Anda di halaman 1dari 53

Materi Perkuliahan:

Kedudukan dan Fungsi bahasa Indonesia


Ragam bahasa
Ejaan dan Tanda Baca
Pilihan kata
Tata Kalimat
Kalimat efektif
Alinea
Karangan
Kutipan dan Sistem Perujukan
Abstrak dan Daftar Pustaka
Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia


Pengertian Bahasa
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dengan berbagai
macam keistimewaan, dibandingkan dengan makhluk yang lain. Dalam berinteraksi, manusia
membutuhkan alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut adalah bahasa. Dengan bahasa, kita
dapat berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Semua orang
menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa
bahasa.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud
bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai: bahasa adalah alat
komunikasi di antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
Fungsi Bahasa
a. Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
b. Sebagai alat komunikasi
c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
d. Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial
Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejak diikrarkan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional telah dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa
Indonesia itu, telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di
seluruh kawasan Nusantara.
Selain itu, dengan ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yang
dituangkan di dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, ia telah menjadi bahasa resmi
negara Indonesia.
Mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
1. Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko dan kromo) atau bahasa Sunda (kasar
dan lemes).
3. Suku-suku lain sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia.

1
4. Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.
Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam keputusan Seminar Politik Bahasa Nasional dinyatakan bahwa sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
1. lambang kebanggaan nasional
2. lambang identitas nasional
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya
4. alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah
Adapun sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
1. bahasa resmi kenegaraan
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
3. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
4. bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern
Latihan I
1. Bahasa Indonesia sekarang jauh berbeda dari bahasa Melayu tahun-tahun pertama Abad
XX. Jelaskan apa sebabnya!
2. Bagaimana pendapat Anda jika di suatu kantor seseorang asyik berbicara bersama
temannya dengan menggunakan bahasa daerah tertentu, padahal banyak karyawan yang
berasal dari suku bangsa lain turut mendengarkan pembicaraan tersebut?

RAGAM BAHASA
Pengertian Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia sangat luas wilayah pemakaiannya sehingga mempunyai beragam
penutur. Mau tidak mau, kita harus tunduk pada hukum perubahan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya beragam bahasa Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya sejumlah ragam bahasa ialah faktor sejarah. Perkembangan masyarakat turut pula
berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa. Dengan demikian, ragam bahasa dapat
diartikan sebagai variasi bahasa yang timbul karena pemakaian bahasa.

Macam-macam ragam bahasa itu tampak pada tabel berikut ini.


TABEL RAGAM BAHASA
RAGAM BERDASARKAN RAGAM
BAHASA
MEDIA/SARANA LISAN
TULISAN
SITUASI FORMAL
PEMAKAIANNYA
NONFORMAL
SEMIFORMAL
POKOK PERSOALAN ILMU
HUKUM

2
NIAGA
SASTRA
DLL

RAGAM BAHASA LISAN DAN RAGAM BAHASA TULISAN


(Dilihat dari Aspek Kebahasaan)
RAGAM RAGAM LAFAL
BAHASA LISAN
TATA
BAHASA
RAGAM DAN
TULISAN KOSAKATA
EJAAN

Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Tata Bahasa
A. Berdasarkan Bentuk Kata
1. Ragam Bahasa Lisan
a) Nia sedang baca surat kabar.
b) Ari mau nulis surat.
2. Ragam Bahasa Tulis
a) Nia sedang membaca surat kabar.
b) Ari akan menulis surat.
B. Berdasarkan Struktur Kalimat
1. Ragam Bahasa Lisan
a) Mereka tinggal di Menteng.
b) Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
2. Ragam Bahasa Tulis
a) Mereka bertempat tinggal di Menteng.
b) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Kosa kata
1. Ragam Bahasa Lisan
a) Ariani bilang kita harus belajar.
b) Kita harus bikin karya tulis.
c) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.
2. Ragam Bahasa Tulis
a) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
b) Kita harus membuat karya tulis.
c) Rasanya masih terlalu muda buat saya, Pak.
Catatan:
Dalam ragam bahasa lisan, penutur (pembicara) dapat memanfaatkan peragaan
(dramatisasi), seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara atau tekanan, untuk
membantu pemahaman pengungkapan diri (ide, gagasan, pengalaman, sikap, dan rasa),
sedangkan dalam ragam bahasa tulis peragaan seperti itu tidak dapat digambarkan atau
dilambangkan dengan tulisan. Oleh sebab itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya

3
kelengkapan unsur tata bahasabaik bentuk kata maupun susunan kalimatketepatan
pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan serta pungtuasi (tanda baca) untuk
membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahasa tulis.
Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaiannya
Pada tabel ragam bahasa, disebutkan ragam lain, yaitu ragam formal, ragam
nonformal, dan ragam semiformal. Ragam ini merupakan pengelompokan bahasa dari sudut
situasi pemakaian. Bahasa ragam formal memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan
tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam formal tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan
berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern.
Pembedaan antara ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal dilakukan
berdasarkan:
1. topik yang sedang dibahas
2. hubungan antarpembicara
3. medium yang digunakan
4. lingkungan atau situasi saat pembicaraan terjadi
Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal
dari ragam nonformal. Ciri-ciri itu ialah
1. penggunaan kata sapaan dan kata ganti
2. pengguaan kata tertentu
3. penggunaan imbuhan
4. penggunaan kata sambung (konjungsi)
5. penggunaan fungsi yang lengkap

a. penggunaan kata sapaan dan kata ganti


Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam formal dari
ragam nonformal yang sangat menonjol. Kepada yang kita hormati, kita akan cenderung
menyapa dengan menggunakan kata bapak, ibu, saudara, dan Anda, atau kita akan
menyertakan jabatan, gelar, atau pangkat. Sementara itu, untuk menyapa teman atau rekan
sejawat, kita cukup menyebut namanya atau kita menggunakan bahasa daerah. Jika kita
menyebut diri kita dalam ragam formal, kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam
ragam nonformal, kita menggunakan kata gue.
b. penggunaan kata tertentu
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam
formal dan ragam nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering muncul kata nggak, bakal,
gede, bokek, udahan, kegedaan, dan lain-lain. Di samping itu, dalam ragam nonformal sering
muncul bentuk penekan, seperti sih, kok, deh, dong, dan lho. Dalam ragam formal, bentuk-
bentuk itu tidak akan digunakan.
c. penggunaan imbuhan
Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam formal kita harus menggunakan
imbuhan secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah, kita dapat menghilangkan
imbuhan dalam kata kerjanya (verba).
Dalam ragam nonformal, imbuhan sering ditanggalkan.
Misalnya:
pake untuk memakai
nurunin untuk menurunkan
d. penggunaan kata sambung dan kata depan
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri
pembeda lain.

4
Dalam ragam nonformal, acapkali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang
kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Dalam laras jurnalistik, kedua kata ini
sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semiformal.
e. penggunaan kelengkapan fungsi
Kelengkapan fungsi berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang dihilangkan
karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang
nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Hal itu biasanya terjadi saat kiota menjawab
pertanyaan orang.
Sebenarnya, pembeda lain yang juga muncul adalah intonasi, tetapi tidak disebutkan
di atas karena intonasi hanya muncul dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam
tulis.

Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan


Setiap orang berhak memilih ragam bahasa yang sesuai dengan pokok persoalan atau
bidang keahlian masing-masing. Setiap ragam ini memiliki ciri dan gaya tersendiri, seperti
terlihat pada penggunaan kata-katanya.
Laras Bahasa
Selain ragam, kita juga mengenal laras bahasa. Laras bahasa adalah kesesuaian
antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal berbagai laras seperti laras
iklan, laras ilmiah, laras lagu, laras komik, laras cerpen, dan laras puisi. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis, dalam bentuk formal, nonformal, atau semiformal.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Moto yang sering didengung-dengungkan oleh pemerintah adalah Gunakan lah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pemahaman atas moto tersebut sering salah
kaprah. Banyak orang, terutama masyarakat awam, mengira bahwa moto itu menekankan
penggunaan bahasa yang formal. Akibatnya, banyak orang melecehkan atau mengabaikan
moto tersebut dan menganggapnya sebagai moto yang tidak fleksibel, moto yang kaku, moto
yang tidak menarik; padahal moto itu tidak hanya menekankan penggunaan bahasa formal,
tetapi juga penggunaan bahasa yang komunikatif.
Pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar harus ditinjau dari dua aspek, yaitu
aspek bahasa yang baik dan aspek bahasa yang benar.
A. Bahasa yang Baik
Penggunaan bahasa yang baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti
bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada
siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur usia, pendidikan,
pekerjaan, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak
boleh kita abaikan. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikatif, unsur-
unsur komunikatif (yaitu pengirim pesan, isi pesan, media pesan, dan penerima pesan)
menjadi penting.
Pengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan (isi pesan) kepada
penerima pesan, yaitu pendengar atau pembaca (bergantung pada media pesan yang
digunakannya).
B. Bahasa yang Benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan kaidah, yaitu peraturan bahasa. Berkaitan dengan
peraturan bahasa ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan
kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata harus dimiliki
dalam penggunaan ragam bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus
dimiliki dalam penggunaan ragam bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang
memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa. Tanpa perlu
menggunakan bahasa formal, kita tetap dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

5
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa berbahasa dengan baik dan benar tidak
hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, tetapi juga memperhatikan aspek
komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu harus merupakan bahasa formal.
Sebaliknya, penggunaan bahasa formal tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar.
Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping
itu mengikuti kaidah bahasa yang benar

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN Bag. 1


Pengertian Ejaan
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana hubungan di antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Secara teknis, yang diatur dalam ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
PENULISAN HURUF
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Selamat pagi.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Bapak menasihati, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin dia terlambat," katanya.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Quran
Alkitab Weda Islam Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:
Haji Agus Salim Imam Syafii

Presiden Soekarno Nabi Ibrahim


Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Gubernur Ali Sadikin Menteri Hatta Radjasa
Profesor Supomo Gubernur Sulawesi Utara

6
Akan tetapi, perhatikanlah penulisan berikut:

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?


Brigadir Jenderal Sugiarto baru dilantik jadi mayor jenderal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah Wage Rudolf Supratman
Kris Dayanti Amien Rais
Dewi Persik Nicholas Saputra

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia bahasa Turki
suku Sasak suku Toraja

Namun, perhatikanlah penulisan berikut:

mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Ramadhan
hari Jumat hari Lebaran
hari Natal Perang Padri
hari Galungan Proklamasi Kemerdekaan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, yang, dan untuk,
yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
Salah Asuhan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Jalan Diponegoro
Blitar Jazirah Arab
Bukit Barisan Kali Ciliwung
Cirebon Selat Karimata
Danau Tondano Tanjung Harapan
Dataran Tinggi Dieng Terusan Suez
Gunung Salak Laut Jawa
Namun, perhatikan penulisan berikut:

berlayar ke teluk mandi di kali


menyeberangi selat pergi ke arah barat

7
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional Keputusan Presiden RI
Nomor 156 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Majelis Permusyawaratan
Rakyat
Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar
1945

Tetapi perhatikanlah penulisan berikut:

menurut undang-undang dasar kita


kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik beberapa badan hokum
Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. Doktor
Sdr. Saudara
dr. Dokter
S.Sos. Sarjana Sosial
M.A. Master of Arts
S.H. Sarjana Hukum
Ny. Nyonya
S.S. Sarjana Sastra
Prof. Profesor
Tn. Tuan
M.M. Magister Manajemen

Catatan:
Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau
sapaan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat?
Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Fuad.
Surat Anda telah kami terima.

Catatan:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

8
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat di kabupaten itu hadir.
B. Huruf Miring (Kursif)

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:

menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:
Kantor kami berlangganan majalah Tempo dan surat kabar Kompas.

Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ditulis oleh Seno


Gumira Ajidarma.

Nadya sedang menyampul buku Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA.

menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Misalnya:
Sebaiknya kita menggunakan kata kudapan untuk kata snack.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Carcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis di bawahnya.
PENULISAN KATA
Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.


Misalnya:
Kami percaya bahwa kamu anak yang pandai.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
bergeletar diberikan
diperlebar kesatuan
menengok perubahan

9
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
garis bawahi tanda tangani

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan penghancurleburan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:

amoral monoteisme antarkota


multilateral antinarkoba nonkolaborasi
bikarbonat Pancasila caturtunggal
panteisme dasawarsa poligami
demoralisasi prasangka dwiwarna purnawirawan
ekawarna reinkarnasi ekstrakurikuler saptakrida
nfrastruktur semiprofesional inkonvensional subseksi
internasional swadaya introspeksi telepon
kolonialisme transmigrasi kontrarevolusi tritunggal
kosponsor tunanetra mahasiswa
ultramodern

Catatan:

Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-)

Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme

Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata
yang bukan kata dasar dan kata esa.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Semoga Yang Maha Esa memberkahi usaha Anda.

Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

10
anak-anak lauk-pauk berjalan-jalan
mata-mata biri-biri menulis-nulis
buku-buku mondar-mandir centang-perenang porak-poranda
dibesar-besarkan ramah-tamah
gerak-gerik sayur-mayur hati-hati
jari-jari huru-hara terus-menerus
kuda-kuda tukar-menukar kupu-kupu
kura-kura tunggang-langgang undang-undang

Gabungan Kata

1.Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis
simpang empat kereta api cepat ibu kota

2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca,
dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar orang-tua muda
anak-istri saya bu-bapak kami
buku sejarah-baru watt-jam

3.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.

Misalnya:
akhirulkalam kepada alhamdulillah manakala
apabila matahari bagaimana padahal
barangkali paramasastra bilamana peribahasa
bismillah sekaligus bumiputra sendratari
daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar
hulubalang wasalam olahraga sukarela

Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan
-nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

11
Misalnya:
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermain sajalah di sini.
Di mana ada Kunti, di situ ada Kunto.
Kemarin ia datang dari Surabaya.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Namun, perhatikan penulisan berikut:

Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.


Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Ia keluar sebentar.
Kemarikan buku itu!
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Semua orang yang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah lagi yang akan diucapkannya?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah
datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

12
Namun, kelompok kata yang lazim dianggap padu, seperti adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam
pasal-pasal yang berikut ini.
Angka Arab : 0, 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
L (50), C (100), D (500), M (1.000)

2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu,
dan (c) nilai uang.
Misalnya:
10 liter beras 1 jam 20 menit Rp5.000,00
4 meter persegi pukul 15.00 US$3.50
5 kilogram tahun 1976 100
0,5 sentimeter 17 Agustus 1945 10 persen
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.

Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No.15
Hotel Sofyan Kamar 69

4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.

Misalnya:
Bab X, pasal 5, halaman 212
Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:

a. Bilangan utuh
Misalnya:
12 dua belas

13
22 dua puluh dua
222 dua ratus dua puluh dua

b. Bilangan pecahan
Misalnya:
1/2 setengah 3/4 tiga perempat
1/16 seperenam belas 32/3 tiga dua pertiga
1/100 seperseratus 1% satu persen
1,2 satu dua persepuluh

6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut

Misalnya:
Paku Buwono X Bab II Abad XX Tingkat I
Paku Buwono ke-10 Bab ke-2 Abad ke-20 Tingkat ke-
1 Paku Buwono kesepuluh Bab kedua Abad kedua puluh
Tingkat kesatu (pertama)

7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut
Misalnya:
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima lembar uang 1000-an atau lima uang seribuan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
pemerincian dan pemaparan.

Misalnya:

Anti menonton film itu sampai tiga kali.

Pak Burhan memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15 suara


tidak setuju, dan 5 suara blangko.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

Pak Lastim mengundang 250 orang tamu.


Bukan: 250 orang tamu diundang Pak Lastim.
Atau: Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Lastim.

14
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai.
Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.


Bukan: Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp1.500.000,00 (satu juta l ima ratus ribu
rupiah).
Saya lampirkan tanda terima sebesar 1.500.000 (satu juta lima r atus ribu) rupiah.

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN Bag. 2


PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Salatiga.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang datang.
Hari itu tanggal 22 Agustus 1976.
Marilah kita mengheningkan cipta.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
Maman S. Mahayana
Ishadi S.K.

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:
Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum) Dr. (Doktor)
dr. (Dokter) Ir. (Insinyur)
Kep. (Kepala) Kol. (Kolonel)
M.B.A. (Master of Business Administration)
M.Sc. (Master of Science)
Prof. (profesor) S.E. (Sarjana Ekonomi)
S.H. (Sarjana Hukum) S.S. (Sarjana Sastra)
Yth. (Yang terhormat) Ny. (Nyonya)
Sdr. (Saudara)

15
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Misalnya:
a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat)
u.b. (untuk beliau) u.p. (untuk perhatian)
jln. (jalan) dkk. (dan kawan-kawan)
dsb. (dan sebagainya) dst. (dan seterusnya)
hlm. (halaman) tgl. (tanggal)
tsb. (tersebut)

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B. Direktorat Jenderal Agraria.
Penyisipan Naskah:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 GambarTangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Sugiarto lahir pada tahun 1972 di Jakarta.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 0795010303. (tanda titik di sini mengakhiri kalimat)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku
kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-
lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah
diterima oleh masyarakat.
Misalnya:
TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
UUD (Undang-Undang Dasar)
WHO (World Health Organization)
Depkes (Departemen Kesehatan)

16
Sekjen (Sekretaris Jenderal)
sinetron (sinema elektronika)
radar (radio detecting and ranging)
tilang (bukti pelanggaran)
10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
Cu (Kuprom)
TNT (Trinitrotoluen)
10 cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
1 Isinya 50 l bensin murni.
kg Berat yang diizinkan l00 kg ke atas.
Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
11. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pertanian
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

12. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat dan tanggal surat atau nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Yth. Sdr. Lola Yahya
Jalan Sudirman 45
Jakarta
3 Desember 1972
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli disket, spidol, dan penggaris.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan dan
sebagainya.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Nugraha bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat apabila anak kalimat
tersebut mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.

17
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Misalnya: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya: O, begitu
Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus."
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Margonda Raya 21, Depok
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Indramayu, 1 Oktober 1937
Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
Misalnya: Bambang Pujiyono, M.M.
10.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam
bilangan.
Misalnya: 12,54 m
Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya: Guru saya, Pak Agus, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
Seorang mahasiswa, selaku wakil kelompoknya, maju cepat-cepat.
12. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda
seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.
Berdiri lurus-lurus! perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)


1.Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

18
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk memasak di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton sinetron.

D. Tanda Titik Dua (:)


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
Yang kita perlukan sekarang ini ialah perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Zaenal Arifin
Sekretaris : Irman Nashori
Bendahara : Usman
b. Tempat sidang : Ruang 422
Pangantar acara : M. Syarifudin
Hari : Senin
Pukul : 09.00 WIB

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : Bawa kopor ini, Mir!
Amir : Baik, Bu.
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik!
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Misalnya:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.

E. Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya: ... ada cara ba-
ru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu
huruf saja pada ujung baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya: ... cara baru meng-
ukur panas.
... cara baru me-
ngukur kelapa.
... alat pertahan-
an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

19
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibalik-balikkan
kemerah-merahan
2
Tanda ulang ( ) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada
teks karangan.

4. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.


Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan dengan dua-puluh-lima-ribuan
istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yangramah
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
se-Indonesia se-Jabotabek
HUT ke-28 tahun '50-an
ber-SMA KTP-nya nomor 220876 YS
bom-H sinar-X
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-charter pen-tackle-an

F. Tanda Pisah ()
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan tercapaidiperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti 'sampai dengan' atau
di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Misalnya: 19722001
tanggal 15 Agustus 2003
JakartaBandung
G.Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak!
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan ditelliti lebih lanjut.
Catatan:

20
Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai empat titik;
tiga untuk penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati .

H. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Gadis itu dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 100 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)


1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:
Alangkah suramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Ah, masak! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
Merdeka!

J. Tanda Kurung ( )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau
huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut:
(1) alam;
(2) tenaga kerja; dan
(3) modal.
a) alam;
b) tenaga kerja; dan
c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ([...])

21
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat
bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
(perbedaan di antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan.)

L. Tanda Petik ("...")


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain.
Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
"Sudah siap?" tanya Agra.
"Saya belum siap," seru Raya, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Massa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Pengenalan Komputer di
SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya: Kata Dodi, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Pandu mendapat julukan "Si Hitam ".
Bang Munir sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

M. Tanda Petik Tunggal (...)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Rini, "Kau dengar bunyi kring-kring tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'lbu! Bapak
pulang!' dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Agung.
2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
rate of inflation laju inflasi

N. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya:
Surat No.13/PAN/2004

22
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/1embar
Jalan Sigma III/47

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) ()


Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Ali 'kan kusurati ('kan = akan)
Malam 'lah tiba ('lah = telah)
14 Februari '90 ('90 = 1990)
*******
Latihan
Perbaikilah paragraf ini dengan menggunakan tanda baca dan ejaan yang tepat.
jangan sangka video game hanya menjadi mainan anak anak dolanan elektronik ini di
otak atik untuk membantu rehabilitasi tangan buat penderita stroke dan di tampilkan pada
workshop internasional untuk rehabilitasi virtual di new york amerika serikat hasil realitas
virtual lebih menjanjikan rehabilitasi yang lebih cepat dan lengkap kata kira morrow dari the
state university of new jersey alat itu terdiri dari sebuah xbox yang dimodifikasi dan memutar
program latihan plus sarung tangan yang bisa melatih kelenturan jari dan posisi pergelangan
tangan dan layar monitor dengan sambungan internet ke kantor kira modifikasi xbox tidak
banyak di lakukan kira membuat dua program untuk merangsang fungsi tangan pasien stroke
bentuk latihan misalnya pasien mencoba memukul secepat mungkin untuk mengusir kupu
kupu yang terbang melintasi layar gunanya merangsang pasien untuk mengontrol tangan
keunggulan lain alat ini hanya di jual us $ 549 jauh lebih murah daripada peralatan dengan
fungsi serupa yang menjadi standar penanganan pasca stroke yang di banderol us $ 17.800
padahal sistem video game yang di modifikasi ini bisa lebih berfungsi

DIKSI (PILIHAN KATA)

PENGERTIAN KOSAKATA
Setiap bahasa memiliki perbendaharaan kata atau kosakata yaitu sejumlah kata yang
digunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri.
Kosakata bersifat sangat dinamis. Kosakata suatu bahasa selalu berubah. Ada kata yang
ditambahkan dan ada kata yang hilang atau tidak digunakan lagi.
Kosakata dapat diartikan sebagai berikut.
a. Semua kata yang terdapat dalam sebuah bahasa.
b. Semua kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang digunakan oleh segolongan
orang dari lingkungan yang sama.
c. Semua kata yang digunakan dalam satu bidang ilmu pengetahuan.
d. Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai
batasan dan keterangannya.
Sebuah laras bahasa amat ditentukan oleh pilihan katanya, apalagi jika
berkaitan dengan bidang ilmu tertentu. Oleh karena itu, dalam hal pilihan kata, kita harus
memikirkan siapakah yang menjadi pembaca. Dengan demikian pula, kita harus konsisten
pada sikap yang kita pilih.

23
Perlu diperhatikan bahwa pembaca berasal komunitas tertentu. Untuk dapat
mengikuti dan memahami buku yang diterbitkan, pembaca harus berada dalam komunitas
tersebut. Bidang-bidang ilmiah tertentu akan menggunakan kosakata tertentu. Selain itu,
dalam laras ilmiah, banyak pula digunakan kata-kata asing untuk bidang-bidang tertentu
seperti kedokteran, psikologi, ekonomi, dan politikpadahal acapkali kata-kata tersebut
memiliki padanannya dalam bahasa Indonesia.
Dalam kenyataannya, tidak satu pun penutur yang menguasai semua kosakata
yang ada dalam bahasanya. Seorang penutur secara aktif hanya akan menggunakan sebagian
dari jumlah kosakata yang dikuasainya. Biasanya, kata-kata yang dipilihnya adalah kata-kata
yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya; kata-kata yang berkaitan dengan
masalah yang ingin diungkapkannya; atau kata-kata yang berkaitan dengan kebutuhannya.
Oleh sebab itu, pada saat seseorang menulis, termasuk di dalamnya menulis sebuah karya
ilmiah, ia harus sering merujuk kamus. Dalam bahasa Indonesia digunakan Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Penutur melakukan pilihan atas kata-kata yang ingin digunakannya,
bergantung pada berbagai faktor sosiologis yang melingkupinya. Jadi, pada dasarnya, pada
saat seorang penutur menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, ia memilih dari kosakata
yang dimilikinya kata yang tepat dan sesuai untuk kepentingannya saat itu.
Masalah pilihan kata berkaitan dengan empat hal berikut.
1. Pilihan kata mencakup pengertian penggunaan kata-kata untuk menyampaikan suatu
gagasan, pembentukan kelompok kata yang tepat, dan pemilihan gaya yang paling tepat
untuk suatu situasi.
2. Pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan.
3. Pilihan kata merupakan kemampuan untuk menemukan kata yang sesuai dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok sasaran.
4. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Melihat uraian di atas, ada dua hal penting yang patut mendapat perhatian kita
berkaitan dengan pilihan kata, yakni ketepatan pilihan kata dan kesesuaian pilihan.

KETEPATAN PILIHAN KATA


berkaitan dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penulis atau pembicara.

KESESUAIAN PILIHAN KATA


berkaitan dengan penggunaan kata untuk mengungkapkan gagasan dengan cara yang
dicocokkan dengan kesempatan dan lingkungan yang dihadapi.
Untuk dapat melakukan pilihan kata dengan baik, seseorang harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam hal mengetahui berbagai hal berikut ini.

Kata umum dan kata khusus. Untuk mencapai pengertian yang tepat sebaiknya digunakan
kata khusus yang akan mengungkapkan makna secara lebih jelas. Nama diri merupakan kata
yang sangat khusus. Kata khusus digunakan untuk memberikan informasi yang akurat kepada
pembaca dan untuk membangkitkan sugesti dalam diri pembaca. Misalnya, berjalan
perlahan-lahan dengan tertatih; orang miskin dengan gelandangan.
Kata indria. Untuk dapat menyajikan berita yang bersifat faktual, alat bahasa yang paling
tepat adalah kata-kata indria. Kata-kata itu menyatakan pengalaman yang dicerap oleh

24
pancaindera: penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Kata-kata indria ini
merupakan kata-kata yang membantu kelancaran penulisan deskripsi secara akurat.
Kata formal, semiformal, dan nonformal. Penggunaan kata formal, semiformal, dan
nonformal berkaitan dengan siapa yang menjadi pembaca atau pendengar. Pengetahuan
penulis dan pembicara akan situasi juga akan mempengaruhi pilihan katanya. Misalnya,
pemakaian kata ganti saya, aku, atau gue sangat bergantung pada situasi dan kepada siapa
kita berbicara.
Kata populer dan kata ilmiah. Kosakata suatu bahasa, pada umumnya, terdiri atas kata-
kata yang sering digunakan oleh penuturnya. Kata-kata akan digunakan dalam komunikasi
sehari-hari oleh semua lapisan masyarakat. Namun, ada pula sejumlah kata yang hanya
digunakan dalam komunikasi ilmiah: dalam diskusi, pertemuan resmi, pengajaran.
Umumnya, kata-kata ilmiah itu diserap dari bahasa asing. Ada yang dicari padanan katanya
dalam bahasa Indonesia (supervisi dengan penyelia) dan ada pula yang disesuaikan dengan
struktur kata bahasa Indonesia (formation dengan formasi).
Jargon. Jargon adalah kata-kata teknis dalam suatu bidang ilmu tertentu dan sering kali
bertumpang-tindih dengan pengertian istilah. Jargon merupakan bahasa atau kata yang
khusus sekali. Pemakaian jargon harus diikuti oleh penjelasan arti kata tersebut.
Kata percakapan. Bahasa percakapan tidak selalu identik, dengan bahasa nonformal. Kata
percakapan adalah kata-kata yang dapat digunakan dalam ragam lisan, tetapi tidak dapat
digunakan dalam ragam tulis. Masalahnya, sekarang adalah bahwa tidak semua penutur
bahasa Indonesia dapat membedakan kedua ragam ini. Perbedaan laras jurnalistik dan laras
iklan dari laras-Iaras lain, dalam hal ini, adalah bahwa kedua laras ini menyajikan ragam lisan
dalam bentuk ragam tulis. Akibatnya, ada banyak kata percakapan yang digunakan dalam
bentuk tulis, misalnya tapi seharusnya tetapi, bisa seharusnya dapat.
Kata slang. Kata-kata slang adalah kata-kata percakapan yang menjurus ke arah
nonstandar yang disusun secara khas, seperti bahasa prokem atau bahasa gaul. Biasanya,
muda-mudi selalu berusaha untuk menggunakan bahasa dengan cara-cara baru atau dengan
arti baru, termasuk di dalamnya penggunaan akronim dari kata umum, misalnya benci
menjadi benar-benar cinta. Kelemahan dari kata-kata slang ini adalah hanya sedikit yang
bertahan lama dan kata-kata slang selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata slang yang pada
suatu waktu tumbuh secara populer atau trendi, di saat lain akan segera hilang dari peredaran.
Kesegaran dan daya gunanya hanya terasa pada saat pertama kali kata itu digunakan.
Idiom. Idiom adalah pola-pola bahasa (frase) yang menyimpang dari kaidah dan makna
bahasa yang umum dan makna gabungannya tidak dapat diterangkan melalui makna kata
pembentuknya. Contohnya, makan hati, banting tulang. Dalam hal ini yang harus
diperhatikan pula adalah penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis kepada
kata kerja tertentu, seperti berharap akan, berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas,
waspada terhadap.
Pilihan kata sangat berkaitan pada laras yang dipilih dan pada tujuan penulisan. Setiap
kata memiliki medan makna dengan corak, nuansa, dan kekuatan yang berbeda-beda.
Berhati-hatilah dengan sinonim kata karena tjdak semua kata sama artinya, rneskipun mirip,
misalnya gaji, upah, honor, bayaran. Jika jumlah kosakata seseorang berkembang, ia tidak
akan mengalami kesulitan untuk memilih kata yang tepat bagi tulisannya.
Kamus umum, kamus sinonim, kamus bahasa asing, kamus tesaurus harus selalu
tersedia. Kamus-kamus tersebut akan membantu kita untuk mengembangkan kekuatan,
ketelitian memilih, dan ahli dalam memilih kata yang akan menghasilkan tulisan yang hidup.
Pada saat menulis, penulis harus berhati-hati terhadap kata-kata yang penulisannya
mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda, misalnya gaji dan gajih; Kebayoran dan
Kemayoran: timpa dan tempa. Sebaiknya, penulis memiliki pengetahuan mengenai kata-kata
yang digunakan dalam ragam formal atau ragam nonformal, misalnya cuma, cuman, dan

25
hanya; bikin dan buat; bisa dan dapat; koran dan surat kabar. Selain itu, berkaitan dengan
laras ilmiah maupun ilmiah populer, penulis harus mengetahui kata yang menjadi istilah dan
yang bukan istilah.
Perhatikan perbedaan antara penyajian yang bersifat ilmiah dan yang bersifat ilmiah populer
berikut ini.
PERGANTIAN KELAMIN DAN CARA BETERNAK BELUT
Ikan belut mempunyai cara hidup yang unik. Di awal kehidupannya, belut berkelamin betina.
Jika
sudah berusia lebih tua, belut akan berganti kelamin menjadi jantan. Dalam tulisan berikut
ini,
akan dikemukakan tingkah laku belut dalam perkawinan dan cara beternak belut di kolam air
tawar.

SKANDAL SEKS KAUM BELUT


Sebagai ikan buas yang suka ber-lindung dalam sarang penyamunnya, lindung atau belut
menarik perhatian karena skandal seks-nya. Kalau masih muda belut menikmati hidup
sebagai juwita belut betina. Setelah tua mereka berganti kelamin menikmati surga dunia
untuk kedua kali sebagai Don Juan belut jantan. Tingkah lakunya yang aneh dalam
perkawinan menarik untuk disimak, sekaligus juga pengetahuan bagaimana cara beternak
belut di kolam air tawar.
GAS METHANE
Methane mumi merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Biasanya gas yang dihasilkan dengan proses pencemaran anaerob atau disebut sebagai biogas
mengandung menthane antara 50 dan 70%. Biogas terbakar dengan nyala api berwama biru,
dan mempunyai nilai panas berkisar kira-kira 500-700 Btu/ft jika biogas tersebut
mengandung methane 50-70%.
Biogas itu dapat digunakan secara langsung sebagai gas pembakar untuk
keperluan memasak, lampu penerangan, dan pendinginan, atau sebagai bahan bakar untuk
menggerakkan mesin dengan perbandingan kompresi 8:1 atau lebih besar.
GAS METANA DAN CO2
Untuk memperoleh gas bio dari kotoran manusia memang diperlukan
teknologi tertentu, dalam hal ini meliputi peralatan berupa digester dan bak penampung
limbah yang keduanya terbuat dari beton. Septic tank dari lubang wc tidak diperlukan lagi
karena sudah digantikan tugasnya oleh digester yang sebetulnya septic tank juga. Hanya, bak
berkapasitas 10m3 ini dirancang kedap udara. Maksudnya demi kelangsungan hidup bakteri
anaerob yang tugasnya membusukkan kumpulan tinja di dalamnya (setidaknya ada 10 macam
bakteri pembusuk). Ampasnya yang berupa kotoran matang dialirkan dengan sistem
tertentu lewat saluran pelimpah menuju ke bak penampung limbah.
Proses pembusukan oleh bakteri itu menghasilkan 60% gas metana (CH 4) dan
40% karbondioksida (C02) yang daya bakarnya tidak terlalu kalah dengan gas alam ataupun
gas butana (C4H10), yang sehari-hari dikenal para ibu sebagai elpiji. Daya bakar yang
dicerminkan dengan nilai kalor (panas) - tiap 1 m 3 gas bio ini setara dengan 0,4 kg elpiji.
Efisiensi pembakaran keduanya pun hampir sama.
Berikut ini disajikan tabel berisikan beberapa kemungkinan dalam penggunaan kata yang
salah dan benar, serta lugas dan tidak lugas.
SALAH
Sesuai
Terdiri
Berbeda dengan
Berhubung

26
Disebabkan karena
Tergantung dari
Tergantung kepada
BENAR
Sesuai dengan
Terdiri atas
Terdiri dari
Berbeda dari
Berhubung dengan
Disebabkan oleh
Bergantung pada
Tergantung akan

TIDAK LUGAS
Sepanjang pengetahuan saya
Mengadakan pendekatan
Setelah diberi penjelasan
Melakukan pengrusakan terhadap
Untuk memungkinkan kami memberi penilaian
Melakukan penilaian atas
LUGAS
Setahu saya
Mendekati
Setelah dijelaskan
Merusak
Agar kami dapat menilai
Meneliti
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh pemilihan kata.
Meskipun bersinomim, kata raya, besar, agung, dan akbar tidak dapat dipertukarkan.
Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung, perhelatan akbar.
Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata masing-masing
tidak boleh diikuti oleh kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
Tiap-tiap kelompok terdiri atas sepuluh orang.
Masing-masing harus menyerahkan laporan penelitian.
Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain
sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, dan misalnya.
Contoh:
Universitas Budi Luhur memiliki program studi seperti Komunikasi, Teknik Informatika,
Sistem Informasi, Ekonomi Manajemen, Ekonomi Akuntansi, dan lain-lain. (salah)

Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan
waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Contoh:
Perkulihan bahasa Indonesia berlangsung selama dua jam, yaitu dari pukul 08.00 s.d.
10.00.
Kata sesuatu dan suatu tidak sama dalam pemakaiannya. Kata sesuatu tidak boleh diikuti
oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. Contoh:
Mereka datang tidak dengan tangan hampa, tetapi membawa sesuatu.
Mereka datang tidak dengan tangan hamba, tetapi membawa suatu bungkusan.

27
Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan
asal sesuatu, baik bahan maupun arah. Adapun kata daripada berfungsi membandingkan.
Contoh:
Ia datang dari Bandung.
Cincin itu terbuat dari emas murni.
Indonesia lebih luas daripada Malaysia.

Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana dalam kalimat
pernyatan harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
Contoh:
Akhirnya, saya kembali juga ke Bogor, kota di mana saya dilahirkan. (salah)
Di mana dia telah dinyatakan sebagai tersangka, itu saya ketahui dari Kapolsek
Kebonjeruk. (salah)
Hingga saat ini, dia belum juga mengunjungi tempat di mana selalu menjadi
impiannya. (salah)
Tuliskan kembali kalimat berikut dengan membetulkan kesalahan yang ada.
1. Saat ini ada banyak perangkat lunak pengolah kata yang digunakan, antara lain Corel
Word Perfect, Lotus Word Pro, Notepad, WordPad, Microsoft Word, Page Maker, StarOffice
Writer, AbyWord, dan lain-lain.
2. Buku kerja Excel terdiri dari beberapa lembaran kerja.
3. Ketika menyampaikan hasil temuannya, ia samasekali tidak menyangka kalau temuannya
akan memberi manfaat yang begitu besar bagi kemajuan teknologi di Tanah Air.
4. Pertemuan para pakar teknologi dilakukan sesuai rencana semula.
5. Masing-masing anggota dalam kelompok itu telah menyetujui usulan yang disampaikan
ketua penyelenggara.
6. Keberhasilan pelaksanaan pekerjaan itu amat tergantung pada fasilitas dan sumber daya
manusia.
7. Pembentukan protein dan asam nukleat daripada bahan bakunya sangat berbeda dengan
pembentukan polisakarida dan lipid.
8. Glukosa, galaktosa, dan fruktosa adalah merupakan contoh-contoh daripada gula tunggal
atau monosakarida.
9. Jadi, molekul ini mengandung informasi-informasi yang kadang-kadang khas bagi
organisme dimana sintetis itu terjadi.
10. Menurut para ahli-ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari tiap-tiap
pelarut melalui sesuatu selaput yang permeable secara diferensial.

Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Manakah yang bisa disebut kalimat?


1. Berdiri aku di senja senyap.
2. Mendirikan pabrik baja di Cilegon.
3. Berenang itu menyehatkan kita.
4. Karena perbuatannya sangat tidak manusiawi.
Pengertian Kalimat
Yang dimaksud dengan kalimat adalah susunan kata yang mengungkapkan pikiran
yang utuh. Kalimat, baik lisan maupun tulisan, sekurangnya harus memiliki subjek (S) dan
predikat (P). Jika tidak memiliki unsur S atau P, pernyataan itu tidak bisa disebut kalimat.
Susunan kata yang seperti itu ialah frasa.

28
Jika dilihat dari predikatnya, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu
a. kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja dan
b. kalimat-kalimat yang berpredikat selain kata kerja
Namun, dalam pemakaian sehari-hari, jumlah kalimat yang berpredikat kata kerja
lebih besar daripada kalimat yang berpredikat selain kata kerja. Hal itu memudahkan
kita dalam menentukan predikat sebuah kalimat. Misalnya, jika ada kata kerja dalam
susunan kalimat, kata kerja itulah yang kita cadangkan sebagai predikat dalam kalimat
itu.
Contoh:
Proyek raksasa itu dikerjakan oleh para mahasiswa FTI UBL.
Kata kerja dalam kalimat itu ialah dikerjakan. Kata dikerjakan merupakan predikat
dalam kalimat itu. Setelah menemukan predikat, kita dapat menentukan subjek dengan cara
bertanya dengan menggunakan predikat, seperti berikut ini.
Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa FTI Universitas Merah Putih?
Jawaban pertanyaan itu ialah proyek saksasa itu. Deretan kata proyek saksasa itu
merupakan subjek kalimat tersebut. Jadi, susunan kata Proyek raksasa itu dikerjakan oleh
para mahasiswa FTI Universitas Merah Putih bisa dikatakan sebagai kalimat karena
memiliki subjek dan predikat.
Perhatikan kalimat berikut ini.

Harga buku itu dua puluh ribu rupiah.


Komputer itu rusak.
Ayahku dokter.

Ketiga kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang berpredikat selain kata kerja.
Harga buku itu / dua puluh ribu rupiah.
S P (K.Bil.)
Komputer itu / rusak.
S P (KS)
Ayahku / dokter
S P (KB)

Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia ialah
sebagai berikut.

1. KB + KK : Virus menyebar.
2. KB + KS : Komputer itu rusak.
3. KB + KBil : Nilainya seratus.
4. KB1 + KK + KB2 : Neutron membeli roti.
5. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Agus membawakan Noris buku.
6. KB1 + KB2 : Reza petani.

Keenam pola kalimat dasar iu dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat
pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat dapat digolongkan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal memiliki satu gagasan, sedangkan kalimat majemuk memiliki gagasan yang
bersegi-segi. Kalimat majemuk dapat bersifat setara, tidak setara (bertingkat), dan campuran.

29
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Meskipun
hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat, bukan berarti bahwa kalimat tunggal selalu
merupakan kalimat yang pendek. Kalimat-kalimat yang panjang pun dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu
terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis sebagai berikut.
Kalimat Majemuk Setara Penjumlahan
Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan.

Contoh:
Dosen menjelaskan.
Mahasiswa mendengarkan.
Dosen menjelaskan dan mahasiswa mendengarkan.

Kalimat Majemuk Setara Pertentangan.


Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata tetapi, sedangkan, dan melainkan jika kedua kalimat tunggal atau
lebih itu menunjukkan pertentangan.
Contoh:
Ia bukan mahasiswa FTI, melainkan mahasiswa Fikom.
Puspitek terletak di Serpong, sedangkan PT Dirgantara Indonesia terletak di
Bandung.
Reza tidak berbelanja, tetapi hanya melihat-lihat.
Kalimat Majemuk Setara Perurutan.

Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Upacara peresmian proyek pembangunan kampus baru Universitas Merah Putih
telah selesai, lalu Pak Rektor mempersilakan para tamu untuk beramah-tamah sembari
mencicipi hidangan yang telah disiapkan.
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata atau jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu menunjukkan
pemilihan.
Contoh:
Mereka membayar secara kontan, atau mereka dapat mencicilnya selama tiga tahun.
Selain keempat jenis kalimat majemuk setara di atas, ada pula kalimat majemuk setara
yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua kalimat
atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang
sama.
Contoh:
Sari datang.
Sari melihat-lihat.
Sari membeli seperangkat komputer.
Sari datang, Sari melihat-lihat, dan Sari membeli seperangkat komputer.

30
Sari datang, melihat-lihat, dan membeli seperangkat komputer.
Anton tidak meminta uang Arifin.
Anton hanya meminjam uang Arifin.
Anton tidak meminta uang Arifin, tetapi hanya meminjam uang Arifin.
Anton tidak meminta, tetapi meminjam uang Arifin.
Kalimat Majemuk Tidak Setara (Bertingkat)
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas)
dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsure gagasan yang
majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang
lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
(tunggal)
Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
(tunggal)
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer.
Anak kalimat:
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
Induk kalimat:
Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.

Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tidak setara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara (bertingkat).
Contoh:
Walaupun berbagai tantangan menghadang, mereka berhasil mencapai puncak
gunung itu dan bisa menancapkan bendera merah putih di sana.
(kalimat majemuk tidak setara dan kalimat majemuk setara)
Tugas yang sederhana itu telah dia selesaikan dengan mudah, sedangkan saya
mengalami kegagalan karena saya melalaikan cara-cara mengerjakannya.
(kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara)
*********
Latihan
Buatlah 5 kalimat tunggal, 5 kalimat majemuk setara, 5 kalimat majemuk tidak setara,
dan 5 kalimat majemuk campuran.
Kalimat yang dibuat harus mengunakan laras bahasa bidang studi yang tengah Anda
tekuni.

KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif memiliki ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dam
kelogisan bahasa.

31
A. Kesepadanan Struktur
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kalimat itu memiliki S dan P yang jelas. Kejelasan S dan P suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (salah)
Semua mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (benar)
2. Tidak memiliki S yang ganda.
Contoh:
Soal itu saya kurang jelas. (salah)
Soal itu bagi saya kurang jelas. (benar)
3. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
Setiap keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi.
Sehingga antaranggota keluarga dapat leluasa berkomunikasi. (salah)
Setiap keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi
sehingga antaranggota
keluarga dapat leluasa berkomunikasi. (benar)
4. Predikat kalimat tidak didahulu kata yang.
Contoh:
Jakarta yang merupakan kota metropolitan. (salah)
Jakarta merupakan kota metropolitan. (benar)
B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika kalimat itu memiliki bentuk perincian, tiap-tiap bagian dalam rincian
itu harus memiliki kesamaan bentuk kata.
Contoh:
Perangkat lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang
berhubungan dengan angka, misalnya penghitungan keuangan di perusahaan-perusahaan,
mengolah data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (salah)
Perangkat lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang
berhubungan dengan angka, misalnya menghitung keuangan di perusahaan-perusahaan,
mengolah data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (benar)
C. Ketegasan
Ada beberapa cara untuk membentuk ketegasan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada diri masing- masing. (Penekanannya ialah
Presiden mengharapkan)

Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.


(Penekanannya ialah Harapan Presiden)
2. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, seratus, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak telantar.
Seharusnya:

32
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak telantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Mereka tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan.
Contoh:
Andalah yang harus menjawab masalah itu.
D. Kehematan
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
Jika mereka telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah
masing-masing dengan tertib.
Penghematan:
Jika telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah masing-masing
dengan tertib.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
Contoh:
Jika ingin bertemu dengannya, pakailah baju warna merah.
Penghematan:
Jika ingin bertemu dengannya, pakailah baju merah.
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Contoh:
Dia hanya membawa peralatan gambarnya saja.
Penghematan:
Dia hanya membawa peralatan gambarnya.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan bentuk-bentuk jamak.
Contoh:
Mereka menjamu para tamu-tamu dengan istimewa.
Penghematan:
Mereka menjamu para tamu dengan istimewa.
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima penghargaan.
Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal: mahasiswa atau
perguruan tinggi.

F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Oleh karena itu, kita hindari
kalimat yang panjang dan bertele-tele.

33
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Pendapat Anda saya akan pertimbangkan. (salah)
Pendapat Anda akan saya pertimbangkan. (benar)

Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Makalah ini akan membahas tentang pengenalan komputer di desa-desa terpencil.
(salah)
Makalah ini akan membahas pengenalan komputer di desa-desa terpencil. (benar)
G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kita harus mengejar ketinggalan kita dari Malaysia di bidang pariwisata.
Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.
Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Kalimat-kalimat tersebut tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis ialah sebagai
berikut.
Bapak Rektor, kami persilakan.
Kita harus mengatasi ketinggalan kita dari Malaysia di bidang pariwisata.
Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Latihan
1. Pertemuan pimpinan Ekonomi APEC di Bangkok, 21 Oktober 2007 lalu menghasilkan
deklarasi tentang kemitraan untuk masa depan atau disebut dengan Bangkok Declaration on
Partnership for the Fiture.
2. Berdasarkan analisis Optimum Currency Area, tidak ada satupun nilai tukar dari sistem
nilai tukar tetap, sistem nilai tukar di tengah-tengah, hingga nilai tukar mengambang bebas
dapat secara umum bebas digunakan untuk semua struktur ekonomi sesuatu negara atau
sesuatu waktu.
3. Sebagai suatu subsistem dalam system agribisnis, agroindustri memiliki potensi yang
besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat,
menyerap tenaga kerja, peningkatan pemerataan pembangunan, dan mempercepat
pembangunan daerah.
4. Dengan mengakses internet, maka kita dapat memperoleh tentang berbagai informasi yang
kita butuhkan.
5. Jika sudah mengetahui sistem kerjanya, maka mesin jenis apa pun dapat dioperasikan
dengan mudah.
6. Meskipun semua industri teknologi sudah mempunyai sertifikat ISO, namun hal itu belum
menjamin kualitas produknya karena tidak ada pengawasan yang berkesinambungan.

34
7. Menurut pakar perindustrian mengatakan bahwa masing-masing industri harus
mempunyai sertifikat ISO.
8. Dalam empat tahun ini negara kita yang terlihat sangat pesat kemajuannya dalam bidang
teknologi informasi.
9. Penyusunan laporan penelitian teknologi itu saya dibantu oleh para orang-orang yang ahli
di bidangnya.
10. Sejak dari tadi saya melihat dia naik ke atas lalu turun ke bawah.
*********
Paragraf dan Pengembangan Paragraf
Dalam buku Komposisi (Keraf, 1993: 62-66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan
dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf merupakan kesatuan pikiran yang lebih tinggi dari atau lebih luas dari kalimat.
Sebuah gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang akan menampilkan pokok
pikiran secara lebih terarah.
Fungsi paragraf (Keraf, 1993: 63) ialah sebagai berikut.
Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan sebuah tema dari tema yang
lain. Oleh sebab itu, tiap alinea hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika terdapat dua
tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf terpisah.
Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian,
pembaca berhenti agak luma sebelum berpindah paragraf. Dengan perhentian yang lebih
lama, informasi yang tersaji dalam paragraf dengan mudah diserap pembaca.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni
1. paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab,
2. paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan
3. paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan bab.
Sayangnya, di Indonesia masih banyak penulis yang tidak mengetahui atau
tidak memahami fungsi paragraf. Pembagian paragraf atas paragraf pembuka, paragraf
penghubung atau isi, dan paragraf penutup acapkali tidak diketahui oleh penulis. Oleh karena
itu, masih sering ditemukan tulisan yang sukar dipahami karena pemisahan bagian-bagian
atau pokok-pokoknya tidak jelas.
GAGASAN UTAMA PARAGRAF
Dalam karya tulis, sebuah paragraf hendaknya memiliki sebuah gagasan utama. Gagasan
utama tersebut dituang dalam sebuah kalimat topik. Setelah penetapan kalimat topik, barulah
penulis mengembangkan paragraf itu dengan gagasan-gagasan bawahan yang akan
menunjang atau menjelaskan kalimat topik tersebut. Gagasan bawahan tertampung dalam
kalimat-kalimat penunjang. Paragraf akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup atau kalimat
pengalih (yang akan mengalihkan perhatian pembaca kepada paragraf selanjutnya).
Panjang sebuah paragraf bervariasi, bergantung dari gagasan utama yang akan digarap dalam
paragraf tersebut. Akan tetapi, minimal, dalam karya ilmiah, sebuah paragraf terdiri atas tiga
kalimat. Kalimat-kalimat tersebut ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat penunjang, dan (3)
kalimat penutup atau pengalih.
Peran dari sebuah kalimat topik atau kalimat pokok acapkali tidak diketahui
oleh penulis, padahal penempatan kalimat topik yang tepat dan pengembangan paragraf yang
baik akan memudahkan pembaca membuat ringkasan. Jika perumusan kalimat topik tidak
jelas, pengembangan paragraf pun tidak akan baik.
Sebuah kalimat topik dapat diletakkan
di awal paragraf,
di akhir paragraf,
di tengah paragraf,
di awal dan akhir paragraf, atau

35
di seluruh paragraf jika paragraf itu bersifat naratif.
Dalam karya ilmiah, dianjurkan agar sebuah kalimat topik diletakkan di awal
paragraf. Bentuk ini dianjurkan dalam pengembangan paragraf yang bersifat deduktif.
Cara lain dalam penulisan karya ilmiah ialah meletakkan kalimat topik pada akhir
paragraf. Dalam hal ini, paragraf dikembangkan secara induktif. Gaya lain dalam
penyusunan paragraf dalam karya ilmiah ialah menggabungkan pengembangan
induktif dan deduktif, yaitu meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf.
Kepaduan dalam Paragraf
Kepaduan sebuah paragraf dipertahankan oleh dua hal, yaitu masalah urutan isi dan
masalah kebahasaan. Masalah urutan isi berkaitan dengan pengembangan karangan yang
akan dibahas dalam subbab berikut. Masalah kebahasaan berkaitan dengan masalah
penggunaan kata ganti, pengulangan kata yang dianggap penting atau kata kunci, dan
penggunaan kata hubung.
Pengembangan Paragraf
Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan paragraf adalah perincian dan
pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat.
Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan pembaca membuat ringkasan dari
sebuah karya tulis. Kalimat-kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang terdapat
dalam kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-kalimat penunjang ini dapat diabaikan. Oleh
karena itu, ada tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yakni
kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat;
kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan;
dan
kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Ada sepuluh metode pengembangan paragraf yang sering ditemukan dalam berbagai
karangan.
Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita, kita dapat menguraikan hasil
penyerapan pancaindera kita. Sudut pandang akan memerikan seseorang, sebuah ruang,
suasana, sebuah benda, atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun suasana hati
pembaca.
Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau
ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat,
misalnya.
Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf diawali dengan gagasan bawahan yang tidak terlalu
penting, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya.
Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara logis,
perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif.
Sebaliknya, pengembangan paragraf yang antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang
berkurang kepentingannya. Paragraf ini akan diawali oleh kalimat yang paling tinggi tingkat
kepentingannya, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur berkurang
kepentingannya. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai
pengembangan deduktif.
Definisi Luas. Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau
istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam
paragraf seperti ini adalah eksposisi.
Klasifikasi. Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompokkan
berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian,

36
hubungan di antara berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi
ini juga merupakan jenis tulisan eksposisi.
Perbandingan dan Pertentangan. Perbandingan dan pertentangan dapat digunakan secara
bersamaan atau terpisah. Dalam perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua
hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur yang membedakan dua
hal atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dan pertentangan itu
dilakukan berdasarkan tolok ukur yang sama. Pengembangan paragraf itu merupakan sebuah
cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian yang relatif sama mengenai dua hal atau
lebih. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah jenis tulisan eksposisi.
Analogi. Dalam pengembangan paragraf analogis, uraian didasarkan pada kesamaan dari dua
hal atau lebih. Dua hal atau lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal
yang sama. Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan, dari satu
atau beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah tulisan
eksposisi.
Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa
terjadi atau, sebaliknya, diuraikan dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis
karangan yang digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau eksposisi.

Proses. Pengembangan paragraf ini menguraikan proses bagaimana sesuatu terjadi atau
terwujud. Jadi, dalam pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf
ini juga dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam unsur-unsur
yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami hal itu. Jenis karangan
yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.
Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara pengembangan paragraf ini merupakan cara
yang paling umum digunakan. Dalam pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau
kalimat topik diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengalndung
gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai
pengembangan deduktif. Dalam pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di
akhir paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat
yang mengandung gagasan bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut
sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Dapat pula, dilakukan variasi dengan
menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam sebuah paragraf. Jadi,
paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum diikuti dengan kalimat-kalimat
yang mengandung gagasan bawahan. Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat
topik lagi yang bersifat menyimpulkan. Dengan demikian, secara logis, paragraf
dikembangkan secara deduktif-induktif.
Rangka atau struktur sebauah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat
penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat
topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang
meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik Karena topik paragraf adalah
pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam
paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya memiliki sebuah topik, paragraf itu tentu hanya
mempunyai satu kalimat utama. Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah
kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum
akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Panjang paragraf amat bergantung pada pikiran yang hendak dikembangkan. Sudah diuraikan
bahwa dalam laras ilmiah sebuah paragraf minimal dibangun oleh tiga buah kalimat, yakni
kalimat pembuka, kalimat isi, dan kalimat penutup atau kalimat peralihan. Tentu saja, uraian

37
itu berarti bahwa paragraf dapat dibangun oleh lebih dari tiga kalimat. Akan tetapi, harus
diingat bahwa paragraf yang terlalu panjang membuat pembaca mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dan memahami gagasan dalam paragraf. Selain itu, paragraf panjang akan
memperlihatkan bahwa penulis tidak menguasai masalah yang hendak diuraikan.
Berapa pun jumlah kalimat dalam paragraf, kepaduan dalam paragraf memegang peranan
dalam menyajikan paragraf yang baik. Kepaduan dapat dirusak, jika paragraf mengalami (1)
urutan pikiran yang menyimpang, (2) pikiran yang tidak lengkap, atau (3) pikiran yang
ditumpukkan.
Urutan Pikiran yang Menyimpang adalah kalimat-kalimat yang tidak ada kaitannya dengan
pikiran utama atau kalimat yang menjelaskan hal lain di luar pikiran utama.
Pikiran yang Tidak Lengkap adalah kalimat-kalimat yang tidak muncul dalam sebuah
paragraf. Urutan pikiran yang tidak lengkap akan mengurangi kekompakan dan kebulatan
paragraf.
Pikiran yang Ditumpukkan adalah ditumpukkannya gagasan dalam sebuah kalimat yang
panjang. Dengan demikian, kalimat yang seharusnya terpisah dalam dua atau tiga kalimat
ditumpuk dalam satu kalimat panjang dalam satu paragraf.
Untuk menghindari kesalahan di atas, hubungan logis antarkalimat dalam sebuah
paragraf perlu mendapat perhatian. Kalimat-kalimat dalam paragraf dipadukan dengan kata
sambung yang tepat. Berikut ini akan dibahas masalah berbagai kata sambung yang berfungsi
menjaga kelogisan dalam paragraf.
Hubungan Logis Antarkalimat
Hubungan logis dalam paragraf adalah rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik
dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hubungan logis
antarkalimat, pada dasarnya, kata sambung yang digunakan harus menunjukkan pengacuan
ke kalimat terdahulu.
Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam kalimat dapat digunakan untuk
menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung antarkalimat dapat juga
digunakan untuk menghubungkan paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam
penulisannya, kata sambung antarkalimat harus disertai koma.

Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai berikut.
1. Hubungan akibat. Hubungan yang menyatakan akibat ini dimarkahi dengan: akibatnya,
walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebagai
akibatnya.
2. Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan konsekuensi ini ditandai dengan kata
sambung dengan demikian, maka.
3. Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya, sebabnya.
4. Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu, untuk keperluan itu,
untuk tujuan itu.
5. Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata sambung meskipun
demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan
tetapi; dan namun. Perhatikan: Jangan gunakan namun demikian karena ungkapan ini tidak
ada artinya (bandingkan dengan tetapi demikian).
6. Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata sambung sebaliknya,
sementara itu.
7. Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
hubungan keserempakan yang ditandai dengan kata sambung sementara itu, dalam pada
itu, pada saat itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu.
hubungan anteroritas yang ditandai dengan kata sambung sebelumnya, sebelum itu.
38
hubungan posterioritas yang ditandai dengan kata sambung sesudahnya, sesudah itu,
setelah itu, kemudian.
8. Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jlka demikian halnya, kalau begitu.
9. Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung selanjutnya, demikian pula,
Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ... Terakhir, ... atau Pertama-tama, ... Kemudian, ... Akhirnya,
.

Mencermati Alat Perekat Kalimat (Kohesi)


Apa yang dimaksud dengan alat kohesi? Alat ini penting sebagai semacam perekat di
antara bagian-bagian kalimat atau antara kalimat satu dan kalimat berikutnya di
dalam paragraf. Kehadiran perekat ini membuat rentetan kalimat di dalam suatu
paragraf dapat enak dan mudah diikuti isinya.
Alat kohesi dapat berupa konjungsi (kata penghubung), seperti karena, meskipun,
ketika, dan tetapi. Akan tetapi, dapat pula berupa bentuk-bentuk lain seperti pronomina
(kata ganti), pengulangan kata yang sama, pemakaian sinonim, atau dapat juga berupa
penataan berdasarkan urutan waktu (kalau kebetulan yang dibahas berkaitan dengan
waktu).
Singkatnya, ada banyak alat tersedia di dalam bahasa untuk membuat rentetan kalimat
dalam paragraf mudah diikuti dan enak dibaca. Namun, alat kohesi ini tidak perlu
dihafalkan. Banyak membaca dan banyak latihan menulis akan dengan sendirinya
meningkatkan penguasaan alat-alat kohesi itu.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut!
1
A. Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Mereka tidak
menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat
mesin itu tidak bisa digunakan. Pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara
bisnis, justru mendatangkan kerugian.
B. Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Apalagi mereka
tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum
membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Dengan demikian, pengadaan buku Braille
jadi sangat mahal dan secara bisnis justru mendatangkan kerugian.

Paragraf . lebih enak dibaca karena paragraf ini memakai alat kohesi yang
berupa konjungsi; apalagi dan akibatnya, sedangkan paragraf . tidak. Dengan
pemakaian konjungsi, keterkaitan makna antarkalimat menjadi lebih jelas.
2
A. Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Tindakan melakukan
berdikari sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika
Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, pilihan tidak
melakukan impor sah-sah saja.
B. Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Itu sama saja dengan
pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak
melakukan impor dalam rangka berdikari, itu sah-sah saja.

Paragraf . lebih enak diikuti isinya karena paragraf itu memanfaatkan pemakaian
kata ganti (pronomina) yakni itu. Selain berfungsi sebagai penyambung kalimat
berikutnya, pemakaian kata ganti juga dapat memperpendek panjangnya rentetan
kata.
3

39
Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun, masih banyak
anggota masyarakat kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Akibatnya, masalah ini menjadi sulit dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota
masyarakat peduli akan kebersihan di sekitar tempat tinggalnya, tentulah kualitas
kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba untuk
menjadikan diri kita masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Paragraf ini banyak memakai perulangan kata. Berapa jumlah kata kebersihan
yang terdapat pada paragraf 3? Pengulangan kata di situ dapat dimanfaatkan sebagai
pengikat rentetan kalimat.
Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3. Pada paragraf 2A juga terdapat pengulangan
kata. Akan tetapi, pada paragraf itu pengulangan kata mengganggu kelancaran arus
gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Oleh karena itu, strategi pengulangan
kata tidak tepat untuk diterapkan pada paragraf itu.
Lain halnya yang terjadi pada paragraf (3). Pengulangan kata dapat dipakai sebagai
alat untuk melancarkan arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Jadi
pengulangan kata dapat sesuai untuk paragraf yang satu, tetapi belum tentu untuk
paragraf yang lain. Itu semua bergantung pada bagaimana isi paragraf yang
bersangkutan.
Yang diharapkan untuk ditangkap melalui contoh-contoh paragraf di atas ialah
penyadaran akan hal berikut. Di dalam perangkaian kalimat, bahasa menyediakan
banyak alat kohesi: konjungsi, pronomina, pengulangan kata, dsb. Makin banyak kita
mengenal alat kohesi makin leluasa kita dapat memilih mana yang tepat untuk dipakai
pada paragraf yang sedang kita tulis.
Pada contoh di atas sengaja dipilah-pilah alat kohesi yang berupa konjungsi, yang
berupa pronomina, dan yang berupa pengulangan kata. Di dalam praktik
penulisan, beberapa alat itu bisa dicampur dalam satu paragraf. Tujuan pemisah-
misahan pada contoh di atas sekadar untuk mempertajam pemahaman tentang apa
yang dimaksud dengan alat kohesi.

Latihan
Pada latihan berikut, alat kohesi tidak akan disoroti satu per satu. Yang
dilakukan adalah kegiatan merangkai kalimat.
Pedoman yang dipegang ialah perangkaian yang bagaimanakah yang dapat
menghasilkan rentetan kalimat yang terasa menyambung satu dengan yang lain?
1. Urutkanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang padu!
Konglomerat Indonesia menggunakan gaya manajemen gado gado
untuk mengembangkan bisnis usahanya. Gaya tersebut meliputi
manajemen Cina tradisional, Belanda, Jepang, dan Amerika.
A. Manajemen Belanda diterapkan sebagai landasan jalannya usaha.
B. Gaya ini memiliki hubungan yang erat seperti hubungan berdasarkan kepemilikan
saham, istri, anak, atau menantu.
C. Manajemen Cina Tradisional digunakan untuk menggalang kemitraan sesama
konglomerat yang umumnya berasal dari daratan Cina.
D. Adapun Manajemen Amerika terlihat dari banyaknya bidang usaha yang
memanfaatkan para profesional sebagai ujung tombak dalam menjalankan usaha.
E. Manajemen Jepang diterapkan untuk meningkatkan produksi pabrik.
F. Hal ini tercermin dari adanya lembaga komisaris selaku supervisor board (dewan
pengawas) dan dewan direksi sebagai pelaksana operasional.
2. Kalimat mana yang membuat paragraf ini sumbang? Garis bawahilah!

40
Pimpinan Wisma Kartika memperhitungkan berapa buah rumah yang dapat
dibangunnya dengan 300 ton pasir yang tertumpuk di Jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia
dapat membangun sebuah kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah.
Tidak demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan
memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir itu kalau pasir itu
dibuat kaca. Lain lagi pandangan seorang pekerja kapal keruk. Pekerja kapal keruk
memandang pasir itu sebagai penghalang yang perlu disingkirkan karena pasir
merupakan musuh besarnya ketika mengeruk sebuah dasar sungai. Kapal keruk itu
mondar-mandir di sekitar sungai Batanghari. Jadi, jelaslah bahwa setiap orang akan
memandang sebuah objek dengan makna yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Paragraf di atas merupakan paragraf induktif. Alihkanlah menjadi paragraf
deduktif!
3. Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini. Kemudian, buatlah kerangka
paragraf berdasarkan paragraf yang Anda pilih. Lalu, kembangkan paragraf
tersebut menjadi sebuah wacana yang lebih luas. Selanjutnya, tentukan judul yang
tepat untuk wacana yang Anda susun tersebut.
Paragraf (1)

Ada beberapa faktor pemicu kemunduran perekonomian di Indonesia.


Penyebab pertama ialah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Banyak
pengusaha di bidang industri yang memilih lari ke luar negeri dan membuka usahanya
di sana. Penyebab yang tidak dapat dianggap sepele ialah ketidakpuasan politik.
Demonstrasi muncul di mana-mana, ditambah dengan ketidakmenentuan sikap (pro-
atau kontra-) terhadap pemerintah. Kemunduran perekonomian juga disebabkan oleh
hambatan pada jalur distribusi. Keadaan seperti itu mengakibatkan harga barang-
barang kebutuhan sehari-hari melonjak.

Paragraf (2)
Pada abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat ekonomi dunia. Ramalan ini
berdasarkan beberapa fakta yang ada. Pertama, jumlah penduduk Asia ialah setengah
penduduk dunia. Di antaranya kira-kira 500 juta orang yang termasuk dalam kategori
kelas menengah. Hal ini jelas merupakan potensi pasar yang besar. Kedua, tingkat
teknologi di Asia sudah sama dengan negara-negara Barat. Banyak pabrik-pabrik di
Barat yang pindah ke Asia karena dapat memperoleh modal, tanah, dan tenaga kerja
yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan di Barat.

Penulisan Karangan Ilmiah


Jenis Tulisan
Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian-bagian pembangun
sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis tulisan. Sebuah karya tulis
berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan. Seorang penulis karya
ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah tulisan yang utuh.
Sebuah tulisan ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta, bukan realitas, yang
merupakan hasil pemikiran, gagasan., peristiwa, gejala, dan pendapat.

Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang
pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan
seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistas
berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan

41
mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis.
Data realitis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar
atau sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta berarti
bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat,
dirasakan, dan dialami oleh penulis.
Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi
yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta
kepada pembaca. Tekanan pada fungsi memberitahukan, menjelaskan, atau
membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi
(memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan).
Dalam usaha untuk menyampaikan karya ilmiah secara lebih akurat, karya ilmiah
acapkali juga menampilkan jenis tulisan deskripsi (memerikan suatu keadaan atau
seseorang) dan naratif (menceritakan).
Argumentasi dan persuasi dalam karya i1miah ditimbulkan oleh
penyusunan fakta-fakta dalam kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian,
fakta-fakta tersebut dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil
kesimpulan sendiri berupa keyakinan akan kebenaran uraian tersebut.
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya
ilmiah.

1. Narasi (Kisahan)
Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan
pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan pengalaman. Pada saat penulis
menguraikan kehidupan atau keadaan informan, uraian dituangkan dalam bentuk
narasi yang berisi himpunan informasi faktual mengenai suatu peristiwa dan situasi.
Narasi, dalam hal ini, bukanlah narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang
merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi
berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf,
1997: 109).
Narasi bersifat menghimpun informasi berdasarkan pengamatan,
liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena itu, narasi dalam berita merupakan
himpunan peristiwa yang faktual bukan realistis (Marahimin, 1994:37-38). Bentuk
narasi yang nonfiktif dapat dijumpai dalam buku harian, sejarah, biografi atau
otobiografi, surat kabar, majalah, surat pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah,
narasi bersifat menyampaikan sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan
digunakan sebagai ilustrasi untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh
penulis (peneliti).

2. Deskripsi (Perian)
Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah
tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk obyek pengamatan: rupanya,
sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi
juga merupakan penulisan yang menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut,
sepi, sedih, atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah membantu pembaca untuk
membayangkan seseorang, merasakan suatu suasana, atau memahami suatu sensasi
atau emosi melalui imajinasi yang terbentuk dari ungkapan bahasa.
Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan yang tertangkap oleh
pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau peristiwa (Keraf, 1997: 109-
l10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis adalah

42
fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil observasi dengan menggunakan semua alat
indria penulis.
Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi
impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang
sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem atau
urutan logis dari obyek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi yang
menggambarkan imprasi penulis atau untuk menstimulir pembaca yang lebih
menekankan kesan pada saat penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan
ialah urutan menurut kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap obyek yang ditulis.

Dalam menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
a. Harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat
topik dalam paragraf.
b. Suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik.
c. Pengembangan paragraf harus dilakukan secara efektif, masuk akal atau logis, dan
dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan teliti.
Deskripsi orang sebaiknya menggambarkan
a. penampilan seseorang,
b. moral atau etika yang dianut seseorang,
c. perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu,
d. sifat seseorang,
e. suara dan cara seseorang berbicara,
f. sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi waktu harus mencakup
a. keterangan waktu yang tepat,
b. pengurutan yang kronologis dan logis, dan
c. mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.

3. Eksposisi (Paparan)
Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan
sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah
tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris
akan menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan sesuatu yang belum
diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda.
Definisi lain dari eksposisi adalah tulisan yang berusaha menyingkapkan
buah pikiran, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin,
1994: 208). Ada beberapa jenis tulisan ekspositoris, yaitu eksposisi yang menjelaskan
suatu prosedur atau proses, memberikan dan menguraikan sebuah definisi atau
pandangan, menerangkan arah, menjelaskan dan menafsirkan gagasan, menerangkan
bagan atau tabel, mengulas suatu hal atau peristiwa.
Pada dasarnya dalam sebuah karya i1miah, eksposisi menghimpun dua
hal, pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian referensi. Pada saat eksposisi
melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam usaha lainnya,.
seperti menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi berusaha untuk
merangkaikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan percobaan, akumulasi
data, perluasan pemikiran, atau pengamatan. Dalam tulisan ekspositoris ada suatu
bagian simpulan atau saran yang akan mengakhiri tulisan tersebut.
4. Argumentasi (Bahasan)

43
Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang,
membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain
agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi ini
dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan tidak mengandung opini penulis.
Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis untuk menunjang
sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan disusun berdasarkan penjelasan atau
kutipan dan fakta-fakta yang tepat.
Pada saat penyusunan sebuah laporan i1miah, sebaiknya, diperhatikan
penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan demikian, karya ilmiah tidak akan
menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan menjemukan. Alasan dibangun atas
berbagai paragraf yang mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses
itu, diharapkan bahwa pembaca akan mudah memahami jalan pikiran penulis.
Sistematika dan Kejelasan Karangan
Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan
untuk menulis sebuah berita di surat kabar atau artikel di majalah, misalnya. Jika kita
akan menulis di media tersebut, topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput.
Tujuan juga jelas, yakni menyajikan informasi yang hangat dan aktual ke tangan
pembaca. Siapa yang menjadi pembaca berita atau artikel itu juga sudah jelas. Tidak
demikian halnya dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai mahasiswa yang mendapat
tugas dari pengajar, topik sudah ditentukan oleh pengajarnya. Namun, tidakjarang
pula, topik harus ditentukan oleh penulis, dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama
dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Biasanya, topik yang dipilih berkaitan dengan
hal yang sedang diteliti. Tujuan juga harus jelas karena tujuan penulis akan berkaitan
dengan jenis tulisan yang dihasilkan.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah,
antara lain, adalah tersusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan
secara_terkendali, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan syarat itu, pemilihan topik
disertai penetapan tujuan. Kemudian, topik dan tujuan itu dirumuskan menjadi sebuah
tema yang utuh. Tema ini menjadi awal dari rangkaian penulisan sebuah karya ilmiah
yang sistematis dan yang direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
Dengan demikian, akan dihasilkanlah sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan
pembuktian yang tersusun secara sistematis.
Topik
Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan,
sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya, dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik
tidak sama dengan judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin
saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik. Mengenai judul akan dibahas lebih
lanjut dalam pembahasan mengenai tema atau tesis.
Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani,
topoi. Topoi berarti tempat. Jadi, kita menempatkan pokok persoalan atau
pembahasan.
Oleh karena itu, dalam karang-mengarang, topik adalah pokok
pembicaraan. Ada empat syarat pemilihan topik, yaitu
a. menarik perhatian penulis,
b. diketahui dan dikuasai oleh penulis,
c. harus cukup sempit dan terbatas, dan
d. sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk penulis
pemula).

Tujuan

44
Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis aalah
menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf (1997), tujuan penulisan ada dua, yaitu
sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah
dipilih dan maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan.
Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan topik melainkan pribadi
penulis.
Tesis
Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni
menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan untuk laras karangan
pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut kalimat tesis. Dalam laras
ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf (1997), kalimat tesis adalah kalimat tema
bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang bertindak
sebagai gagasan sentral kalimat tesis tersebut.
Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti
menempatkan atau meletakkan. Jadi, tema berarti bahwa ada sesuatu yang telah
diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Dalam proses penulisan sebuah
karya, tema berarti sebuah perumusan dari topik yang telah dijadikan landasan
pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan topik tadi.
Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung
tema. dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral yang menonjol. Jika kita
memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan sentral dari kalimat tesis adalah
subjek, predikat, dan objek (jika ada) atau gagasan sentral adalah gagasan utama
kalimat (dalam hal ini, kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk satu kalimat, dapat
berupa kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat, tetapi tidak boleh
berbentuk kalimat majemuk setara.

Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat tesis, selain persyaratan


kalimat tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan
empat hal berikut ini.
a. Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
b. Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
c. Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara.
d. Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat tesis.
e. Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, dan agak.
Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan.
Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah karangan merupakan gagasan-
gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis tersebut. Kerangka karangan
yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca topik dan tujuan si penulis.
Sebuah tesis yang baik harus mempunyai
a. kejelasan yang diwujudkan melalui sebuah gagasan sentral yang dapat diikuti oleh
perincian dan subordinasinya;
b. kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan memayungi
seluruh karangan dan menjaga agar fokus pembicaraan akan tetap terjaga;
c. perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian dengan logis dan
teratur sehingga pembaca akan dengan mudah mengikuti alur berpikir penulis;
d. keaslian dalam hal pemilihan pokok persoalan, sudut pandang, dan pendekatannya
sehingga rangkaian kalimat dan pilihan katanya pun akan terlihat keasliannya; dan
e. judul yang cocok yang menggambarkan tema karangan tetapi tidak
mengungkapkan seluruh isi karangan.

45
Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal
penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan selesai.
Boleh saja, pada akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selulu
sebuah topik itu sama dengan judul.
Sebuah judul harus memiliki persyaratan
a. ringkas,
b. provokatif, dan
c. relevan dengan isi.
Pembuatan judul dapat dilakukan dengan cara berikut.
a. Mencari kata-kata kunci.
b. Mewaspadai kalimat-kalimat yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau istilah
yang digunakan dalam tulisan. Hal-hal itu berpotensi untuk diangkat sebagai judul.
c. Membaca judul- judul yang pernah dibuat oleh penulis lain.
d. Membuat tulisan yang lengkap terlebih dahulu.
e. Membuat beberapa pilihan judul, coba terapkan pada karangan. Jangan takut
membuat penyesuaian, baik pada judul maupun pada tubuh karangan.

Kerangka Karangan

Pengertian Kerangka Karangan


Pada umumnya, ketika akan menulis karangan ilmiah, penulis membuat
sebuah bagan atau rencana kerja. Hal itu dimaksudkan agar isi pikiran yang akan
dituangkan ke dalam tulisan teratur, terperinci, dan sempurna. Bagan yang dibuat
dapat beberapa kali mengalami perubahan demi perbaikan dan penyempurnaan.
Metode yang biasa dipakai untuk maksud tersebut disebut outline atau
kerangka karangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kerangka karangan adalah
suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.

Manfaat Kerangka Karangan


Mengapa pembuatan kerangka karangan sangat dianjurkan kepada penulis
(terutama penulis yang baru mulai menulis)? Metode ini akan membantu setiap penulis untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan karena kerangka karangan
dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.
a. Menyusun karangan secara teratur
b. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
d. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu

Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Karangan


a. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik atau tujuan yang akan dicapai
melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka
karangan harus berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b. Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang
dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal

46
ini, penulis boleh mencantumkan sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam
pikirannya, dengan tidak perlu langsung melakukan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c. Langkah yang Ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik
yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan
dalam beberapa tahap sebagai berikut.

Pertama: Topik yang tidak relevan dengan tesis dicoret dari daftar.
Kedua: Jika ada lebih dari satu topik yang sama tetapi dirumuskan dengan
cara yang berlainan, buatlah perumusan baru.
Ketiga: Bila ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan dari topik yang
lain, masukkanlah topik bawahan itu ke topik yang lebih tinggi.
Keempat: Jika ada dua topik atau lebih yang sederajat tetapi lebih rendah
daripada topik yang lain, pilihlah dengan cermat mana topik yang lebih tinggi yang
akan membawahi topik-topik tadi.
d. Untuk mendapatkan sebuah kerangkan karangan yang sangat terperinci, langkah
kedua dan ketiga dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih
rendah tingkatannya.
e. Selanjutnya ialah menentukan pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan
semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh
dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua
perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan
yang baik.

Pola Susunan Kerangka Karangan


1. Pola Alamiah
a. urutan waktu (kronologis)
b. urutan ruang (spasial)
c. topik yang ada
2. Pola Logis
a. urutan klimaks dan antiklimaks
b. urutan kausal
c. urutan pemecahan masalah
d. urutan umum-khusus
e. urutan familiaritas
f. urutan akseptabilitas

Macam-Macam Kerangka Karangan


Kerangka karangan dapat dibedakan berdasarkan dua parameter yaitu sifat
perinciannya dan perumusan teksnya.
1. Berdasarkan Perincian
a. kerangka karangan sementara
b. kerangka karangan formal
2. Bedasarkan Perumusan Teksnya
a. kerangka kalimat
b. kerangka topik
Kutipan dan Sistem Perujukan
Dalam Bab Kerangka Teoretis, seorang penulis akan melakukan sintesis, langkah
terakhir dalam penyusunan bab itu. Dalam karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman
berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun

47
berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas kutipan
tersebut. Cara penulis mengutip dan membuat rujukannya berkaitan erat dengan penyusunan
daftar bacaan (bibliografi).
Kutipan
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan
dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai
tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap.
Jika belum, hasilnya akan merupakan karya SUNTING-an, yaitu SUSUN dan
GUNTING dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat
berbagai kutipan tersebut.
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan
dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai
tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap.
Jika belum, hasilnya akan merupakan karya SUNTING-an, yaitu SUSUN dan
GUNTING dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat
berbagai kutipan tersebut.
Penggunaan kutipan memiliki beberapa tujuan, yaitu
untuk menegaskan isi uraian
untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis.
untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis.
untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan.
untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang dibahas.
untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri
(plagiat)
Ada beberapa cara mengutip yang dapat diterapkan secara bervariasi dalam tulisan. Jenis
kutipan itu ialah sebagai berikut.
A. Kutipan Langsung
1. Kutipan Langsung Pendek
diintegrasi langsung dengan teks
diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
diapit tanda kutip
disebut sumber rujukan
2. Kutipan Langsung Panjang
dipisahkan dari teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks.
diberi berjarak rapat antarbaris dalam kutipan
boleh diapit tanda kutip, boleh juga tidak
disebut sumber rujukan
B. Kutipan Tak Langsung
diintegrasi langsung dengan teks
diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
tidak diapit tanda kutip
disebut sumber rujukan
C. Kutipan pada Catatan Kaki (Footnotes)
selalu diberi jarak spasi rapat
dimasukkan dalam tanda kutip
Dikutip tepat sebagaimana teks aslinya.
48
D. Kutipan atas Ucapan Lisan
meminta persetujuan dari sumber
mencatat tanggal dan peristiwa tempat ujaran itu diucapkan
menyebut dengan jelas sumbernya
menuliskan kutipan secara langsung atau tidak langsung pada badan teks atau pada Catatan
Kaki

Sistem Perujukan
Sistem rujukan digunakan sebagai sumber referensi jika penulis
menggunakan kutipan dengan berbagai cara yang disebutkan di atas
menjelaskan dengan kata-kata sendiri pendapat penulis atau sumber lain
meminjam tabel, peta, atau diagram dari suatu sumber
menyusun diagram berdasarkan data penulis atau sumber lain
menyajikan suatu pembuktian khusus yang bukan suatu pengetahuan umum
merujuk bagian lain pada teks.
Sebenarnya, setiap bidang ilmu memiliki sistem perujukannya masing-masing.
Sistem perujukan di kedokteran berbeda dari sistem perujukan ekonomi atau teknik.
Namun, ada dua sistem pendokumentasian sumber bacaan yang sering digunakan sebagai
dasar kutipan kita, yaitu
sistem catatan (note-bibliography) yang menyajikan infomasi mengenai sumber dalam
bentuk catatan kaki (footnotes) atau catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar
pustaka (blibiography). Cara ini direkomendasikan oleh The University of Chicago Press dan
dikenal dengan sebutan format Chicago
Sistem langsung (parenthetical-reference) yang menempatkan informasi mengenai sumber
dalam tanda kurung dan diletakkan (a) langsung pada bagian yang dikutip, (b) pada daftar
kutipan (list of work cited), atau (c) pada daftar pustaka. Cara kedua ini ialah cara yang
direkomendasikan oleh MLA (Modern Language Association) dan APA (The American
Psychological Association).
Unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam menyusun Catatan Kaki:
Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama diri
Judul karya tulis yang dicetak miring dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama
kecuali kata sambung dan kata depan
Data publikasi berisi nama tempat (kota), koma,dan tahun terbitan yang diletakkan di antara
tanda kurung, dan nomor halaman yang diletakkan di luar tanda kurung, contoh: (Jakarta:
Gramedia, 1967), 4951.
Untuk kutipan pada buku berjilid atau dari jurnal/majalah ilmiah, nomor jilid menggunakan
angka romawi dan angka arab, diikuti dengan data publikasi dalam kurung, koma, dan
diakhiri nomor halaman yang menggunakan angka arab, contoh: MISI, I (April, 1963): 27
30.
Jika dalam sistem catatan terjadi perujukan lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama,
digunakan singkatan yang berasal dari bahasa Latin untuk merujuk sumber pertama.
Singkatan itu ialah
a) Ibid. : singkatan ini berasal dari kata lengkap ibidem yang berarti pada tempat yang sama.
Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu langsung pada karya yang disebut
dalam perujukan nomor sebelumnya. Jika nomor halaman pengacuan sama, tidak perlu
dicantumkan nomor halaman. Jika berbeda, setelah Ibid. dicantumkan nomor halaman.
Contoh: Ibid., 87.
b) Op.Cit. : singkatan ini berasal dari gabungan kata opere citato yang berarti pada karya
yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan
pertama yang berasal dari buku namun diselingi perujukan lain. Teknik penulisannya: nama
49
belakang penulis, diikuti oleh op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan
berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, op.cit., 87.
Loc.Cit : singkatan ini berasal dari gabungan kata loco citato yang berarti pada tempat yang
telah dikutip. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama
yang berasal dari artikel dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan
lain. Oleh karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar (atau opus
karya), artikel dirujuk dengan locus yang berarti tempat. Teknik penulisannya: nama
belakang penulis, diikuti oleh loc.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan
berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, loc.cit., 87.

REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI


1. Pendahuluan
Pada saat menulis bab mengenai Kerangka Teoretis, berbagai teori dan konsep yang
diajukan oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan teoretis
untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu dikumpulkan dari berbagai
buku teoretis yang sudah dibaca dan dipahami. Pendapat yang mendukung sudut pandang
ayau yang mendukung alasan penulis akan dikutip.
Untuk dapat memperoleh intisari mengenai sudut pandang ahli yang pendapatnya menunjang
sebuah karya ilmiah, ada beberapa langkah.
1. Penulis membuat ringkasan.
2. Penulis membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah dibuatnya.
3. Penulis menyusun segala pengetahuan dari bacaan dalam sebuah sintesis.
Semua kegiatan tersebut disebut kegiatan memproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi,
reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, ikhtisar atau ringkasan, dan sintesis.
2. Ringkasan
Salah satu untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan.
Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat
dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan
ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.
Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau
karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun
pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan
penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang dihilangkan adalah
keindahan gaya bahasa
ilustrasi atau contoh
penjelasan yang terperinci
Meskipun memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan
pola pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan suara asli
penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan asli. Ringkasan tidak
perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti Dalam karangannya, pengarang berpendapat
bahwa....
Syarat ringkasan yang baik adalah
1) ringkasan tetap mempertahankan urutan pikiran dan pendekatan penulis asli
2) ringkasan tidak boleh mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan,
baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
3) Ringkasan harus disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat
ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, dibutuhkan langkah-langkah sebagai
berikut.

50
1. Membaca naskah atau teks asli beberapa kali.
2. Mencatat gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap
paragraf.
3. Membuang paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
4. Membuang berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
5. Mengubah dialog langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
6. Sedapat mungkin menggunakan kalimat tunggal.
7. Menyusun ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.
3. Ikhtisar dan Abstrak
Istilah ringkasan acapkali dikacaukan dengan istilah ikhtisar atau Abstrak. Memang,
keduanya merupakan intisari dari sebuah teks asli. Akan tetapi, ada perbedaan besar dalam
teknis pembuatannya. Sebuah ikhtisar atau abstrak dibuat jika penyusunnya sudah mampu
membuat ringkasan dari sebuah teks. Jadi, penyusunan ikhtisar atau abstrak adalah langkah
berikutnya setelah sebuah ringkasan disusun.
A. Ikhtisar
Ikhtisar adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun ikhtisar
yang digali dari sebuah teks. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau
pokok permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya. Hal pokok yang
membedakan ikhtisar dari rangkuman adalah sebagai berikut.
1) Dalam ikhtisar, urutan dari teks asli tidak perlu dipertahankan.
2) Ikhtisar tidak akan memberikan isi keseluruhan dari karangan asli secara proporsional.
3) Bab-bab atau bagian dari teks asli yang dianggap kurang penting oleh penyusun ikhtisar
dapat diabaikan.
Ciri ikhtisar adalah
merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks.
tidak mengandung hal baru, pikiran, atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimasukkan
secara sadar maupun tidak sadar.
menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri.
Contoh-contoh penggunaan ikhtisar dapat ditemukan dalam penulisan teras berita
(lead) di surat kabar, sampul belakang buku, resensi buku, sinopsis film atau sinetron, atau
kilasan berita.
Sebuah ikhtisar yang baik disusun berdasarkan 7 langkah berikut ini.
1. Menetapkan tujuan membaca: gagasan apa yang saya butuhkan?
2. Membaca dengan cermat: apa relevansi gagasan yang saya perlukan itu dalam konteks
tulisan saya ini?
3. Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun ikhtisar dengan kata-kata
sendiri.
4. Menyusun kerangka tulisan.
5. Menulis ikhtisar.
6. Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting
telah tergali.
7. Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.
B. Abstrak
Sebenarnya, abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang bermakna sama. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum bahwa kata abstrak berarti ringkasan; inti;
ikhtisar (karangan, laporan, dsb), sedangkan kata ikhtisar berarti pandangan secara ringkas
(yang penting-penting saja); ringkasan. Istilah abstrak berasal dari bahasa Inggris, sedangkan
istilah ikhtisar berasal dari bahasa Arab. Jadi, sebenarnya kedua istilah itu berpadanan.
Akan tetapi, di Indonesia, istilah ikhtisar dibedakan dari istilah abstrak. Ikhtisar
merupakan rangkuman gagasan yang berlaku dalam laras umum, sedangkan abstrak

51
merupakan rangkuman atau iktisar yang berlaku dalam laras ilmiah. Oleh karena itu, berlaku
format tertentu bagi abstrak, baik untuk jurnal maupun untuk karya ilmiah.
Untuk tesis atau laporan tugas akhir, format aspek, yang disusun atas 200250 kata, secara
umum meliputi aspek:
a) latar belakang dan tujuan penelitian
b) bahan dan metode penelitian
c) hasil dan kesimpulan yang nyata
Untuk jurnal ilmiah, jumlah kata yang dibutuhkan hanya sekitar 75100 kata dan
diletakkan di awal sebuah artikel dan berlaku sebagai teras artikel (beranalogi dengan teras
berita)

4. Sintesis
Langkah terakhir yang wajib dilakukan dalam penulisan ilmiah adalah sintesis.
Sintesis adalah tindakan merangkum berbagai pengertian atau pendapat sehingga merupakan
suatu tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras dengan kebutuhan penulis.
Khusus dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis.
Sintesis merupakan tahap terakhir dan langkah yang paling penting dalam proses
membaca kritis. Melalui sintesis, penyusun menciptakan pengetahuan baru melalui pemaduan
beberapa bahan bacaan dari berbagai penulis. Sintesis merupakan kesimpulan yang diambil
penulis berdasarkan pemahaman atas beberapa tulisan. Sintesis dibangun berdasarkan
kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahaman atas kutipan tersebut.
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis.
1. Penulis tidak boleh terkurung dalam pendapat ahli yang dibaca.
2. Penulis harus membentuk dan mempertajam sudut pandangnya.
3. Penulis harus mencari kaitan mendasar antara satu bacaan dan bacaan lain.
4. Penulis harus mencari bagian bacaan yang akan menekankan kepentingan karya
ilmiahnya.
5. Dalam menulis buram, penulis harus memfokuskan setiap paragraf yang ditulisnya dalam
simpulan yang terbentuk dari bahan bacaannya.
5. Daftar Pustaka (Bibliografi)
Pada bagian akhir sebuah karangan ilmiah akan terdapat sebuah daftar pustaka yang
menjadi rujukan penulis selama melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Semua
bahan rujukan yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang maupun sebagai data,
disusun dalam daftar pustaka ini.
Adapun fungsi daftar pustaka ialah
membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan
mendalam dari kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Daftar ini dapat disusun dengan berbagai format, yakni format Chicago (cara yang
direkomendasikan oleh The University of Chicago), format MLA (cara yang
direkomendasikan oleh Modern Language Association), format APA (cara yang
direkomendasikan oleh The American Psychological Association), dan format lain yang
berlaku di selingkung bidang.

Unsur yang harus dicantumkan dalam rujukan ialah


1. nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,

52
2. tahun terbitan karya diletakkan di antara tanda kurung (format MLA dan APA) dan di
belakang data publikasi (format chicago),
3. judul karya tulis dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama tiap kata kecuali
kata sambung dan kata depan,
4. data publikasi berisi nama tempat (kota) dan nama penerbit karya yang dikutip.

Teknik penulisan rujukan ialah sebagai berikut.


Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai
dengan 3 ketukan ke dalam.
Jarak antarbaris ialah 1,5 spasi.
Daftar rujukan diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis.
Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis itu harus
dicantumkan ulang. Urutan penulisannya pun harus dimulai dengan karya yang ditulis lebih
dahulu.
Teknik-teknik Informasi. Reza Andika, Erfan Prahasto, dan Donny Dwi Hambodo. Jakarta:
Erlangga, 2007.
Metodolologi Research, jilid V. Prof.Yosia Bartolomeus. Jakarta Universitas Indonesia, 2006.
Metode Penelitian Ilmiah. Prof.Yosia Bartolomeus. Yogyakarta, UGM, 1999.
Sistem Informasi Manajemen atau Management Information System. Galuh Fajar Pratiwi
atau Betty Schrampfer. Jakarta, Gramedia, 2002.
Calculating The Return on Training Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of
Evaluation Practise. Vol. 11, No. 3, Oct. 2003: 176-188.
Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik.
Jakarta, BPS, 2003.
MLA-Style Citations of Electronic Sources. Matias B. Suratno. Style Sheet.
Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html (10 Feb. 2001)
Moose Crossing Proposal. Romelah. Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
Calculating The Return on Training Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of
Evaluation Practise. Vol. 11, No. 3, Oct. 2003: 176-188.
Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik.
Jakarta, BPS, 2003.
Statistics: A Fresh Approach. D.H. Sanders. Singapore, Mc. Graw-Hill, 2007.
MLA-Style Citations of Electronic Sources. Matias B. Suratno. Style Sheet.
Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html (10 Feb. 2001)
Moose Crossing Proposal. Romelah. Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
*****

53

Anda mungkin juga menyukai