NIM : 12211611937
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh warga negara
Indonesia untuk saling berkomunikasi. Awal mula sejarah bahasa Indonesia yakni
bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat dan berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang
ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia lalu dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat
itu UndangUndang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 disebutkan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka
tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti
itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak
hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan
prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M
yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun para pedagang
yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang
belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada
bahasa yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
2. Memiliki makna.
4. Dapat dibentuk menjadi frasa, klausa atau kalimat apabila digabung dengan kata
lain.
Kosakata adalah kata-kata yang dimiliki seseorang yang mengacu pada konsep
tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu dan digunakan untuk memberi dan
menerima informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah
perbendaharaan kata. Didalam kosakata ada kata baku dan kata tidak baku. Kata baku
merupakan kata yang sudah menjadi standar dan memiliki kaidah dalam KBBI,biasanya
digunakan untuk membuat surat resmi, laporan , dan karya ilmiah. Sedangkan kata
tidak baku merupakan kata yang tidak sesuai dengan kaidah atau pedoman dalam KBBI,
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk
menggambarkan suatu cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.
Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar
pembaca dapat memahami teks dalam tulisan. Adapun ciri-ciri diksi, yaitu:
1. Diksi digunakan sebagai pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal
yang diamanatkan oleh penulis.
2. Menggunakan kosakata yang mudah dipahami untuk pembaca.
3. Diksi tersebut menyatu dengan kata lain hingga melahirkan sebuah makna yang
tepat.
B. Sumber Kosakata
Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi. Kamus pada
umumnya berupa senarai kata yang disusun secara alfabetis. Selain itu, disertakan pula
informasi mengenai ejaan, pelafalan, kelas kata, makna kata, kadangkala sejarah kata,
dan contoh pemakaian kata dalam kalimat. Sementara itu dalam KBBI disebutkan
bahwa kamus merupakan sumber rujukan yang andal dalam memahami makna kata
suatu bahasa karena kamus memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal
tidak terbatas jumlahnya.
Definisi-definisi di atas telah sangat jelas memberikan informasi tentang apa saja
isi di dalam sebuah kamus. Kosakata yang terdapat kamus, lazim disebut lema, disusun
secara alfabetis yakni berurutan mulai A sampai Z. Tiap kata yang ditulis dilengkapi
dengan cara pelafalannya, kelas kata, dan contoh pemakaian kata tersebut dalam sebuah
kalimat.Ada tiga kelompok bahasa sumber pengembangan kosakata bahasa Indonesia,
yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
2. Ejaan Republik
Pada 19 Maret 147 Ejaan Republik resmi digunakan menggantikan ejaan
Van Ophujjsen. Ejaan ini juga dikenal dengan nama Ejaan Soewandi karena
dibuat oleh sebuah tim yang dipimpin Mr. Soewandi. Beberapa aspek pokok
yang diatur dalam ejaan tersebut, antara lain :
a. Huruf ce diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b. Bunyi hamzah (‘) dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,
bapak, tampak, rakyat, dsb.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2, ber-senang2,
kekanak2-an, dsb.
d. Imbuhan di-dan kata depan kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya, misalnya drmakan, ditulis, diambil dan dimana, dijakarta,
disini.
1. Penulisan Huruf
Dalam hubungan dengan penulisan huruf, berikut ini disajikan
pembahasan (1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3) persukuan,
dan (4) penulisan nama diri.
a. Nama-Nama Huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut:
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z. Di samping itu,
dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja su, gi, dan oi
yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau
y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan
huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam
bank dan sanksi. Akan tetapi, pemakaian gabungan huruf di, dh, gh, d2, th, dan
ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bathin, dan hatsil tidak
digunakan dalam bahasa Indonesia.
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
a) Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah
kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-)
Di antara suku-suku kata itu tanpa jarak/spasi. Perlu juga diketahui bahwa
sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal. Akan tetapi, untuk kata-kata wang berasal
dari dua unsur yang masing-masing mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua
tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah
dipisahkan itu dipenggal suku-suku ikatanya.
2. Pemakaian Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu (1) pemakaian huruf besar atau huruf kapital dan (2)
pemakaian huruf miring.
a. Huruf Besar atau Huruf Kapital
1) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung.Misalnya:
a) Ketua DEN, Emil Salim mengatakan, “Perekonomian dunia kini belum
sepenuhnya lepas dari Cengkeraman resesi dunia.”
b) Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, “Yang
diperlukan oleh bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.”
c) Archimides berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair
akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang seberat zat
cair yang dipindahkanya.”
2) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata
ganti Tuhan, harus ditulis dengan huruf kapital, dirangkai dengan tanda hubung
(-). Hal-hal keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata
yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat,
dan puasa — meskipun bertalian dengan keagamaan—tidak diawali dengan
huruf kapital. Misalnya:
a) Dalam Alguran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
berakhlak terpuji.
b) Tuhan akan menurjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
c) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita.
kata-kata keagamaan lairnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah
nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Alguran, Injil, dan
Weda.
3) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang, Misalnya:
a) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
b) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.
c) Ketua DPR RI, Marzuki Ali, berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji
pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai Negeri itu sendiri.
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
a) Jemaah haji dari Indonesia tahun ini berjumlah 230.000 orang.
b) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
c) Ia bercita-cita menjadi laksamana.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu ditulis dengan huruf kapital.Misalnya:
a) Pagi ini Menteri Perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida
Menteri meresmikan sebuah kolam renang.
b) Dalam seminar itu Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, memberikan sambutan. Dalam sambutannya Presiden
mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet dalam mengembangkan ilmunya
untuk kepentingan bangsa dan negara.
4) Kata-kata van, den, da, de, di, bin, er, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata itu digunakan
sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Misalnya:
a) yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar akan
disumbangkan ke panti asuhan.
b) Pujangga lama yang terkenal adalah Nuruddin er Rariri.
c) Van den Bosch adalah Gubernur Jenderal Belanda yang sangat berkuasa di
Indonesia pada zaman penjajahan.
5) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa. Misalnya:
a) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk
menyukseskan pembangunan.
b) Yaser Arafat, Presiden Palestina, meninggal dunia pada tahun 2004.
c) Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.
Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
8) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi
resmi.Misalnya:
a) Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia.
b) Semua anggota PBB harus mematuhi isi Piagam Perserikatan BangsaBangsa.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
c) urut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai kedudukan
yang sama.
d) Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak
empat kali.
e) Iran pada saat itu masih berbentuk kerajaan.
9) besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel
scperti di, ke, dari, untuk, dan yang, yang terletakk pada posisi awal. Misalnya:
a) Idris mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
b) Buku Pedoman Limum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
diterbitkan oleh Balai Pustaka.
c) Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat membaca buku
Nusa dan Bangsa yang Membangun.
10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
Kecuali gelar dokter. Misalnya:
a) Pardi Waskito, M.A. diangkat merjadi pimpinan kegiatan itu.
b) Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.
c) Sejak Dr. Bahraini menangani masalah perlistrikan di desa kami, penduduk
desa tidak pernah mengeluh lagi.
11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata garti atau sapaan. Singkatan pak, Bu, kak, dik, dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya:
a) Surat Saudara sudah saya terima.
b) Ibunya menjawab pertanyaan Samsi, “Pagi tadi Ibu menjemput pamanmu di
pelabuhan.”
c) Kepala sekolah berkata kepada saya,”Tadi saya menerima berita bahwa Ibu
Sri sakit keras di Bandung.”
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
a) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. ✓ Semua camat dalam
kabupaten itu hadir.
12. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan
atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis
bawah satu. Misalnya:
a) Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Praparca.
b) Keinka edah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan
Republika.
c) Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
a) Kata daripada lebih baik dipakai dalam kalimat Nenek lebih tua daripada ibu.
b) Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
c) Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah awalan meng-
akan muncul mengubah, bukan merubah.
3. Penulisan kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan atau
akhiran, awalan atau akhiran itu ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja. Misalnya :
Bentuk baku = dididik, disuruh, berterima kasih.
Bentuk tidak baku = di didik, di suruh, berterimakasih.
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk
kata turunanya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya :
Bentuk baku = menghancurleburkan, pemberitahuan, kesimpangsiuran.
Bentuk tidak baku = menghancur leburkan, pemberi tahuan, kesimpang siuran.
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi pada
tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang
ditulis secara lengkap. Misalnya:
Bentuk baku = dibesar-besarkan, menulis-nulis, gerak-gerik.
Bentuk tidak baku = di-besar2-kan, me-nulis2, gerak gerik.
Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya
dituliskan terpisah, seperti daya serap, tata bahasa, kerja sama, duta meja tulis, orang
tua, simpang empat, rumah sakit umum, serah terima, juru dan temu wicara.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk baku = manakala, sekaligus, bilamana.
Bentuk tidak baku = mana kala, sekali gus, bila mana.
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata
yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan
serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk baku = amoral, antarwarga, nonmigas.
Bentuk tidak baku = a moral, antar warga non migas.
Kata ganti ku dan kau—yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau-ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya: kata ganti ku, mu, dan nya—yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengjkutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, 1) seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
a) Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil.
b) Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah darpada
keadaan pada tahun-tahun yang lalu.
c) Para pramuka sedang berkerumun di sekitar api unggun.
Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas.Misalnya:
a) Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke rumah saya.
b) Dengan devaluasi pun ekonomi Indonesia belum tertolong
Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sangguhpun, dan walaupun. Misalnya:
a) Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.
b) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.
c) Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira.
d) Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
begianbagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya:
a) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per Oktober 1974.
b) Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per satu.
c) Setelah dinyatakan bersalah, Ali ditahan oleh yang berwajib. Istrinya terpaksa
menghemat belanja harian menjadi Rp20.000,00 per hari.
A. Hakikat Kalimat
Tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan
faktafakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif. Baik tidaknya atau
menarik tidaknya sebuah tulisan tidak hanya disebabkan oleh masalah yang disajikan,
tetapi lebih dari itu, yakni kemampuan penulis menyajikan masalah tersebut kepada
pembaca. Faktor penyajian ini terdiri dari (a) bagaimana gagasan tersebut ditata dan
diorganisasikan, dan (b) bagaimana pemanfaatan perangkat kebahasaan oleh penulis. Di
dalam masalah perangkat kebahasaan ini, tercakup dua hal pokok, yakni ejaan dan
kalimat efektif. Kedua hal ini sangat erat kaitannya.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki kata yang seperti itu
hanya dapat disebut sebagai frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau teksan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kahmat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tenda tanya (7), atau tanda seru (!). Kalau dilihat dari hal
predikat, kalimatkahmat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu:
1. kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja.
2. kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata
kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat.
Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu
dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Pada dasarnya, setiap gagasan yang dimiliki seseorang dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang menampung gagasan itu haruslah kalimat yang memenuhi
syarat gramatikal dan persyaratan efektivitas. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa
yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasangagasan seseorang secara terbuka
untuk dikomunikasikan kepada orang lain (baca: pembaca). Artinya, kalimat itu harus
memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menerbitkan selera baca.
b) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan bentuk nomina. Kalu bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
c) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau ketegasan pada penonjolan itu.
Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat).
2) Membuat urutan kata yang logis.
3) Mengulang kata.
4) Membuat pertentangan ide yang ditonjolkan.
5) Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
d) Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ditunjukkan dengan menghindari penggunaan
kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan disini mempunyaoi arti menghilangkan atau membuang kata yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidan tata bahasa. Ada beberapa
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Menghilangkan subjek ganda.
2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata.
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kasinoniman dalam
suatu kalimat.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata ynag
berbentuk jamak.
e) Kecermatan
Kalimat yang cermat tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan
kata.
f) Kepaduan
Kalimat yang padu mengandung pernyataan-pernyataan yang menyatu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak
bertele-telle atau berpanjang-panjang, dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak sistematis. Karena itu, hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937
A. HAKIKAT PARAGRAF
Menggabungkan kalimat yang mengandung satu gagasan utama atau gagasan
utama dan beberapa gagasan pendukung itulah yang dimaksud dengan paragraf.
Menurut KBBI, paragraf adalah bagian dari bab dalam esai, biasanya dengan ide utama,
dan penulisan dimulai pada baris baru. Mengungkapkan gagasan dalam kalimat dalam
bahasa ilmiah tidak diperbolehkan, yang sulit bagi sebagian orang karena ada perbedaan
antara paragraf dan kalimat. Kalimat-kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, tetapi
dihubungkan dengan kalimat-kalimat lain sehingga membentuk suatu paragraf, paragraf
dalam suatu karangan membangun suatu kesatuan pemikiran sebagai pesan yang
disampaikan pengarang dalam tulisan atau karangannya. Paragraf adalah bentuk bahasa
yang terdiri dari beberapa kalimat. Kesatuan dan keterpaduan dalam sebuah paragraf
sangatlah penting. Kesatuan berarti bahwa semua kalimat dalam paragraf berbicara
tentang satu ide, atau hanya satu ide.
Kohesi artinya semua kalimat dalam sebuah paragraf saling berhubungan. Dari
sudut pandang komposisi, paragraf diperlukan untuk mengungkapkan gagasan yang
lebih luas. Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau
karangan, hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu,
mustahil untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.
Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau karangan,
hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu, mustahil
untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.
Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau karangan,
hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu, mustahil
untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.
B. PERSYARATAN PARAGRAF
1. Kesatuan Pragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimatkalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada
satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat
yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan,
tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf.
2. Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan
melalui ungkapan-ungkapan (katakata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada
kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
3. Kelengkapan Paragraf
Sebuah paragraf dianggap lengkap jika mengandung kalimat - kalimat
penjelas cukup untuk memperjelas poin utama. (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi.
2009: 39). Di sisi lain, sebuah paragraf dianggap tidak lengkap jika tidak
dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan – pengulangan.
Syarat ketiga untuk membuat paragraf yang baik adalah kelengkapan.
Kelengkapan paragraf ini diperlukan karena informasi yang diberikan mungkin
lengkap, sehingga kalimat pendukung harus menjelaskan kalimat topik. Paragraf
dapat dikatakan memiliki kelengkapan, jika kalimat topiknya dapat dikembangkan
dengan pendukung yang cukup (Rohmadi dan Nasucha, 2009: 47-48). Istilah cukup
adalah relatif, tetapi secara signifikan lebih dari satu dan kurang dari sepuluh. Jika
mendukung satu kalimat, maka pengembangannya kering, dan jika terlalu banyak,
pembaca cepat bosan dan sulit menemukan kelengkapan informasi.
C. STRUKTUR PARAGRAF
Struktur paragraf dapat dibagi menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
1. Paragraf meliputi kalimat transisi, kalimat topik, kalimat perkembangan, dan
kalimat afirmatif.
2. Paragraf terdiri dari transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat afirmatif.
3. Paragraf terdiri dari kalimat topik, kalimat pengembangan, dan kalimat pendukung.
4. Paragraf terdiri dari transformasi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat
pengembang.
5. Paragraf terdiri dari transisi berupa kalimat, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
6. Paragraf terdiri dari kalimat topik dan kalimat pengembang.
7. Paragraf terdiri dari kalimat pengembangan dan kalimat topik.
D. JENIS PARAGRAF
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah jenis paragraf yang memiliki gagasan utama di awal
paragraf, diikuti dengan kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama.
Biasanya, ide pokok paragraf deduktif dibungkus dengan kalimat topik berupa
pernyataan umum. Kalimat topik kemudian dilanjutkan dengan kalimat penjelas
untuk memperjelas informasi dalam kalimat topik. Gagasan utama jenis paragraf
induktif ada di akhir paragraf. Biasanya, paragraf induktif pertama-tama
menyebutkan peristiwa tertentu, dan kemudian kesimpulan datang di akhir kalimat.
Contoh paragraf deduktif :
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk persaingan bebas adalah angkatan kerja
yang memiliki etos kerja yang tinggi, yaitu angkatan kerja yang memiliki
kecerdasan, keterampilan, dan kepribadian. Pekerja cerdas adalah pekerja dengan
kemampuan akademik yang cukup sesuai dengan disiplin ilmu tertentu.
Kemahiran berarti mampu menerapkan kemampuan akademiknya, disertai
dengan kemampuan pendukung yang sesuai, untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pada saat yang sama, tenaga kerja yang berkarakter adalah yang memiliki loyalitas,
disiplin, dan kejujuran.
2. Paragraf Induktif
Gagasan utama jenis paragraf induktif ada di akhir paragraf. Biasanya, paragraf
induktif pertama-tama menyebutkan peristiwa tertentu, dan kemudian kesimpulan
datang di akhir kalimat.Secara umum, ide pokok paragraf induktif dapat dilihat
dengan adanya konjungsi seperti jadi, akhirnya, oleh karena itu, oleh karena itu,
berdasarkan uraian di atas, dan oleh karena itu.
Contoh paragraf induktif :
Salju yang turun dari langit memberikan dekorasi yang indah bagi bumi.
Beberapa kota telah disulap menjadi nuansa putih, menawarkan pemandangan alam
yang indah dan mempesona bagi para penikmatnya.
Dingin semakin mempengaruhi daerah dengan iklim subtropis dan sedang. Ini
adalah musim dingin di negeri matahari terbit.
3. PARAGRAF DEDUKTIF-INDUKTIF
Jenis paragraf deduktif-induktif memiliki gagasan utama di awal dan akhir
paragraf. Meski memiliki dua kalimat topik, bukan berarti ada dua gagasan utama.
Keberadaan dua kalimat topik hanyalah sebuah bentuk pengulangan gagasan utama
untuk mempertegas informasi. Pola paragraf ketiga ini merupakan gabungan dari
kedua pola di atas. di sini gagasan utama dinyatakan dalam kalimat pertama (sebagai
kalimat utama); tetapi pada kalimat terakhir gagasan utama diulang kembali.
Seringkali, agar tidak membosankan, susunan kalimat yang menyebutkan gagasan
utama pada kalimat terakhir berbeda dengan kalimat pertama. tetapi sifat isinya tetap
sama, tidak berubah.
Contoh paragraf deduktif-induktif :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor
risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakit jantung
koroner.
Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol
dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung
koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi.
Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola
makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol
merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937
1. Paragraf Perbandingan
Paragraf perbandingan adalah paragraf yang kalimat topiknya berisi perbandingan
dua hal. Kalimat topik tersebut kemudian dikembangkan dengan memerinci
perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian kecil.
2. Paragraf Pertanyaan
Paragraf pertanyaan adalah paragraf yang kalimat topiknya dijelaskan dengan
kalimat pengembang berupa kalimat tanya. Pola pengembangan pertanyaan ini tidak
ditemukan dalam paragraf yang dianalisis.
3. Paragraf Sebab-Akibat
Pola pengembangan paragraf sebabakibat adalah paragraf yang kalimat topiknya
dikembangkan oleh kalimat-kalimat sebab atau akibat.
4. Paragraf Contoh
Paragraf contoh adalah paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan dengan
contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya.
5. Paragraf Perulangan
Paragraf perulangan adalah paragraf yang kalimat topiknya merupakan pengulangan
kata/kelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting.
6. Paragraf Definisi
Paragraf definisi adalah paragraf yang kalimat topiknya berupa definisi atau
pengertian. Definisi yang terkandung dalam kalimat topik tersebut memerlukan
penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya ditangkap oleh pembaca. Alat untuk
memperjernih pengertian tersebut adalah serangkaian kalimat pengembang.
Nama : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937
2. Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi uraian tentang suatu
pendapat atau gagasan yang kuat untuk meyakinkan pembaca bahwa gagasan, pendapat,
atau sikap penulis tentang sesuatu itu benar. Dengan definisi lain, karangan argumentasi
adalah karangan yang isinya untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapat
disertai dengan alasan yang lengkap sehingga orang lain dapat menerima saran dan
pendapat kita. Langkah-langkah menulis karangan argumentasi:
1. Menentukan topik dan tujuan.
2. Menentukan bahan yang dapat dipercaya.
3. Menyusun kerangka karangan.
4. Mengembangkan kerangka karangan.
Penulis menyampaikan gagasan atau sikapnya disertai dengan alasan yang kuat
untuk
meyakinkan pembaca bahwa apa yang ditulisnya itu benar. Dengan kata lain, bahwa
gagasan, pendapat, dan sikap pengarang itu benar.
3. Karangan Narasi
Karangan narasi adalahkarangan yang menyajikan suatu kejadian atau peristiwa
yang disusun menurut urutan waktu. Isi karangan narasi bisa benar-benar terjadi
(nonfiksi) atau hanya khayalan semata (fiksi). Tema narasi dapat digali dari pengalaman
pribadi, direncanakan dan diorganisasikan. Langkah-langkah dalam menulis karangan
narasi:
1. Menentukan tema karangan.
2. Judul dikembangkan menjadi beberapa pikiran utama.
3. Pikiran utama dikembangkan menjadi beberapa pikiran penjelas.
4. Mengembangkan kerangka karangan.
Terdapat juga langkah-langkah menulis karangan narasi seperti di
bawah ini:
1. Tentukan dulu terna dan amanat yang akan disampaikan.
2. Tetapkan sasaran pembaca.
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur.
4. Bagiperistiwautamaitu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita.
5. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandangan.
7. Mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut.
4. Karangan Persuasi
Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti "membujuk" atau
"menyakinkan". Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata
pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi adalah karangan yang
bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta
yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya
dapat diterima secara meyakinkan. Di samping itu, dalam menulis karangan persuasi
harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi dan
perasaan pembaca. Dalam uraian di bawah ini akan dijelaskan macam-macam
persuasi ditinjau dari segi medan pemakaiannya. Dari segi ini karangan persuasi
digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
1. persuasi politik
2. persuasi pendidikan
3. persuasi advertensi
4. persuasi propaganda.
5. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh
orangorang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli
politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik
dan negaranya.
6. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang
guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak didiknya
supaya mereka giat belajar, sering membaca, dan lain-lain. Seorang motivator dan
innovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan
konsep-konsep baru pendidikan untuk diterapkan oleh pelaksanaan pendidikan.
Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan untuk menelaah karangan persuasi
pendidikan.
7. Persuasi Advertensi/iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk
memperkenalkan suatu barang atau benruk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini
diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha
untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi
diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan
publik sebagai konsumen. Tampilan iklan beraneka ragam, ada yang sangat pendek,
ada pula yang panjang.
8. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi.
Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran
informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar
mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye
biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar
pembicara dan pendngar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembatan informasi
tentang sescorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan
pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang beris informasi tentang
situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi
propaganda.
9. Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sesuatu dan
dilengkapi dengan data kesaksian seperti grafik atau gambar statistik dengan tujuan
memperjelas masalah yang disampaikan.
Langkah-langkah menulis karangan eksposisi, yaitu:
1. Menentukan tema.
2. Menentukan tujuan karangan.
3. Memilih data yang sesuai dengan tema.
4. Membuat kerangka karangan.
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
D. Langkah atau Tahap Penulisan Karangan Ilmiah & Menentukan Tema atau
Topik Penelitian
Penentuan topik ini sanga penting dalam penulisan karya ilmiah. Sebab topik
adalah inti dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Topik
yang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan topik karya ilmiah adalah:
1. Isu-isu yang masih hangat.
2. Peristiiwa-peristiwa nasional atau internasional.
3. Sesuatu (benda, karya, orang dll) yang dikaitkan dengan permasalahan politik,
pendidikan, agama, dll.
4. Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot.
B. Mengumpulkan Bahan
Setelah poin-poin outline tersusun dengan rapi, penulis dapat mulai
mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun
elektronika. Bahanbahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan
tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca
atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Kita dapat
mencari bahan referensi bahan dari jurnal, disertasi, manuskrip, atau karya terpercaya
dan berkualitas lainnya. Pada prinsipnya mencari bahan literatur jangan hanya terpaku
pada satu sumber rujukan saja. Melainkan harus membuka diri untuk mencari referensi
di tempat lain dengan metode berbeda agar sumber rujukan tulisan anda semakin
beragam.
C. Survei Lapangan
Langkah ini adalah melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan
masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini
merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan atau penelitian.
D. Membangun Bibliografi
Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman
tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa
daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliografi adalah
untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah
diterbitkan.
E. Menyusun Hipotesisi
Langkah ini adalah menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek
penelitian Anda. Hipotesis ini merupakan prediksi yang ditetapkan ketika Anda
mengamati obyek penelitian.
“Karangan Ilmiah”
Karya ilmiah adalah karya tulis yang sengaja disusun untuk memecahkan suatu masalah.
Biasanya berisi fakta, data dan solusi dari permasalahan yang diajukan. Mengutip dari
buku Karya Ilmiah Dra. Zulmiyetri, M.Pd., Karya ilmiah adalah karya ilmiah yang
menyajikan fakta-fakta umum, yang ditulis dengan metode yang baik dan benar. Tujuan
penulisan karya ilmiah adalah untuk mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Menurut pengertiannya, karya ilmiah memiliki beberapa ciri, yaitu:
B. Halaman Judul
Halaman judul memuat topik-topik pilihan yang akan dibahas dalam karya
ilmiah. Biasanya judul dibuat sespesifik mungkin.
C. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan dari semua isi atau materi dalam sebuah karya ilmiah.
Abstrak itu sendiri dimaksudkan untuk menjelaskan secara singkat dan cepat kepada
pembaca.
D. Pendah1uluan
Bagian pendahuluan ini biasanya terdapat di bagian paling awal materi
karya ilmiah Setelah halaman judul dan abstrak. Pada bagian pendahuluan,
dibagi lagi menjadi 4 sub bab, antara lain:
a. Latar belakang masalah
Pada sub bab latar belakang masalah, biasanya berisi penjelasan teoritis
dan faktual dari isu atau permasalahan yang akan dibahas.
Penjelasan dalam latar belakang masalah biasanya logis dan singkat.
b. Rumusan masalah
Rumusan masalah berisi beberapa pertanyaan kritis dari masalah
penelitian. Pertanyaan pertanyaan tersebut muncul dari penjelasan yang ada di
latar belakang masalah.
c. Tujuan penelitian
Pada sub bab tujuan penelitian dalam karya ilmiah berisi uraian singkat
tentang tujuan penelitian tersebut dilaksanakan, serta apa yang ingin diwujudkan
dari adanya penelitian tersebut.
d. Manfaat penelitian
Sesuai dengan nama sub babnya, pada bagian ini berisi deretan manfaat
dari masalah yang diteliti. Biasanya, manfaat penelitian berkaitan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori ini biasa disebut sebagai materi inti. Terdapat beberapa sub bab
dalam kerangka teori, antara lain:
1) Landasan teori Landasan teori dalam karya ilmiah biasanya berisi
pembahasan akan fenomena secara rinci beserta hubungan antar variabel.
2) Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian merupakan kesimpulan sementara
berdasarkan kerangka pemikiran sebelum dilaksanakan suatu penelitian.
F. Metode Penelitian
Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian.
Metodologi penelitian diartikan sebagai langkah-langkah yang
dilakukan penulis atau peneliti untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid. Ada dua metode penelitian yang sering
digunakan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
adalah metode penelitian yang menitikberatkan pada analisis
deskriptif terhadap suatu masalah. Kuantitatif adalah metode
penelitian yang lebih berfokus pada analisis angka, tabel, dan
statistik.
G. Pembahasan Penelitian
Bagian ini merupakan bagian terpanjang dalam sebuah karya ilmiah. Hal ini
karena pembahasan mencakup penjelasan tentang rumusan masalah, tujuan, manfaat,
kerangka teori, dan tentunya metode penelitian.Bagian-bagian yang perlu dijelaskan
antara lain::
a. Gambaran umum objek penelitian.
b. Deskripsi hasil penelitian.
c. Pengujian hipotesis.
d. Interpelasi hasil pengujian hipotesis.
H. Penutup
Bagian penutup merupakan bagian yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian yang diteliti. Adapun bagian-bagian dari prnutup, yaitu: a. Kesimpulan
1) Kesimpulan
Kesimpulan dalam karya ilmiah terletak di bagian akhir. Pada sub
bab ini biasanya memuat memuat pendapat dari karya ilmiah yang telah
dibuat oleh peneliti atau penulis.
2) Saran
Pada bagian saran, peneliti atau penulis dapat memberikan saran
berupa pesan-pesan. Tujuannya untuk mengarahkan peneliti yang hendak
melakukan penelitian yang sama, sehingga dapat berjalan dengan lebih
efektif.
I. Daftar Pustaka
Daftar pustaka sendiri merupakan sebuah daftar yang memuat sumber informasi
atau referensi teori yang digunakan oleh peneliti atau penulis dalam penelitiannya.
Dalam penulisannya ada formatnya tersendiri yaitu dimulai dari nama penulis buku
yang dikutip, judul tulisan, nama penerbit buku atau karya akademik, identitas, dan
waktu terbit.
J. Lampiran
Lampiran dalam karya ilmiah berisi data yang berhasil diperoleh dan proses
analisis data pada saat penelitian berlangsung.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937
A. Hakikat Kutipan
Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam penulisan karya ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik itu makalah, skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian
yang dilakukan oleh seorang penulis sudah tentu mengutip dari buku atau karya orang lain.
Dalam penulisan kutipan, terdapat aturan main yang harus diikuti oleh setiap penulis karya
ilmiah tanpa kecuali.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalahmajalah
(Keraf, 2001:179). Ketika menulis pasti membutuhkan sumber dari berbagai referensi maka
dari itu perlu diketahui bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan
orang lain, yaitu :
1. Apabila dalam mengutip sebuah karya orang lain ada tulisan yang salah ejaan dari
sumber kutipan, maka sebaiknya biarkan saja apa adanya seperti sumber yang diambil
tersebut. Pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah
dari sumber kutipan.
2. Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat
bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang
terkandung dalam sumber kutipan. Caranya yaitu:
a. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
b. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai
margin kanan).
B. Jenis Kutipan
Pada umumnya, kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-
katanya, ejaannya, maupun mengenai tanda bacanya. Kutipan secara umum ada dua
macam, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Berikut penjelasannya:
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap
kata demi kata atau kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan langsung ada
yang merupakan kutipan langsung pendek dan ada pula yang merupakan kutipan
langsung panjang.
a. Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang terdiri dari lima baris atau kurang
dan berisi 40 kata atau kurang. Penulisan langsung disambung dengan teks
sebelumnya, dengan spasi ganda, dipisahkan oleh dua tanda kutip. Satu hal yang
perlu diperhatikan saat menulis kutipan pendek dan lurus adalah format penulisan.
Inilah yang harus diterapkan saat menulis kutipan langsung pendek. Berikut
merupakan hal-hal yang perlu di terapkan dalam menulis kutipan langsung pendek :
1) Sumber kutipan disatukan atau berada sejajar dengan teks.
2) Penulisan kutipan wajib menggunakan tanda petik.
3) Penulisan sumber kutipan dapat diletakkan di awal maupun akhir tulisan. Jika
menulis sumber di awal kalimat, nama penulis diletakkan di luar tanda kurung.
Jika menulis sumber di akhir kalimat, nama penulis diletakkan di dalam tanda
kurung beserta tahun serta nomor halaman.
Di bawah ini merupakan contoh penulisan kutipan langsung pendek untuk
memperjelas cara penulisan jenis kutipan ini:
Kata teknologi bisa menjurus ke topik kesenian, sebagaimana penjelasan dari
Capra (2004), yaitu “teknologi merupakan salah satu pembahasan sistematis seni
terapan atau pertukangan. Hal ini lebih mengacu pada literatur Yunani menyebutkan
tentang Technologia yang berasal dari techne kata, yang artinya wacana seni.”
b. Cara merangkum untuk kutipan tidak langsung merangkum adalah proses untuk
mengambil inti dari sebuah teks maupun percakapan, dan menghilangkan
penjelasan-penjelasan yang dianggap kurang penting serta tidak memiliki pengaruh
apapun kepada inti dari informasi terkait.Di bawah ini, bisa melihat contoh dari
proses merangkum sumber kutipan, untuk menulis kutipan tidak langsung.
Teks asli:
“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni, dan teknologi.” (Shannon & Weaver, 1949)
Teks setelah dirangkum:
“Shannon & Weaver (1949), berpendapat bahwa komunikasi adalah interaksi
manusia untuk mempengaruhi satu sama lain, menggunakan berbagai medium
dalam prosesnya."
2. Penulisan Daftar Pustaka Dari Artikel Dalam Jurnal, Koran Atau Majalah
Tidak jauh berbeda dengan penulisan dari sumber berupa buku, penulisan
dari sumber artikel dalam jurnal, koran atau majalah perlu mencantumkan
nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama penerbit.
Hanya saja, ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni
sebagai berikut :
a. Nama
Pastikan nama yang ditulis dalam daftar pustaka artikel tersebut
adalah penulis artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun
majalah yang menjadi sumber referensi.
b. Judu
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi.
Penulisan tidak melainkan dengan format italic, tegak lurus dengan
memberikan tanda kutip (“) pembuka dan penutup. Setelah itu, lanjutkan
dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat artikel
tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah, atau koran baru dicetak miring.
Ikutkan di halaman berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam
tanda kurung [(…)].
Artikel ilmiah merupakan sebuah karangan faktual atau nonfiksi tentang suatu
permasalahan yang dimuat di jurnal, majalah, atau buletin dengan tujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta, guna meyakinkan, mendidik, dan menawarkan solusi
dari suatu permasalahan. Pengertian Artikel Ilmiah Artikel dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan suatu karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai
dalam majalah, surat kabar dan sebagainya. Sedangkan ilmiah, maksudnya adalah ilmu
pengetahuan; memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan. Artikel ilmiah dapat disebut
dengan suatu karya tulis lengkap (sesuai dengan struktur) yang memenuhi syarat ilmu
pengetahuan dan dipublikasikan di jurnal.
Untuk memahami artikel ilmiah, ada beberapa ciri-ciri yang perlu dipahami. Ciri-ciri
artikel ilmiah berdasarkan ranahresearch.com, adalah sebagai berikut:
1. Objektif, artinya isi artikel ilmiah tersebut hanya dapat dikembangkan secara aktual dan
eksis, maksudnya adalah eksistensi fenomena yang menjadi fokus bahasannya berbeda
antarbidang ilmu satu dengan yang lainnya
2. Rasional, masuk akal dari isi artikel tersebut.
3. Kritis, karena berfungsi sebagai wahana menyampaikan kritik timbal balik terhadap
suatu permasalahan yang dijelaskan dalam artikel tersebut.
4. Reserved, maksudnya adalah menahan diri, hati-hati, dan tidak mudah overclaiming,
jujur, lugas, dan tidak menyertakan motif-motif pribadi dan kepentingan tertentu.
Artikel ilmiah memiliki gaya bahasa yang formal atau baku, sehingga fokus dalam ilmu
dan tidak menggunakan gaya bahasa tertentu dalam penulisannya Pengutipan sumber jelas
dan disertai dengan daftar pustaka.
Sementara jika dilihat dari jenis artikel ilmiah itu sendiri memiliki beberapa macam
jenisnya. Ada yang disebut dengan artikel hasil penelitian, artikel non-penelitian, telaah
buku dan obituary. Ulasan dari masing-masing jenis tersebut kita bahas sebagai berikut.
1. Artikel Hasil Penelitian
Artikel hasil penelitian disebut juga dengan research article. Jadi artikel ini akan
sering kamu temukan di dalam jurnal-jurnal. Secara isi, artikel penelitian dibuat
memang untuk menstimulasi penelitian lain untuk melahirkan penelitian baru.
Disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui teori atau
sudut pandang tentang masalah yang diteliti layak untuk ditinjau kembali dan layak
tetap diikuti atau tidak. Artikel hasil penelitian ini sendiri memiliki format penyajian
yang meliputi adanya Judul, Nama penulis, Abstrak, Kata kunci, Pendahuluan,
Meteode, Hasil, Diskusi, Simpula, dan Daftar pustaka.
2. Artikel Non-Penelitian
Mungkin ada yang asing dengan artikel non-penelitian. Artikel non-artikel lebih
familiar disebut dengan review pampers yang merupakan telaah pustaka atau yang
akrab kita kenal dengan kajian teori. Dari segi isi, teori, prinsip, konsep dan
pengembangannya jauh lebih beragam. Bahkan terkait dengan pendeskripsian fakta
juga beragam. Umumnya artikel non-penelitian ini lebih sering ditulis oleh para pakar
atau karena permintaan editor. Ada yang menyebutnya dengan artikel tinjauan dan
artikel hasil pemikiran konseptual.
Artikel tinjauan adalah artikel yang digunakan untuk meninjau secara teoritikal.
Isi dari artikel tersebut berbentuk argumentasi logika. Dimana gagasan dari penulis
yang dikembangkan secara mendalam sesuai dengan kaidah berfikir ilmiah. Sebenarnya
artikel tinjau tidak semata mengutarakan berdasarkan argumentatif logikal ilmiah
penulis, tetapi juga dapat ditulis berdasarkan pada pandangan sejarah tertentu,
mengusulkan teori atau mengundang perhatian terhadap tema atau isu-isu tertentu
3. Telaah Buku
Istilah telaah buku mungkin kurang familiar buat kamu? Bagaimana dengan
istilah books review? Yap, books review adalah resensi buku fokusnya menganalisis
dan mengkritik buku yang sudah diterbitkan. Saat meresensi buku, penulis harus
bersifat objektif. Tentu saja peresensi juga harus membaca buku terlebih dahulu agar
memahami alur dan mudah memahaminya.
4. Obituary
Obituari atau yang familiar kita sebut dengan artikel. Yap, kalo saya menyebut
artikel, tentu kamu sudah memiliki gambarannya bukan. Artikel adalah tulisan yang
paling sering kita baca dan lihat di Google. Ada yang berbeda nih dengan yang
dimaksud artikel (obituary). Jadi Obituari adalah artikel yang fokus mengulas tentang
berita kematian seseorang. Seseorang tersebut bisa seorang tokoh dan ilmuwan.
5. Laporan Kasus
Laporan kasus adalah laporan yang menganalisis kasus dengan cara melihat
rincian, gejala, diagnosis, dan tanda yang terlihat. Laporan kasus dapat pula dimaknai
sebagai narasi profesional karena memberikan umpan balik dan kerangka kerja.
6. Ceramah
Ceramah ternyata juga termasuk dalam jenis-jenis artikel ilmiah. Jika ceramah
dalam bentuk lisan maka dapat berupa pidato. Sementara ceramah tertulis (biasanya
sebelum
dipidatokan ditulis terlebih dahulu).
7. Editorial
Editorial banyak kamu temukan di surat kabar. Nama lain dari editorial adalah
tajuk rencana. Editorial berisi pendapat atau pandangan redaksi terhadap peristiwa
tertentu yang bersifat faktual dan sedang hangat diperbincangkan. Editorial itu sendiri
sebenarnya masuk ke ranah opini. Bedanya ditulis oleh redaksi sebagai pandangan
resmi dari media tersebut yang bersifat faktual. Dikatakan faktual karena proses
penulisannya tidak sembarangan, tetap mengedepankan fakta, argumentasi logis dan
bukti.
Judul pada artikel ilmiah merupakan jiwa, semangat, esensi, inti dan citra
keseluruhan isi sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, judul lebih merupakan label, alih-
alih sebuah pernyataan yang secara ringkas menangkap dan mewadahi keseluruhan
substansi subjek yang ditangani. Judul merupakan bagian artikel yang paling banyak
dibaca orang dan sangat menentukan nasib suatu artikel ilmiah selanjutnya apakah
artikel tersebut akan ditelaah dan diacu serta dimanfaatkan atau sama sekali tak acuh,
tidak dipedulikan, dan dilewati sehingga terbuang begitu saja. Oleh karena itu, penulis
harus menyediakan waktu khusus untuk memikirkan dan menyiapkan formulasi judul
karyanya dengan sebaik-baiknya, sehingga judul tersebut dapat mengungkapkan isi
keseluruhan artikel.
2. Baris Kepemilikan
Bagian baris kepemilikan ini merupakan bagian integral dari suatu artikel dan
merujuk pada hak kepengarangannya dan hak kepemilikannya, yaitu lembaga tempat
dilakukannya kegiatan tersebut atau dapat dikatakan bahwa penulis di bawah naungan
lembaga atau instansi tertentu. Kaitannya dengan baris kepemilikan, pemegang hak
cipta atau hak untuk memperbanyak dan menyebarluaskan suatu artikel ilmiah adalah
berkala tempat diterbitkannya artikel yang dimaksud.
3. Abstrak
4. Kata kunci
Kata kunci atau disebut dengan keywords adalah pilihan kata yang bermakna
dari sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengindeks kandungan isinya. Kata
kunci sengaja disajikan untuk membantu pembaca yang mencari artikel terkait dengan
permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu, orang hanya perlu memasukkan kata kunci
pada mesin pencari di internet. Manfaat kata kunci sangatlah besar, dalam tahun-tahun
belakangan ini, deretan kata kunci terpampang dalam artikel-artikel ilmiah yang
diterbitkan orang. Umumnya deretan kata atau kata kunci tersebut disajikan di bawah
abstrak. Jumlah kata kunci biasanya terdiri atas 3-5 kata, dan kata-kata yang terdapat
dalam kata kunci tidak boleh mengulang judul.
5. Pendahuluan
6. Metode
Bagian hasil dan pembahasan dalam artikel ilmiah disajikan secara singkat,
padat, dan jelas, serta dapat dibantu dengan tabel, gambar, diagram, grafik, dan
sebagainya, yang diberi penjelasan. Bagian ini memuat hasil analisis data, bukan data
mentah ataupun analisis ragamnya, sedangkan prosesnya tidak disajikan. Pembahasan
bertujuan untuk menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan
yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Bagian ini memuat penafsiran terhadap
temuan-temuan penelitian, pengintegrasioan temuan ke kumpulan pengetahuan yang
mapan, diskusi dengan penelitian lain (penelitian terdahulu yang relevan), dan
penyusunan teori atau modifikasi teori yang ada.
Simpulan dan saran dalam artikel ilmiah merupakan bagian akhir atau penutup.
Simpulan merupakan pernyataan singkat dan akurat dari hasil dan pembahasan, bukan
hasil penelitian yang ditulis ulang namun makna yang didapatkan dari hasil penelitian.
Simpulan merupakan pembuktian singkat akan kebenaran hipotesis dan menjawab
permasalahan-permasalahan penelitian yang telah ditentukan. Sedangkan saran adalah
masukan-masukan yang berkaitan dengan penelitian untuk para peneliti selanjutnya.
Ucapan terima kasih pada suatu artikel ilmiah bisa jadi hal yang penting bagi
sebagai penulis. Ucapan terima kasih diberikan atau dituliskan penulis kepada pihak-
pihak yang telah berkontribusi terhadap penelitian yang telah dilakukan tersebut.
Ucapan-ucapan tersebut umumnya ditujukan pada pihak yang mendanai penelitian,
dosen pembimbing, dan rekanrekan peneliti lainnya.
Daftar rujukan atau daftar pustaka adalah daftar rujukan-rujukan atau referensi
yang digunakan dalam artikel ilmiah tersebut. Bagian daftar pustaka harus lengkap dan
sesuai dengan acuan dan sudah disebut dalam batang tubuh. Sistematika penulisan
daftar pustaka dapat dilihat berdasarkan pedoman atau gaya selingkung dari tiap jurnal,
karena tiap jurnal memiliki gaya selingkung masing-masing.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937
7. Mempersilakan Diskusi
Setelah menutup penyampaian materi, bukan berarti Anda benar-benar
mengakhiri presentasi tersebut. Umumnya, saat presentasi yang sifatnya
ilmiah, Anda harus membuka sesi diskusi. Tujuannya agar audiens memiliki
kesempatan untuk bertanya seputar topik materi. Tugas Anda cukup
mempersilakan audiens untuk mengajukan pertanyaan. Jangan lupa catat
agar tidak ada pertanyaan atau saran yang terlewat. Presentasi ilmiah
merupakan jenis presentasi yang tujuannya untuk menjelaskan hasil karya
ilmiah. Penyampaian presentasi harus dilakukan secara sistematis agar
memudahkan audiens dalam memahami isi materi.