Anda di halaman 1dari 78

Nama : Muhammad Ridho Hidayatulloh

NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 1


“SANTUN BAHASA”

A. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh warga negara
Indonesia untuk saling berkomunikasi. Awal mula sejarah bahasa Indonesia yakni
bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat dan berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang
ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia lalu dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat
itu UndangUndang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 disebutkan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan keputusan Kongres


Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, menyatakan bahwa berdasarkan sejarah,
bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai bahasa penghubung
bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka
tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti
itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak
hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan
prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M
yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun para pedagang
yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang
belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada
bahasa yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu
nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra pada abad
ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya


agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar
bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa
Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa
Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda
Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia sesuai isi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Meskipun bahasa dari daerah masing-
masing masih dipakai, namun untuk mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia antar
suku menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional diatas Bahasa daerah.


Pada 18 agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan, Bahasa Indonesia secara
legal konstitusional di kukuhkan sebagai bahasa Negara. Seperti yang tercantum dalan
UUD 1945, Bab XV, Pasal 36, yang berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dasar hukum tersebut, memberikan landasan yang kuat dan resmi bagi pemakaian
bahasa Indonesia, bukan saja sebagai bahasa nasional, melainkan juga sebagai bahasa
resmi kenegaraan.
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu berbagai suku bangsa, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudnya.
Keempat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diatas dimiliki oleh bahasa
Indonesia sejak tahun 1928 sampai sekarang.
a. Lambang kebanggaan nasional.
Sebagai lambang kebanggaan nasional bahwa Indonesia memancarkan
nilai nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang
dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia,
harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. kita
harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

b. Lambang identitas nasional.


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesa Berarti bahwa Indonesia dapat mengetahui identitas
seseorang. Yaitu sifat, tingkah laku, dam watak sebagai bangsa Indonesia. Kita
harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di
dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjuk kan gambaran
bangsa Indonesia yang sebenarnya.

c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial


budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam
latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama dengan bahasa Indonesia dapat
serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dam tidak merasa lagi
“dijajah” oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial
budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan
dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d. Alat penghubung antarbudaya & antardaerah.


Manfaat bahasa indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berani akan mempercepat peningkatan pengetahuan
seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
(3) salat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan
pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan.ilmu pengetahuan.dan
teknologi.
Pada tanggal 29-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar politik bahas
Nasional yang diselenggarakan di jakarta. Dikemukakan Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara adalah :
a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara dibuktikan dengan digunakanya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai mat itu dipakaslah bahasa indonesia
dalam segala upacara,peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk
lisan maupun tulis.
b. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasan
pengantar di lembaga cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahan asing atau
menyusunnya sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek).
c. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintiptek. Kedudukan
ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan
dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan
dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem adminitrasi dan mutu
media komunikasi massa. Tujuan agar isi tau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan
Tekaologi. Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalahmajalah ilmiah,
maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku
yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan
menggunakan bahasa daerah itu sendiri dan menyebabkan orang lain belum
tentu akan mengerti.
C. Ragam Bahasa Indonesia
Ragam bahasa indonesia adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, teman
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut topik pembicaraan. Indonesia merupakan
sebuah negara yang terdiri atas berbagai macam suku dan budaya. Selain itu, bahasa-
bahasa antar daerah juga pasti berbeda antara satu dengan lainnya. Misalnya kita sedang
berada di pulau Jawa, orang disana pasti menggunakan bahasa daerahnya (bahasa Jawa),
begitu pula jika kita pergi ke daerah sumatera, bahasa yang dipakai berbeda-beda. Ada
yang menggunakan bahasa Batak, Melayu, dan lain sebagainya. Namun, orang-orang
disana pasti paham dengan bahasa Indonesia, karena merupakan bahasa persatuan.
Pada umumnya, pemakaian bahasa Indonesia digolongkan menjadi dua jenis
yaitu baku dan tidak baku. Seperti halnya ketika kita berada dalam situasi resmi maka
kita akan menggunakan bahasa baku. Sedangkan, apabila di tengah pasar atau di rumah
sendiri maka kita tidak harus menggunakan bahasa baku.
Selain bahasa baku dan bahasa tidak baku, jika ditinjau dari segi medi dan
sarananya, ragam bahasa terdiri dari : ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan.
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem
sebagai unsur. Sedangkan, ragam bahasa tulisan merupakan bahasa yang dihasilkan
dengan menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya.
Nama: Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM: 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 2


“KOSAKATA DAN DIKSI”

A. Konsep Kata, Kosakata Dan Diksi


Secara umum, kata adalah sebuah unsur bahasa yang susunannya terdiri dari
kumpulan huruf yang memiliki sebuah arti, sehingga dapat berfungsi untuk membentuk
kalimat, frasa(yaitu gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan dan
bersifat non-predikatif), dan klausa(gabungan dua kata atau lebih yang terdiri dari
subjek dan predikat). Kata adalah unsur terkecil dalam bahasa yang memiliki makna.
Kata mempunyai ciri-ciri, yaitu:
1. Terdiri dari beberapa huruf.

2. Memiliki makna.

3. Memiliki fungsi tertentu dalam tata bahasa.

4. Dapat dibentuk menjadi frasa, klausa atau kalimat apabila digabung dengan kata
lain.

Kosakata adalah kata-kata yang dimiliki seseorang yang mengacu pada konsep
tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu dan digunakan untuk memberi dan
menerima informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah
perbendaharaan kata. Didalam kosakata ada kata baku dan kata tidak baku. Kata baku
merupakan kata yang sudah menjadi standar dan memiliki kaidah dalam KBBI,biasanya
digunakan untuk membuat surat resmi, laporan , dan karya ilmiah. Sedangkan kata
tidak baku merupakan kata yang tidak sesuai dengan kaidah atau pedoman dalam KBBI,
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk
menggambarkan suatu cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.
Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar
pembaca dapat memahami teks dalam tulisan. Adapun ciri-ciri diksi, yaitu:
1. Diksi digunakan sebagai pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal
yang diamanatkan oleh penulis.
2. Menggunakan kosakata yang mudah dipahami untuk pembaca.
3. Diksi tersebut menyatu dengan kata lain hingga melahirkan sebuah makna yang
tepat.

B. Sumber Kosakata
Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi. Kamus pada
umumnya berupa senarai kata yang disusun secara alfabetis. Selain itu, disertakan pula
informasi mengenai ejaan, pelafalan, kelas kata, makna kata, kadangkala sejarah kata,
dan contoh pemakaian kata dalam kalimat. Sementara itu dalam KBBI disebutkan
bahwa kamus merupakan sumber rujukan yang andal dalam memahami makna kata
suatu bahasa karena kamus memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal
tidak terbatas jumlahnya.

Definisi-definisi di atas telah sangat jelas memberikan informasi tentang apa saja
isi di dalam sebuah kamus. Kosakata yang terdapat kamus, lazim disebut lema, disusun
secara alfabetis yakni berurutan mulai A sampai Z. Tiap kata yang ditulis dilengkapi
dengan cara pelafalannya, kelas kata, dan contoh pemakaian kata tersebut dalam sebuah
kalimat.Ada tiga kelompok bahasa sumber pengembangan kosakata bahasa Indonesia,
yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.

C. Kriteria Pemilihan Kata


Ada lima syarat dalam memilih kata, yaitu:
1. Syarat kebenaran, kata yang benar adalah kata yang mengikuti kaidah tata bahasa
(morfologi dan sintaksis).
2. Syarat kecermatan, kata cermat adalah kata yang dalam konteks tertentu tidak
lebih/tidak kurang, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
3. Syarat ketepatan, kata yang tepat dikenali berdasarkan distribusi atau kolokasinya
dengan kata kiri dan kanannya.
4. Syarat kelaziman, kata lazim adalah kata yang penggunaanya sudah diterima oleh
umum.
5. Syarat keserasian, kata serasi adalah kata yang hubungan secara semantik dengan
kata lainya dalam konteks tertentu.

D. Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi

Berdasarkan diksi ada dua jenis yaitu;


1. Berdasarkan maknanya
a. Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau
kalimat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan
sebenarnya.
2. Berdasarkan leksikal
a. Sinonim
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain.
b. Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain.
Nama: Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM: 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 3


“PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA”

A. Konsep Ejaan Bahasa Indonesia


Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca. Pengertian Ejaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata/kalimat dengan
benar. Ejaan juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa
Indonesia. Menurut Siti Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi (2019), berikut fungsi ejaan diantaranya:
1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan
mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.

B. Sejarah dan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat,
dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca
(KBBI, 2005:285) Sejak bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional, bahasa
pengantar, dan bahasa Tesmi, bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali
perubahan ejaan. Ejaan tersebut adalah Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik atau
Ejaan Suwandi, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Pada tahun 1901 lahirlah Ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini berlandaskan aturan
ejaan Melayu dengan huruf Latin yang dirancang oleh Charles Adrian Van
Ophuysen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Mochammad
Taib Soetan Ibrahim. Waktu itu usyaha ke arah penyempurnaan ejaan mulai dirintis.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen, yaitu huruf j dipakai untuk
menuliskan katakata jang, pajah, sajang. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-
kata goeroe, itoe, oemoer. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema dipakai
untuk menuliskan ma'moer, akal, ta, pa', dinamai"
Kongres Bahasa Indonesia I Tanggal 25-28 Juni 1938 di Solo. Kongres
menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan. Selanjutnya, pada tanggal 19
Maret 1947, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Ejaan Republik
sebagai ejaan resmi. Penetapan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini merupakan penyederhanaan
ejaan yang terdahulu. Misalnya,”boekoe menjadi buku”. Bunyi hamzah dan bunyi
sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, maklum, rakjat, pak. Kata ulang
boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ke-barat2-an. Awalan dan kata depan di
penulisannya sama ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, misalnya
ditulis dirumah.
Kongres Bahasa Indonesia ke-2 diadakan di medan pada tanggal 28 Oktober-2
November 1954. Pada kongres tersebut, selain dibicarakan asal-usul bahasa
Indonesia juga dibicarakan penyusunan peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa
Indonesia. Pada tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu Indonesia), ejaan yang
berdasarkan konsep perjanjian persahabatan antara Persekutuan Tanah Melayu dan
Indonesia dengan usaha mempersamakan kedua bahasa tersebut, akan tetapi
perkembangan ejaan ini terhenti karena situasi politik.
Selanjutnya, pada tahun 1967 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mensyahkan
panitia Ejaan Bahasa Indonesia dengan tugas menyusun konsep penyempurnaan
ejaan. Pada tahun 1967, Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi (KOTI)
mengeluarkan surat tanggal 21 Februari 1967. Surat tersebut berisi rancangan
peraturan ejaan terdahulu dipakai oleh tim KOTI sebagai bahan pembicaraan dengan
Malaysia tentang Ejaan Bahasa Indonesia dan Ejaan Malaysia. Pembicaraan tersebut
diadakan di Jakarta tahun 1966 dan Kualatumpur 1967. Rancangan tersebut baru
dikeluarkan bersama oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mashuri) dan
Menteri Pelajaran Malaysia (Husen On). Rancangan tersebut dipakai sebagai bahan
pengembangan bahasa nasional kedua negara itu.
Selanjutnya, pada tahun 1972 rancangan itu diseminarkan di Puncak dan
diperkenalkan kepada masyarakat/setiap departemen. Kemudian pada tanggal 20
Mei 1972 hasil rancangan tersebut ditetapkan sebagai acuan pedoman ejaan bahasa
Indonesia. Setelah itu, tanggal 16 Agustus 1972 Presiden RI meresmikan
penggunaan EYD (Kepres No. 57, Tahun 1972). Tanggal 31 Agustus 1972,
Mendikbud menetapkan Pedoman Umum EYD dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah.
Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan
bahasa Indonesia, yaitu Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober sampai 2 November 1978). Kongres Bahasa
Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 21 sampai 26 November 1983.
Selanjutnya Kongres Bahasa Indonesia V dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober
sampai 3 November 1988,Di Jakasrta. Hasil dari Kongres Bahasa Indonesia V
tersebut adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
Lima tahun berikutnya Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober sampai 2 November 1993. Kongres ini mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan
di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 26 sampai 30 Oktober 1998. Kongres
Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14 sampai 17
Oktober 2003.
Perkembangan ejaan bahasa Indonesia, sejak masa perkembangan awal sampai
kini Bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis ejaan sebagai berikut:
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan Bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles
Van Ophujjsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moechammad
Tasib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi
diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
a. Huruf Y untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulai dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabata.
b. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dll.
c. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dll.
d. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
katakata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dll.

2. Ejaan Republik
Pada 19 Maret 147 Ejaan Republik resmi digunakan menggantikan ejaan
Van Ophujjsen. Ejaan ini juga dikenal dengan nama Ejaan Soewandi karena
dibuat oleh sebuah tim yang dipimpin Mr. Soewandi. Beberapa aspek pokok
yang diatur dalam ejaan tersebut, antara lain :
a. Huruf ce diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b. Bunyi hamzah (‘) dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,
bapak, tampak, rakyat, dsb.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2, ber-senang2,
kekanak2-an, dsb.
d. Imbuhan di-dan kata depan kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya, misalnya drmakan, ditulis, diambil dan dimana, dijakarta,
disini.

3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)


Pada tahun 1959, Indonesia dan Malaysia keduanya bersepakat untuk
membuat pedoman ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo, singkatan
dari Ejaan MelayuIndonesia. Perkembangan politik yang kurang baik pada saat
itu menjadikan ejaan tersebut batal digunakan.

4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) menjadi tonggak
baru penyempurnaan tatanan Bahasa Indonesia. EYD diresmikan pemakaiannya
pada 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Penggunaan EYD
diatur dalam Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua
bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia dibakukan EYD
untuk Bahasa Indonesia digunakan mulai 1972, sedangkan untuk bahasa
Malavsia dibakukan mulai 1979, beberapa aspek pokok yang diatur dalam EYD,
antara lain perubahan huruf tj menjadi c, misalnya pada kata cantik, ciri-ciri,
cukup, cerdas, dsb. Huruf ch diganti menjadi kh, misalnya pada kata khusus,
khianat, akhir, dsb. Huruf dj menjadi j, misalnya pada kata janji, Jumat, Januari,
jam, dsb. Huruf nj menjadi ny, seperti pada kata nyonya, nyanyi, nyinyir, dsb.
Huruf sj menjadi sy, misalnya pada kata syarat, dahsyat, dsb. Dalam EYD diatur
juga pembakuan penulisan kata depan dan awalan. Kata depan ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya. Awalan ditulis menyatu dengan kata yang
mengikutinya.

C. Penulisan Dan Pemakaian Huruf & Kata

1. Penulisan Huruf
Dalam hubungan dengan penulisan huruf, berikut ini disajikan
pembahasan (1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3) persukuan,
dan (4) penulisan nama diri.
a. Nama-Nama Huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut:
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z. Di samping itu,
dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja su, gi, dan oi
yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau
y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan
huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam
bank dan sanksi. Akan tetapi, pemakaian gabungan huruf di, dh, gh, d2, th, dan
ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bathin, dan hatsil tidak
digunakan dalam bahasa Indonesia.

b. Lafal Singkatan dan Kata


Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimana melafalkan
suatu singkatan atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin
disebabkan oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal,
semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk
singkatan yang berasal dari bahasa asing —harus dilafalkan secara lafal
Indonesia. Lafal singkatan ini tidak harus mengikuti lafal bahasa asing, seperti
bahasa Arab, bahasa Prancis, bahasa Jepang, atau bahasa Rusia.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa singkatan yang berasal dari
bmhasa Inggris, misalnya AC, BBC, dan IGGI haus dilafalkan seperti bahasa
asknya. Kalau begitu, kita akan mengalami kesulitan melafalkan singkatan wang
berasal dari bahasa Rusia, bahasa Jerman, atau bahasa Aztec karena wama-nama
huruf dalam bahasa tersebut sudah pasti berbeda dengan namamama huruf dalam
bahasa Indonesia.

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

a) Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah
kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-)
Di antara suku-suku kata itu tanpa jarak/spasi. Perlu juga diketahui bahwa
sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal. Akan tetapi, untuk kata-kata wang berasal
dari dua unsur yang masing-masing mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua
tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah
dipisahkan itu dipenggal suku-suku ikatanya.

b) Penulisan Nama Diri


Penulisan nama diri, nama sungai, nama gunung, nama jalan, dan sebagainya
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hukum, dan
nama diri lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus itu
menyangkut segi adat, hukum, atau kesejarahan.

2. Pemakaian Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu (1) pemakaian huruf besar atau huruf kapital dan (2)
pemakaian huruf miring.
a. Huruf Besar atau Huruf Kapital
1) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung.Misalnya:
a) Ketua DEN, Emil Salim mengatakan, “Perekonomian dunia kini belum
sepenuhnya lepas dari Cengkeraman resesi dunia.”
b) Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, “Yang
diperlukan oleh bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.”
c) Archimides berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair
akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang seberat zat
cair yang dipindahkanya.”
2) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata
ganti Tuhan, harus ditulis dengan huruf kapital, dirangkai dengan tanda hubung
(-). Hal-hal keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata
yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat,
dan puasa — meskipun bertalian dengan keagamaan—tidak diawali dengan
huruf kapital. Misalnya:
a) Dalam Alguran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
berakhlak terpuji.
b) Tuhan akan menurjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
c) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita.

kata-kata keagamaan lairnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah
nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Alguran, Injil, dan
Weda.

3) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang, Misalnya:
a) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
b) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.
c) Ketua DPR RI, Marzuki Ali, berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji
pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai Negeri itu sendiri.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
a) Jemaah haji dari Indonesia tahun ini berjumlah 230.000 orang.
b) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
c) Ia bercita-cita menjadi laksamana.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu ditulis dengan huruf kapital.Misalnya:
a) Pagi ini Menteri Perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida
Menteri meresmikan sebuah kolam renang.
b) Dalam seminar itu Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, memberikan sambutan. Dalam sambutannya Presiden
mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet dalam mengembangkan ilmunya
untuk kepentingan bangsa dan negara.
4) Kata-kata van, den, da, de, di, bin, er, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata itu digunakan
sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Misalnya:
a) yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar akan
disumbangkan ke panti asuhan.
b) Pujangga lama yang terkenal adalah Nuruddin er Rariri.
c) Van den Bosch adalah Gubernur Jenderal Belanda yang sangat berkuasa di
Indonesia pada zaman penjajahan.
5) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa. Misalnya:
a) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk
menyukseskan pembangunan.
b) Yaser Arafat, Presiden Palestina, meninggal dunia pada tahun 2004.
c) Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.
Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

d) Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah merdeka.


e) Baru saja ia tinggal di sana satu tahun, ia sudah keinggris-inggrisan. ✓ Coba
Anda hindarkan usaha mempranciskan bahasa Indonesia.
6) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
a) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.
b) K Inggris membatalkan undangan pernikahan William-Kate untuk pejabat
Suriah.
c) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
7) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi. Misalnya:
a) Di teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
b) Kapal-kapal laut dari wilayah timur yang akan memasuki perairan Timur
Tengah harus melewati Terusan Sues.
c) Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan kertas.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata selat, beluk,
terusan, gunung, sungai, danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil.

8) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi
resmi.Misalnya:
a) Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia.
b) Semua anggota PBB harus mematuhi isi Piagam Perserikatan BangsaBangsa.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
c) urut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai kedudukan
yang sama.
d) Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak
empat kali.
e) Iran pada saat itu masih berbentuk kerajaan.
9) besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel
scperti di, ke, dari, untuk, dan yang, yang terletakk pada posisi awal. Misalnya:
a) Idris mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
b) Buku Pedoman Limum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
diterbitkan oleh Balai Pustaka.
c) Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat membaca buku
Nusa dan Bangsa yang Membangun.
10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
Kecuali gelar dokter. Misalnya:
a) Pardi Waskito, M.A. diangkat merjadi pimpinan kegiatan itu.
b) Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.
c) Sejak Dr. Bahraini menangani masalah perlistrikan di desa kami, penduduk
desa tidak pernah mengeluh lagi.
11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata garti atau sapaan. Singkatan pak, Bu, kak, dik, dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya:
a) Surat Saudara sudah saya terima.
b) Ibunya menjawab pertanyaan Samsi, “Pagi tadi Ibu menjemput pamanmu di
pelabuhan.”
c) Kepala sekolah berkata kepada saya,”Tadi saya menerima berita bahwa Ibu
Sri sakit keras di Bandung.”

Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
a) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. ✓ Semua camat dalam
kabupaten itu hadir.
12. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan
atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis
bawah satu. Misalnya:
a) Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Praparca.
b) Keinka edah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan
Republika.
c) Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
a) Kata daripada lebih baik dipakai dalam kalimat Nenek lebih tua daripada ibu.
b) Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
c) Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah awalan meng-
akan muncul mengubah, bukan merubah.
3. Penulisan kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan atau
akhiran, awalan atau akhiran itu ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja. Misalnya :
Bentuk baku = dididik, disuruh, berterima kasih.
Bentuk tidak baku = di didik, di suruh, berterimakasih.
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk
kata turunanya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya :
Bentuk baku = menghancurleburkan, pemberitahuan, kesimpangsiuran.
Bentuk tidak baku = menghancur leburkan, pemberi tahuan, kesimpang siuran.
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi pada
tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang
ditulis secara lengkap. Misalnya:
Bentuk baku = dibesar-besarkan, menulis-nulis, gerak-gerik.
Bentuk tidak baku = di-besar2-kan, me-nulis2, gerak gerik.
Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya
dituliskan terpisah, seperti daya serap, tata bahasa, kerja sama, duta meja tulis, orang
tua, simpang empat, rumah sakit umum, serah terima, juru dan temu wicara.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk baku = manakala, sekaligus, bilamana.
Bentuk tidak baku = mana kala, sekali gus, bila mana.
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata
yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan
serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk baku = amoral, antarwarga, nonmigas.
Bentuk tidak baku = a moral, antar warga non migas.
Kata ganti ku dan kau—yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau-ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya: kata ganti ku, mu, dan nya—yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:

a) Kalau mau, boleh kauambil buku itu.


b) Penemuannya dalam bidang mikrobiologi sangat mengejutkan dunia ilmu dan
teknologi.

Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengjkutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, 1) seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
a) Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil.
b) Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah darpada
keadaan pada tahun-tahun yang lalu.
c) Para pramuka sedang berkerumun di sekitar api unggun.

Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas.Misalnya:
a) Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke rumah saya.
b) Dengan devaluasi pun ekonomi Indonesia belum tertolong

Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sangguhpun, dan walaupun. Misalnya:
a) Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.
b) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.
c) Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira.
d) Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.

Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
begianbagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya:
a) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per Oktober 1974.
b) Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per satu.
c) Setelah dinyatakan bersalah, Ali ditahan oleh yang berwajib. Istrinya terpaksa
menghemat belanja harian menjadi Rp20.000,00 per hari.

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam.


tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk
menyatakan (a) ukuran panja/ng, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori karangan atau
bagianbagiannya. Misalnya:
a) Kami menginap di Hotel Sahid Jaya, Kamar 125.
b) Kita tetap ingat pada Bab XV, Pasal 36. 3) Surah Al: Imran, Ayat 12, perlu dibaca
secara serius.
c) Tata Bahasa Indonesia I menjadi buku wajib dalam belajar.
d) Tolong Anda ambil barang itu yang panjangnya 50 cm, beratnya kirakira 10 kg,
yang perjalanan sekitar 9 jam ke tempat itu, yang harganya Rp10.000,00.

Penulisan lambang bilangan dengan hruruf dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
e) Dua ratus tiga puluh lima (maksudnya 225).
f) Seratus empat puluh delapan (maksudnya 148) 3) tiga tiga perempat (maksudnya 3
(dengan garis datar, bukan garis miring).
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai
berikut:
g) 1) Abad XXI ini dikenal juga sebagai abad globalisasi.
h) 2) Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad globalisasi.
i) 3) Abad kedua puluh satu ini dikenal juga sebagai abad globalisasi. Berdasarkan
contoh di atas, penulisan bilangan tingkat seperti ke XXI atau ke-XXI, ke 21, dan ke
dua puluh satu termasuk penulisan yang tidak baku (salah).
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut:
a) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an.
b) Bolehkah saya menukar uang dengan lembaran 1.000-an?
c) Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun.

4. Pemakaian Tanda Baca


Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, sebab tanpa tanda baca, makna
kata atau frasa atau kalimat menjadi kabur — bahkan kacau. Tanda baca yang lazim
digunakan dewasa ini didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi
gramatikal, frasa, dan interrelasi antarbagian ka-limat. Tandatanda baca yang umumnya
digunakan dalam bahasa Indonesia ialah:
1) Tanda Titik (.)
a) Tanda titik digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat. Contoh: Saya sudah
semester 7. Adik pulang terlambat.
b) Tanda titik digunakan di belakang angka maupun huruf pada suatu daftar, bagan,
atau. Contoh: 1. Sejarah perkembangan bahasa. 2. Pengertian bahasa. 3. Jenis-
jenis bahasa.
c) Tanda titik digunakan untuk memisah angka yang menunjuk jam, menit, dan
detik. Contoh: Ia datang tepat pukul 18.30.15
d) Tanda titik untuk memisahkan bilangan yang bernilai ribuan maupun
kelipatanya. Contoh: Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
berjumlah 12.500 orang.

2) Tanda koma (,)


a) Tanda koma digunakan antara unsur-unsur pada suatu yang merujuk pada
perincian. Contoh: isi tas adik diantaranya buku, pulpen, pensil, dan penghapus.
b) Tanda koma digunakan untuk memiah suatu kalimat setara jika salah satu dari
kalimat itu didahului oleh kata melainkan atau tetapi. Contoh: sebenarnya dia
cantik, tetapi agak cerewet. Ia bukan datang dari semarang, melainkan
yogyakarta.
c) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Contoh: kalau lapar, saya akan
makan.
d) Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagipula, meskipun begitu, dan tetapi. Contoh: ...oleh karena itu, saya
memutuskan untuk tidak datang.
e) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, dan dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Contoh: o, saya kira
kamu pak rt.
f) Tanda koma digunakan untuk memisah petikan langsung dari bagian lain dalam
suatu kalimat. Contoh: “Ayah belum pulang” katanya, “mungkin sebentar lagi”.
g) Tanda koma digunakan ddiantara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negara yang
ditulis berurutan. Contoh: nama dan alamat tempat kerja saya adalah Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Jalan Sido Mulyo-7573, Pekanbaru.
h) Tanda koma digunakan untuk memisah bagian nama pengarang dalam daftar
pustaka. Contoh: Agung, Marjoko Sutrisno, 2000. Berbahasa Inggris Di
Perguruan Tinggi. Pekanbaru: Ilmu publisher.
i) Tanda koma digunakan antara nama orang dan gelar akademik. : Jalaludin Bin
Jamal,M.Pd.
j) Tanda koma digunakan di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Contoh: 4,5 km, Rp 250.000,00.
k) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. Contoh: Teman kerja saya, Pak Slamet Kohar, sangat mahir
menyetir.
l) Tanda digunakan untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat. Contoh: “Dari mana anda memperoleh buku itu?”
tanya agus sambil melotot.
3) Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara. Contoh: Rasa kantuk semakin berat; pekerjaan pun
belum rampung juga.
b) Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk. Contoh: Ayah membaca
koran di depan rumah; ibu sibuk memasak di dapur; adik sedang belajar; saya
senddiri asik bermain game.
4) Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau perintah. Contoh: Para pelajar memerlukan : buku, pena, pensil,
tas.
b) Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
perintah. Contoh:
Ketua : Jamaludin
Sekretris : Caca marica
Bendahara : Kuntum mustajabah
c) Tanda titik dua digunakan (a) diantara jilid atau nomor dan halaman, (b) diantara
bab dan ayat dalam kitab suci, (c) diantara dua judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Jurnal ilmu Ternak dan Veteriner, 13:30-35
Al-baqoroh 3:1-7
Franco,Arhan Kholiq. 2011. Berbahasa Indonesia di perguruan tinggi.
Pekanbaru: Penerbit Diksi.
5) Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian garis. Contoh: Selain kuliah, Joko juga bekerja sebagai
karyawan di sa-lah satu toko milik orang amerika.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau
akhiran dengan bagian kata didepanya pada pergantian baris. Contoh:
Tandah pada peernak sapi merupakan alat pertahanan tubuh yang digunakan
untuk menghancurkan musuh.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang angka 2 pada kata ulang
tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi. Contoh: bapak-bapak,
kadangkadang, berulang-ulang
d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagianbagian tanggal. Contoh: k-e-l-u-r-a-h-a-n, 20-11-2022.
e) Tanda hubung digunakan untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Contoh: ber-evolusi, sepuluh-ribuan.
f) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf besar,(b) ke- dengan angka, (c) angka
dengan -an (d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e)
nama jabatan rangkap. Contoh: se-Pekanbaru, tahun 200-an, mem-PHK-kan,
sinar-x.
g) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa indonesia
dengan unsur bahasa asing. Contoh: di-upgrade, di-cut off
6) Tanda Pisah (-)
a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat. Contoh: Dengan bekerja bersama-berdasarkan pengalaman saya selama
bertahun-tahun-semua target organisasi dapat dicapai.
b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas. Contoh: temuan einstain- gaya gravitasi-telah meletakan landasan
yang kuat dalam pengembngan bidang penerbangan.
c) Tanda pisah digunakan diantara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
‘sampai’ atau ‘sampai dengan’. Contoh: 1999-2010, Tanggal 16-08-1964,
Kupang-Soe-Kefa.
7) Tanda Elpsis (...)
a) Tanda elpsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh: kalau
begitu..., ya, tidak peru khawatir lagi.
b) Tanda elpisis menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan. Contoh: dan, perjuangan kemerdekaan kebangsaan indonesia
itu... bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
8) Tanda Tanya (?)
Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian
kalimat atau pernyataan yang disang-sikan kebenarannya. Contoh Apakah anda
dalam kedaan sehat?, Memangnya kamu dari Jakarta?
9) Tanda Seru (!)
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat. Contoh: MERDEKA!
10) Tanda Kurung ((...))
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:
Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota,
ijazah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang
disyaratkan.
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan. Contoh: Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai
negara mengadu keahlian dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala
(pantai yag memiliki gulungan ombak terbaik no 2 di dunia).
c) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan. Contoh: Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor.
d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Contoh: Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran.
11) Tanda Kurung Siku ([...])
a) Tanda kurug siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis dengan orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli. Contoh: Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung (...). Contoh: Rumput kume adalah rumput unggul lokal ( asli
NTT [bernama latin Sorghum Plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote,
Sabu, dan Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi.
12) Tanda Petik (“...”)
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainya. Contoh: “Saya mandi dulu, yaa.” Kata jamal
“Silakan duduk dulu.”
b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang digunakan
dalam kalimat. Contoh: Puisi”Aku” digubah oleh W.S Rendra., Modul “ Tanda
Baca Ejaan” terdapat pada halaman 2-10.
c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contoh: Model potongan rambut acak dikenal dengan
nama “punk”.
13) Tanda Petuk Tunggal (‘...’)
a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain.
Contoh: Kata ayah, “Tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok...tok...tok’ di pintu?”
b) Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan
asing. Contoh: Sustainable ‘berkelanjutan’
14) Tanda Garis Miring (/)
a) Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh: No.
124/Fpt/III/2010, Tahun Akademik 2022/2023.
b) Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, tiap. Contoh:
Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester.
15) Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian
agka tahun. Contoh: Engkau ‘kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan) 3
November’ 10 (’10 =2015)

5. Penulisan Unsur Serapan


Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, Pexploitation de I'homme par
I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam Kedua, unsur
asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kata Penyerapan Penyerapanbe
Asing salah nar
risk resiko risiko

system sistim sistem

technigue, tehnik teknik

technologi tehnoloji tekknologi


e
method metoda metode

freguency frekwensi frekuensi


Practical praktek praktik

percentag prosentas presentase


e e
conduite kondite konduite

kuitantie kwitansi kuitansi

Gualiteit kwalitas kualitas


Managem managem manajemen
ent en

coordinati kordinir koordinasi


on

survey survei survai

carier karir karier

mass mass media massa


media media
ambulanc ambulan ambulans
e
hypotesis hipotesa hipotesis

analysis analisa analisis

patient pasen pasien

activity aktip, aktifitas aktif


solidarity solidariteit solidaritas

complex komplek kompleks

psycholog psikology psikologi


y
efficient effisien efisien

presidenti presidentil presidensial


al
taxi taxi taksi
apotheek apotik apotek

februari pebruari februari

november nopember november


NAMA: Muhammad
Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 4


“KALIMAT DASAR”

A. Hakikat Kalimat
Tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan
faktafakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif. Baik tidaknya atau
menarik tidaknya sebuah tulisan tidak hanya disebabkan oleh masalah yang disajikan,
tetapi lebih dari itu, yakni kemampuan penulis menyajikan masalah tersebut kepada
pembaca. Faktor penyajian ini terdiri dari (a) bagaimana gagasan tersebut ditata dan
diorganisasikan, dan (b) bagaimana pemanfaatan perangkat kebahasaan oleh penulis. Di
dalam masalah perangkat kebahasaan ini, tercakup dua hal pokok, yakni ejaan dan
kalimat efektif. Kedua hal ini sangat erat kaitannya.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki kata yang seperti itu
hanya dapat disebut sebagai frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau teksan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kahmat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tenda tanya (7), atau tanda seru (!). Kalau dilihat dari hal
predikat, kalimatkahmat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu:
1. kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja.
2. kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata
kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat.
Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu
dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Pada dasarnya, setiap gagasan yang dimiliki seseorang dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang menampung gagasan itu haruslah kalimat yang memenuhi
syarat gramatikal dan persyaratan efektivitas. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa
yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasangagasan seseorang secara terbuka
untuk dikomunikasikan kepada orang lain (baca: pembaca). Artinya, kalimat itu harus
memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menerbitkan selera baca.

1. Ciri-ciri Kalimat Efektif


Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tuntutan bahasa baku. Artinya, kalimat itu ditulis dengan
memperhatikan cara pemakaian ejaan yang tepat, menggunakan kata atau istilah
yang baku atau sudah umum digunakan, sesuai dengan kaidah tata bahasa, dan
lain-lain.
b. Jelas. Artinya, kalimat itu mudah ditangkap maksudnya. Maksud yang diterima
pembaca sama dengan maksud yang dikandung oleh penulis. Lawannya, adalah
kalimat yang membingungkan, yang maksudnya sukar ditangkap. Hal ini sering
terjadi disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak lengkap, penggunaan
unsur penjelas yang tidak pada tempatnya, pemakaian tanda baca yang keliru,
pemilihan kata yang tidak tepat untuk pendukung gagasan, dan pencampuran
anak kalimat yang tidak sejajar.
c. Ringkas atau lugas. Artinya, kalimat itu tidak berbelit-belit. Dengan
menggunakan kata-kata yang sedikit, dapat mengungkapkan banyak gagasan.
Dengan kata lain, menulis itu bukan untuk mengumbar kata-kata, melainkan
untuk menyampaikan gagasan secara efektif dan ekonomis dengan
menggunakan bahasa tulis. Menggunakan kata-kata yang boros dapat
memancing kesan penulis bahwa penulis bukan hendak menyampaikan ide atau
gagasan, tetapi untuk bertele-tele dan menghabiskan waktu pembaca.
d. Adanya hubungan yang baik (koherensi) antara satu kalimat dengan kalimat lain,
antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. Artinya, kalimat-kalimat yang
digunakan memperlihatkan suatu kesatuan dengan yang lain. Kesatuan ini tentu
ada hubungannya dengan kesatuan ide atau gagasan. Bila suatu tulisan terdiri
dari kalimat-kalimat yang satu sama lain tidak terkait secara baik, baik berupa
hubungan struktural maupun hubungan semantis, maka akan memancing kesan
bahwa tulisan itu tidak terencana dengan baik, tetapi terpenggal-penggal, dan
tambal sulam. Akhirnya menghilangkan kenikmatan pembaca, bahkan tujuan
tulisan menjadi tidak tercapai.
e. Kalimat harus hidup. Artinya kalimat kalimat yang digunakan adalah
kalimatkalimat yang bervariasi. Ada variasi tentang (a) pilihan kata, (b) urutan
kata dalam kalimat, (c) bentuk kalimat, (d) gaya bahasa (e) perumpamaan dan
perbandingan, (f) panjang pendek kalimat. Menghidupkan tulisan itu penting,
agar pembaca tidak cepat letih dan bosan membaca tulisan tersebut. Bila suatu
tulisan dibuat dengan menggunakan pola atau gaya yang sama terus menerus,
walaupun baik, namun akan dirasakan tidak enak karena adanya monotonitas.
Sesuatu yang monoton, yang selalu sama dalam waktu yang panjang, akan
memancing kejenuhan dan kebosanan.
f. Tidak ada unsur yang tidak berfungsi. Artinya, setiap kata yang
digunakan ada fungsinya, setiap kalimat yang digunakan dalam paragraf
mempunyai fungsi tertentu. Jangan ada bagian yang tidak ada fungsi
dimunculkan di dalam kalimat. Misalnya: "Kepada para penonton diharap
diam”. Kata kepada di sini tidak mempunyai fungsi apa-apa, malahan dapat
merusak kalimat, sehingga mengaburkan subjek kalimat, Suatu kalimat
dikatakan salah, apabila kata tersebut:
1) Salah bentuknya.
2) Salah artinya.
3) Salah fungsinya.
4) Salah susunannya.
Contohnya seperti:
1) Saya mendengarkan sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
(salah) Saya mendengar sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
(benar)
2) Sudah dua kali ia diperingati wasit agar tidak menundukkan kepala.(salah)
Sudah dua kali ia diperingatkan wasit agar tidak menundukkan kepala.
(benar)
3) Saya beserta teman-teman berkunjung ke rumahnnya kemarin.(salah) Saya
beserta teman-teman berkunjung ke rumahnnya kemarin.(benar)
4) Kantornya tempat pekerja jauh sekali.(salah) Kantornya tempat bekerja
jauh sekali.(benar)
B. Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar merupakan pendahulu dari kalimat turunan, yang dapat berupa
kalimat tunggal atau kalimat majemuk (Ekowardono, 2002: 84). Konsep kalimat
inti yang dikemukakan oleh Chomsky (1965) juga dapat dikatakan sebagai kalimat
dasar dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini kalimat dasar merupakan pembentuk
kalimat majemuk, namun penerapannya masih berbeda karena bahasa Inggris
memiliki predikat verba, yang tidak selalu demikian dalam bahasa Indonesia,
predikat dapat diisi dengan verba, adjektiva, nomina, angka, atau preposisi. frase
(Ekowardono, 2002: 78-79). Dalam bahasa Inggris, kata kerja merupakan unsur
utama yang selalu menempati fungsi predikat, yang tidak demikian halnya dalam
bahasa Indonesia. Subjek dan predikat merupakan unsur utama kalimat dasar
bahasa Indonesia (Samsuri, 1985: 147). Hal ini menunjukkan bahwa, secara
konseptual, klausa utama dengan bahasa Inggris sebagai objeknya dapat disamakan
dengan kalimat dasar bahasa Indonesia, yang dapat diperluas menjadi bentuk
kalimat tunggal dari kalimat turunan majemuk.
Kalimat dasar adalah kalimat pernyataan afirmatif tunggal. Kalimat dasar
bahasa Indonesia memiliki empat ciri, dalam hal ini kalimat dasar sama dengan
kalimat afirmatif yang paling umum dalam urutan unsur (Alwi, Dardjowidjojo,
Lapoliwa, & Moeliono, 1998: 32; Alwi, Dardjowidjojo, Lapoliwa, Moeliono,
2003). : 319). Keempat ciri tersebut adalah (1) terdiri dari satu klausa, (2) unsur-
unsurnya lengkap, (3) unsur-unsurnya tersusun menurut aturan yang paling umum,
dan (4) tidak mengandung pertanyaan atau negasi. Kalimat tunggal adalah kalimat
yang (1) hanya memiliki satu klausa, seperti subjek dan predikat, hanya satu yang
merupakan satu kesatuan, (2) memiliki semua unsur wajib, dan (3) bukan tidak
mungkin memiliki unsur arbitrer, seperti adverb of place, adverbs of instrument,
dan adverbs of time, memungkinkan kalimat tunggal yang panjang (Alwi et al.,
2003:338).
Kalimat dasar bahasa Indonesia paling sedikit terdiri dari satu subjek dan satu
predikat, dan kedua unsur tersebut berurutan. Sukini (2010:81) mengatakan bahwa
kalimat dasar mengandung unsur-unsur bawahan yang lengkap dan padu, yaitu
subjek dan predikat. Selain itu, unsur predikat menentukan keberadaan komponen
lain. Sebuah kalimat dasar setidaknya memiliki satu komponen subjek dan
predikat, dan keberadaan komponen lain sering ditentukan oleh komponen pengisi
predikat (Alwi et al., 2003: 321).
Sukini (2010:82) menekankan perbedaan antara kalimat dasar dan kalimat
tunggal, serta persamaan dan perbedaannya. Persamaan kalimat dasar dan kalimat
tunggal (1) terdiri dari klausa bebas; (2) unsur-unsur klausa lengkap, yaitu S-P; (3)
dapat juga ditambahkan unsur lain, yaitu objek, pelengkap, atau keterangan; (4)
Elemen S-P dapat menjadi Ekspansi yang sama. Perbedaannya adalah: (1) kalimat
dasar memiliki urutan unsur yaitu S-P, tetapi kalimat tunggal tidak; (2) kalimat
dasar tidak mengandung penyangkalan, dan kalimat tunggal dapat berisi
penyangkalan; (3) kalimat dasar kalimat tersebut merupakan kalimat aktif, dan
kalimat tunggal tersebut dapat berupa kalimat aktif, atau dapat berupa kalimat
pasif.
Semua kalimat inti atau dasar diklasifikasikan sebagai kalimat tunggal, tetapi
tidak semua kalimat tunggal diklasifikasikan sebagai kalimat dasar. Hal ini karena
(1) unsur subjek-predikat yang terdapat dalam satu kalimat dapat berubah
susunannya, dan (2) satu kalimat merupakan kalimat dasar, diperluas dengan
berbagai unsur yang diuraikannya (Arifin & Junaiyah, 2009: 56).
Secara sintaksis, sebuah kalimat dapat diamati dari segi unsur fungsi, kategori,
dan peran. Pola kalimat dasar dalam tulisan ini mengacu pada analisis unsur
fungsional kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, deskripsi, dan pelengkap. Pola
kalimat dasar tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang dijelaskan
oleh Alwi dkk (2003:322). Keenam pola kalimat dasar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. S-P (Orang itu sedang tidur)
2. S-P-O (Ayah membeli mobil baru)
3. S-P-Pel (Zikri menjadi ketua kelas)
4. S-P-Ket (Kami tinggal di Jogja)
5. S-P-O-Pel (Dia mengirimi ibunya uang)
6. S-P-O-Ket (Beliau memperlakukan kami dengan baik)
NAMA : MUHAMMAD RIDHO HIDAYATULLOH
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 5


“KALIMAT EFEKTIF”

A. Hakikat Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
pada pikiran pembaca atau penulis. Oleh karena itu, kalimat efektif harus singkat, padat,
jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat supaya pendengar atau
pembac\a dapat memahami pikiran tersebut.
Kalimat efektif tidak terlalu panjang sehingga membuat pendengar atau pembaca
lebih mudah menangkap maksud dari kalimat tersebut. Kalimat lebih mengutamakan
kejelasan makna. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu
keswpadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan
kelogisan.

B. Ciri-ciri/Persyaratan Kalimat Efektif


Kalimat efektif harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat
efektif. Untuk itu, penulis harus memperhatikan persyaratan kalimat efektif: (1) kalimat
efektif harus gramatikal, (2) kalimat efektif harus lugas, (3) kalimat efektif harus
memperhatikan aspek penekanan/pemfokusan, (4) kalimat efektif harus sejajar. Berikut
ini penjelasanya :
1. Kalimat Efektif Harus Gramatikal
Kalimat efektif harus memiliki struktur yang benar. Oleh sebab itu, setiap
kalimat yang dibuat harus jelas unsur-unsur gramatikalnya kalimat gramatikal
berarti kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tata bahasa: kaidah pembentukan
bunyi/ortografis, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, dan kaidah
penulisan paragraf. Berikut ini beberapa hal yang terkait dengan kalimat yang
gramatikal:
a. Kalimat harus mempunyai subjek dan predikat
Dalam karya ilmiah, kalimat harus mengandung subjek dan predikat.
Gagasan suatu kalimat hanya bisa dipahami dengan jelas bila tersusun atas unsur
subjek dan predikat. Akan tetapi, ketentuan tersebut dapat dilanggar dalam
menulis novel, komik, dongeng, dan tulisan berjenis narasi atau deskripsi.
b. Subjek tidak boleh didahului oleh kata depan
Agar kalimat yang dihasilkan efektif, unsur subjek tidak boleh didahului
oleh kata depan. Yang termasuk kata depan, antara lain : di, ke, dari, pada,
kepada, dengan, dan bagi.
c. Predikat dan objek tidak diselipi kata lain
Kehadiran unsur objek dan pelengkap ditentukan oleh predikat. Bila
predikat diisi oleh verba transitif ( verba berawalan meng- (dengan berbagai
almorfnya), me-kan, memper-, memperkan-, memper-i) kehadiran objek menjadi
wajib. Karena objek menjadi wajib, antara predikat dan objek tidak boleh
disisipi oleh kata lain. Objek harus selalu berada di sebelah kanan predikat.
d. Tidak terdapat subjek ganda pada kalimat tunggal
Agar kalimat dapat dipahami dengan baik oleh pembaca, kalimat tunggal
tidak boleh mengandung dua subjek.
e. Keterangan tambahan terletak disebelah kanan unsur yang diterangkan
Menurut Chaer (2011:55), keterangan tambahan harus terletak langsung
disebelah kanan unsur yang doterangkan. Contoh kalimatnya:
“Kenakalan remaja banyak menjadi bahan perbincangan dalam
masyarakat terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang.”
Subjek kalimat ialah “kenakalan remaja”, predikatnya ialah “banyak
menjadi”, dan objeknya ialah “bahan pembicaraan dalam masyarakat”. Lalu,
bagian “terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang” itu sebenarnya
adalah keterangan tambahan padaunsur subjek. Jadi seharusnya bagian itu
diletakkan langsung disebelah kanan “kenakalan remaja” sehingga kalimat akan
menjadi kalimat yang gramatikal.
“Kenakalan remaja, terutama mengenai penyalahgunaan obat
terlarang, banyak menjadi bahan perbincangan dalam masyarakat”
f. Predikat tidak boleh didahului oleh yang
Di depan predikat tidak boleh diberi kata yang karena unsur kalimat ini
bukan predikat, melainkan keterangan subjek.
g. Penggunaan konjungsi antarkalimat secara tepat
Konjungsi antarkalimat adalah kata penghubung yang menghubungkan
dua kalimat yang berbeda agar kedua kalimat itu memiliki keterkaaitan. Yang
termasuk konjungsi antarkalimat adalah dengan demikian, oleh sebab itu, oleh
karena itu, karenannya, setelah itu, sebelum itu, akan tetapi, namun, sementara
itu, kendati itu.
h. Penggunaan konjungsi intrakalimat pada kalimat majemuk secara tepat
Setiap kalimat majemuk, baik kalimat majemuk bertingkat maupun
kalimat majemuk setara harus memiliki konjungsi. Dalam struktur majemuk
bertingkat, klausa bawahan selalu dilekati oleh konjungsi. Penggunaan koma
dilakukan apabila klausa bawahan mendahului klausa utama. Ketiadaan
konjungsi kaadang berpotensi menghadirkan multitafsir karena pada dasarnya
konjungsi hadir untuk menunjukkan relasi makna antarklausa.

2. Kalimat efektif harus lugas


Agar dapat dipahami secara tepat oleh pembaca, kalimat harus menyatakan
sesuatu secara lugas. Chaer (20011:35-43) menetapkan kriteria kelogisan suatu
kalimat :
a. Kalimat efektif menyatakan sesuatu apa adanya
Tulisan ilmiah seharusnya menggambarkan sesuatu dengan apa adanya,
tidak dikurangi dan tidak ditambahi. Karena itu, kalimat yang tersusun harus
lugas dan tidak bertele-tele atau berbunga-bunga.
b. Kalimat efektif harus hemat kata
Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan menghemat penggunaan kata-
kata. Setiap unsur harus berfungsi dengan baik, unsur yang tidak mendukung
makna kalimat harus dihindarkan. Misalnya, kalimat tidak menggunakan kata
penanda jamak pada bentuk berulang, menanggalkan kata hipernim
(superordinat) dari kata yang menjadi hiponimnya (subordinatnya), dan tidak
menggunakan secara bersamaan kata yang bermakna mirip.
c. Kalimat efektif tidak bermakna kias
Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan tidak menggunakan kata-kata
atau frasa-frasa yang bermakna kias atau bermakna idiomatis.
d. Kalimat efektif bebas dari ketaksaan
Kalimat efektif harus bebas dari ketaksaan agar pembaca dapat
memahami informasi secara tepat dan kalimat tersebut tidak menimbulkan salah
tafsir.
e. Kalimat efektif harus logis
Agar dapat dipahami secara tepat oleh pembaca, kalimat yang disusun
harus memperhatikan aspek kelogisan. Logis maksudnya dapat dicerna oleh
nalar manusia.

3. Kalimat efektif harus memerhatikan aspek penekanan


Penekanan dalam sebuah kalimat adalah usaha penulis untuk menampilkan
fokus dalam kalimat. Penekanan diberikan untuk menjaga minat pembaca.
Utordewo dkk. (2005:194) menjelaskan bahwa dalam ragam lisan, penekanan dapat
diberi dengan memberi tekanan pada kalimat dengan intonasi tertentu disertai
dengan mimik dan gerak tubuh. Dalam ragam tulis, ada berbagai cara untuk
memberi tekanan padsa kalimat dalam sebuah kalimat, yaitu:
a. Mengubah posisi dalam kalimat, yaitu dengan meletakkan kata atau kelompok
kata yang penting di awal kalimat.
b. Mengulang kata yang dianggap penting dalam kalimat.
c. Mempertentangkan sebuah kata atau gagasan dengan kata atau gagasan lain
dalam kalimat sehingga muncullah gagasan yang dipentingkan.
d. Memberi partikel penekanan (pun, lah) pada kata yang akan ditonjolkan dalam
kalimat.

4. Kalimat efektif harus sejajar


Kesejajaran adalah perincian beberapa unsur yang sama penting dan sama
fungsinnya secara berurutan dalam kalimat. Misalnya, bila ebuah ide (gagasan)
dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja aktif, ide atau gagasan lain yang
sederajat harus dengan kata kerja aktif juga. Kesejajaran ini penting untuk menjaga
pemahaman dan fokus pembaca. Oleh karena itu, kalimat efektif harus sejajar dalam
hal bentuk dan makna.

Ciri-ciri kalimat efektif, yaitu:


a) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini ditunjukkan
dengan kesatuan gagasan dan kepaduan pikiran. Kesepadanan kalimat memiliki
beberapa ciri, yaitu:
1) Mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan subjek dan predikat suatu
kalimat dapat dilakukan dengan menghadirkan pemakaian kata depan di, dalam,
bagi, untuk, pada, dan sebagainya didepan subjek.
2) Tidak terdapat subjek ganda.
3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

b) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan bentuk nomina. Kalu bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga harus menggunakan verba.

c) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau ketegasan pada penonjolan itu.
Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat).
2) Membuat urutan kata yang logis.
3) Mengulang kata.
4) Membuat pertentangan ide yang ditonjolkan.
5) Menggunakan partikel penekanan (penegasan).

d) Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ditunjukkan dengan menghindari penggunaan
kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan disini mempunyaoi arti menghilangkan atau membuang kata yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidan tata bahasa. Ada beberapa
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Menghilangkan subjek ganda.
2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata.
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kasinoniman dalam
suatu kalimat.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata ynag
berbentuk jamak.

e) Kecermatan
Kalimat yang cermat tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan
kata.

f) Kepaduan
Kalimat yang padu mengandung pernyataan-pernyataan yang menyatu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak
bertele-telle atau berpanjang-panjang, dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak sistematis. Karena itu, hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 6


“PARAGRAF”

A. HAKIKAT PARAGRAF
Menggabungkan kalimat yang mengandung satu gagasan utama atau gagasan
utama dan beberapa gagasan pendukung itulah yang dimaksud dengan paragraf.
Menurut KBBI, paragraf adalah bagian dari bab dalam esai, biasanya dengan ide utama,
dan penulisan dimulai pada baris baru. Mengungkapkan gagasan dalam kalimat dalam
bahasa ilmiah tidak diperbolehkan, yang sulit bagi sebagian orang karena ada perbedaan
antara paragraf dan kalimat. Kalimat-kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, tetapi
dihubungkan dengan kalimat-kalimat lain sehingga membentuk suatu paragraf, paragraf
dalam suatu karangan membangun suatu kesatuan pemikiran sebagai pesan yang
disampaikan pengarang dalam tulisan atau karangannya. Paragraf adalah bentuk bahasa
yang terdiri dari beberapa kalimat. Kesatuan dan keterpaduan dalam sebuah paragraf
sangatlah penting. Kesatuan berarti bahwa semua kalimat dalam paragraf berbicara
tentang satu ide, atau hanya satu ide.
Kohesi artinya semua kalimat dalam sebuah paragraf saling berhubungan. Dari
sudut pandang komposisi, paragraf diperlukan untuk mengungkapkan gagasan yang
lebih luas. Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau
karangan, hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu,
mustahil untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.
Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau karangan,
hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu, mustahil
untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.
Pembahasan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki ranah wacana atau karangan,
hanya karena bentuk yang sederhana dapat berupa paragraf. Oleh karena itu, mustahil
untuk mencapai sebuah esai atau tulisan tanpa kemampuan menulis paragraf.

B. PERSYARATAN PARAGRAF
1. Kesatuan Pragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimatkalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada
satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat
yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan,
tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf.
2. Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan
melalui ungkapan-ungkapan (katakata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada
kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
3. Kelengkapan Paragraf
Sebuah paragraf dianggap lengkap jika mengandung kalimat - kalimat
penjelas cukup untuk memperjelas poin utama. (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi.
2009: 39). Di sisi lain, sebuah paragraf dianggap tidak lengkap jika tidak
dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan – pengulangan.
Syarat ketiga untuk membuat paragraf yang baik adalah kelengkapan.
Kelengkapan paragraf ini diperlukan karena informasi yang diberikan mungkin
lengkap, sehingga kalimat pendukung harus menjelaskan kalimat topik. Paragraf
dapat dikatakan memiliki kelengkapan, jika kalimat topiknya dapat dikembangkan
dengan pendukung yang cukup (Rohmadi dan Nasucha, 2009: 47-48). Istilah cukup
adalah relatif, tetapi secara signifikan lebih dari satu dan kurang dari sepuluh. Jika
mendukung satu kalimat, maka pengembangannya kering, dan jika terlalu banyak,
pembaca cepat bosan dan sulit menemukan kelengkapan informasi.

C. STRUKTUR PARAGRAF
Struktur paragraf dapat dibagi menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
1. Paragraf meliputi kalimat transisi, kalimat topik, kalimat perkembangan, dan
kalimat afirmatif.
2. Paragraf terdiri dari transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat afirmatif.
3. Paragraf terdiri dari kalimat topik, kalimat pengembangan, dan kalimat pendukung.
4. Paragraf terdiri dari transformasi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat
pengembang.
5. Paragraf terdiri dari transisi berupa kalimat, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
6. Paragraf terdiri dari kalimat topik dan kalimat pengembang.
7. Paragraf terdiri dari kalimat pengembangan dan kalimat topik.

D. JENIS PARAGRAF

1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah jenis paragraf yang memiliki gagasan utama di awal
paragraf, diikuti dengan kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama.
Biasanya, ide pokok paragraf deduktif dibungkus dengan kalimat topik berupa
pernyataan umum. Kalimat topik kemudian dilanjutkan dengan kalimat penjelas
untuk memperjelas informasi dalam kalimat topik. Gagasan utama jenis paragraf
induktif ada di akhir paragraf. Biasanya, paragraf induktif pertama-tama
menyebutkan peristiwa tertentu, dan kemudian kesimpulan datang di akhir kalimat.
Contoh paragraf deduktif :
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk persaingan bebas adalah angkatan kerja
yang memiliki etos kerja yang tinggi, yaitu angkatan kerja yang memiliki
kecerdasan, keterampilan, dan kepribadian. Pekerja cerdas adalah pekerja dengan
kemampuan akademik yang cukup sesuai dengan disiplin ilmu tertentu.
Kemahiran berarti mampu menerapkan kemampuan akademiknya, disertai
dengan kemampuan pendukung yang sesuai, untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pada saat yang sama, tenaga kerja yang berkarakter adalah yang memiliki loyalitas,
disiplin, dan kejujuran.

2. Paragraf Induktif
Gagasan utama jenis paragraf induktif ada di akhir paragraf. Biasanya, paragraf
induktif pertama-tama menyebutkan peristiwa tertentu, dan kemudian kesimpulan
datang di akhir kalimat.Secara umum, ide pokok paragraf induktif dapat dilihat
dengan adanya konjungsi seperti jadi, akhirnya, oleh karena itu, oleh karena itu,
berdasarkan uraian di atas, dan oleh karena itu.
Contoh paragraf induktif :
Salju yang turun dari langit memberikan dekorasi yang indah bagi bumi.
Beberapa kota telah disulap menjadi nuansa putih, menawarkan pemandangan alam
yang indah dan mempesona bagi para penikmatnya.
Dingin semakin mempengaruhi daerah dengan iklim subtropis dan sedang. Ini
adalah musim dingin di negeri matahari terbit.

3. PARAGRAF DEDUKTIF-INDUKTIF
Jenis paragraf deduktif-induktif memiliki gagasan utama di awal dan akhir
paragraf. Meski memiliki dua kalimat topik, bukan berarti ada dua gagasan utama.
Keberadaan dua kalimat topik hanyalah sebuah bentuk pengulangan gagasan utama
untuk mempertegas informasi. Pola paragraf ketiga ini merupakan gabungan dari
kedua pola di atas. di sini gagasan utama dinyatakan dalam kalimat pertama (sebagai
kalimat utama); tetapi pada kalimat terakhir gagasan utama diulang kembali.
Seringkali, agar tidak membosankan, susunan kalimat yang menyebutkan gagasan
utama pada kalimat terakhir berbeda dengan kalimat pertama. tetapi sifat isinya tetap
sama, tidak berubah.
Contoh paragraf deduktif-induktif :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor
risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakit jantung
koroner.
Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol
dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung
koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi.
Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola
makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol
merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 7


“PARAGRAF”

A. Pola Pengembangan Paragraf


Pola pengembangan paragraf merupakan cara seseorang penulis dalam mengembangkan
pola pikirnya berupa pengembangan kalimat topik ke dalam kalimatkalimat penjelas yang
dituangkan dalam sebuah paragraf. Menurut Tarigan (2008: 28) pola pengembangan
paragraf ada enam yaitu, paragraf perbandingan, paragraf pertanyaan, paragraf sebab-
akibat, paragraf contoh, paragraf perulangan, dan paragraf definisi.

1. Paragraf Perbandingan
Paragraf perbandingan adalah paragraf yang kalimat topiknya berisi perbandingan
dua hal. Kalimat topik tersebut kemudian dikembangkan dengan memerinci
perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian kecil.

2. Paragraf Pertanyaan
Paragraf pertanyaan adalah paragraf yang kalimat topiknya dijelaskan dengan
kalimat pengembang berupa kalimat tanya. Pola pengembangan pertanyaan ini tidak
ditemukan dalam paragraf yang dianalisis.

3. Paragraf Sebab-Akibat
Pola pengembangan paragraf sebabakibat adalah paragraf yang kalimat topiknya
dikembangkan oleh kalimat-kalimat sebab atau akibat.

4. Paragraf Contoh
Paragraf contoh adalah paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan dengan
contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya.

5. Paragraf Perulangan
Paragraf perulangan adalah paragraf yang kalimat topiknya merupakan pengulangan
kata/kelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting.
6. Paragraf Definisi
Paragraf definisi adalah paragraf yang kalimat topiknya berupa definisi atau
pengertian. Definisi yang terkandung dalam kalimat topik tersebut memerlukan
penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya ditangkap oleh pembaca. Alat untuk
memperjernih pengertian tersebut adalah serangkaian kalimat pengembang.
Nama : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 8


“KARANGAN ILMIAH”

A. Hakikat Karangan Ilmiah


Karya ilmiah adalah karya tulis yang secara sistematis, objektif, dan jujur
menyajikan gagasan, menguraikan, atau memecahkan masalah dengan menggunakan
bahasa baku, serta didukung oleh bukti faktual, teoretis, dan/atau empiris. Konferensi,
partisipasi dalam kompetisi, diseminasi pengetahuan/hasil penelitian.
Karya ilmiah dapat dijadikan sebagai referensi, menambah wawasan, dan
menyebarkan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah membantu
meningkatkan keterampilan membaca dan menulis selain memperluas wawasan ilmiah,
melatih memadukan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis,
memperluas wawasan dan memberikan kepuasan intelektual. dalam gaya bahasa.
Populer atau kasual, mudah dimengerti oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
Terdapat beberapa ahli tentang pengertian tentang karangan ilmiah/ karya
ilmiah, yakni:
1) Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, 1995).
2) Salah satu media komunikasi tertulis adalah karangan atau karena terbentuk tulisan
maka dinamakan karya tulis. Setiap gagasan yang diungkapkan ke dalam bentuk
tulisan dinamakan karya tulis.
3) Karya tulis adalah karangan yang mengetengahkan hasil pikiran, hasil pengamatan,
tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis. Karya tulis juga dapat
dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan secara
sistematis dan terarah.
4) Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa
yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang
berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan,
dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.

Adapun karakteristik karangan ilmiah/karya ilmiah dapat dikaji dari minimal


empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta
penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari
bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup.
Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian
gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta
rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis
dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya
bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan
kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah
adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimatkalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.
Secara lengkap, karakteristik Karya ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Mengacu kepada teori. Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang
dijadikan sebagai landasan berpikir atau kerangka pemikiran atau acuan dalam
pembahasan masalah. Fungsi teori adalah:

1) Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan.


2) Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama; fakta ).
3) Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan
mendeskripsikan suatu gejala.

4) Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.


b. Berdasarkan fakta. Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa
adanya,sebenarnya dan konkret.
c. Logis. Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri,
diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
d. Objektif. Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan
tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi
oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.
e. Sistematis. Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan
ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan
sistem yang berlaku, terurut dan tertib.
f. Sahih/valid. Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan
benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.
g. Jelas. Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan
sejernihjernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.
h. Seksama. Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan
secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan
betapapun kecilnya.
i. Tuntas. Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya.Jadi,
supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.
j. Bahasa Baku. Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai
dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur / standar bagi betul tidaknya
penggunaan bahasa.
k. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional/internasional). Akan tetapi, tata
cara penulisan laporan yang berlaku di lembaga tempat penulis bernaung tetap
harus diperhatikan.

Adapun tujuan karya tulis ilmiah, yaitu:

a. Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya


dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
b. Menumbuhkan berfikir ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya
menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil
(produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama
setelah penyelesaian studinya.
c. Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat
membacanya.
d. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang
bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
e. Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
f. Memberikan pemahaman terhadap Mahasiswa agar dapat berpikir secara logis
dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat
menuangkannya secarasistematis dan terstruktur.
g. Menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan
gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk
menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.

Menulis karya ilmiah juga memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

a) Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.


b) Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengenal
kegiatan kepustakaan.

c) Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.


d) Memperoleh kepuasan intelektual dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
e) Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.
f) Mengetahui dan memahami konsep dasar penulisan karya ilmiah.
g) Mengetahui dan memahami naskah ilmiah, jenis-jenis dan ciri-ciri, serta
syaratsyarat dalam penulisan karya ilmiah.

h) Mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan teori, konsep, dan


langkahlangkah penulisan karangan ilmiah dan unsur-unsurnya.

i) Mengetahui, memahami, dan menguasai tentang pengkajian kepustakaan untuk


mengimplementasikan dalam penulisan karangan ilmiah.

j) Mengetahui, memahami, dan menguasai tentang pembuatan Laporan Praktek


Kerja Lapang, Skipsi, Tesis, Disertasi, dan artikel Jurnal Ilmiah.
k) Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menguasai cara menyajikan tabel,
grafik beserta petunjuk pembuatan tabel.

l) Memahami dan menguasai pembuatan bibliografi atau daftar pustaka, summary


atau ringkasan, abstract atau intisari, dan glossary atau indeks.

B. Ciri-ciri Karangan Ilmiah


Secara umum karya ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Logis, yakni segala keterangan yang disajikan dapat diterima oleh akal.
b. Objektif, yakni segala keterangan yang dikemukakan menurut apa adanya (sesuai
dengan objek yang diteliti).
c. Penulisannya cermat, tepat, benar, dan tulus.
d. Tidak mengejar keuntungan pribadi.
e. Tidak emotif, yakni menonjolkan perasaan dengan informasi yang sedikit. Karangan
ilmiah menyajikan sebab musabab dan alasan yang dikemukakan induktif,
mendorong untuk menarik kesimpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan bersifat
ajakan.
f. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung.
g. Jelas, artinya segala keterangan yang dikemukakan dapat mengungkapkan maksud
secara jernih,Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang memuat keraguan.
h. Tidak bersifat persuatif, yakni penilaian fakta tanpa bukti. Tujuan karangan ilmiah
dapat mendorong pembaca mengubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan,
argumentasi, sanggahan, dan protes.
i. Lugas, yakni pembicaraan langsung kepada hal pokok.

C. Jenis Karangan Ilmiah


Jenis karangan setidaknya teridiri atas beberapa karangan seperti: karangan
deskripsi, argumentasi, narasi, persuasi, eksposisi, dan campuran. Untuk lebih
jelasnya berikut penjelasan dari beberapa karangan tersebut
1. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang berisikan melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan hasil pengamatan. Bentuk karangan bebas yang
berupa pemerincian untuk memberikan gambaran atau lukisan secara terind dari sebuah
hal atau objek yang dibicarakan. Dengan pengertian lain, karangan deskripsi adalah
karangan yang merupakan gambaran atau pelukisan yang harus disajikan
sehiduphidupnya. Melukiskan suatu objek bisa berupa sesuatu yang dialami oleh penulis
atau diperoleh melatui proses menyimak dan membaca. Bahkan terdapat juga definisi
tentang karangan deskripsi, yaitu karangan yang melukiskan suatu keadaan dengan
kalimat sehingga menimbulkan kesan hidup.
Ciri paragraf deskripsi, yaitu:
1. Kalimat utama tidak tercantum secara nyata.
2. Tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf.
3. Biasa digunakan dalam melukiskan suatu hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Dalam karangan deskripsi, melukiskan dan mengemukakan sikap atau sifat,
tingkah laku seseorang, suasana, dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang
lain dengan bahasa yang sehidup-hidupnya. Upayakan seola-olah pembaca
menyaksikan atau merasakan suasana tersebut.

2. Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi uraian tentang suatu
pendapat atau gagasan yang kuat untuk meyakinkan pembaca bahwa gagasan, pendapat,
atau sikap penulis tentang sesuatu itu benar. Dengan definisi lain, karangan argumentasi
adalah karangan yang isinya untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapat
disertai dengan alasan yang lengkap sehingga orang lain dapat menerima saran dan
pendapat kita. Langkah-langkah menulis karangan argumentasi:
1. Menentukan topik dan tujuan.
2. Menentukan bahan yang dapat dipercaya.
3. Menyusun kerangka karangan.
4. Mengembangkan kerangka karangan.
Penulis menyampaikan gagasan atau sikapnya disertai dengan alasan yang kuat
untuk
meyakinkan pembaca bahwa apa yang ditulisnya itu benar. Dengan kata lain, bahwa
gagasan, pendapat, dan sikap pengarang itu benar.

3. Karangan Narasi
Karangan narasi adalahkarangan yang menyajikan suatu kejadian atau peristiwa
yang disusun menurut urutan waktu. Isi karangan narasi bisa benar-benar terjadi
(nonfiksi) atau hanya khayalan semata (fiksi). Tema narasi dapat digali dari pengalaman
pribadi, direncanakan dan diorganisasikan. Langkah-langkah dalam menulis karangan
narasi:
1. Menentukan tema karangan.
2. Judul dikembangkan menjadi beberapa pikiran utama.
3. Pikiran utama dikembangkan menjadi beberapa pikiran penjelas.
4. Mengembangkan kerangka karangan.
Terdapat juga langkah-langkah menulis karangan narasi seperti di
bawah ini:
1. Tentukan dulu terna dan amanat yang akan disampaikan.
2. Tetapkan sasaran pembaca.
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur.
4. Bagiperistiwautamaitu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita.
5. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandangan.
7. Mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut.

4. Karangan Persuasi
Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti "membujuk" atau
"menyakinkan". Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata
pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi adalah karangan yang
bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta
yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya
dapat diterima secara meyakinkan. Di samping itu, dalam menulis karangan persuasi
harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi dan
perasaan pembaca. Dalam uraian di bawah ini akan dijelaskan macam-macam
persuasi ditinjau dari segi medan pemakaiannya. Dari segi ini karangan persuasi
digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
1. persuasi politik
2. persuasi pendidikan
3. persuasi advertensi
4. persuasi propaganda.

5. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh
orangorang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli
politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik
dan negaranya.

6. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang
guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak didiknya
supaya mereka giat belajar, sering membaca, dan lain-lain. Seorang motivator dan
innovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan
konsep-konsep baru pendidikan untuk diterapkan oleh pelaksanaan pendidikan.
Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan untuk menelaah karangan persuasi
pendidikan.

7. Persuasi Advertensi/iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk
memperkenalkan suatu barang atau benruk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini
diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha
untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi
diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan
publik sebagai konsumen. Tampilan iklan beraneka ragam, ada yang sangat pendek,
ada pula yang panjang.

8. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi.
Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran
informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar
mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye
biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar
pembicara dan pendngar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembatan informasi
tentang sescorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan
pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang beris informasi tentang
situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi
propaganda.

9. Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sesuatu dan
dilengkapi dengan data kesaksian seperti grafik atau gambar statistik dengan tujuan
memperjelas masalah yang disampaikan.
Langkah-langkah menulis karangan eksposisi, yaitu:
1. Menentukan tema.
2. Menentukan tujuan karangan.
3. Memilih data yang sesuai dengan tema.
4. Membuat kerangka karangan.
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

10. Karangan Campuran


Selain merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering
ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan
eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain
sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi bagi karangan eksposisi atau
persuasi.

D. Langkah atau Tahap Penulisan Karangan Ilmiah & Menentukan Tema atau
Topik Penelitian
Penentuan topik ini sanga penting dalam penulisan karya ilmiah. Sebab topik
adalah inti dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Topik
yang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan topik karya ilmiah adalah:
1. Isu-isu yang masih hangat.
2. Peristiiwa-peristiwa nasional atau internasional.
3. Sesuatu (benda, karya, orang dll) yang dikaitkan dengan permasalahan politik,
pendidikan, agama, dll.
4. Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot.

A. Membuat Outline/Kerangka Pikiran


Outline karya tulis ini berperan sebagai pemandu saat anda melakukan proses
penulisan karya ilmiah supaya tulisan tidak melebar jauh dari topik yang sudah
ditentukan. Outline tulisan ilmiah disusun secara hierarki untuk menunjukkan garis
besar cakupan dan haluan tulisan yang berupa topik utama (judul dan bab) serta
poinpoin pentingnya yang disusun dalam Sub BAB hingga anak Sub BAB. Langkah ini
penting dilakukan supaya karya tulis ilmiah Anda memiliki haluan/pedoman yang jelas.

B. Mengumpulkan Bahan
Setelah poin-poin outline tersusun dengan rapi, penulis dapat mulai
mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun
elektronika. Bahanbahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan
tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca
atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Kita dapat
mencari bahan referensi bahan dari jurnal, disertasi, manuskrip, atau karya terpercaya
dan berkualitas lainnya. Pada prinsipnya mencari bahan literatur jangan hanya terpaku
pada satu sumber rujukan saja. Melainkan harus membuka diri untuk mencari referensi
di tempat lain dengan metode berbeda agar sumber rujukan tulisan anda semakin
beragam.

C. Survei Lapangan
Langkah ini adalah melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan
masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini
merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan atau penelitian.

D. Membangun Bibliografi
Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman
tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa
daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliografi adalah
untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah
diterbitkan.

E. Menyusun Hipotesisi
Langkah ini adalah menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek
penelitian Anda. Hipotesis ini merupakan prediksi yang ditetapkan ketika Anda
mengamati obyek penelitian.

F. Menyusun Rancangan Penelitian

G. Melaksanakan Percobaan Berdasarkan Metode yang Direncanakan


Langkah ini merupakan kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk
percobaan terkait penelitian yang dilakukan. Lakukan percobaan yang signifikan dengan
objek penelitian.

H. Melaksanakan Pengamatan dan Pengumpulan Data


Setelah melakukan percobaan atas objek penelitian dengan metode yang
direncanakan, maka selanjutnya melakukan pengamatan terhadap objek percobaan yang
dilakukan tersebut.

I. Menganalisi dan Menginterprestasikan Data


Langkah ini menganalisis dan mengintrprestasikan hasil pengamatan yang sudah
dilakukan. Di langkah inilah mencoba untuk meneliti dan memperkirakan apa yang akan
terjadi dari pengamatan dan pengumpulan data.

J. Merumuskan Kesimpulan dan Teori


Langkah ini merumuskan kesimpulan atau teori mengenai segala hal yang terjadi
selama percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterpretasian data. Langkah ini
mencoba untuk menarik kesimpulan dari semua yang didapatkan dari prosespercobaan,
pengamatan, penganalisaan, dan penginterpretasian terhadap objek penelitian.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 9

“Karangan Ilmiah”

A. Struktur Karangan Ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis yang sengaja disusun untuk memecahkan suatu masalah.
Biasanya berisi fakta, data dan solusi dari permasalahan yang diajukan. Mengutip dari
buku Karya Ilmiah Dra. Zulmiyetri, M.Pd., Karya ilmiah adalah karya ilmiah yang
menyajikan fakta-fakta umum, yang ditulis dengan metode yang baik dan benar. Tujuan
penulisan karya ilmiah adalah untuk mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Menurut pengertiannya, karya ilmiah memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. Ditulis secara sistematis.


2. Menulis berdasarkan penalaran logis sehingga apa yang penulis tulis sesuai dengan
akal sehat.
3. Penulisan didukung oleh data yang objektif. Artinya, berdasarkan data yang
divalidasi secara empiris.
4. Obyektif, yaitu tertulis atau terekam untuk individu atau kelompok orang tertentu.
5. Argumen teoretis benar, valid dan relevan.
6. Hubungkan argumen empiris dan teoretis.
Setelah memahami pengertian dan ciri-ciri karya ilmiah, berikut ini akan
dijelaskan struktur karya ilmiah. Walaupun masing-masing makalah memiliki gaya dan
struktur tersendiri, biasanya struktur ini lebih umum digunakan untuk mengutip sumber
yang sama, yaitu:

B. Halaman Judul
Halaman judul memuat topik-topik pilihan yang akan dibahas dalam karya
ilmiah. Biasanya judul dibuat sespesifik mungkin.
C. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan dari semua isi atau materi dalam sebuah karya ilmiah.
Abstrak itu sendiri dimaksudkan untuk menjelaskan secara singkat dan cepat kepada
pembaca.
D. Pendah1uluan
Bagian pendahuluan ini biasanya terdapat di bagian paling awal materi
karya ilmiah Setelah halaman judul dan abstrak. Pada bagian pendahuluan,
dibagi lagi menjadi 4 sub bab, antara lain:
a. Latar belakang masalah
Pada sub bab latar belakang masalah, biasanya berisi penjelasan teoritis
dan faktual dari isu atau permasalahan yang akan dibahas.
Penjelasan dalam latar belakang masalah biasanya logis dan singkat.
b. Rumusan masalah
Rumusan masalah berisi beberapa pertanyaan kritis dari masalah
penelitian. Pertanyaan pertanyaan tersebut muncul dari penjelasan yang ada di
latar belakang masalah.
c. Tujuan penelitian
Pada sub bab tujuan penelitian dalam karya ilmiah berisi uraian singkat
tentang tujuan penelitian tersebut dilaksanakan, serta apa yang ingin diwujudkan
dari adanya penelitian tersebut.
d. Manfaat penelitian
Sesuai dengan nama sub babnya, pada bagian ini berisi deretan manfaat
dari masalah yang diteliti. Biasanya, manfaat penelitian berkaitan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori ini biasa disebut sebagai materi inti. Terdapat beberapa sub bab
dalam kerangka teori, antara lain:
1) Landasan teori Landasan teori dalam karya ilmiah biasanya berisi
pembahasan akan fenomena secara rinci beserta hubungan antar variabel.
2) Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian merupakan kesimpulan sementara
berdasarkan kerangka pemikiran sebelum dilaksanakan suatu penelitian.

F. Metode Penelitian
Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian.
Metodologi penelitian diartikan sebagai langkah-langkah yang
dilakukan penulis atau peneliti untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid. Ada dua metode penelitian yang sering
digunakan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
adalah metode penelitian yang menitikberatkan pada analisis
deskriptif terhadap suatu masalah. Kuantitatif adalah metode
penelitian yang lebih berfokus pada analisis angka, tabel, dan
statistik.
G. Pembahasan Penelitian
Bagian ini merupakan bagian terpanjang dalam sebuah karya ilmiah. Hal ini
karena pembahasan mencakup penjelasan tentang rumusan masalah, tujuan, manfaat,
kerangka teori, dan tentunya metode penelitian.Bagian-bagian yang perlu dijelaskan
antara lain::
a. Gambaran umum objek penelitian.
b. Deskripsi hasil penelitian.
c. Pengujian hipotesis.
d. Interpelasi hasil pengujian hipotesis.
H. Penutup
Bagian penutup merupakan bagian yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian yang diteliti. Adapun bagian-bagian dari prnutup, yaitu: a. Kesimpulan
1) Kesimpulan
Kesimpulan dalam karya ilmiah terletak di bagian akhir. Pada sub
bab ini biasanya memuat memuat pendapat dari karya ilmiah yang telah
dibuat oleh peneliti atau penulis.

2) Saran
Pada bagian saran, peneliti atau penulis dapat memberikan saran
berupa pesan-pesan. Tujuannya untuk mengarahkan peneliti yang hendak
melakukan penelitian yang sama, sehingga dapat berjalan dengan lebih
efektif.
I. Daftar Pustaka
Daftar pustaka sendiri merupakan sebuah daftar yang memuat sumber informasi
atau referensi teori yang digunakan oleh peneliti atau penulis dalam penelitiannya.
Dalam penulisannya ada formatnya tersendiri yaitu dimulai dari nama penulis buku
yang dikutip, judul tulisan, nama penerbit buku atau karya akademik, identitas, dan
waktu terbit.
J. Lampiran
Lampiran dalam karya ilmiah berisi data yang berhasil diperoleh dan proses
analisis data pada saat penelitian berlangsung.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 10

“Karangan Ilmiah Tentang Kutipan/Acuan”

A. Hakikat Kutipan
Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam penulisan karya ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik itu makalah, skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian
yang dilakukan oleh seorang penulis sudah tentu mengutip dari buku atau karya orang lain.
Dalam penulisan kutipan, terdapat aturan main yang harus diikuti oleh setiap penulis karya
ilmiah tanpa kecuali.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalahmajalah
(Keraf, 2001:179). Ketika menulis pasti membutuhkan sumber dari berbagai referensi maka
dari itu perlu diketahui bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan
orang lain, yaitu :
1. Apabila dalam mengutip sebuah karya orang lain ada tulisan yang salah ejaan dari
sumber kutipan, maka sebaiknya biarkan saja apa adanya seperti sumber yang diambil
tersebut. Pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah
dari sumber kutipan.
2. Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat
bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang
terkandung dalam sumber kutipan. Caranya yaitu:
a. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
b. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai
margin kanan).

B. Jenis Kutipan
Pada umumnya, kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-
katanya, ejaannya, maupun mengenai tanda bacanya. Kutipan secara umum ada dua
macam, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Berikut penjelasannya:
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap
kata demi kata atau kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan langsung ada
yang merupakan kutipan langsung pendek dan ada pula yang merupakan kutipan
langsung panjang.
a. Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang terdiri dari lima baris atau kurang
dan berisi 40 kata atau kurang. Penulisan langsung disambung dengan teks
sebelumnya, dengan spasi ganda, dipisahkan oleh dua tanda kutip. Satu hal yang
perlu diperhatikan saat menulis kutipan pendek dan lurus adalah format penulisan.
Inilah yang harus diterapkan saat menulis kutipan langsung pendek. Berikut
merupakan hal-hal yang perlu di terapkan dalam menulis kutipan langsung pendek :
1) Sumber kutipan disatukan atau berada sejajar dengan teks.
2) Penulisan kutipan wajib menggunakan tanda petik.
3) Penulisan sumber kutipan dapat diletakkan di awal maupun akhir tulisan. Jika
menulis sumber di awal kalimat, nama penulis diletakkan di luar tanda kurung.
Jika menulis sumber di akhir kalimat, nama penulis diletakkan di dalam tanda
kurung beserta tahun serta nomor halaman.
Di bawah ini merupakan contoh penulisan kutipan langsung pendek untuk
memperjelas cara penulisan jenis kutipan ini:
Kata teknologi bisa menjurus ke topik kesenian, sebagaimana penjelasan dari
Capra (2004), yaitu “teknologi merupakan salah satu pembahasan sistematis seni
terapan atau pertukangan. Hal ini lebih mengacu pada literatur Yunani menyebutkan
tentang Technologia yang berasal dari techne kata, yang artinya wacana seni.”

b. Kutipan langsung panjang


Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang panjangnya lebih dari
lima baris dan berisi lebih dari 40 kata. Kutipan langsung panjang juga memiliki
format penulisannya tersendiri, yang berbeda dengan cara menulis kutipan
langsung pendek. Berikut penjelasan tata cara penulisan kutipan langsung
panjang :
1) Sumber kutipan disatukan atau berada sejajar dengan teks.
2) Penulisan kutipan wajib menggunakan tanda petik.
3) Penulisan sumber kutipan dapat diletakkan di awal maupun akhir tulisan.
Jika menulis sumber di awal kalimat, nama penulis diletakkan di luar tanda
kurung. Jika menulis sumber di akhir kalimat, nama penulis diletakkan di
dalam tanda kurung beserta tahun serta nomor halaman.
Untuk memperjelas format penulisan kutipan langsung panjang, berikut adalah
contoh teks dari kutipan langsung panjang :
Informasi mengenai alam laut belum sebanyak informasi yang didapatkan di
alam daratan, karena betapa luasnya permukaan laut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sejumlah ahli (Austin, 1988; Prager dan Earle, 2000). Mereka
mengatakan: Lautan merupakan habitat terbesar dunia yang di dalamnya masih
tersimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Laut menutupi lebih dari dua per tiga
atau tujuh puluh persen permukaan bumi. Luas keseluruhan wilayah laut yang
menutupi bumi adalah 3,61 x 108 km2, dengan kedalaman rata-rata 3.800 m dan
menyediakan sekitar 97 persen dari keseluruhan ruang kehidupan di bumi.

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan dari suatu sumber dengan menggunakan
bahasa dan gaya penyajian pengarang. Cara pengutipan ini adalah menyerap intisari
atau maksud dari teks yang panjang tanpa mengurangi atau mengubah makna yang
terkandung dalam teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung harus dilakukan
secara hati-hati, cermat, dan akurat serta dilengkapi dengan identitas.
Kutipan tidak langsung terdiri atas kutipan tidak langsung pendek dan kutipan
tidak langsung panjang. Metode penulisan dalam kutipan tidak langsung sama dengan
kutipan langsung, yaitu apabila kutipan terdiri dari tiga baris atau kurang, kutipan
diintegrasikan langsung ke dalam teks dengan menggunakan spasi ganda, tetapi tidak
diapit tanda petik ganda. Sebaliknya, apabila kutipan lebih dari tiga baris (empat baris
ke atas), penulisannya dipisahkan dari teks sehingga membentuk paragraf tersendiri
dengan jarak antarbaris satu spasi atau satu setengah spasi.
Terdapat 2 pilihan ketika menulis kutipan tidak langsung. Yang pertama adalah
dengan melakukan parafrase dari kutipan, yaitu mengganti sejumlah kata dan kalimat
tanpa mengubah makna kutipan. Cara kedua adalah dengan merangkum, meringkas,
dan menyimpulkan isi dari kutipan. Berikut penjelasanya:
a. Cara melakukan parafrase untuk kutipan tidak langsung
Parafrase adalah metode untuk menulis ulang suatu kalimat atau paragraf, tanpa
menghilangkan isi maupun makna yang terkandung di dalam teks, dalam kasus ini,
sumber kutipan. Grameds mengganti struktur kata beserta diksi di dalamnya, tanpa
mengganti arti yang ingin disampaikan penulis.Berikut adalah contoh jika ingin
mencoba melakukan parafrase untuk kutipan tidak langsung:
Teks asli:
“Orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya.” (Elizabeth Hurlock, 1991).

Teks setelah melakukan parafrase:


“Berdasarkan pemikiran Elizabeth Hurlock (1991), dapat disimpulkan bahwa
orang dewasa merupakan orang yang sudah mengakhiri proses perkembangan dan
pertumbuhan, serta mampu hidup berdampingan dengan orang dewasa lainnya
dalam kehidupan sosial masyarakat.”

b. Cara merangkum untuk kutipan tidak langsung merangkum adalah proses untuk
mengambil inti dari sebuah teks maupun percakapan, dan menghilangkan
penjelasan-penjelasan yang dianggap kurang penting serta tidak memiliki pengaruh
apapun kepada inti dari informasi terkait.Di bawah ini, bisa melihat contoh dari
proses merangkum sumber kutipan, untuk menulis kutipan tidak langsung.
Teks asli:
“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni, dan teknologi.” (Shannon & Weaver, 1949)
Teks setelah dirangkum:
“Shannon & Weaver (1949), berpendapat bahwa komunikasi adalah interaksi
manusia untuk mempengaruhi satu sama lain, menggunakan berbagai medium
dalam prosesnya."

C. Aturan Penulisan Kutipan


Dalam aturan penulisan kutipan ada beberapa hal yang harus diperhatikan serta ada
kaida tertentu. Misalnya dalam menuliskan kutipan langsung dan tidak langsung
masingmasing memiliki penulisan yang berbeda.
Oleh karena itu penulisan kutipan dari sumber tertulis yang benar adalah sesuai dengan
aturan yang berlaku, untuk aturan penulisan kutipan dengan menggunakan sistem Harvard
adalah sebagai berikut yang dikutip dari buku Teknik Penulisan Karya Ilmiah karya Siti
Kholipah dan Heni Subagiharti, (2018).
1. Kutipan ditulis dengan menggunakan "dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan
kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari kutipan,
maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik.
2. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, maka kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai ketentuan pertama) dan penulisannya digabung ke
dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi sesuai teknik
pengetikan (dua spasi).
3. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa
tanda kutip dan diketik dengan jarak baris satu spasi. Baris pertama diketik mulai pada
pukulan keenam dan baris kedua diketik mulai pukulan keempat.
4. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu
diganti dengan tiga buah titik. Contoh penulisannya dapat dilihat pada butir kedua di
atas.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 122116111937

TUGAS BAHASA INDONESIA 11


“Karangan Ilmiah Tentang Daftar Pustaka”

A. Hakikat Daftar Pustaka


Daftar pustaka atau sumber pustaka merupakan salah satu bagian penting
dalam menyusun sebuah tulisan dan biasanya digunakan oleh orang-orang yang
sedang melakukan penelitian atau seorang yang mencari ilmu untuk mendukung
bahan belajarnya. Daftar pustaka biasanya berisi judul-judul buku atau artikel
dari berbagai media cetak yang mempunyai keterkaitan dengan bahan yang teliti.
Sebuah penelitian atau tulisan ilmiah yang memiliki sumber rujukan yang salah,
maka dapat dikatakan tulisan ilmiah tersebut tidak dapat dipercaya.
Definisi daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit, dan
sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan
disusun berdasarkan abjad. Secara umum, daftar pustaka adalah sebuah rujukan
atau referensi dalam menulis sebuah tulisan ilmiah yang masih memiliki
keterkaitan dan disusun dengan judul beserta pengarangnya berdasarkan abjad.
Daftar pustaka juga sering disebut sebagai pranala atau sumber pustaka
atau bibliografi. Adanya bibliografi di akhir tulisan dapat digunakan oleh para
pembaca untuk melihat dan meninjau kembali pada sumber aslinya. Penulisan
daftar pustaka tidak seperti penulisan catatan kaki. Penulisan judul buku beserta
pengarangnya dibuat di halaman terpisah dari kalimat kutipannya dan biasanya
diletakkan di bagian akhir sebuah karya ilmiah. Untuk lebih memudahkan
pencarian sumber rujukan, nama belakang pengarang diurutkan berdasarkan
abjad dan diberi jarak antar judul buku.
Pada saat ini, tidak hanya buku cetak yang dijadikan sebagai referensi,
media lain seperti rekaman, video dan film, website juga dapat dimasukkan ke
dalam daftar pustaka. Namun tentunya seluruh karya yang digunakan sebagai
referensi masih memiliki hubungan dengan bahan yang digarap. Di samping itu,
tentunya juga dapat dibuktikan keabsahannya.

B. Komponen Daftar Pustaka


Komponen daftar pustaka adalah bagian-bagian yang harus diperhatikan
agar daftar pustaka yang dibuat sesuai dengan kaidah yang berlaku. Berikut
komponen-komponenya:
1. Nama Penulis
Tulis nama belakang penulis lebih dahulu baru disusul dengan tanda
koma dan inisial nama depannya. Jika di dalam buku terdapat gelar-gelar
penulis, maka gelar-gelar tersebut tidak perlu ditulis di dalam daftar pustaka.
Jika ada dua atau lebih nama penulis yang tercantum di sumber acuan, hanya
nama penulis pertama yang dibalik, sisanya tidak perlu. Jangan lupa untuk
menambahkan ‘dan’ di antara pengarang kedua dan ketiga. Jika penulis buku
acuan yang kamu gunakan lebih dari tiga penulis, maka tulis nama
pengarang pertama dengan dibalik, dan ditambah ‘dkk’ (dan kawan-kawan).
2. Tahun Terbit
Setelah menuliskan nama penulis, tuliskan tahun terbit buku yang kamu
jadikan sebagai acuan, diikuti dengan tanda buka kurung dan tutup kurung.
3. Judul Buku
Setelah menuliskan nama penulis dan tahun terbit, tuliskan judul buku
yang dipakai. Perlu diingat untuk menuliskan dengan tulisan miring atau
italic.
4. Tempat Terbit
Tuliskan tempat terbit buku yang kamu jadikan sebagai referensi lalu
diikuti dengan tanda titik dua.
5. Nama Penerbit
Rangkaian terakhir dalam menuliskan sebuah daftar pustaka yang
diambil dari buku adalah nama penerbit.

C. Aturan Penulisan Daftar Pustaka


1. Penulisan Daftar Pustaka Dari Sumber Buku
a. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingat untuk selalu menuliskan
nama belakang penulis terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama depan dan tengah penulis
buku tersebut. Jika buku tersebut merupakan karya dari dua penulis atau
lebih, hanya penulis pertama yang urutan namanya dibalik. Penulis kedua
dan seterusnya berada setelahnya dengan urutan yang sesuai dengan
nama aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis dicantumkan
lengkap dengan gelar pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut
tidak perlu dituliskan.
b. Tahun Terbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-
teman gunakan sebagai referensi. Jangan terkecoh pada angka tahun
cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai cetakan merupakan
kedua, ketiga, ataupun terakhir.
c. Judul Buku
Menarik judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan
judul dibuat dengan huruf miring ( miring ).
d. Kota dan Nama Penerbit
Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku
adalah mencantumkan kota penerbitan dan nama penerbit yang mencetak
buku tersebut. Dahulukan penulisan nama kota, baru diikuti dengan nama
penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua (:). Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan menggunakan
tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul buku,
hingga kota dan nama penerbit.

2. Penulisan Daftar Pustaka Dari Artikel Dalam Jurnal, Koran Atau Majalah
Tidak jauh berbeda dengan penulisan dari sumber berupa buku, penulisan
dari sumber artikel dalam jurnal, koran atau majalah perlu mencantumkan
nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama penerbit.
Hanya saja, ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni
sebagai berikut :
a. Nama
Pastikan nama yang ditulis dalam daftar pustaka artikel tersebut
adalah penulis artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun
majalah yang menjadi sumber referensi.
b. Judu
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi.
Penulisan tidak melainkan dengan format italic, tegak lurus dengan
memberikan tanda kutip (“) pembuka dan penutup. Setelah itu, lanjutkan
dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat artikel
tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah, atau koran baru dicetak miring.
Ikutkan di halaman berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam
tanda kurung [(…)].

3. Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet


Selain artikel cetak, tidak jarang seseorang mengambil sumber tulisannya
dari artikel-artikel di internet (dalam jaringan.daring/online). Untuk
penulisan daftar pustaka dari internet seperti ini, urutannya adalah sebagai
berikut:
a. Nama
Cara penulisan nama untuk artikel bold tidak berbeda dengan
penulisan nama dari sumber buku maupun artikel cetak.
b. Tahun Penayangan
c. Judul
Judul artikel bold (tebal) tidak ditulis miring , melainkan hanya
diapit tanda kutip (“).
d. URL
Jangan lupa menyalin alamat URL dari artikel tersebut agar dapat
diakses jika ada yang ingin membuktikan kesahihannya.
e. Waktu Pengambilan
Di bagian akhir, jangan lupa mencantumkan waktu pengambilan
artikel berani itu secara lengkap, yakni tanggal dan jam saat mengunduh
ataupun menjadikannya referensi. Selain urutan, masalah tanda batas
dalam daftar pustaka artikel internet/daring agak berbeda dengan
penulisan dari sumber cetak. Tanda titik (.) sebagai batas hanya berlaku
untuk mengakhiri nama penulis dan tahun penyelesaian. Sementara itu,
revisi dari judul ke URL dan dari URL ke waktu pengambilan data
berupa tanda koma (,).
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA 12


“KARANGAN ILMIAH: ARTIKEL ILMIAH”

A. Hakikat Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah merupakan sebuah karangan faktual atau nonfiksi tentang suatu
permasalahan yang dimuat di jurnal, majalah, atau buletin dengan tujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta, guna meyakinkan, mendidik, dan menawarkan solusi
dari suatu permasalahan. Pengertian Artikel Ilmiah Artikel dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan suatu karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai
dalam majalah, surat kabar dan sebagainya. Sedangkan ilmiah, maksudnya adalah ilmu
pengetahuan; memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan. Artikel ilmiah dapat disebut
dengan suatu karya tulis lengkap (sesuai dengan struktur) yang memenuhi syarat ilmu
pengetahuan dan dipublikasikan di jurnal.

B. CIRI-CIRI ARTIKEL ILMIAH

Untuk memahami artikel ilmiah, ada beberapa ciri-ciri yang perlu dipahami. Ciri-ciri
artikel ilmiah berdasarkan ranahresearch.com, adalah sebagai berikut:

1. Objektif, artinya isi artikel ilmiah tersebut hanya dapat dikembangkan secara aktual dan
eksis, maksudnya adalah eksistensi fenomena yang menjadi fokus bahasannya berbeda
antarbidang ilmu satu dengan yang lainnya
2. Rasional, masuk akal dari isi artikel tersebut.
3. Kritis, karena berfungsi sebagai wahana menyampaikan kritik timbal balik terhadap
suatu permasalahan yang dijelaskan dalam artikel tersebut.
4. Reserved, maksudnya adalah menahan diri, hati-hati, dan tidak mudah overclaiming,
jujur, lugas, dan tidak menyertakan motif-motif pribadi dan kepentingan tertentu.
Artikel ilmiah memiliki gaya bahasa yang formal atau baku, sehingga fokus dalam ilmu
dan tidak menggunakan gaya bahasa tertentu dalam penulisannya Pengutipan sumber jelas
dan disertai dengan daftar pustaka.

C. JENIS-JENIS ARTIKEL ILMIAH

Sementara jika dilihat dari jenis artikel ilmiah itu sendiri memiliki beberapa macam
jenisnya. Ada yang disebut dengan artikel hasil penelitian, artikel non-penelitian, telaah
buku dan obituary. Ulasan dari masing-masing jenis tersebut kita bahas sebagai berikut.
1. Artikel Hasil Penelitian
Artikel hasil penelitian disebut juga dengan research article. Jadi artikel ini akan
sering kamu temukan di dalam jurnal-jurnal. Secara isi, artikel penelitian dibuat
memang untuk menstimulasi penelitian lain untuk melahirkan penelitian baru.
Disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui teori atau
sudut pandang tentang masalah yang diteliti layak untuk ditinjau kembali dan layak
tetap diikuti atau tidak. Artikel hasil penelitian ini sendiri memiliki format penyajian
yang meliputi adanya Judul, Nama penulis, Abstrak, Kata kunci, Pendahuluan,
Meteode, Hasil, Diskusi, Simpula, dan Daftar pustaka.
2. Artikel Non-Penelitian
Mungkin ada yang asing dengan artikel non-penelitian. Artikel non-artikel lebih
familiar disebut dengan review pampers yang merupakan telaah pustaka atau yang
akrab kita kenal dengan kajian teori. Dari segi isi, teori, prinsip, konsep dan
pengembangannya jauh lebih beragam. Bahkan terkait dengan pendeskripsian fakta
juga beragam. Umumnya artikel non-penelitian ini lebih sering ditulis oleh para pakar
atau karena permintaan editor. Ada yang menyebutnya dengan artikel tinjauan dan
artikel hasil pemikiran konseptual.
Artikel tinjauan adalah artikel yang digunakan untuk meninjau secara teoritikal.
Isi dari artikel tersebut berbentuk argumentasi logika. Dimana gagasan dari penulis
yang dikembangkan secara mendalam sesuai dengan kaidah berfikir ilmiah. Sebenarnya
artikel tinjau tidak semata mengutarakan berdasarkan argumentatif logikal ilmiah
penulis, tetapi juga dapat ditulis berdasarkan pada pandangan sejarah tertentu,
mengusulkan teori atau mengundang perhatian terhadap tema atau isu-isu tertentu
3. Telaah Buku
Istilah telaah buku mungkin kurang familiar buat kamu? Bagaimana dengan
istilah books review? Yap, books review adalah resensi buku fokusnya menganalisis
dan mengkritik buku yang sudah diterbitkan. Saat meresensi buku, penulis harus
bersifat objektif. Tentu saja peresensi juga harus membaca buku terlebih dahulu agar
memahami alur dan mudah memahaminya.
4. Obituary
Obituari atau yang familiar kita sebut dengan artikel. Yap, kalo saya menyebut
artikel, tentu kamu sudah memiliki gambarannya bukan. Artikel adalah tulisan yang
paling sering kita baca dan lihat di Google. Ada yang berbeda nih dengan yang
dimaksud artikel (obituary). Jadi Obituari adalah artikel yang fokus mengulas tentang
berita kematian seseorang. Seseorang tersebut bisa seorang tokoh dan ilmuwan.
5. Laporan Kasus
Laporan kasus adalah laporan yang menganalisis kasus dengan cara melihat
rincian, gejala, diagnosis, dan tanda yang terlihat. Laporan kasus dapat pula dimaknai
sebagai narasi profesional karena memberikan umpan balik dan kerangka kerja.
6. Ceramah
Ceramah ternyata juga termasuk dalam jenis-jenis artikel ilmiah. Jika ceramah
dalam bentuk lisan maka dapat berupa pidato. Sementara ceramah tertulis (biasanya
sebelum
dipidatokan ditulis terlebih dahulu).
7. Editorial
Editorial banyak kamu temukan di surat kabar. Nama lain dari editorial adalah
tajuk rencana. Editorial berisi pendapat atau pandangan redaksi terhadap peristiwa
tertentu yang bersifat faktual dan sedang hangat diperbincangkan. Editorial itu sendiri
sebenarnya masuk ke ranah opini. Bedanya ditulis oleh redaksi sebagai pandangan
resmi dari media tersebut yang bersifat faktual. Dikatakan faktual karena proses
penulisannya tidak sembarangan, tetap mengedepankan fakta, argumentasi logis dan
bukti.

D. STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH


Rifa’i (2012) menyatakan bahwa apabila artikel ilmiah dibedah secara anatomi,
mengandung beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut, yaitu judul, baris kepemilikan
(instansi/lembaga), abstrak, kata kunci, isi atau tubuh teks, persantunan, bibliografi, dan
lampiran. Penjelasan lebih rinci mengenai strukturnya menurut Ghufron (2014:4-6) bisa
dipelajari seperti di bawah ini.
1. Judul

Judul pada artikel ilmiah merupakan jiwa, semangat, esensi, inti dan citra
keseluruhan isi sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, judul lebih merupakan label, alih-
alih sebuah pernyataan yang secara ringkas menangkap dan mewadahi keseluruhan
substansi subjek yang ditangani. Judul merupakan bagian artikel yang paling banyak
dibaca orang dan sangat menentukan nasib suatu artikel ilmiah selanjutnya apakah
artikel tersebut akan ditelaah dan diacu serta dimanfaatkan atau sama sekali tak acuh,
tidak dipedulikan, dan dilewati sehingga terbuang begitu saja. Oleh karena itu, penulis
harus menyediakan waktu khusus untuk memikirkan dan menyiapkan formulasi judul
karyanya dengan sebaik-baiknya, sehingga judul tersebut dapat mengungkapkan isi
keseluruhan artikel.

2. Baris Kepemilikan

Bagian baris kepemilikan ini merupakan bagian integral dari suatu artikel dan
merujuk pada hak kepengarangannya dan hak kepemilikannya, yaitu lembaga tempat
dilakukannya kegiatan tersebut atau dapat dikatakan bahwa penulis di bawah naungan
lembaga atau instansi tertentu. Kaitannya dengan baris kepemilikan, pemegang hak
cipta atau hak untuk memperbanyak dan menyebarluaskan suatu artikel ilmiah adalah
berkala tempat diterbitkannya artikel yang dimaksud.

3. Abstrak

Abstrak adalah penyajian singkat keseluruhan artikel dan merupakan bagian


artikel kedua yang paling banyak dibaca orang setelah judul. Dengan demikian, abstrak
itu ikut menentukan nasib artikel selanjutnya, apakah akan terus ditelaah secara
keseluruhan atau tidak dipertimbangkan sama sekali.

4. Kata kunci

Kata kunci atau disebut dengan keywords adalah pilihan kata yang bermakna
dari sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengindeks kandungan isinya. Kata
kunci sengaja disajikan untuk membantu pembaca yang mencari artikel terkait dengan
permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu, orang hanya perlu memasukkan kata kunci
pada mesin pencari di internet. Manfaat kata kunci sangatlah besar, dalam tahun-tahun
belakangan ini, deretan kata kunci terpampang dalam artikel-artikel ilmiah yang
diterbitkan orang. Umumnya deretan kata atau kata kunci tersebut disajikan di bawah
abstrak. Jumlah kata kunci biasanya terdiri atas 3-5 kata, dan kata-kata yang terdapat
dalam kata kunci tidak boleh mengulang judul.

5. Pendahuluan

Bagian pendahuluan ini menguraikan apa saja yang menjadi permasalahan


sehubungan dengan penelitian, sekaligus menyajikan parameter yang digunakan.
Supaya menarik, pada bagian pendahuluan boleh menonjolkan masalah yang dibahas
secara tuntas dalam artikel yang telah dipublikasikan orang lain. Roh pendahuluan pada
dasarnya adalah argumentasi penulis tentang masalah yang harus diselesaikan.
Achmadi (dalm Ghufron, 2014:5) memaparkan bahwa bagian pendahuluan ini berisi
paparan tentang penelusuran kepustakaan atau teori yang relevan dengan masalah yang
dibahas. Paparan tersebut dimaksudkan untuk menyusun kerangka atau konsep yang
digunakan dalam penelitian.

6. Metode

Metode penelitian dalam artikel ilmiah merupakan wadah yang menampung


secara garis besar rancangan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik pengambilan data, teknik analisis data, dan validitas data. Hal yang penting
dalam bagian ini adalah proses kerja atau langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian tersebut bukan definisi-definisinya.

7. Hasil dan Pembahasan

Bagian hasil dan pembahasan dalam artikel ilmiah disajikan secara singkat,
padat, dan jelas, serta dapat dibantu dengan tabel, gambar, diagram, grafik, dan
sebagainya, yang diberi penjelasan. Bagian ini memuat hasil analisis data, bukan data
mentah ataupun analisis ragamnya, sedangkan prosesnya tidak disajikan. Pembahasan
bertujuan untuk menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan
yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Bagian ini memuat penafsiran terhadap
temuan-temuan penelitian, pengintegrasioan temuan ke kumpulan pengetahuan yang
mapan, diskusi dengan penelitian lain (penelitian terdahulu yang relevan), dan
penyusunan teori atau modifikasi teori yang ada.

8. Simpulan dan saran

Simpulan dan saran dalam artikel ilmiah merupakan bagian akhir atau penutup.
Simpulan merupakan pernyataan singkat dan akurat dari hasil dan pembahasan, bukan
hasil penelitian yang ditulis ulang namun makna yang didapatkan dari hasil penelitian.
Simpulan merupakan pembuktian singkat akan kebenaran hipotesis dan menjawab
permasalahan-permasalahan penelitian yang telah ditentukan. Sedangkan saran adalah
masukan-masukan yang berkaitan dengan penelitian untuk para peneliti selanjutnya.

9. Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih pada suatu artikel ilmiah bisa jadi hal yang penting bagi
sebagai penulis. Ucapan terima kasih diberikan atau dituliskan penulis kepada pihak-
pihak yang telah berkontribusi terhadap penelitian yang telah dilakukan tersebut.
Ucapan-ucapan tersebut umumnya ditujukan pada pihak yang mendanai penelitian,
dosen pembimbing, dan rekanrekan peneliti lainnya.

10. Daftar Pustaka

Daftar rujukan atau daftar pustaka adalah daftar rujukan-rujukan atau referensi
yang digunakan dalam artikel ilmiah tersebut. Bagian daftar pustaka harus lengkap dan
sesuai dengan acuan dan sudah disebut dalam batang tubuh. Sistematika penulisan
daftar pustaka dapat dilihat berdasarkan pedoman atau gaya selingkung dari tiap jurnal,
karena tiap jurnal memiliki gaya selingkung masing-masing.
NAMA : Muhammad Ridho Hidayatulloh
NIM : 12211611937

TUGAS BAHASA INDONESIA


“TEORI PRESSENTASI ILMIAH”

A. Pengertian Presentasi Ilmiah dan Tujuannya


Dibandingkan dengan presentasi bisnis atau motivasi diri, jenis
presentasi yang bersifat ilmiah tentu berbeda. Sebab, terdapat metode ilmiah
yang dijadikan pakem dalam penyusunan dan etika khusus dalam penyampaian
hasilnya. Bisa dikatakan bahwa pengertian presentasi ilmiah adalah jenis
presentasi yang memaparkan hasil dari karya ilmiah yang sudah dilakukan sesuai
prosedur penelitian. Dengan menggelar presentasi, penyaji dapat
mensosialisasikan tentang isi karya ilmiah kepada publik. Jadi, presentasi yang
bersifat ilmiah hanya menyajikan karya ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, artikel ilmiah, essay dan kertas kerja. Tujuan dari penyampaian
presentasi karya ilmiah antara lain:
1. Mengenalkan suatu fenomena yang terjadi pada bidang tertentu sehingga
orang lain sadar dan tahu akan hal tersebut.
2. Memberikan solusi atas suatu permasalahan berdasarkan landasan teori,
metode dan analisis yang komprehensif serta terstruktur.
3. Membuktikan kebenaran dari suatu fakta sehingga menghilangkan kerancuan
yang selama ini muncul.
4. informasi dan pengetahuan baru mengenai suatu hal.
5. Membuktikan kapabilitas yang dimiliki oleh seorang akademisi, praktisi
maupun pelajar.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan merangsang ide-ide baru yang bisa
ditindaklanjuti oleh peneliti lain.

B. Cara Menyampaikan Presentasi Ilmiah

Karya ilmiah yang disampaikan saja harus disusun berdasarkan


ketentuan, maka cara penyajiannya pun harus dilakukan secara terstruktur.
Berikut cara yang umum dilakukan oleh seorang penyaji dalam presentasi karya
ilmiah:
1. Memperkenalkan Diri
Hal mendasar yang wajib dilakukan pertama kali adalah perkenalan. Cara
memperkenalkan diri bisa dengan penjelasan singkat atau penjelasan yang
disertai dengan menampilkan biodata pada slide presentasi. Jika Anda
sebagai pembicara tunggal, biasanya moderator yang bertugas untuk
memperkenalkan diri Anda sambil menayangkan resume singkat. Jika Anda
maju bersama tim, maka cukup melakukan perkenalan secara singkat untuk
menghemat waktu. Apa saja yang perlu disampaikan? Informasi yang
esensial seperti nama lengkap, asal instansi, jenjang pendidikan, topik
penelitian dan judul karya ilmiah.

2. Membuka Presentasi dengan Kata-Kata yang Mengesankan


Berlanjut ke tahap berikutnya yakni pembukaan. Cara membuka
presentasi ilmiah yang patut dicoba adalah dengan kata-kata yang berkesan.
Hal tersebut dapat menarik perhatian audiens secara instan sehingga mereka
mendengarkan dengan fokus apa yang Anda akan sampaikan. Contoh
pembukaan yang mengesankan yakni dengan melontarkan fakta-fakta terkait
dengan topik penelitian, menunjukkan data terbaru seputar permasalahan
yang diteliti atau menceritakan pengalaman unik ketika meneliti. Apabila
presentasi dibatasi oleh waktu, maka gunakan pembukaan yang singkat
namun tetap menarik. Misalnya dengan mengutip kata-kata bijak dari tokoh
tersohor atau buku yang relevan dengan materi presentasi.

3. Menyampaikan Latar Belakang dan Fakta yang Mendukung


Setelah berhasil merebut perhatian audiens dengan pembukaan yang
keren, maka saatnya Anda masuk ke tahap menjelaskan latar belakang.
Setiap permasalahan dalam karya ilmiah, tentu memiliki latar belakang,
bukan? Disarankan untuk tidak memaparkan background terlalu panjang.
Anda cukup menampilkan slide berisi poin-poin penting yang disertai
dengan penjelasan singkat dari Anda. Jika terlalu panjang, audiens akan
kesulitan memahami alasan Anda memilih topik tersebut. Agar karya ilmiah
Anda lebih meyakinkan, maka paparkan juga mengenai fakta-fakta yang
mendukung. Tidak perlu semua, cukup beberapa saja yang bisa mewakili.

4. Menjelaskan Tujuan dan Manfaat Karya Ilmiah


Selanjutnya, hal lain yang perlu Anda paparkan adalah tujuan dan
manfaat. Dalam presentasi yang sifatnya ilmiah, menjelaskan tujuan sangat
penting untuk memberikan gambaran tentang apa yang ingin Anda capai
dalam penelitian atau studi kasus tertentu. Tujuan juga memudahkan para
audiens untuk memahami arah karya ilmiah yang disajikan kepada mereka.
Dalam penyampaian tujuan, Anda boleh hanya menyebutkan poin-poin tanpa
penjelasan atau dilengkapi dengan penjelasan pendek. Selain itu,
kebermanfaatan karya ilmiah juga perlu disampaikan saat presentasi.
Sebaiknya, sampaikan manfaat secara spesifik, misalnya manfaat untuk
kalangan profesi tertentu atau manfaat untuk masyarakat umum.

5. Memaparkan Poin-Poin Penting dari Hasil Penelitian


Menjelaskan mengenai hasil dari penelitian merupakan bagian terpenting
dalam penyampaian presentasi ilmiah. Para audiens pasti menunggu pokok
pembahasan dan hasil yang didapat dari analisis yang Anda lakukan. Dalam
memaparkan hasil penelitian, Anda juga perlu menyebutkan teori para ahli
yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya sebagai bandingan. Hal
tersebut dapat menyediakan pengetahuan tambahan untuk para audiens.
Anda dapat menjelaskan hasil dengan uraian yang detail. Namun sebaiknya,
tampilkan juga grafik, tabel, foto atau ilustrasi untuk memudahkan audiens
dalam memahami hasil tersebut. Bahkan jika melibatkan video dokumenter
pun, Anda perlu menampilkannya saat presentasi.

6. Menyampaikan Kesimpulan Penelitian


Jika ada pembukaan, pasti ada tahap penutupan. Mengakhiri presentasi
terkait karya ilmiah umumnya dilakukan dengan menyampaikan kesimpulan.
Dalam penyampaian kesimpulan, cukup tampilkan highlight dari hasil
penelitian agar audiens cepat paham. Anda boleh menambahkan pendapat
pribadi maupun saran untuk peneliti lain yang tertarik mendalami topik yang
sama. Jangan lupa untuk menyebutkan beberapa referensi utama yang
digunakan untuk menyusun karya ilmiah tersebut.

7. Mempersilakan Diskusi
Setelah menutup penyampaian materi, bukan berarti Anda benar-benar
mengakhiri presentasi tersebut. Umumnya, saat presentasi yang sifatnya
ilmiah, Anda harus membuka sesi diskusi. Tujuannya agar audiens memiliki
kesempatan untuk bertanya seputar topik materi. Tugas Anda cukup
mempersilakan audiens untuk mengajukan pertanyaan. Jangan lupa catat
agar tidak ada pertanyaan atau saran yang terlewat. Presentasi ilmiah
merupakan jenis presentasi yang tujuannya untuk menjelaskan hasil karya
ilmiah. Penyampaian presentasi harus dilakukan secara sistematis agar
memudahkan audiens dalam memahami isi materi.

Anda mungkin juga menyukai