NPM ; 19510155
Grup : AB3
Jb : Bahasa kita yang dinamai bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Melayu, yaitu salah satu
bahasa daerah di bumi nusantara ini. Bahasa Indonesia, digunakan sebagai salah satu bahasa
alat yang mempersatukan bangsa yang bersuku-suku, untuk mengusir penjajah Belanda dan
meraih kemerdekaan. Selanjutnya, bahasa ini digunakan dalam berbagai kehidupan secara
luas, maka tidak ada yang memprotes ketika bahasa Melayu dinobatkan menjadi bahasa
Indonesia.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. bukti-bukti
yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun
683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka
686 M (Bangka Barat), Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya
dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan
prasasti berangka tahun 683 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan
antarsuku di Nusantara. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai
bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para
pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16
dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu yang dipakai di daerah-daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata
dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan
bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda
Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong
perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan,
persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.
Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan. Hal tersebut nampak pada tetap digunakannya bahasa Indonesia hingga saat ini.
Berbeda dengan negara-negara yang pernah dijajah oleh negara lain, mereka harus belajar
lagi bahasa negara yang dahulu menjajahnya. Malaysia misalnya, yang harus belajar lagi
bahasa Inggris dimana dahulu Malaysia pernah dijajah oleh Inggris.
Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional
Dapat dikatakan sebagai jati diri bangsa. Identitas bangsa Indonesia sendiri, selain
ditunjukkan dengan bahasa, juga ditunjukkan dengan bendera merah putih dan lambang
negara burung garuda. Bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai identitas nasional karena
apabila berbicara dengan orang, mereka akan paham kalau kita berasal dari Indonesia. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mampu menjadi identitas bangsa dengan
kerakternya.
Kedudukan bahasa Indonesia pertama kali sebagai bahasa resmi kenegaraan dapat terlihat
pada pemakaian bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejak
saat itu, bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai acara kenegaraan, seperti upacara dan
lain-lain, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Selanjutnya diperkuat dengan yang
tertuang pada Undang-undang Dasar 1945 pasa 36 yang berbunyi bahasa negara adalah
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam dunia pendidikan di negeri ini. Mulai dari
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa
pengantar pendidikan. Meskipun masih ada beberapa daerah seperti Aceh, Batak, Sunda,
Jawa, Madura, Bali, dan Makassar masih sering menggunakan bahasa daerah disana akan
tetapi hanya sebagian kecil saja (Nugroho, 2015). Buku-buku materi yang dicetak juga
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga buku-buku yang berbahasa asing diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia untuk lebih mudah memahaminya. Selain itu, buku-buku yang
menggunakan bahasa asing juga dapat disusun kembali dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini, dapat dijadikan cara yang sangat membantu dalam meningkatkan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia digunakan dalam hubungan antar badan pemerintah dan dalam penyebaran
informasi kepada masyarakat. Hal ini dapat disebut juga bahasa Indonesia digunakan sebagai
alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat. Dalam melakukan sosialisasi
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pemerintah menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar untuk disampaikan kepada masyarakat supaya tidak ada
kesalahpahaman informasi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai
penghubung pada tingkat nasional.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara juga berfungsi sebagai alat pengembang kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kegiatan keagamaan. Bahasa Indonesia
menjadi satu-satunya alat yang memungkinkan untuk digunakan dalam mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri yang
membedakan dari kebudayaan daerah. Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai
alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.
Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi
modern untuk kepentingan nasional. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang tertuang pada
buku-buku ilmiah hanya dapat dikuasai dengan menggunakan bahasa. Karena kita hidup di
Indonesia, bahasa Indonesia dapat menjadi kunci untuk membuka khasanah pengetahuan.
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai pengantar buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi
akan dapat mempermudah masyarakat dalam memahami ilmu pengetahuan tersebut. Bangsa
Inggris bisa lebih maju dalam hal teknologi karena bahasa pengantar ilmu pengetahuan dan
teknologi disana memang menggunakan bahasa Inggris yang merupakan bahasa nasional
mereka. Berbeda dengan di Indonesia, buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi modern
masih banyak yang berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang paling umum
digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan transfer bahasa ke dalam bahasa Indonesia
supaya masyarakat lebih mudah dalam memahaminya. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah
mudah untuk dilakukan karena biasanya buku-buku terjemahan lebih sulit untuk bisa
dipahami. Penerjemahan yang kurang tepat membuat makna yang tersampaikan menjadi sulit
untuk dimengerti. Sehingga cara yang bisa dibilang efektif untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan menyusun kembali buku-buku berbahasa asing tersebut oleh para ahli
dibidangnya ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh masyarakat.
Dalam aktivitas keagamaan, bahasa Indonesia telah banyak digunakan sebagai sarana
komunikasi untuk menginformasikan pesan-pesan keagamaan. Hal itu ternyata sudah terjadi
sejak negara maritim Sriwijaya yang beribu kota di Sumatera pernah menjadi pusat pengajian
dan penyiaran agama Budha. Pada zaman itu, agama Budha diajarkan dengan menggunakan
bahasa melayu karena mayoritas masyarakat Sumatera menggunakan Bahasa melayu yang
saat ini menjadi bahasa Indonesia. Begitupun juga dengan penyebaran agama islam di
nusantara. Bahasa melayu memegang peran penting dalam penyebaran agama islam di
wilayah Asia Tenggara . Oleh karena itulah, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia atau
bahasa melayu sudah dijadikan sebagai bahasa pengantar bagi penyebaran agama di
Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
2. A) Sebutkan beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh pengguna Bahasa
Indonesia sehingga mereka dapat disebut keterampilan keterampilan berbahasa
Indonesia!
Menyimak
Keterampilan yang paling mendasar ialah menyimak. Setiap orang tentu melakukan kegiatan
menyimak, mulai dari mendengarkan berita, cerita, dan berbagai informasi lainnya baik
melalui TV, Radio, dll. Underwood (1990) mendefinisikan menyimak adalah kegiatan
mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang ducapkan orang, menangkap dan
memahami makna dari apa yang didengar.
Berbicara
Keterampilan berbicara pada umumnya dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi berbicara
yang terampil hanya sebagian orang mampu melakukan. Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
Membaca
Menulis
Tahap keterampilan terakhir ialah menulis. Menulis sebagai pusat pengaplikasian berbagai
pengetahuan yang telah didapat dari aktivitas menyimak, membaca, dan berbicara kemudian
mengalihkannya ke dalam rangkaian kata dan bahasa yang memiliki makna dan tujuan.
Pranoto (2004:9) berpendapat bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam
bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga
dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk
tulisan.
Orang yang gemar, pandai, dan telah menulis berarti ia telah mencoba mengaktifkan indera
yang ada pada dirinya melalui apa yang ia lihat, dengar, rasakan, cium, dan raba kemudian
teraplikasikan ke dalam rangkaian kata dan bahasa.
Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, namun menulislah hal yang paling
utama. Perbedaan utama antara menulis dan berbicara, yaitu orang yang menulis lebih berani
daripada orang yang banyak berbicara tanpa memiliki makna dan tujuan. Orang yang hanya
pandai berbicara belum tentu pandai menulis, ia lebih mengandalkan daya orasi daripada
literasi.
B) Contoh
Menyimak : Mendengarkan lawan bicara, serta menangkap yang dikatakan orang tersebut.