun kedua orang itu tidak mempunyai hubungan darah sama Petani-petani Indonesia masih banyak yang miskin dan pernilaian. menjauhinya.

adalah merupakan tanggung jawab seluruh warga. sekali, mereka selalu saling tolong menolong dalam setiap kesulitan. terbelakang. Saya tak bisa membicarakan perasaan krasan di Yogya, tapi saya Kami hanya terdiri 8 orang dan sangat akrab walaupun mereka tahu perasaan ini kuat dan dalam. jauh lebih tua ketimbang saya.

Kata dan Kalimat Kata adalah satuan bahasa yang terkecil yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna tertentu. Kata-kata yang disusun menurut kaidah tertentu membentuk satuan bahasa yang lebih besar yaitu kalimat. Kalimat pada umumnya merupakan rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri, mengandung intonasi lengkap dan menyatakan pikiran tertentu. Pikiran yang utuh biasanya muncul dalam bentuk subjek dan predikat Contoh : Saya dan Amin pergi ke desa itu kemarin Pegawai itu mengerjakan tugasnya dengan baik A. Bagian-bagian Kalimat 1. Subjek dan predikat Subjek dan predikat merupakan inti pembentukan kalimat sehingga kehadirannya tidak dapat ditinggalkan. Subjek kalimat berfungsi sebagai inti pembicaraan sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelas terhadap subjek. Contoh : Saya sebaiknya beristirahat sejenak Persoalannya akan diselesaikan dalam waktu singkat 2. Objek dan keterangan Objek merupakan penjelas predikat sehingga hubungannya keduanya sangat erat. Objek selalu terletak di belakang predikat dalam kata kerja aktif transitif (frasa verba transitif) dan terikat dengan predikat karena objek menjadi bagian inti kalimat. Objek kalimat dapat berupa nya, -ku, dan mu serta dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kalimat yang predikatnya bukan kata kerja transitif tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif Contoh : Paman pulang ke desa Saya ingin menjelaskan sesuatu

Sedangkan keterangan memiliki hubungan yang longgar dengan predikat , tempatnya dapat ditukar atau dihilangkan tanpa mengurangi makna kalimat Contoh : Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin Ia membaca buku itu beberapa kali

PENGGABUNGAN DAN PERLUASAN KALIMAT A. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk Kalimat tunggal adalah kalimat yang berpola S-P, S-P-O, S-P-K, S-P-O-K yang dapat diubah menjadi beberapa variasi tertentu. Contoh : - Usahanya berhasil Petani iti menggarap sawahnya Mahasiswa tersebut belajar dengan tekun Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik

Dalam tulisan ilmiah penulis biasanya cenderung menggunakan kalimat yang lebih kompleks sebagai hasil dari penggabungan beberapa kalimat tunggal sehingga berubah menjadi kalimat majemuk. Contoh : - Penghasilannya relatif kecil Ia tetap menekuni pekerjaannya Ia harus melaksanakan kewajibannya menghidup[i keluarganya Ketiga kalimat di atas dapat disatukan menjadi kalimat majemuk. B. Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan beberapa kalimat tunggal setara ditandai dengan kata sambung yang menyatakan kesejajaran (dan, serta, lagi pula, sesudah itu, baik ... maupun) dan sejenisnya, bertentangan (tetapi, melainkan), pilihan (atau).

C. Kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya diperluas. Hubungan bagian-bagian kalimat yang satu dengan yang lain dalam suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat sehingga memiliki induk kalimat dan anak kalimat. Contoh Ia datang di rumah kemarin Perluasan kalimat majemuk bertingkat dapat ditandai dengan penggunaan kata sambung ketika, setelah, sewaktu, jika, apabila, agar, supaya dsb. DIKSI Diksi adalah pilihan kata yang berfungsi membantu seseorang dalam mengungkapkan makna secara tepat menmgenai apa yang ingin disampaikan penulis/pembicara baik lisan maupun tulis. Pembagian makna 1. Makna denotatif dan makna konotatif Makna denotatif atau konseptual adalah arti harafiah suatu kata tanpa ada makna lain yang menyertainya, sedangkan makna konotatif atau makna asosiatif adalah makna kata yang memiliki tautan pikiran , peranan dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum sedang makna konotatif lebih bersifat pribadi atau khusus.Makna konotatif mengandung makna kiasan yang sering disebut idiom. 2. Makna umum dan makna khusus Makna umum adalah makna kata yang memiliki acuan yang lebih luas sedangkan makna khusus memiliki acuan yang lebih khusus

3. Kata konkret dan kata abstrak Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah dicerap oleh

pancaindera, sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya tidak mudah dicerap oleh pancaindera. 4. Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama tetapi bentuknya berbeda. 5. Pembentukan kata Ada dua cara pembentukan kata yakni dari dalam yang akan membentuk kata baru dan dari luar bahasa Indonesia diserap melalui pungutan kosa kata. Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata asing yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kata asing yang sudah dipungut kedalam bahasa Indonesia disebut kata serapan. Bentuk serapan ada 3 macam yakni: a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan bahasa Indonesia, b. Dengan menyesuaikan kata terhadap ejaan bahasa Indonesia, c. Dengan menterjemahkan kata asing kedalam bahasa Indonesia Dalam memilih kata terutama dalam situasi resmi perlu

mempertimbangkan hal berikut: a. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat sebaiknya dihindari. b. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat.

c. Kata yang tidak lazim sebaiknya dihindari, kecuali sudah diterima oleh masyarakat. 6. Ungkapan idiomatik Ungkapan idiomatik adalah konstruksi ysng khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Contoh : sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan, terdiri atas/dari, terjadi dari, disebabkan oleh, berbicara tentang, bergantung pada , dll.

TUGAS: - Coba Saudara mencari sebuah artikel dan sesuaikan dengan jurusan Anda! Kemudian dicermati dengan melihat kelengkapan unsur atau bagian bagian kalimat serta tidak menyalahi kaidah kepaduan bentuk dan kepaduan makna.

BAB IV PARAGRAF BAHASA INDONESIA 1. Pengertian Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Jumlah kalimat dalam satu paragraf tidak selalu sama, namun hanya berisi satu topik pembicaraan atau kalimat yang satu dengan kalimat lain selalu berkaitan. Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama tersebut. Contoh Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang perhatian kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum

dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah. 2 Syarat-syarat paragraf Paragraf yang baik harus memenuhi dua ketentuan yakni kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. a. Kesatuan paragraf Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran, sehingga kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satupun kalimat kalimat yang menyimpang dari ide pokok. Contoh : Jateng sukses. Kata-kata itu meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, minggu malam di GOR Jawa Tengah. Semarang terletak di pantai utara Jawa, ibu kota Provinsi Jateng.Pernyataan itu dianggap wajar apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud. b. Kepaduan paragraf Kepaduan paragraf dapat dilihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Macam-macam pengait paragraf antara lain : ungkapan penghubung transisi, kata ganti, atau kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan). 3 Pembagian paragraf menurut jenisnya

a. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang menjadi toik pembicaraan.Oleh karena itu paragraf pembuka harus dapat menarik perhatian pembaca serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan. b. Paragraf pengembang Paragraf pengembang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf terakhir. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Jadi paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan. Oleh sebab itu paragraf satu dan yang lain harus meperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Pengembangannya dapat secara ekspositoris(memaparkan objek yang tertuju pada satu unsur saja melalui analisis kronologis), deskriptif(melukiskan yang ada di depan mata) atau naratif(bentuk cerita seperti dalam novel, cerpen dll) maupun argumentatif(dapat dimaskkan dalam jenis ekspositoris atau disebut juga persuasi yang berusaha meyakinkan pembaca terhadap objek tulisan). c. Paragraf penutup Paragraf penutup terdapat di akhir karangan. Biasanya berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagianbagian sebelumnya. 4 Paragraf deduktif dan paragraf induktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di awal paragraf, sedangkan paragraf induktif, kalimat topik berada di akhir paragraf.

BAB VI KARANGAN ILMIAH 1. Topik Karangan Topik karangan adalah pokok pembicaraan dalam karangan . Pokok pembicaraan adalah sesuatu yang belum terurai. Top[ik dapat dioperoleh dari berbagai sumber seperti pengalaman, pendapat, pengamatan, penyelidikan yang dilakukan oleh penulis maupun dari buku. Dalam memilih topik karangan seharusnya memperhatikan : 1. Topik menarik perhatian penulis 2. Topik telah dikuasai dengan baik 3. Bahan mudah diperoleh 4. Topik dibatasi ruang lingkupnya. 2. Pembatasan topik karangan Pembatasan topik akan mempermudah penulis dalam memilih hal-hal yang akan dikembangkan serta memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang intensif 3. Cara membatasi topik karangan : 1. Membatasi menurut tempatnya 2. Membatasi menurut waktu, periode, zaman 3. Membatasi menurut hubungan sebab akibat 4. Membatasi menurut aspek khusus umum

5. Membatasi menurut bidang

6. kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama) 7. Membatasi menurut objek material dan objek formal 4. Judul Karangan Judul adalah kepala atau nama sebuah karangan. Sebagai kepala karangan judul harus mampu menarik perhatian pembaca. Judul karangan ilmiah harus memperhatikan persyaratan : 1. Judul harus relevan dengan isi karangan 2. Judul harus provokatif agar dapat menimbulkan keingintahuan pembaca 3. Judul harus singkat 4. Judul harus jelas 5. Judul harus mengacu pada hakikat pokok persoalan yang dibicarakan. 5. Penyusunan Kerangka Karangan a. Pengertian Kerangka rangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.Menyusun kerangka karangan berarti memecahkan topik ke dalam subtopik dan selanjutnya ke sub-sub topik berikutnya. Kerangka tersebut dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat Kerangka karangan tidak bersifat kaku tetapi selalu dapat berubah untuk mencapai bentuk yang semakin sempurna. b.Manfaat kerangka karangan 1. Untuk menyusun karangan supaya teratur 2. Memudahkan penulis menciptak klimaks yang berbeda-beda 3. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih

4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu 5. Bila menemukan karangan yang lebih siap, dapat dimasukkan dalam kerangka karangan yang hakekatnya sama d. Langkah menyusun kerangka karangan 1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan 2. Menginventarisasi topik-topik bawahan yangh dianggap perincian dari tujuan yang telah dirumuskan 3. Mengadakan evaluasi topik-topik yang telah tercatat pada langkah kedua. Evaluasi dapat dilakukan melalui tahap berikut : a. Apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian langsung dengan tujuan? b. Topik yang akan dipakai dievaluasi kembali apakah masih ada dua atau lebih topik yang sama? c. Apakah semua topik itu sama derajatnya ataumerupakan bawahan dari topik yang sudah ada? 4. Untuk mendapatkan sebuah karangan yang lebih rinci maka langkah kedua dan ketiga diperiksa kembali untuk menyusun topik yang lebih rendah tingkatannya. 5. Mengurutkan semua rincian sehingga diperoleh sebuah kerangka karangan yang sistematis.

e. Tipe susunan kerangka karangan 1. Urutan waktu (kronologis)

2. Urutan ruang (spasial) 3. Urutan klimaks dan anti klimaks 4. Urutan kausal 5. Urutan umum ke khusus 6. Urutan familiaritas 7. Perbandingan dan pertentangan 8. Urutan pemecahan masalah 9. Urutan akseptabilitas f. Macam-macam kerangka karangan g. Syarat-syarat kerangka karangan : 1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas 2. Tiap unit dalam rangka karangan hanya mengandung satu gagasan 3. Pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis 4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten

Anda mungkin juga menyukai